Proposal Acc Siap Ujian Proposal.docx

  • Uploaded by: akinari kumiko
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Acc Siap Ujian Proposal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,643
  • Pages: 27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Sejak awal manusia diciptakan, pendidikan telah menjadi bagian dalam kehidupan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi perkembangan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakat dan kepada siswanya. Sehingga kualitas pendidikan yang juga sebagai mutu pendidikan merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan secara serius oleh pemerintah. Berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak terlepas dari matematika sebagai salah satu cabang ilmu yang berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kehidupan nyata, matematika pun begitu dekat dengan kehidupan manusia karena matematika digunakan dalam kegiatan ekonomi, perdagangan, teknologi, dan lain-lain. Melihat betapa penting dan dekatnya matematika dengan kehidupan manusia, maka pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dan diberikan sejak dini. Berdasarkan hal tersebut maka proses pembelajaran yang efektif, efisien dan inovatif menjadi tuntutan yang tak dapat dihindari. Dalam hal ini, peran guru sebagai pendidiklah yang menjadi kunci utama proses ini. Setidaknya, bagaimana 1

seorang guru dapat menggunakan berbagai model pembelajaran yang dapat membantu para siswa untuk belajar secara efektif dan efisien. Salah satu cara untuk dapat melihat bahwa efektif atau tidaknya pembelajaran matematika di sekolah, bisa kita lihat melalui hasil belajar matematika siswa. Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar matematika yang relative tinggi menindikasikan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan efektif, sehingga keberhasilan dari pencapaian tujuan pembelajaran matematika di sekolah akan ditinjau dari hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi di SMA N 1 Tapa, dengan mewawancarai salah satu guru mata pelajaran matematika, dalam proses pembelajaran berlangsung banyak permasalahan yang terjadi, siswa cenderung terikat dengan bentuk contoh yang disajikan dalam pembelajaran, respon siswa sangat lambat jika diberikan contoh yang sedikit berbeda dengan contoh sebelumnya, sebagian besar siswa tidak fokus dalam belajar, siswa sering keluar masuk ruangan, siswa sering mengganggu teman yang sedang belajar, dan kurang aktif bertanya jika ada materi yang kurang dipahami. Kondisi pembelajaran seperti ini berakibat kepada hasil belajar siswa rendah. Dan berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas X di SMAN 1 TAPA diperoleh informasi bahwa hasil belajar matematika mereka masih rendah dikarenakan minat mereka untuk mempelajari matematika masih kurang, dan menurut mereka proses pembelajaran di dalam kelas itu menakutkan karena mereka diminta untuk menemukan dan memahami sendiri materinya dengan membentuk kelompok, siswa merasa kesulitan karena

2

kemampuan dasar yang dimiliki masih rendah, sehingga mereka memilih untuk mengandalkan teman sekolompok yang mereka anggap pintar dan biasanya teman yang merasa pintar acuh tak acuh terhadap teman kelompoknya sehingga siswa yang merasa kemampuannya rendah merasa minder. Melihat permasalahan ini, penggunaan model pembelajaran sangat berperan penting dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang kurang tepat dapat membawa suasana yang tidak menarik perhatian, membuat siswa menjadi tidak senang, kelas menjadi cenderung monoton dan berakhir membosankan sedemikian sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa tidak mengalami peningkatan.

Oleh sebab itu perlu kajian lebih cermat yang

difokuskan pada mata pelajaran matematika dan model pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran tersebut. Dan diperoleh informasi bahwa model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah adalah model pembelajaran discovery learning. Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi adalah siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Dalam hal ini, siswa harus mandiri dalam belajar dan saling diskusi dengan teman sekelompoknya, sehingga tidak menuntut kemungkinan sebagian besar siswa tidak termotivasi dalam belajar sehingga hanya siswa yang memiliki daya tangkap cepat yang mengerjakan tugas dan siswa yang memiliki kemampuan rendah hanya sebagai penonton, yang pada akhirnya sebagian besar siswa memperoleh hasil belajar rendah.

