KARAKTERISTIK PENDERITA APENDISITIS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PUTRI HIJAU MEDAN TAHUN 2018 - 2019
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
SARAH GRACESANI BR. ARITONANG NIM. 151000164
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019
Halaman Persetujuan Judul Proposal
: Karakteristik Penderita Apendisitis yang Dirawat Inap di Rumah Putri Hijau Medan Tahun 2018 – 2019
Nama Mahasiswa
: Sarah Gracesani Br.Aritonang
Nomor Induk Mahasiswa : 151000164 Departemen
: Epidemiologi
Peminatan
: Epidemiologi
Menyetujui Pembimbing:
(drh. Hiswani, M.Kes) NIP. 196501121994022001
Ketua Departemen Epidemiologi
(dr. Rahayu Lubis, M.Kes.,Ph.D.) NIP. 196504251997022001
Tanggal Seminar Proposal:
i
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISTILAH
i ii iv v vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penenlitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian
1 1 4 4 5 5 6
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sirosis Hati Anatomi Fisiologi Hati Patogenesis Sirosis Hati Gejala dan Tanda Klinis Klasifikasi Sirosis Hati Komplikasi Sirosis Hati Epidemiologi Sirosis Hati Pencegahan Sirosis Hati Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder Pencegahan Tersier Landasan Teori Kerangka Konsep
7 7 8 9 11 12 13 16 18 18 19 19 19 22
METODE PENELITIAN Jenis penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Variabel dan Defenisi Operasional Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
23 23 23 23 23 28 28
ii
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
29
iii
DAFTAR TABEL
No
Judul
iv
Halaman
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Halaman
1.
Hati dengan Sirosis
8
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan
23
3.
Kerangka Konsep Penelitian
24
v
DAFTAR ISTILAH
PTM
Penyakit Tidak Menular
WHO
World Health Organization
SBP
Spontaneous Bacterial Peritonitis
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Merujuk dari Salmah (2013), yang mengutip pernyataan WHO (World Health Organization) tentang definisi sehat adalah “Kondisi fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau kelemahan” (Salmah, 2013). Kemudian sehat menurut UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 adalah “Suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis” (Kemenkes RI, 2009). Berubahnya paradigma masyarakat dari agraris menjadi industri, mempengaruhi pola hidup masyarakat dalam kesehariannya, juga memicu peningkatan penyakit yaitu penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular (PTM) penyebab kematian terbanyak di Indonesia, dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu yang bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, dan ini merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah penyakit hati (Kemenkes, 2011). Penyakit hati yang sering terjadi salah satunya adalah hepatitis, baik hepatitis A, B, C, D, ataupun E. Hepatitis dapat mengakibatkan sirosis hati (kerusakan hati
1
2
secara kronis) jika tidak mendapatkan pengobatan yang tepat atau tanpa pengobatan. Sirosis hati masih menjadi masalah kesehatan di dunia dan berperan sebagai penyebab kematian terbesar pada penderitanya. Berdasarkan data WHO, di tahun 2015 sirosis hati penyebab kematian sebanyak 462.690 orang di dunia dengan prevalensi 0,01% (World Health Organization [WHO], 2017). Sirosis hati penyebab kematian peringkat kesembilan di Amerika Serikat (1,2%) (Kusumobroto, 2012). Selanjutnya, sirosis hati adalah penyebab kematian terbesar akibat hepatitis di Asia Tenggara yaitu dengan prevalensi 65% (WHO, 2015). Pada tahun 2015, sirosis hati di Indonesia berada dalam peringkat 10 besar penyebab kematian dini yaitu sebesar 2,1% per 100.000 penduduk ( WHO, 2017). Sedangkan penyakit sirosis hati dengan etiologi HBV (hepatitis B virus) menyebabkan kematian sebesar 57% (17.100 orang) dan etiologi HCV sebesar 67% (10.050 orang) (WHO, 2016). Sirosis hati paling banyak disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol dan virus hepatitis yang lama-kelamaan dapat berkembang menjadi sirosis hati. Komplikasi yang berat dan kematian umumnya terjadi pada pasien dengan sirosis yang berkembang pada 15-20% pasien yang terinfeksi hepatitis (Sulaiman, 2012). WHO menyatakan sirosis sebagai proses kelainan hati bersifat menyebar atau disebut difus bercirikan terbentuknya jaringan ikat fibrosa yang berlebihan pada suatu organ atau jaringan akibat proses peradangan atau penyembuhan, dan bentuk hati yang tidak normal akibat munculnya nodul semacam benjolan pada permukaan hati. Kerusakan
3
