LAPORAN EDUKASI MASSA MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST OPERASI STASE KEPERWATAN DEWASA RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG
KELOMPOK A 1.
Andri Prista P
(20184030086)
2.
Rita Kurniati
(20184030102)
3.
Iis Meliana
(20184030040)
4.
Ahmad Ramdhani
(20184030099)
5.
Feny Puspita
(20184030041)
6.
Yurika Ratna P
(20184030018)
Pembimbing Yanuar Primanda, S.Kep.,, Ns., MNS Muh. Amin, S.Kep., Ns
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2019
BAB I PENDAHULUAN
A.
Kondisi di Rumah Sakit Bangsal Shofa merupakan bangsal penyakit saraf, bedah dan THT yang ada di RS PKU Muhammadiyah Temanggung yang beralamat di Jl. Raya Kedu KM 2 Kalisat Campursari Bulu Temanggung. Di bangsal Shofa terdapat 3 kelas rawat inap, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Kelas 1 terdapat 5 bed pasien, kelas 2 terdapat 12 bed pasien dan 2 ruang untuk ruang IMC, kelas 3 terdapat 12 bed pasien dan ruang isolasi ada 1 ruang pasien. Di bangsal shofa terdapat 18 perawat, 16 perawat tetap dan 2 perawat magang. Di bangsal ini ada beberapa ruang yang di fasilitasi CCTV, tujuannya untuk memantau kondisi pasien seperti di ruang isolasi. Rutinitas pagi hari di bangsal ini tidak jauh berbeda dengan rutinitas di bangsal lain, seperti perbedden, injeksi, dan medikasi, dan kebutuhan dasar lainnya. Rutinitas di siang hari seperti injeksi, TTV, dan sebagainya. Rutinitas di malam hari tidak jauh berbeda dengan pagi dan siang, hanya saja tidak ada medikasi. Terdapat berbagai macam penyakit di bangsal tersebut, seperti Hernia, BPH CKR, Appendicitis, Hemorroid, Fraktur, Ulkus DM dll. Pembedahan atau operasi adalah segala tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani, umumnya dilakukan dengan membuat sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan, seperti diagnostik (biopsi, laparatomi eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor, pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multipel), rekonstruksi dan paliatif. Tindakan pembedahan yang dilakukan mengakibatkan timbulnya luka pada bagian tubuh pasien sehingga menimbulkan rasa nyeri. Nyeri dapat memperpanjang masa penyembuhan karena akan mengganggu kembalinya aktivitas pasien dan menjadi salah satu alasan pasien untuk tidak ingin bergerak atau melakukan mobilisasi dini. Pasien pasca operasi diharapkan dapat melakukan mobilisasi sesegera mungkin untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dan menurunkan insiden komplikasi pasca operasi. Mobilisasi dini dimaksudkan sebagai upaya untuk mempercepat penyembuhan dari suatu cedera atau penyakit tertentu yang telah merubah cara hidup yang normal. Menurut Kasdu seperti yang dikutip oleh Rustianawati et al (2013), mobilisasi dini pasca laparatomi dapat
dilakukan secara bertahap setelah operasi. Pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring dahulu, namun pasien dapat melakukan mobilisasi dini dengan menggerakkan lengan atau tangan, memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis, serta menekuk dan menggeser kaki. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah trombosis dan tromboemboli. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat belajar duduk. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan untuk belajar berjalan. Beberapa tujuan dari mobilisasi antara lain: mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu pernafasan menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi alvi dan urin, mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.Keberhasilan mobilisasi dini dalam mempercepat pemulihan pasca pembedahan telah dibuktikan dalam suatu penelitian terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan. Hasil penelitian tersebut adalah mobilisasi diperlukan bagi pasien pasca pembedahan untuk membantu mempercepat pemulihan usus dan mempercepat penyembuhan pasien. Pada penelitian tentang pengaruh mobilisasi dini pada 24 jam pertama setelah Total Knee Replacement (TKR) didapatkan hasil bahwa mobilisasi dini merupakan cara yang murah dan efektif untuk mengurangi timbulnya trombosis vena pada pasca operasi. Trombosis vena merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasca pembedahan akibat sirkulasi yang tidak lancar. Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa latihan peningkatan kekuatan otot melalui mobilisasi merupakan metode yang efektif dalam pengembalian fungsi otot pada pasien pasca operasi. Mobilisasi yang dilakukan 2 jam pertama lebih efektif dilakukan dari pada 6 jam pasca pembedahan
B. Kebutuhan di Rumah Sakit Berdasarkan survey yang telah dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Temanggung di bangsal Shofa didapatkan jumlah pasien yang dilakukan operasi sebanyak 6 orang dalam sehari. Pada saat survey pasien dan keluarga belum mengetahui atau memahami mengenai mobilisasi dini pada pasien post operasi, tahapan-tahapan melakukan mobilisasi dini post operasi secara mandiri, tahapan mobilisasi dini yang harus dilakukan setelah pasien dilakukan operasi dan manfaat dilakukan mobilisasi dini post operasi
Solusi yang ditawarkan dalam menangani masalah tersebut yaitu dengan cara mengadakan “Kegiatan Edukasi Mengenai Monilisasi Dini pada Pasien Post Operasi, yang didalamnya terdapat pemaparan materi dalam bentuk ceramah, pemutaran video dan tanya jawab.