3

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu siswa memahami materi pelajaran matematika. Guru diberi kebebasan dalam memilih model pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Alternatif tindakan yang penulis tawarkan yaitu penggunaan model pembelajaran matematika knisley dengan metode Brainstorming. Model pembelajaran matematika knisley, dimana proses pembelajarannya diarahkan untuk mengaktifkan pembelajaran dalam membangun pengetahuan, ketrampilan, dan sikap melalui pengalamannya secara langsung. Pada model pembelajaran matematika knisley, siswa diberikan kesempatan untuk aktif mengasah pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sehingga dapat lebih aktif dalam menuangkan ide-ide untuk menyelesaikan permasalahan matematika. Pada model pembelajaran matematika knisley, guru dan siswa dituntut untuk sama-sama aktif sehingga guru dan siswa secara bergantian berperan aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Roestiyah (Wibowo:2014 ) metode brainstorming adalah suatu teknik atau mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan suatu penelitian yang diformulasikan dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran

4

Matematika Knisley dengan Metode Brainstorming terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X di SMA N 1 TAPA” 1.2. Identifikasi Masalah Memperhatikan uraian di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan yang terjadi sebagai berikut: 1) Hasil belajar matematika siswa masih rendah 2) Sebagian besar siswa belum berperan aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung 3) Model pembelajaran yang diterapkan belum mampu membuat respon maksimal dari siswa dalam pembelajaran 4) Pengetahuan dasar siswa rendah 1.3. Batasan Masalah Kajian untuk penelitian ini dibatasi pada penggunaan model pembelajaran matematika knisley dengan metode brainstorming pada mata pelajaran matematika di kelas X SMAN 1 TAPA 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah ada perbedaan pada hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran matematika knisley yang dipadukan dengan metode brainstorming dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Discovery Learning di kelas X SMAN 1 TAPA?

5

1.5. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran matematika knisley dengan metode brainstorming dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Discovery Learning di kelas X SMA N 1 TAPA 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)

Bagi siswa, dapat membantu lebih aktif dalam belajar, dan mudah dalam memahami materi yang pada akhirnya dapat memperoleh hasil belajar yang baik.

2)

Bagi guru, sebagai bahan konstribusi untuk meningkatkan pembelajaran matematika sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun guru dapat diminimalkan.

3)

Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika.

4)

Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman dan latihan serta menambah wawasan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah.

6

BAB 2 KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoretis 2.1.1. Model Pembelajaran Matematika Knisley Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) merupakan penerapan teori kolb learning cycle dalam pembelajaran matematika. Teori kolb learning cycle (Knisley, 2002:2) menyatakan bahwa gaya belajar siswa ditentukan oleh dua faktor, pertama apakah siswa lebih suka konkrit ke abstrak, dan kedua apakah siswa lebih memilih percobaan aktif untuk reflektif pengamatan. Berikut klasifikasi gaya belajar menurut teori kolb: 1) Alegoriser: Siswa yang membangun pada penelitian sebelumnya, 2) Integrator: Siswa yang belajar dengan mencoba coba, 3) Analiser: Siswa yang belajar dari penjelasan yang detail, dan 4) Sinteser: Siswa yang belajar dari pengembangan strategi individu. Tahapan pembelajaran Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) dalam Iis Yuliana (2018) adalah: 1) Kongkrit-Reflektif: Guru menjelaskan konsep secara figuratif dalam konteks yang familiar berdasarkan istilah-istilah yang terkait dengan konsep yang telah diketahui siswa, 2) Kongkrit-Aktif: Guru memberikan tugas dan dorongan agar siswa melakukan eksplorasi, percobaan, mengukur, atau membandingkan sehingga dapat membedakan konsep baru ini dengan konsep–konsep yang telah diketahuinya, 3) Abstrak-Reflektif: Siswa membuat atau memilih pernyataan yang terkait dengan konsep baru, memberi contoh kontra untuk menyangkal pernyataan yang salah, dan membuktikan pernyataan yang benar bersama-sama dengan guru, dan 4) Abstrak–Aktif: Siswa 7

melakukan practice (latihan) menggunakan konsep baru untuk memecahkan masalah dan mengembangkan strategi. keempat tahap terlihat seperti gambar di bawah ini. Konkret-Reflektif

Abstrak-Aktif

Konkret-Aktif

Abstrak-Reflektif Gambar 2.1 Gambar 2.1. Siklus Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) Pada tahap konkret-reflektif dan tahap abstrak-reflektif guru relatif lebih aktif sebagai pemimpin, sedangkan pada tahap konkret-aktif dan abstrak-aktif siswa lebih aktif melakukan eksplorasi dan ekspresi kreatif sementara guru berperan sebagai mentor, pengarah, dan motivator. Asih (2013:27) mengatakan bahwa siklus MPMK sangat menarik, karena tingkat keaktifan siswa dan guru saling bergantian, tahap pertama dan tahap ketiga guru lebih aktif dari pada siswa, sedangkan pada tahap kedua dan keempat siswa lebih aktif dari pada guru.