hati dapat berlanjut dalam waktu yang cukup lama. Khususnya bagi pasien hepatitis C, dalam waktu sekitar 40 tahun proses hepatitis kroniknya berubah ke arah sirosis. (Kusumobroto, 2012). Di Indonesia, infeksi virus hepatitis B dan C sering dikaitkan dengan kejadian sirosis hati, sedangkan sirosis akibat konsumsi alkohol berlebih sangat minim terjadi dibandingkan dengan negara barat. Hasil penelitian di Indonesia menyatakan virus hepatitis B sebagai penyebab sirosis sebesar 40-50%, serta virus hepatitis C sebesar 30-40%, sedangkan 10-20% penyebabnya tidak diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B dan C (Nurdjanah,2009). Pada tahun 2017, South East Asia Regional Office (SEARO) melaporkan sekitar 39 juta orang di Asia Tenggara adalah pembawa hepatitis B, sedangkan pembawa hepatitis C sekitar 10 juta (WHO, 2017). Riskesdas tahun 2013 mencatat bahwa prevalensi hepatitis sebesar 0,2% di Indonesia dan pada tahun 2018 sebesar 0,4% itu berarti mengalami kenaikan yang dapat diperkirakan kejadian sirosis hati juga meningkat, (Riskesdas, 2018). Diperkirakan prevalensi sirosis hati di Indonesia adalah 3,5% dari seluruh proporsi pasien penyakit dalam atau rata-rata proporsi 47,4% dari seluruh penyakit hati yang dirawat (Sulaiman, 2012). Di pulau Jawa dan Sumatera, pasien rawat inap bagian penyakit dalam sebagian besar yaitu pasien sirosis hati, dengan prevalensi antara 3,6 – 8,4%, lain halnya di wilayah Sulawesi dan Kalimantan memiliki
4
prevalensi kurang dari 1%. Sebesar 2,1 : 1 perbandigan antara pria : wanita. Umumnya terjadi pada usia di atas 50 tahun (Kusumobroto, 2012). Penelitian Arda di RS Martha Friska Medan pada tahun 2006-2010 terdapat 120 orang penderita sirosis hati dengan jumlah kematian 32 orang dengan CFR 26,6%. Penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012 ditemukan pasien penderita sirosis hati sebanyak 102 orang dengan CFR 12,7%. Ditemukan 118 penderita sirosis hati tahun 2016-2018 dari survei pendahuluan di RSU Haji Medan. Berdasarkan penguraian latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016-2018. Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016-2018. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui karakteristik penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016-2018.
5
Tujuan Khusus a) Mengetahui angka kesakitan berdasarkan tahun dan kematian penderita sirosis hati dalam 3 tahun. b) Mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal/ asal daerah). c) Mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan gejala klinis. d) Mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan klasifikasi sirosis hati. e) Mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan riwayat penyakit terdahulu. f) Mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan status komplikasi g) Mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan jenis komplikasi. h) Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati. i) Mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang. j) Mengetahui distribusi proporsi umur penderita sirosis hati berdasarkan jenis komplikasi.
6
k) Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati berdasarkan klasifikasi sirosis hati l) Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati berdasarkan status komplikasi. m) Mengetahui distribusi proporsi jenis komplikasi penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang. n) Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Manfaat Penelitian 1) Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Rumah Sakit Umum Haji Medan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien penderita sirosis hati. 2) Sebagai referensipeneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang penyakit sirosis hati. 3) Sebagai syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat serta penambahan wawasan pengetahuan khususnya bagi penulis.
Tinjauan Pustaka
Definisi Sirosis Hati Sirosis hati (liver cirrhosis) yaitu tahapan akhir dari berbagai penyakit hati dalam sisi patologi. Pada tahun 1826, Laennec memperkenalkan kata “sirosis” berasal dari Bahasa Yunani yaitu Schirrus atau Kirrhus yang bermakna warna oranye atau kuning kecokelatan yang terlihat saat autopsi hati. (Kusumobroto, 2012). Terjadi peradangan serta ketidaksempurnaan sel hati (nekrosis) menandai terjadinya sirosis (Misnadiarly, 2007). Pendapat lain menyatakan sirosis hati adalah penyakit hati kronis ditandai dengan perubahan bentuk hati menjadi tidak normal serta mengganggu fungsi hati (Price, 2006). Kemudian terjadi penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebabkan hipertensi portal. Pada sirosis dini umumnya hati membesar, teraba kenyal, tumpul pada tepi, dan terasa nyeri bila ditekan (Guntur, 2006).
7
8
Gambar berikut menampilkan perbedaan antara hati normal dengan hati sirosis :
Gambar 1. Perbedaan Hati Sehat dengan Sirosis Sumber : Info Kesehatan Fungsi Organ Hati Anatomi Fisiologi Hati Anatomi Hati. Hati yaitu organ yang paling besar dalam tubuh, berwarna cokelat dengan berat 1500 gram. Letaknya di bagian peritonium dekat diafragma bagian kanan terlindungi tulang rusuk (costae), sehingga tidak teraba tangan dari luar tubuh dalam keadaan sehat. Lapisan utama hati ada 2 yaitu, permukaan atas dan permukaan bawah terletak di diafragma bagian bawah berbentuk cembung dan tidak rata, meliliki 4 bagian yakni lobus kanan, kiri, kaudata, dan quadratus (Setiadi, 2007). Fisiologi Hati/Fungsi Hati. Beberapa fungsi hati sebagai berikut: Seksresi. Hati mengekresikan empedu.