BAB II RENCANA KEGIATAN
A. Tujuan Kegiatan Memberikan informasi kepada keluarga dan pasien tentang mobilisasi dini post operasi, sehingga meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pentingnya melakukan mobilisasi dini post operasi.
B. Target Luaran Target luaran dari kegiatan ini yaitu pasien dan keluarga mengetahui tahapantahapan mobilisasi dini post operasi di RS PKU Muhammadiyah Temanggung dengan mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan. Selain itu, luaran kegiatan ini berupa media edukasi mobilisasi dini post operasi.
C. Kegiatan Penunjang Kegiatan penunjang dari kegiatan ini yaitu dengan cara melakukan penyuluhan atau edukasi dengan media powerpoint, video dan memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga terkait mobilisasi dini pos operasi.
D. Jadwal Kegiatan Waktu No
Kegiatan
1-7 April 2019
1
Penyusunan kegiatan
dan
proposal persiapan
kelompok 2 Pelaksanaan kegiatan 3 Penyusunan laporan 4 Pengumpulan laporan
8-14
15-21
22-28
April
April
April
2019
2019
2019
LAMPIRAN.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST OPERASI
Topik
: Edukasi Menggunakan Media Audio Visual
Sasaran
: Keluarga pasien yang akan dilakukan operasi di Bangsal Shafa
Hari/Tanggal
: Selasa, 16 April 2019
Alokasi Waktu
: 60 menit
Tujuan
: Seluruh keluarga pasien yang akan dilakukan operasi
Instruksional
memahami tahapan-tahapan melakukan mobilisasi dini post
Umum
operasi secara mandiri
Tujuan
: Setelah penyuluhan, keluarga pasien yang akan dilakukan
Instruksional
operasi diharapkan:
Khusus
a. Mampu memahami terkait mobilisasi dini post operasi b. Mampu memahami manfaat dilakukan mobilisasi dini post operasi c. Mampu memahami tahapan mobilisasi dini yang harus dilakukan setelah pasien dilakukan operasi d. Mampu melakukan mobilisasi dini secara mandiri dengan tepat sesuai dengan tahapan. e. Mampu mengajarkan kepada pasien terkait mobilisasi dini post operasi secara mandiri dengan tepat sesuai dengan tahapan.
Metode
Pemutaran video, diskusi, dan tanya jawab.
Media
Video, PPT dan leaflet tahapan mobilisasi dini
Kegiatan Penyuluhan No 1
2.
Kegiatan yang dilakukan
Yang dilakukan audien
Kegiatan membuka penyuluhan a. Pembukaan: Salam, menjelaskan latar belakang penyuluhan
Menjawab salam, mendengarkan
b. Menjelaskan tujuan penyuluhan
Mendengarkan
c. Menanyakan pengetahuan keluarga pasien terkait mobilisasi dini.
Menjawab sesuai kemampuan
Kegiatan inti a. Menyampaikan materi melalui media ppt, yaitu definisi, manfaat dan tahapantahapan melakukan mobilisasi dini post operasi
3.
Kegiatan penutup penyuluhan a. Mengajukan pertanyaan pada keluarga pasien apakah ada yang belum jelas
Bertanya
Menjawab pertanyaaan
c. Penyuluh dan keluarga pasien menyimpulkan penyuluhan yang telah disampaikan dan menutup dengan salam
Menyimpulkan dan menjawab salam
No 1
Kegiatan Kriteria Struktur a. Peserta hadir minimal 4 orang
40 menit
Menjawab dan berdiskusi dengan warga
b. Penyuluh mengevaluasi apa yang sudah disampaikan pada keluarga pasien
Kriteria Evaluasi
10 menit
Menyimak, dan mendengarkan
b. Menyampaikan materi melalui video, yaitu Menonton, tahapan-tahapan melakukan mobilisasi menyimak, dan dini secara tepat mendengarkan c. Meminta keluarga pasien untuk membahas atau menjelaskan video edukasi terkait tahapan mobilisasi dini
Waktu
10 menit
b. Penyuluhan dilakukan di ruang Shafa 2
Kriteria Proses a. Peserta antusias terhadap materi yang diberikan b. Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diberikan pada pemateri dan evaluator
Pengorganisasian Kelompok 1. Moderator
:
2. Pemateri
:
3. Evaluasi
:
4. Dokumentasi dan penjawab pertanyaan audien : 5. Operator dan penjawab pertanyaan audien
:
Materi Penyuluhan 1. Definisi Mobilisasi Dini Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi hidup sehat, dan penting untuk kemandirian pasien. Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk peregangan atau belajar berjalan, mobilisasi dini menjadi suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan sehingga terhindar dari komplikasi akibat operasi. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah abring lama seperti dekubitus, kekakuan/penegangan otot diseluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernafasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltic maupun berkemih ( Winarsih, 2013).