2.1.2. Metode Brainstorming Metode brainstorming adalah suatu cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru,

8

kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat atau komentar sehingga masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai cara untuk mendapatkan banyak ide dari kelompok diskusi dalam waktu yang

singkat.

Brainstorming

sangat

penting

untuk

proses

kreatif

(Hairunnisa:2017:27) Menurut Syukrina (2018:8) Metode Brainstorming adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, dan pengalaman dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode Brainstorming pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi Roestiyah dalam Nadia Nurmala Sari (2013:30) mengatakan bahwa Metode brainstorming juga dapat diartikan sebagai teknik mengajar yang dilaksanakan guru dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab, menyatakan pendapat, atau memberi komentar sehingga memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru. “Secara singkat dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan berbagai ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat. Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa brainstorming adalah suatu metode untuk memunculkan penyelesaian masalah yang kreatif dengan mendorong siswa untuk melemparkan ide sembari menahan kritik atau penilaian.

9

Langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode brainstorming menurut Sari (2013:31-32) adalah sebagai berikut. 1) Pemberian Informasi dan Motivasi Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak siswa aktif untuk menyumbangkan pemikirannya. 2) Identitas Pada tahap ini siswa diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok dan peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini agar kreativitas siswa tidak terhambat. 3) Klasifikasi Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan faktor-faktor lain. 4) Verifikasi Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan.

Setiap

sumbang

saran

diuji

relevansinya

dengan

permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya. 5) Konklusi Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas,

10

maka diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) dengan metode brainstorming adalah model pembelajaran matematis yang memiliki empat siklus belajar yaitu konkretreflektif, konkret-aktif, abstrak-reflektif, abstrak-aktif, dimana pada tahapan konkret-aktif menggunakan metode brainstorming. Metode brainstorming digunakan pada fase kedua yakni fase konkretaktif, dimana pada fase ini siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan guru berperan sebagai pembimbing dan motivator. Brainstorming terjadi antara siswa dengan siswa dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah yang telah diberikan. Ketika diantara diskusi siswa tersebut merasa kesulitan, maka dilakukan brainstorming antara guru dengan siswa. Brainstorming antara guru dengan siswa juga dapat dilakukan pada saat diskusi kelas.

2.1.3. Model Pembelajaran Discovery Learning Model pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran yang menuntut siswa untuk menemukan sendiri konsep materi, pada model pembelajaran ini lebih menitik beratkan siswa untuk menemukan konseep materi juga menuntut guru untuk memberikan umpan kepada siswa untuk menemukan konsep materi tersebut dan tidak memberikan materi dalam bentuk yang sudah final seperti yang diungkapkan oleh Lefancois (Depdikbud 2014).

11

Hamiyah dalam Ainur Roicha (2017:16) mengemukakan bahwa Discovery Learning adalah kegiatan atau pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Ridwan dalam Ainur Roicha (2017: 15) bahwa dalam pembelajaran Discovery Learning guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga memberikan kesempatan siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri dan membangun sendiri pengetahuannya. Berdasarkan beberapa teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Discovery Learning adalah proses pembelajaan yang menitik beratkan pada proses menemukan sendiri konsep materi yang dipelajari, dalam model pembelajaran ini juga menuntut guru yang harus memberikan umpan kepada siswa untuk menemukan konsep materi yang akan dipelajari

2.1.4. Hasil Belajar Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat adanya latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya dilakukan oleh manusia seumur hidupnya, kapan saja, dimana saja, baik di sekolah maupun di rumah. Thorndike (Uno,2011:191) mengatakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang berupa pikiran, perasan atau gerakan) atau dalam hal lain merupakan perubahan tingkah laku berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati) ataupun nonkonkret (tidak dapat diamati). Belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelanggaraan

12

setiap jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa saat di sekolah, di lingkungan rumah maupun keluarganya sendiri. Uno (2011:213) mengemukakan bahwa perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya merupakan hasil dari belajar. Hal ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Sudjana (2016:22) bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar, dan hal ini juga sejalan dengan yang dikatakan Davies (Uno,2011:212) bahwa hasil belajar berhubungan dengan kemampuan yang diperoleh seseorang dalam bentuk saling berkaitan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap. hal ini sejalan dengan yang dikatakan Ahmad Susanto (2013:5) bahwa hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, atau psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar Reigeluth (Uno,2011:137) mengatakan bahwa hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda, efek ini bisa berupa efek sengaja diranjang, karena merupakan efek yang diinginkan, dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu hal ini juga dikatakan Syukrina (2018:13) bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran. Dari sejumlah pendapat mengenai hasil belajar yang dikemukan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang

13

baru secara keseluruhan dari dalam diri siswa baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari pengalaman belajarnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Horward kingsley (Sudjana 2016:22) mengemukakan bahwa Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu (a) keterampilan dan kebiasaan (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne (Sudjana 2011:22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motorik. Bloom (Uno,2011:22) mengklaisfikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor. (1) Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, dan internalisasi. (3) Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yakni gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interprelatif.

14

Untuk kepentingan penelitian ini, peneliti merumuskan beberapa indikator hasil belajar yang akan digunakan dalam penelitian, antara lain: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, dan analisis.

2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan, revisi dan modifikasi. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa orang peneliti sebelumnya diantaranya: 1) penelitian yang dilakukan oleh Evariyani (202013054) merupakan penelitian eksperimen, dimana penelitian Evariyani yaitu Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) Kolaborasi Brain Gym Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga. Sasaran penelitian Evariyani di kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga tahun pelajaran 2017. 2) penelitian yang dilakukan Syukrina (251324507) merupakan penelitian eksperimen,

dimana

penelitian

Syukrina

yaitu

Pengaruh

Metode

Brainstorming Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Arus Bolak-Balik Di Kelas Xii Man 2 Banda. Sasaran penelitian Syukrina di kelas XII MAN 2 Banda tahun pelajaran 2017.

Persamaan penelitian yang saya akan lakukan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Evariyani adalah sama-sama menggunakan model

15

pembelajaran matematika knisley, sedangkan perbedaannya adalah penelitian Evariyani mengkolaborasikan model pembelajaran matematika knisley dengan Brain Gym serta yang diukur adalah Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga sedangkan penelitian yang akan saya lakukan adalah mengkolaborasikan model pembelajaran matematika knisley dengan metode brainstorming serta yang akan saya ukur adalah hasil belajar matematika siswa di kelas X SMA N 1 TAPA dan persamaan penelitian yang akan saya lakukan dengan penelitian yang dilakukan Syukrina yaitu sama-sama mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan metode brainstorming tetapi Syukrina memfokuskan meneliti pada mata pelajaran fisika materi Arus Bolak-Balik Di Kelas XII Man 2 Banda sedangkan saya memfokuskan pada mata pelajaran matematika materi vector di kelas X SMA N 1 TAPA

16

2.3. Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Matematika

Model Pembelajaran Discovery Learning

Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) Penelitian Dengan Metode 2.4. Hipotesis Brainstorming Tes

Hasil Belajar Matematika Siswa

Hasil belajar matematika peserta didik menggunakan model pembelajaran Knisley dengan metode brainstorming lebih baik daripada hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran discovery learning

2.4 Hipotesis Penelitian Menurut sugiyono (2017:63), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dalam penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan pada teori relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran matematika knisley dengan metode brainstorming dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning di kelas X SMA N 1 TAPA”.

17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA N 1 TAPA Kab. Bone Bolango, Prov.Gorontalo 3.1.2. Waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dalam kurun waktu tiga bulan

pada

pembelajaran semester genap Tahun pelajaran 2018/2019 yang meliputi kegiatan observasi, persiapan, eksperimen, tes hasil belajar siswa, pengolahan data, hingga penyusunan laporan penelitian. 3.2. Jenis Dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen, dimana peneliti akan merandom dari 3 kelas sampel dan diambil 2 kelas, kemudian dari 2 kelas akan dirandom lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan model pembelajaran matematika knisley dan kelas kontrol diberikan perlakuan model pembelajaran discovery learning. Setelah kedua kelas sampel diberi perlakuan maka kedua kelas akan diberi post test, sehingga desain yang digunakan dalam penelitian ini Posttest-Only Control Group Design (Sugiyono, 2017: 75). dapat di gambarkan pada tabel berikut. Tabel 3.1 Posttest-Only Control Group Design Kelas Eksperimen Kontrol

Perlakuan X1 X2

18

Post Test O1 O2

Keterangan : X1 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran matematika knisley dengan metode brainstorming X2 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning O1 : Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen O2 : Tes akhir (post test) untuk kelas control 3.3.