9
Sintesis garam empedu. Hati menghasilkan garam empedu serta membantu proses penyerapan vitamin dan lemak. Sintesis protein plasma. Berbagai protein plasma dapat disintesis oleh hati, salah satunya albumin. Penyimpanan. Hati menyimpan berbagai zat yang terserap dalam tubuh. Eksresi. Empedu sebagai tempat mengekskresikan berbagai zat seperti obatobatan dan hormon. Metabolisme lipid. Fungsi hati dapat memecahkan lemak menjadi komponen yang lebih sederhana. Metabolisme protein. Sintesis protein memerlukan asam amino yang awal diubah oleh hati. Penyaring. Berbagai zat asing serta sel rusak dikeluarkan dari tubuh. Detoksifikasi. Pengubahan zat-zat berbahaya untuk dapat dihilangkan dari tubuh (Chalik, 2016). Patogenesis Sirosis Hati Pada sirosis hati terjadi kerusakan pada parenkim hati yang kronik dan irreversibel dan fibrosis yang berkaitan dengan regenerasi nodular. Hal ini terjadi sebagai akibat dari nekrosis hepatosit, kolapsnya jaringan pendukung reticulin dengan adanya deposit jaringan ikat, distorsi vaskular, serta regenerasi nodular. Beberapa pola patologis sirosis berdasarkan etiologi dan morfologi yang dihasilkan seperti (1)
10
alcoholic; (2) cryptogenic and pasthepatic; (3) biliary; (4) cardiac; (5) metabolic, inherited, and drug-related. Sirosis alkoholik terjadi karena intake alkohol yang terus-menerus yang menyebabkan kerusakan hepatosit dan pembentukan fibroblast pada lokasi kerusakan dan deposit kolagen. Septa jaringan ikat berbentuk seperti jaring juga terbentuk pada zona periportal dan pericentral yang akhirnya akan menghubungkan portal triad dan vena central. Jaringan parenkim yang tersisa akan mengalami regenerasi untuk menggantikan sel yang rusak, akan tetapi regenerasi yang terjadi tidak dapat mengimbangi kerusakan sehingga terjadi pengecilan hepar, dan akibat regenerasi yang ada dapat terjadi bentuk hepar yang nodular, dan dapat terjadi pengerasan jika “end-stage “ sirosis terjadi. Sirosis pasthepatik terjadi karena adanya penyakit hati kronis seperti hepatitis, sedangkan istilah sirosis kryptogenik digunakan jika etiologi sirosis tidak diketahui. Sirosis biliary terjadi karena adanya kerusakan atau terjadi obstruksi yang lama pada sistem biliary intrahepatik maupun extrahepatik. Sirosis biliary terbagi atas 2, yaitu primer dan sekunder, pada sirosis biliary primer terjadi inflamasi yang kronis dan kerusakan saluran empedu intrahepatik. Sedangkan sirosis biliary sekunder terjadi karena adanya obstruksi yang lama pada saluran extrahepatik yang lebih besar. Sirosis kardiak dapat terjadi karena adanya gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan tekanan pada vena cava inferior dan vena hepatik yang menyebabkan kongesti hati. Dan jika kondisi ini berlangsung lama akan terjadi pembengkakan dan
11
nekrosis hepatosit akibat kongesti dan iskemik dari perfusi yang buruk sebagai akibat penurunan kardiak output (”Pateogenesis Hapatis”, 2013).
Gejala dan Tanda Klinis Gejala. Gejala sirosis hati mempunyai kemiripan dengan penyakit hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan lemah, penurunan berat badan, nyeri lambung, dan munculnya jaringan laba-laba di kulit (spider angiomas) (Misnadiarly, 2007). Pasien sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat komplikasi sirosis hatinya (Kusumobroto, 2012). Tanda Klinis. Tanda klinis pada penderita sirosis adalah sebagai berikut: Ikterus atau jaundice. Ikterus atau jaundice yaitu terjadi penguningan pada kulit dan mata, terjadi karena kegagalan fungsi hati. Hepatomegali atau yang disebut pembesaran hati dan Splenomegali. Hepatomegali atau yang disebut pembesaran hati dan Splenomegali yaitu pembesaran limpa. Bentuk hati tidak wajar serta lebih keras teraba saat ditekan. Munculnya seperti jaringan laba-laba (spider) di kulit. Terutama ditemukan di kulit dada dan lebih sering ditemui pada pasien dengan sirosis alkoholik. Seseorang dengan penyakit lain bisa saja ditemukan spider di bagian dada. Asites dan edema. Penumpukan cairan pada tubuh.