2. Manfaat Mobilisasi Dini a. Mempertahankan fungsi organ tubuh b. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka c. Membantu system pernafasan menjadi lebih baik d. Mempertahankan tonus otot e. Memperlancar eliminasi alvi dan urin f. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal atau dapat memenuhi gerak harian (Gusti, 2017) 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi a. Gaya hidup Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikanya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatakan kesehatanya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat (Handayani, 2015). b. Proses Penyakit Ada penyakit tertentu yang diderita seseorang mempengaruhinya untuk melakukan mobilitas fisik (Handayani, 2015). c. Tingkat energy Seseorang melakukan mobilisasi membutuhkan energy atau tenanga. Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang yang sehat (Handayani, 2015). d. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengna seorang remaja (Handayani, 2015). 4. Macam-macam Mobilisasi a. Mobilisasi penuh Mobilisasi penuh adalah mobilisasi dengan menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh (Handayani, 2015).
b. Mobilisasi sebagian Pasien yang mengalami mobilisasi sebagain umumnya mempunyai gangguan syaraf maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat disebabkan menjadi: a) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversible pada sisitem musculoskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang b) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya system syaraf reversible (Handayani, 2015). 5. Tahap-Tahap Mobilisasi a. Hari Pertama 1) Jika anda sudah sadar dari pembiusan, segera tarik nafas dalam dengan cara hirup nafas melalui hidung lalu keluarkan melalui mulut, ulangi prosedur ini hingga 3x. Kemudian batukkan walaupun tidak ada dahak di tenggorokan anda. 2) Latihan gerak sendi a) Mulailah dengan persendian ditangan anda: putar pergelangan tangan, kepalkan tangan kemudian lepaskan, rapatkan jari-jari tangan kemudian rengganggkan. b) Jika sudah mampu menggerakan rentang gerak tangan lanjutkan dengan gerak kaki, tekuk telapak kaki kemudian kearah bawah, miringkan tepalak kaki ke
kanan dan ke kiri, tekuk jari-jari kaki ke atas dan ke bawah, rapatkan jari-jari kaki kemudian regangkan kembali. c) Tekuk kedua lutut kaki kemudian luruskan kembali. Latihan sendi ini dapat dilakukan dan diulangi sesuai dengan kemampuan. 3) Gerak tubuh miring ke kanan/ke kiri dengan dibantu oleh perawat ataupun keluarga Langkah-langkah gerak tubuh miring ke kanan. Tekuk lutut kiri dan berpegangan pada sisi sebelah kanan tempat tidur kemudian tarik nafas lalu putar badan kearah kanan, lakukan hal yang sama jika ingin miring ke kiri. Rubahlah posisi tubuh dari kanan kemudian terlentang dan ke kiri setiap dua jam sekali 4) Peninggian kepala Syarat meninggikan kepala yaitu sudah tidak merasakan pusing, tidak merasa mual dan tekanan darah, pernafasan, serta nadi berada dalam batas normal. Jika tidak merasa pusing dan sudah mampu makan/minum, dapat ditambahkan satu bantal untuk ketinggian kepala. Apabila merasakan pusing maka jangan melanjutkan peninggian kepala. Jika pasien sudah mampu beradaptasi dengan satu bantal untuk peninggian kepala, maka dapat ditambahakan dengan dua bantal dalam dua jam kedepan. Lakukan hal yang sama setiap dua jam, sampai posisi duduk bersandar pada kepala tempat tidur b. Hari Kedua Setelah lebih dari 24 jam pertama menjalani pembedahan, diharapkan mampu duduk tanpa bersandar dan minta bantuan pada perawat ataupun keluarga. Pasien dapat berlatih duduk ditepi tempat tidur dan latih diri untuk mampu melakukan sendiri sebanyak 2-3x sehari c. Hari Ketiga
Hari setelah lebih dari 48 jam menjalani pembedahan, pasien dapat berlatih berdiri disamping tempat tidur, kemudian lanjutkan dengan berlatih berjalan sebanyak 3-4 langkah. Minta bantuan perawat ataupun keluarga untuk mendampingi berlatih berjalan. Apabila sudah mampu melakukan latihan berjalan, lanjutkan denagn latihan berjalan dari tempat tidur sampai dengan toilet. Referensi : 1. Gusti. (2017). Manfaat Mobilisasi Dini Pada Pasien Postoperasi Laparotomi. Diakses tanggal 16 April 2017 dari http://gustinerz.com/manfaat-mobilisasi-dini-pada-pasienpostoperasi-laparotomi. 2. Handayani. (2015). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea Di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Diakses 18 April 2017. 3. Winarsih, K. (2013). Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Klien Paska Sectio Cesarea. Diakses tanggal 16 April 2017 dari http://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id/index.php/JKEP/article/view/25/19. 4. Video “ Pemulihan Pasca Operasi Melalui Mobilisasi Dini”, Rumah Produksi Djong Progo Animation.