Variabel Penelitian Variable penelitian menurut sugiyono (2017: 39) adalah suatu atribut,

sifat, atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Adapun variable dalam penelitian ini adalah: 3.3.1. Variabel Bebas Menurut Sugiyono (2017: 39) variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variable dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah perlakuan. Untuk

kelas

eksperimen

pembelajarannya

diberikan

perlakuan

model

pembelajaran matematika knisley dengan metode Brainstorming dan kelas kontrol diberikan perlakuan berupa model pembelajaran discovery learning. 3.3.2. Variabel Terikat Menurut Sugiyono (2017: 39) variable terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada pelajaran matematika untuk siswa kelas X SMA N 1 TAPA.

19

3.4.

Populasi Dan Sampel

3.4.1. Populasi Menurut Sugiyono (2017:215) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA N 1 TAPA yang tersebar di 3 kelas dengan jumlah setiap kelas 33. Total populasi terjangkau berjumlah 99 siswa. 3.4.2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan sumber data. Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Cluster Simple Random Sampling, dengan langkah-langkah yaitu pada Tahap I dipilih dua kelas dengan melakukan undian terhadap 3 kelas, siswa kelas X IPA di SMA N 1 TAPA. Undian tersebut dilakukan untuk menentukan kelas yang akan dikenai perlakuan. Pada tahap II, dipilih dengan cara mengundi yaitu kelas yang akan diajar dengan model pembelajaran matematika knisley dengan metode brainstorming (kelas eksperimen) dan kelas yang diajar dengan model pembelajaran discovery learning (kelas kontrol).

20

3.5.

Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa

pada mata pelajaran matematika. Dalam penelitian ini menggunakan dua teknik dalam pengumpulan data, yaitu dengan tes dan pengamatan (observasi). Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sesudah pembelajaran (post test). Sumber data tersebut adalah seluruh siswa yang menjadi sampel. Sedangkan observasi adalah melakukan pengamatan langsung terhadap objek. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi sistematis yaitu menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang timbul dan akan diamati. Adapun yang menjadi observer adalah guru bidang studi dan teman sejawat. 3.6.

Instrument penelitian 1. Tes hasil belajar siswa Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk mengukur

hasil belajar siswa khususnya pada pada materi vektor. Sebelum tes hasil belajar matematika diberikan kepada siswa, tes tersebut akan diuji validitasnya. Pengujian validitas tes dalam penelitian ini diujikan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah validasi isi dilakukan oleh dosen pakar dan mitra guru dan tahap kedua validasi empiris yaitu tes akan diuji cobakan terlebih dahulu kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya dengan rumus sebagai berikut.

21

a. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument. Untuk menguji tingkat validitas digunakan uji korelasi product moment sebagai berikut.

rxy 

N  XY   X Y 

N  X

2



  X  N Y 2  Y  2

2



(Arifin, 2011: 254)

Keterangan: 𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi product moment ∑ 𝑋 = Jumlah skor untuk setiap item ∑ 𝑌 = Jumlah skor total untuk keseluruhan item 𝑁 = Jumlah responden

Kriteria pengujiannya adalah jika rhitung > rtabel, maka butir soal dinyatakan valid, dalam keadaan lain butir soal dinyatakan tidak valid (Invalid). b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Rumus yang digunakan adalah rumus Koefisien Alpha yaitu: 2  R    i   1  2   y   R  1 

(Arifin, 2011: 264)

Keterangan:  = reliabilitas tes R = jumlah butir soal 𝜎𝑖2 = varians butir soal 𝜎𝑦2 = varians skor total

22

Klasifikasi besarnya koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut. 0,00 <  ≤ 0,20 <  ≤ 0,40 <  ≤ 0,70 <  ≤ 0,90 <  ≤

0,20 0,40 0,70 0,90 1,00

: tingkat reliabilitas sangat rendah : tingkat reliabilitas rendah : tingkat reliabilitas sedang : tingkat reliabilitas tinggi : tingkat reliabilitas sangat tinggi