12
Gangguan pembekuan pada perdarahan. Akibat penurunan produksi faktorfaktor pembekuan darah (Kusumobroto, 2012). Klasifikasi Sirosis Hati Klasifikasi secara morfologi. Klasifikasi secara morfologi terbagi menjadi 2 yaitu sirosis hati mikronodular dan sirosis hati makronodular. Sirosis hati mikronodular.Sirosis hati mikronodular yaitu dengan ciri-ciri nodul berbentuk uniform(seragam) memiliki diameter kurang dari tiga milimeter. Penyebab utama yakni konsumsi alkohol berlebih. Sirosis hati makronodular.Sirosis hati makronodular yaitu dengan ciri-ciri nodul beragam berdiameter lebih dari standar. Penyebabnya utama yakni perjalanan kronis hepatitis B dan C (Kusumobroto, 2012). Klasifikasi secara klinis. Klasifikasi secara klinis terbagi menjadi dua, yaitu sirosis hati kompensasi/kompensata dan sirosis hati dekompensasi/dekompensata. Sirosis hati kompensasi/kompensata. Sirosis hati kompensasi/kompensatayakni belum ditemukannya manifestasi klinik yang jelas, sering terjadi ditemukam saat pemeriksaan tes rutin atau ketika pemeriksaan sebab masalah lain seperti saat pembedahan, bahkan waktu otopsi. Sirosis hati dekompensasi/dekompensata.Sirosis hati dekompensasi/dekompensata yaitu dimana sudah terlihat manifestasi klinik yang jelas seperti ditemukannya ascites (Misnadiarly, 2007). Menurut Gall, sirosis hati terbagi menjadi bebera jenis :
13
Sirosis postnekrotik (sirosis toksik, sub acute yellow). Atropi sirosis yang terbentuk karena banyaknya nekrosis jaringan. Hati mengecil dengan banyak nodul dan jaringan fibrosa. Nutritional cirrhosis, sirosis alkoholik, Laennec cirrhosis atau fatty cirrhosis. Sirosis akibat malnutrisi. Perubahan bentuk hati, awalnya membesar kemudian mengecil di akhirdiikuti nodular. Sirosis post hepatic. Sirosis terbentuk akibat menderita hepatitis. Konsensus Banevo IV. Klasifikasi 4 stadium klinis siosis hati, yakni : Stadium 1. Varises dan asites tidak ditemukan, Stadium 2. Varises ada Stadium 3. Ditemukan asites, varises bisa ada bisa tidak Stadium 4. Ditemukan asites atau tidak bersama perdarahan. Semua stadium di kelompokkan bersama klasifikasi secara klinis (Kusumobroto, 2012). Komplikasi Edema dan Asites. Edema yaitu penumpukan cairan dan garam yang berlebih akibat sirosis semakin berlanjut. Gaya tarik bumi sewaktu berdiri atau duduk menyebabkan penumpukan garam dan air pada jaringan kulit. Kondisi malam dan siang hari memberi efek pembengkakan pada kaki yang berbeda. Selanjutnya asites adalah terisinya peritonium oleh garam dan air yang diretensi karena sirosis semakin berat. Penyakit non-peritonial dan penyakit peritonium mampu menyebabkan asites dilihat perbedaannya melalui pemeriksaan SAAG. Asites memiliki 4 tingkatan, yakni
14
tingkat 1, pemeriksaan seksama sebagai satu-satunya pendeteksi; tingkat 2, tidak banyak jumlah namun mudah dideteksi; tingkat 3, tidak terasa namun terlihat jelas; tingkat 4, sejak asites mengeras. Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). Ketidakmampuan cairan dalam rongga perut untuk menghalangi kedatangan kuman seperti bakteri karena jumlah cairan berlebih. Seharusnya fungsi hati memusnahkan bakteri jika cairan dalam peritonium sedikit. Asimtomatik terjadi pada sebagian pasien SBP, meskipun umumnya berbagai keluhan yang dirasakan yaitu demam, nyeri peritonium, diare, bahkan penumpukan cairan dalam peritonium. Perdarahan Varises Esophagus. Kembalinya darah menuju jantung melalui usus pasien sirosis, dihambat oleh jaringan ikat dalam hati, sehingga terjadi hipertensi porta akibat tekanan vena porta meningkat. Kemudian varises esophagus dan lambung muncul karena pelebaran vena bagian bawah esophagus serta bagian atas lambung disebabkan aliran darah dan vena porta meningkat. Peningkatan tersebut mampu memperbesar serta menaikkan risiko perdarahan varises yang berakibat fatal jika tanpa langsung mendapat pengobatan dan memuculkan hematemesis pada penderitanya. Ciri khusus muntahan penderita bewarna merah pekat atau seperti kopi karena dampak asam lambung pada darah. Feses penderita tidak normal (melena), perubahan posisi tubuh mempengaruhi tekanan darah menjadi menurun, dan perdarahan varises dalam kolon dapat terjadi meski kasusnya jarang. Pasien dengan komplikasi ini berpotensi mengalami BPS.
