Prinsip Dan Perawatan Wsd.docx

  • Uploaded by: Prista Andri Praja
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Prinsip Dan Perawatan Wsd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,579
  • Pages: 10
BELAJAR MANDIRI STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PRINSIP DAN PERAWATAN WSD (WATER SEAL DRAINAGE)

DISUSUN OLEH: ANDRI PRISTA PRAJA 20184030088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2019

PRINSIP DAN PERAWATAN WSD (WATER SEAL DRAINAGE)

A. Definisi WSD Water Sail Drainage merupakan pipa khusus yan dimasukkan ke rongga pleura dengan klem penjepit bedah untuk mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada. Sedangkan tujuan pemasangan WSD untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura, mengembalikkan tekanan negatif pada rongga pleura, mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian, dan mencegah refluks drainase kembali ke dalam rongga dada.

B. Indikasi 1. Setelah pembedahan dada dan trauma dada 2. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator 3. Efusi pleura 4. The preventive of cardiac tamponade after open heart surgery 5. Pneumothoraks (spontan, iatrogenic / therapeutic traumatic) Pneumothoraks adalah pengumpalan darah / gas lain didalam ruang pleura. Gas menyebabkanparu menjadi kolaps karena gas tersebut menghilangkan tekanan negative intra pleura dan suatu tekanan (counterpressure) yang diberikan untuk melawan paru, yang kemudian tidak mampu untuk mengembang. 6. Hemothoraks Hemothoraks adalah akumulasi darah dan cairan didalam rongga pleura diantara rongga perietaldan pleura visceral, biasanya merupakan akibat trauma. Hemothoraks menghasilkan tekanan (counterpressure)dan mencegah paru berekspansi penuh. Hemopneumothoraks 7. Chylothoraks 8. Empyema C.

Tujuan Pemasangan WSD

1. Untuk mengeluarkan cairan dan udara dari rongga pleura 2. Sebagai drainege pasca pembedahan dada dan trauma dada 3. Mengembangkan paru kembali dengan sempurna 4. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura

D.

Macam-Macam WSD

1. Sistem botol tunggal (Gambar A) Sistem drainage tertutup yang paling sederhana, untuk pengumpul dan segel air

dari drainase yang yang

berjumlah kecil (seperti pada emfisema : kumpulan cairan/pus yang terinfeksi di ruang pleura). Chest tube dari pasein dihubungkan dengan pipa penghubung, Botol berfungsi sebagai water seal sekaligus sebagai penampung sehingga udara dan cairan dapat mengalir ke botol penampung namun udara tidak dapat masuk kembali ke rongga pleura.

2. Sistem 2 botol (Gambar B) Sistem ini botol kedua sebagai water seal.ini terdiri botol

pertama

sebagai

penampung

dari

yang

memungkinkan cairan mengalir ke dalam botol pengumpul dan udara mengalir kedalam botol

segel

air. System ini merupakan pengukuran drainase

dada

yang lebih akurat, digunakan saat jumlah drainase

lebih

banyak. Keuntungannya adalah pengaliran cairan

dari

rongga pleura tidak mempengaruhi jumlah cairan

yang

terdapat dalam water seal. Dapat dihubungkan dengan suction control pada saluran pembuangan udara yang terdapat pada water seal.

3. Sistem 3 botol (Gambar C) WSD system

tiga

botol

drainage

ini

merupakan

yang

bersifat

tradisional. Sistem ini terdiri dari

botol

pertama sebagai penampung , botol kedua sebagai water seal dan botol ketiga sebagai suction control , tekanan dikontrol dengan manometer. WSD modern lebih dikenal dengan portable CDU (Chest Drainage Unit) atau pleurevac lebih sederhana, ringan, kecil, portable dan merupakan disposable unit 4. Sistem sekali pakai Unit plastic cetakan satu lapis yang menduplikasi system 3 botol. Note : Pada botol water seal, diisi dengan air steril setinggi 2 cm H2O, apabila terdapat udara dalam rongga pleura maka pada ruang/botol ini akan terdapat gelembung-gelembung udara . Pada botol suction, diisi dengan air steril setinggi 20 cm H2O (atau sesuai advis dokter) kemudian hubungkan botol ini dengan mesin suction

E.

Lokasi Pemasangan WSD Lokasi pemasangan chest tube : 1.

Untuk mengeluarkan udara Lokasi : ruangan intercostal ke-2 atau ke-3, pada bagian anterior, daerah apex paru, mid clavicula atau mid axillary line

Note : ingat 3A (anterior, apex, air) 2.

Untuk mengeluarkan cairan Lokasi ruang intercostal ke-5 atau ke-6, pada bagian posterior, daerah basal paru, mid clavicula atau mid axillary line

Note : ingat 3B (back, basal, blood)

F.

Cara Pemasangan WSD 1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris anterior dan media. 2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan. 3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus interkostalis. 4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru. 5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps 6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada 7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan. 8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.

G.

Mekanisme Kerja WSD

Pada saat inspirasi tekanan dalam paru lebih kecil dibandingkan tekanan dalam WSD Sehingga paru dapat mengembang. Pada saat ekspirasi tekanan dalam paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan yang ada dalam WSD sehingga menyebabkan cairan/udara dalam paru mendesak keluar menuju tekanan lebih rendah dari cairan / udara tersebut masuk ke dalam botol penampung WSD

Tekanan

Istirahat

Inspirasi

Ekspirasi

Atmosfir

760

760

760

Intrapulmoner

760

757

763

Intrapleural

756

750

756

H.