2. Lembar observasi Lembar observasi yang digunakan berupa daftar cek atau check-list. Daftar cek adalah suatu set daftar karakteristik atau kriteria yang memerlukan jawaban sederhana dengan memberikan tanda cek (  ) apabila setiap item daftar telah terpenuhi. Instrumen ini berupa lembar observasi yang berisi daftar kegiatan yang timbul dan akan diamati. 3.7. 3.7.1

Teknik Analisis Data Teknik analisis data kuantitatif Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua

bagian, yaitu analisis data deskriptif dan analisis data inferensial. Menurut Sugiyono (2017: 147), “analisis data deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum, analisis deskriptif yang digunakan pada penelitian ini adalah mean, median, modus, dan simpangan baku dan persentase. sedangkan analisis data inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian”. Analisis data inferensial dalam penelitian ini menggunakan uji t dua sampel idependent. Rumus statistiknya adalah sebagai berikut.

23

t

X1  X 2

n1  n2 S12  n2  1S 22  1 n1  n2  2

n  1



1  n2 

Keterangan : t X1 X2

n1 n2 S12

S 22

=Nilai hitung untuk uji t =Nilai rata-rata kelas ekperimen =Nilai rata-rata kelas kontrol =Jumlah anggota sampel kelas eksperimen =Jumlah anggota sampel kelas kontrol =Standar deviasi kelas eksperimen =Standar deviasi kelas kontrol Syarat uji t dua sampel idependent adalah kedua kelompok harus berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh sebab itu sebelum melakukan uji t dua sampel idependent perlu analisis normalitasnya. Selain itu untuk memilih uji t idependen yang akan digunakan maka kedua kelompok data harus diuji homogenitasnya. 3.7.1. 1. Uji Normalitas data Pengujian normalitas data untuk mengetahui apakah data yang diperoleh peneliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji lilefors (Sudjana, 2002:466) dengan prosedur sebagai berikut. 1. Pengamatan X1,X2,…..¸Xn dijadikan bilangan baku Z1 ,Z2, menggunakan rumus Z1 

….,Zn dengan

Xi  X s

Dimana :

  X = rata-rata sampel yang diperoleh dengan rumus X 

24

X n

i

S = standar deviasi yang diperoleh dengan rumus S 2  

(X i  X )2 n 1

2. Untuk bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian F Zi  PZ  Zi  , Selanjutnya dihitung profosi dihitung peluang

Z1 , Z 2 ,......., Z n yang lebih kecil atau sama dengan Z i Jika proporsi ini dinyatakan oleh S( Z i ), maka S (Z i ) 

Banyaknya Z1 , Z 2 ,..., Z n yang  Z i n

3. Hitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 4. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut yang disebut Lo.

Hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut. Ho : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi Normal. Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika Lo  Ltabel, dalam keadaan lain tolak Ho pada taraf nyata  yang dipilih. 3.7.1.2 Uji Homogenitas Pengujian homogenitas varians bertujuan untuk menguji kesamaan ratarata dari beberapa varians. Karena dalam penelitian ini hanya menggunakan dua kelas maka rumus yang digunakan adalah uji kesamaan dua varians(Uji F). Rumus statistiknya adalah F

Varians terbesar Varians terkecil

(Sudjana, 2005: 249)

25

Hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut. Ho

:  12 =  22

H1

:

 12   22

Keterangan: Ho : Kedua kelas memiliki kemampuan yang sama (homogen) H1 : Kedua kelas memiliki kemampuan yang tidak sama (tidak homogen) Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika Fhitung < Ftabel, dalam keadaan lain ditolak Ho. 3.7.1.3 Hipotesis Statistik Hipotesis statistik yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut: H0 : 1   2 H1: 1   2 Keterangan:

1

2

3.7.2

: rata-rata hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran matematika knisley dengan metode Brainstorming. : rata-rata hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (Discovery Learning). Analisis Data Kualitatif Hasil observasi direkapitulasi dan dijumlahkan skor masing-masing

kelompok untuk setiap aspek. Skor yang diperoleh kemudian dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut. p

skor total setiap deskriptor x 100%  skor maksimum

Kemudian persentase yang didapat dikategorikan sesuai interpretasi sebagai berikut.

26

Tabel 3.3 Kategori Hasil Observasi Persentase

Kategori

90%  A  100%

Sangat baik

75%  B  89%

Baik

55%  C  74%

Sedang

40%  D  54%

Kurang

0%  E  39%

Jelek

27

Related Documents


More Documents from "rofi"