15
Ensefalopati Hepatik. Hati kehilangan fungsinya untuk mengeluarkan zat-zat asing dalam tubuh seperti racun yang mengganggu fungsi otak akibat terakumulasinya semua racun-racun tersebut dalam darah. Terjadi pola tidur yang berubah pada permulaan komplikasi ini dan penurunan konsentrasi sebagai keluhannya. Secara perlahan, komplikasi ini menyebabkan koma bahkan kematian. Sindrom Hepatorenal. Komplikasi ini menyebabkan fungsi ginjal menurun karena aliran darah menuju ginjal berubah. Kemudian ginjal juga gagal menghilangkan zat bersifat racun dari darah serta banyaknya urine yang dihasilkan berbeda dari keadaan normal, tetapi tidak mengganggu fungsi ginjal lainnya. Ginjal kembali normal jika terjadi transplantasi hati karena di duga fungsi ginjal menurun akibat fungsi hati hilang. Tipe sindrom hepatorenal ada 2, yakni tipe 1; penurunan fungsi dalam waktu yang cukup lama, tipe 2; penurunan fungsi dalam waktu yang relative cepat 1-2 minggu. Sindrom Hepatopulmoner. Ketidaknormalan fungsi paru mengakibatkan terlepasnya hormon tertentu sehingga pada penderita sirosis dengan komplikasi ini memiliki keluhan sesak napas. Fungsi paru terganggu karena kurangnya aliran darah menuju alveolus paru serta oksigen dalam darah sangat sedikit menyebabkan napas pasien pendek dan sesak. Hipersplenisme. Penyaringan sel darah yang sudah tua merupakan fungsi limpa. Gabungan darah dari limpa dan dari usus bergerak menuju vena porta. Akibat sirosis, tekanan vena porta meningkat sehingga menuutup aliran darah dari limpa
16
membuat limpa membesar serta nyeri perut disebut splenomegali. Selanjutnya menyebabkan jumlah sel darah dan trombosit menurun mengakibatkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia membuat keseimbangan tubuh terganggu. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma).Kanker hati disebabkan segala jenis sirosis. Namun pada kasus ini, kanker terjadi karena tumor pada hati/ kanker hati primer memunculkan keluhan utama di bagian perut. Kanker hati juga menyebabkan beragam kelainan dalam tubuh seperti eritrositosis, hipoglikemia, dan hiperkalsemia. (Kusumobroto, 2012). Epidemiologi Sirosis Hati Distribusi dan frekuensi. Distribusi dan frekuensi penderita sirosis hati menurut orang, tempat, dan waktu. Menurut Orang. Kejadian penyakit sirosis hati lebih sering terjadi pada pasien laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan rata-rata 2,1:1 dan dalam rentang usia 13-88 tahun, dengan kelompok terbanyak atara 40-50 tahun, dan usia rata-rata yaitu 44 tahun (Kusumobroto, 2012). Menurut Tempat. Penyakit hati kronik dan sirosis hati yang disebabkan oleh kebiasaan konsumsi alkohol paling banyak terjadi di Negara Barat seperti salah satunya adalah Amerika Serikat yaitu dapat menimbulkan sekitar 35.000 kematian per tahunnya. Sirosis hati merupakan penyebab kematian peringkat 9, prevalensi 1,2% di Amerika Serikat (Kusumobroto, 2012). Selanjutnya, sirosis hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis terbanyak adalah negara Cina, juga bagian lain
17
di Asia mengingat negara-negara tersebut merupakan wilayah endemis hepatitis B (WHO, 2015). Menurut Waktu. Pada tahun 2015 sirosis hati penyebab kematian sebanyak 462.690 orang di dunia dengan prevalensi 0,01% (WHO, 2017). Selanjutnya, sirosis hati adalah penyebab kematian terbesar akibat hepatitis di Asia Tenggara yaitu dengan perevalensi 65% (WHO, 2015). Pada tahun 2015, sirosis hati di Indonesia berada dalam peringkat 10 besar penyebab kematian dini yaitu sebesar 2,1% per 100.000 penduduk ( WHO, 2017). Sedangkan tahun 2016, penyakit sirosis hati dengan etiologi HBV (hepatitis B virus) menyebabkan kematian sebesar 57% (17.100 orang) dan etiologi HCV sebesar 67% (10.050 orang) (WHO, 2016). Determinan. Beberapa determinan atau penyebab penyakit sirosis hati : Penyakit liver alkoholik. Sirosis bisa terjadi karena kebiasaan minum alkohol selama lebih dari 10 tahun. Hepatitis C Kronis. Hepatitis B dan D Kronis. Hepatitis Imunitas. Sistem kekebalan tubuh adalah salah satu sasaran dan menyerang liver itu sendiri dengan akibat peradangan dan akhirnya berkembang menjadi sirosis.