Prosedur Perawatan WS

a. Persiapan alat -

1 set angkat jahitan

-

-

Kasa steril dalam tromol

sublimat 1 0/00 sampai pipa drain

-

Korentang steril

lebih kurang 2 ½ cm

-

Plester dan gunting

-

Piala ginjal

penyambung antara botol WSD

-

Alcohol 70 %

dengan drain

-

Bensin, Vaselin salf

-

Klem selang/Kocher 2 buah

-

-

Botol WSD steril berisi larutan

Selang

steril

sebagai

Iodine solution 10 %

b. Langkah-langkah : 1. Memberitahu dan menjelaskan pasien tentang prosedur yang kan dilakukan 2. Memasang tabir di sekeliling tempat tidur 3. Melepaskan pakaian pasien bagian atas 4. Membantu pasien dalam posisi duduk atau ½ duduk sesuai dengan kemampuan pasien. 5. Perawat mencuci tangan 6. Membuka set angkat jahitan dan meletakkan pada set tempat yang mudah terjangkau oleh perawat. 7. Pasang perlak di bawah luka pasien 8. Pasang sarung tangan 9. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan kotor dimasukkan ke kantong balutan kotor, bekas plester dibersihkan dengan bensin bila perlu balutan dalam diangkat menggunakan pinset 10. Mendesinfektasi sekitar drain alcohol 70 % 11. Jaga drain supaya tidak tertarik / tercabut dan slang / penyambung tak terlepas, sehingga udara tidak masuk kedalam rongga thorak 12. Observasi krepitasi kulit sekitar drain 13. Rawat luka dengan NaCL 0,9 % lalu keringkan 14. Menutup sekitar drain dengan kasa steril yang sudah digunting tengahnya kemudian diplester 15. Memasang slang penyambung yang sudah disediakan pada pipa botol WSD yang baru, kemudian ujung slang ditutup kasa steril 16. Drain yang dipasang diklem dengan kocher 17. Melepaskan sambungan slang botol dari drain 18. Ujung drain dibersihkan dengan alcohol 70 % kemudian drain dihubungkan dengan slang menyambung botol WSD yang baru 19. Melepaskan kocher dari drain

20. Mengobservasi: a. Apakah paru-paru tidak mengembang; b. Apakah ada penyumbatan pada slang kerena ada darah atau kotoran lain; c. Keluhan pasien dan tanda-tanda vital, gejala cyanosis, tanda-tanda pendarahan dan dada terasa tertekan; d. Apakah ada krepitasi pada kulit sekitar drain; e. Melatih pasien untuk bernafas dalam dan batuk; f. Menganjurkan pasien untuk sesering mungkin menarik nafas dalam; g. Sebelum drain dicabut, pasien dianjurkan menerik nafas dalam, drian segera dicabut. Luka bekas drain ditutup dengan kasa steril yang sudah diolesi vaselin steril, kemudian diplester.itu artinya no water seal dan dapat menyebabkan paru kolaps, Bila > 2cmH2o maka memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk mengeluarkan cairan atau udara, Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi dapat disebabkan karena tertekuk, ada bekuan darah atau perubsahan chest tube h. Pantau fluktuasi gelembung udara pada water eal , bila < 2cm H2o 21. Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu pasien dalam posisi yang menyenangkan 22. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya 23. Perawat mencuci tangan 24. Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan keperawatan

I.

Komplikasi

1. Laserasi, mencederai organ ( hepar, lien ) 2. Perdarahan 3. Empisema subkutis. 4. Tube terlepas 5. Infeksi 6. Tube tersumbat. 7. Trauma paru 8. Bronkopleural fistula

J.

Evaluasi

1. Apabila selang tersumbat  No stripping dan milking karena dapat menyebabkan tekanan intrathorax yang meningkat dan nyeri.  Tekanan intratorakal yang meningkat dapat menyebabkan: a. Kerusakan membran paru

b. Meningkatkan tekanan arteri pulmonal. c. Mempengaruhi injection dari ventrikel  Apabila terjadi sumbatan, diluruskan selang dan drainage system dan posisikan lebih rendah dari posisi dada untuk memberikan gaya gravitasi yang membantu sumbatan tersebut mengalir.  Bila tidak teratasi, sebaiknya laporkan ke dokter. 2. Apabila selang terlepas dari sambungannya, segera tutup menggunakan kasa steril dan segera laporkan ke dokter. 3. Apabila bubbling bertambah. a. Terlebih dahulu cek kondisi seluruh drainage system untuk memastikan tidak ada kebocoran. b. Cek lokasi insersi chest tube untuk mengetahui adanya lubang atau terlepasnya jahitan yang membuat udara masuk. c. Apabila tidak ditemukan adanya kebocoran berarti bahwa pneumothorax belum teratasi.

K.

Indikasi pelepasan WSD

1. Produksi cairan , 50 cc/hr 2. Bubbling sudah tidak ditemukan 3. Pernafasan pasien normal. 4. 1-3 hr post cardiac surgery 5. 2-6 hr post thoracic surgery 6. Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya cairan atau udara pada rongga intr pleura.

DAFTAR PUSTAKA Buku kompetensi II. 2006.

Pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan (maternitas,

medical bedah, & anak), tidak dipublikasikan. Surabaya : STIKES Hang Tuah Hudak&Gallo.1997. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Vol.1. Jakarta: EGC Ki-song Kim, Min-kwang Byun, Won-hwee Lee, Heon-seock Cynn, Oh-yun Kwon, Chunghwi Yi (2012). Effects of breathing maneuver and sitting posture on muscle activity in inspiratory accessory muscles in patients with chronic obstructive pulmonary disease . Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. 1997. Fundamentals of Nursing 3Th ed. The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia-New York : Lippincott Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC. Wuryantoro, Adianyo N, Rofi S (2011) Manual Pemasangan WSD

Related Documents


More Documents from "Sigit Prihasti Widyanto,A.Md"