18
Penyakit Genetik. Sirosis juga diakibatkan oleh penyakit turunan seperti kekurangan antitrypsin alfa-1, hemochromatosis, galactosemia, dan penyakit penyimpangan glikogen. Semua penyakit ini sangat mengganggu kerja liver memproduksi, memproses, dan menyimpan enzim, protein, logam, dan zat lain yang diperlukan tubuh. NonAlcoholic Steato Hepatitis (NASH). Pada penyakit ini, terjadi penumpukan lemak pada liver dan juga mengakibatkan jaringan parut. Tipe hepatitis ini berkaitan dengan diabetes, kekurangan protein, kegemukan, penyakit pembuluh kroner, dan pengobatan dengan corticosteroid. Saluran empedu yang tertutup. Ketika saluran tertutup, maka empedu balik lagi ke liver dan merusak jaringan liver. Obat-obatan, bahan kimia, dan infeksi. Reaksi berlebihan terhadap obat, paparan terlalu lama terhadap racun lingkungan (missal polusi CO2, dan lain-lain), infeksi paparasit, kegagalan jantung terus-menerus, dan berhentinya pasokan darah ke liver akan menyebabkan sirosis (Misnadiarly, 2007). Pencegahan Pencegahan primer. Sirosis hati lebih sering terjadi karena perjalanan kronis penyakit hepatitis (hepatitis B dan C) dan kebiasaan mengonsumsi alkohol. Untuk itu pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan meminimalisir faktor risikonya dengan cara konsumsi diet seimbang dan multivitamin setiap hari, hindari
19
obat-obatan (termasuk alkohol) yang merusak hati, dan pencegahan hepatitis B lebih efektif dengan vaksinasi (Kusumobroto, 2012). Pencegahan Sekunder. Diagnosis kemungkinan sirosis, dapat dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Pada pencegahan sekunder, lebih dilakukan penekanan pada sistem pengobatan, yaitu pengobatan spesifik dapat diberikan untuk berbagai kelainan hati sebagai usaha mengurangi keluhan penderita. Bila sudah sirosis, pengobatan ditujukan pada komplikasi yang mungkin sudah timbul, salah satunya seperti kombinasi diuretik spironalctone dan furosemide mampu menurunkan bahkan menghilangkan edema dan asites pasien. Pengobatan sirosis antara lain mencegah kerusakan hati lebih lanjut, mengobati komplikasi, mencegah kanker hati atau deteksi sedini mungkin, serta transplantasi hati (Kusumobroto, 2012). Pencegahan Tersier. Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan kematian. Kemudian dilakukan rehabilitasi fisik, mental, maupun sosial. Bila kerusakan hati semakin parah, maka cara terakhir adalah dengan melakukan transplantasi hati (Karsan, 2004). Landasan Teori Landasan teori yang dijadikan sebagai acuan adalah teori dari Hendrik L. Blum (1972) seorang pakar kesehatan masyarakat menyatakan, “status kesehatan” seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor herediter (gen), faktor pelayanan
20
kesehatan, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Perilaku dan lingkungan sangat berkaitan dan besar pengaruhnya terhadap status kesehatan seseorang. Keturunan/Genetik
Status Kesehatan
Lingkungan
Pelayanan Kesehatan
Gaya Hidup Gambar 2. Skematis teori H.L Blum Perilaku merupakan salah satu faktor yang lebih besar mempengaruhi status kesehatan seseorang. Pada kejadian sirosis hati, lebih umum terjadi karena perilaku yang tidak sehat seperti kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan tak jarang pula terjadi karena faktor lingkungan seperti tinggal bersama penderita hepatitis, dimana infeksi penyakit hepatitis jika berlanjut akan mengakibatkan penyakit hati kronis yang salah satunya adalah sirosis hati. Tidak menutup kemungkinan bahwa faktor herediter dan faktor pelayanan kesehatan juga turut andil dalam proses terjadinya sirosis hati, seperti penyakit turunan yaitu kekurangan antitrypsin alfa-1, hemochromatosis, galactosemia, dan penyakit penyimpangan glikogen. Semua penyakit ini sangat mengganggu kerja liver
21
memproduksi, memproses, dan menyimpan enzim, protein, logam, dan zat lain yang diperlukan tubuh. Untuk faktor pelayanan kesehatan, tentunya diperlukan sitem pelayanan kesehatan yang baik untuk mampu menurunkan angka kematian akibat sirosis hati (Salmah, 2013).
22
Kerangka Konsep Karakteristk Penderita Sirosis Hati 1. CFR 2. Sosiodemografi Umur Jenis Kelamin Agama Pendidikan Pekerjaan Tempat Tinggal 3. Gejala Klinis 4. Klasifikasi Sirosis Hati 5. Riwayat Penyakit Terdahulu 6. Status Komplikasi 7. Jenis Komplikasi 8. Lama Rawatana Rata-rata 9. Keadaan Sewaktu Pulang
Metode Penelitian
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan desain case series. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Medan karena tersedianya data pasien sirosis hati yang di rawat inap pada tahun 2016-2018. Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Desember 2018 sampai dengan bulan April 2019. Populasi dan Sampel Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah data semua pasien penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Haji tahun 2016-2018 yaitu sebesar 118 orang. Sampel. Sampel penelitian ini adalah data seluruh penderita penyakit sirosis hati yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2016-2018. Besar sampel adalah sama dengan populasi. Variabel dan Definisi Operasional Penderita sirosis hati. Penderita sirosis hatiadalah penderita yang dinyatakan menderita sirosis hati berdasarkan diagnosa dokter yang dicatat direkam medis. CFR. CFR adalah untuk mengetahui jumlah kematian akibat sirosis hati per jumlah seluruh kasus sirosis hati selama 3 tahun yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Medan sesuai yang tercatat pada kartu status.
23
24
Umur. Umur adalah lama hidup penderita sirosis hati yang dihitung berdasarkan tahun sejak dilahirkan hingga saat penderita menjadi pasien di Rumah Sakit Umum Haji Medan tertulis pada kartu status dan dikategorikan : 1. 2. 3. 4.
≤ 30 tahun 31 - 40 tahun 41 – 50 tahun > 50 tahun Jenis kelamin. Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki
oleh penderita sesuai dengan yang tertulis pada kartu status dan dikategorikan : 1. Laki-laki 2. Perempuan Agama. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita sirosis hati sesuai dengan yang tertulis pada kartu status dan dikategorikan : 1. Islam 2. Kristen Protestan 3. Kristen Katholik 4. Buddha 5. Hindu Pendidikan. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditamatkan oleh penderita sirosis hati sesuai dengan yang tertulis pada kartu status dan dikategorikan : 1. Tidak tamat SD (tidak sekolah) 2. SD/Sederajat
25
3. SLTP/Sederajat 4. SLTA/Sederajat 5. D3 6. Sarjana Pekerjaan. Pekerjaan adalah pekerjaan penderita sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas: 1. Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI/ Pensiunan 2. Pegawai Swasta 3. Wiraswasta 4. Petani 5. Ibu Rumah Tangga 6. Lain-lain Tempat tinggal/asal daerah. Tempat tinggal/asal daerah adalah tempat dimana penderita tinggal menetap sesuai yang tercatat pada rekam medik,dikelompokkan atas: 1. Kota Medan 2. Luar kota Medan Gejala klinis. Gejala klinis adalah keluhan yang dirasakan oleh penderitasesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas: 1. Perut membesar, mual, lemas 2. Ikterus (mata dan kulit kuning)
26
3. Nyeri perut kanan atas 4. BAB hitam dan berdarah 5. Sesak nafas dan demam 6. Asites dan edema 7. Munculnya jaringan laba-laba (spider) 8. Lebih dari 1 gejala klinis Klasifikasi sirosis hati. Klasifikasi sirosis hati adalah klasifikasi berdasarkan gejala klinis sirosis hati yang nyata sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas: 1. Kompensanta 2. Dekompensanta Riwayat penyakit terdahulu. Riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang beresiko menimbulkan sirosis hati dan dikategorikan : 1. Hepatitis B 2. Hepatitis C 3. Penyakit hati lainnya Status komplikasi.Sirosis hatiadalah ada tidaknya penyakit lain yang timbul akibat dari penyakit sirosis hati yang tercatat pada kartu status dan dikategorikan: 1. Ada 2. Tidak ada
27
Jenis komplikasi. Jenis Komplikasi adalah penyakit lain yang timbul akibat dari penyakit sirosis hati yang tercatat pada kartu status dan dikategorikan: 1. Edema dan Asites 2. Perdarahan Varises Esophagus 3. Ensefalopati Hepatik 4. Peritonitis Bakterial Spontan 5. Sindrom Hepatorenal 6. Sindrom Hepatopulmoner 7. Hipersplenisme 8. Hepatoma (Kanker Hati) Lama rawatan rata-rata. Laama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita sirosis hati menjalani rawat inap yang dihitung sejak tanggal masuk sampai tanggal keluar sesuai dengan yang tercatat pada rekam medik. Keadaan sewaktu pulang. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas: 1. Pulang berobat jalan 2. Pulang atas permintaan sendiri 3. Meninggal
28
Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita sirosis hati rawat inap di bagian Rekam Medik Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016 – 2018. Semua kartu status dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Metode Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Data dianalisa secara deskriptif dan statistik, disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi dan gambar (diagram bar dan diagram pie). Untuk melihat perbedaan karakteristik distribusi penderita sirosis hati digunakan uji chi-square, uji t-test dan uji anova.
29
DAFTAR PUSTAKA Chalik. (2016). Anatomi & Fisiologi Manusia. Diakses dari https://www.pdfdrive.com Guntur, A. (2006). Bed Side Taching Ilmu Penyakit Dalam (1th ed.). Jakarta : Sagung Seto. Kartini. (2009). Fungsi Organ Hati, http://info-kesehatan-anda.blogspot.com Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Lembaga
Negara RI Tahun 2009. Sekretariat
Negara. Jakarta. Kementerian Kesehatan. (2011, Agustus 18). Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab Kematian Terbanyak di Indonesia. Diakses Januari 14, 2019, from http://www.depkes.go.id Kusumobroto, H.O. (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. (Eds Pertama Revisi), Sirosis Hati (pp. 347-356). Jakarta : Sagung Seto. Malau, Arda Sariani. (2011). Karakteristik Penderita Sirosis Hati Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006 – 2010. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Misnadiarly. (2007). Penyakit Hati (Liver)(1th ed.). Jakarta: Pustaka Obor Populer. Nurdjanah, Siti. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.(Eds V), Sirosis Hati (pp 443). Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univrsitas Indonesia.
30
Patogenesis Sirosis Hati. (2013, Mei 22). Diakses Januari 15, 2019, from https://id.pdfcoke.com Price S.A. (2006).Patofisiologi konsep Klinis Proses-proses Penyakit. (6th ed.). Jakarta: EGC. Riset Kesehatan Dasar. (2018, November 07). Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses Januari 2, 2019, from http://www.depkes.go.id Salmah, Sjarifah. (2013). Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: CV Trans Info Media. Setiadi. (2007). Anatomi & Fisiologi Manusia (1th ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu. Sibuea, Nerrry Armis. (2012). Karakteristik Penderita Sirosis Hati Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Sulaiman. H. A. (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. (Eds Pertama Revisi), Hepatitis C (pp. 228-238). Jakarta : Sagung Seto. World Health Organisation. ( 2015). Burden of Viral Hepatitis in the South-East Asia Region. Myanmar : Anonim. World Health Organisation. (1947). Constitution of WHO : principles. New York : Anonim. World Health Organisation. (2015). Entity Emerging Deseases Topics Diarrhoea ARI Hepatitis B. New Zealand : Anonim.
31
World Health Organisation. (2016). Global Health Estimates. Wellington, New Zealand : Anonim World Health Organisation. (2017). Global hepatitis report 2017 Geneva: Global Hepatitis Programme, Department of HIV/AIDS. New Zealand: Anonim. World Health Organisation. (2017). State of Health Inequality Indonesia. Indonesia : Anonim. World Health Organisation. (2017). Summary of WHO Position Paper on Hepatitis B Vaccines. Jenewa, Swiss: Anonim.
32
DAFTAR LAMPIRAN
No
Judul
Halaman
1.
Dummy Table
33
2.
Plan of Action (PoA) Penelitian
38
33
Dummy Table Tabel 1 Distribusi Proporsi Angka Kesakitan dan Kematian Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Tahun yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2016-2018 Tahun Jumlah Sirosis Hati Jumlah Kematian N % 2016 2017 2018 Tabel 2 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sodiodemografi yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Karakteristik Sosiodemografi Jumlah Persen (Orang) Umur ≤ 30 tahun 31 - 40 tahun 41 – 50 tahun > 50 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katholik Buddha Hindu Pendidikan Tidak tamat SD (tidak sekolah) SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat D3 Sarjana Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI/ Pensiunan
34
Pegawai Swasta Wiraswasta Petani Ibu Rumah Tangga Lain-lain Asal Daerah Kota Medan Luar kota Medan Tabel 3 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Gejala Klinis yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Gejala Klinis Jumlah (Orang) Persen Perut membesar, mual, lemas Ikterus (mata dan kulit kuning) Nyeri perut kanan atas BAB hitam dan berdarah Sesak nafas dan demam Asites dan edema Munculnya jaringan laba-laba (spider) Lebih dari 1 gejala klinis Tabel 4 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Klasifikasi yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Klasifikasi Jumlah (Orang) Persen Kompensata Dekompesata Tabel 5 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Riwayat Penyakit Terdahulu Jumlah (Orang) Persen Hepatitis B Hepatitis C Penyakit hati lainnya
35
Tabel 6 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Status Komplikasi Jumlah (Orang) Persen Ada Tidak ada Tabel 7 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Jenis Komplikasi Jumlah (Orang) Persen Edema dan Asites Perdarahan Varises Esophagus Ensefalopati Hepatik Peritonitis Bakterial Spontan Sindrom Hepatorenal Sindrom Hepatopulmoner Hipersplenisme Hepatoma (Kanker Hati) Tabel 8 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Lama Rawatan Rata-rata (hari) Mean Standar Deaviasi 95% CI Minimum Maksimum (SD
Tabel 9 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Keadaan Sewaktu Pulang Jumlah (Orang) Persen Pulang berobat jalan Pulang atas permintaan sendiri Meninggal
36
Tabel 10 Distribusi Proporsi Umur Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Jenis Komplikasi Umur Penderita Jumlah < 40 tahun ≥ 40 tahun N % n % n % Edema dan Asites Perdarahan Varises Esophagus Ensefalopati Hepatik Peritonitis Bakterial Spontan Sindrom Hepatorenal Sindrom Hepatopulmoner Hipersplenisme Hepatoma (Kanker Hati) Tabel 11 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Klasifikasi Sirosis Hati yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Klasifikasi Sirosis Hati
Lama Rawatan Rata-rata N Mean
SD
Kompensata Dekompesata Tabel 12 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Satutus Komplikasi N Ada Tidak Ada
Lama Rawatan Rata-rata Mean
SD
37
Tabel 13 Distribusi Proporsi Jenis Komplikasi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Jenis Komplikasi Berobat Jalan n %
Keadaan Sewaktu Pulang Permintaan Meninggal Sendiri n % n %
Jumlah
N
Edema dan Asites Perdarahan Varises Esophagus Ensefalopati Hepatik Peritonitis Bakterial Spontan Sindrom Hepatorenal Sindrom Hepatopulmoner Hipersplenisme Hepatoma (Kanker Hati)
Tabel 14 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 20016-2018 Keadaan Sewaktu Pulang N Pulang Berobat Jalan Pulang Atas Permintaan Sendiri Meninggal
Lama Rawatan Rata-rata Mean
SD
%
38
Jadwal Penelitian
No.
Kegiatan Okt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengajuan Judul ACC Judul Pengangkatan Dosen Pembimbing Survei Pendahuluan Bimbingan Proposal Seminar Proposal BAP (Berita Acara Proposal) Pengumpulan Data Analisis Data Bimbingan Skripsi Sidang Skripsi BAS (Berita Acara Skripsi)
2018 Nov
2019 Des
Jan
Feb
Mar
Apr