Presentasi Kasus Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak.docx

  • Uploaded by: CutFadmalaCorryAmelia
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Presentasi Kasus Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,676
  • Pages: 19
PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG

BRONKOPNEUMONIA DISUSUN OLEH : Cut Fadmala Corry Amelia 1765050169 DOKTER PEMBIMBING : dr. Ava Lanny Kawilarang, Sp.A

1

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN …………….....………………………………..…… 1 DAFTAR ISI ……………………......………………………………………..….. 2 BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………....... 3 BAB II LAPORAN KASUS………...………………………………………….... 4 I. II. III. IV. V. VI.

Identitas Pasien …………….......……………………………………….. ..5 Anamnesis ……………………………………………………..........…… 5 Pemeriksaan Fisik ……………………………………………………...... 6 Pemeriksaan Laboratorium ……………………………………………… 8 Resume ………………………..............………………………………..... 8 Follow up pasien…………………………………………………………. 9

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 12 BAB IV ANALISA KASUS.........……………………………………………… 18 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..… 19

2

BAB I PENDAHULUAN

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut maka masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia yang menimbulkan flek atau bercak pada kedua paru-paru Anda, termasuk juga saluran udara dan kantung udara. Seseorang yang menderita bronkopneumonia dapat merasakan kesulitan saat bernapas sebagai akibat dari terhalangnya saluran udara. Bronchopneumonia merupakan pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta Balita meninggal karena pneumonia (1 Balita/15 detik) dari 9 juta total kematian Balita. Diantara 5 kematian Balita, 1 diantaranya disebabkan oleh pneumonia. Bronchopneumonia merupakan peradangan pada parenkim (saluran nafas, alveoli, pembuluh darah) yang terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Manifestasi klinis secara umum dari peneumonia adalah batuk, ekspektorasi sputum, cuping hidung, sesak, sianosis, peningkatan frekuensi napas, suara napas melemah ronchi. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.

3

Bronchopneumonia tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang yang merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan 20% dari seluruh kematian pada anak di bawah lima tahun disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan akut (pneumonia, bronkiolitis dan bronkitis) dengan 90% di antaranya disebabkan oleh pneumonia. Kejadian pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan 10%-20% per tahun dengan angka kematian 6 per 1000. Gejala bronkopneumonia yang muncul bisa bersifat ringan atau parah, dan cenderung serupa dengan gejala bronkitis. Pemeriksaan Rontgen biasanya dianjurkan untuk membantu dokter membedakan kedua kondisi tersebut. Pengobatan bronkopneumonia sendiri tergantung pada penyebabnya. Pemberian antibiotik adalah salah satu cara mengobati bronkopneumonia akibat infeksi bakteri. 1,2,3

4

BAB II LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN I. Identitas Identitas Pasien Nama Lengkap

: An. Adzkayra

No. RM

: 11181957

Tangga Lahir

: 9 Agustus 2018

Umur

: 7 bulan 7 hari

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pendidikan

: Belum Sekolah

Alamat

: RSUD Cibinong No11, Rt/Rw. 2/5

Tanggal Masuk RS

: 16 Maret 2019

Tanggal Keluar RS

: 22 Maret 2019

II. ANAMNESIS Alloanamnesis dengan ibu kandung dan bapak kandung pasien pada tanggal 16 Maret 2019 Keluhan Utama

: Panas, Batuk, Pilek ± 1 minggu SMRS

Keluhan Tambahan

: Sesak (+) 2 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dibawa oleh orangtuanya ke IGD RSUD Cibinong pada tanggal 16 Maret 2019 dengan keluhan panas, batuk, pilek ± 1 minggu SMRS. 2 hari SMRS ibu pasien mengatakan ada sesak tetapi mengi disangkal. Minum ASI berkurang setelah timbul keluhan. Kejang disangkal. Asma disangkal. Indikasi rawat karena sudah tidak bisa makan dan minum.

5

Riwayat Penyakit Dahulu

:

Riwayat Kejang (-) Riwayat Asma (-) Tidak ada alergi makanan/obat Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal

Riwayat Lingkungan dan Sosial

: Tidak ada anggota keluarga ataupun

tetangga yang sakit dengan keluhan serupa

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

:

Pasien lahir di RSUD Cibinong. Pasien lahir dengan bantuan dokter dan secara normal dengan masa gestasi cukup bulan dan tidak ada penyulit. Berat badan pasien saat lahir yaitu 2950 gram dengan panjang badan 48 cm tanpa kelainan apapun dan pasien langsung menangis saat baru lahir.

Riwayat Makanan

:

Paien mendapatkan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan diterusakan sampai sekarang dengan tambahan susu formula dan makanan tambahan beruba bubur saring.

Riwayat Tumbuh Kembang

:

Pasien mulai tengkurap usia 4 bulan.

Riwayat Imunisasi

:

Vaksin

Dasar Umum

BCG

1 bulan

DPT

2 bulan

3 bulan

4 bulan

POLIO

0 bulan

2 bulan

4 bulan

CAMPAK

6

HEPATITIS

0 bulan

1 bulan

6

bulan

III. Pemeriksaan Fisik Dilakukan pada tanggal 16 Maret 2019 Keadaan Umum

: Tampak Sakit Sedang

Kesadaran

: Composmentis (GCS: E4M6V5)

Status Antropometri Berat Badan

: 7 kg

Tinggi Badan

: 71 cm

Tanda Vital Tekanan darah

: 90/50 mmHg

Nadi

: 157 kali/menit

Suhu

: 37,3 ºC

Pernapasan

: 54 kali/menit

SpO₂

: 89 %

Kepala dan Leher Kepala

: Normochepali, rambut hitam, ubun-ubun datar

Mata

: Tidak ada conjungtiva anemis, Tidak ada sklera ikterik,

pupil isokor, Refleks cahaya langsung +/+ Hidung

: Tidak ada pernapasan cuping hidung

Telinga

: Bentuk normal

Mulut

: Mukosa bibir lembab, tidak ada sianosis

Leher

: Bentuk normal dan tidak ada pembesaran KGB

Thorax Paru Inpeksi

: Retraksi intercosta, subcosta. Tidak ada chest indrawing

7

Auskultasi

: Bronkovesikuler, Rhonki Basah (+/+), Wheezing/ekspirasi

memanjang (+/+)

Jantung Auskultasi

: BJ 1 dan 2 murni, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Abdomen Inspeksi

: Tampak datar

Auskultasi

: Bising usus +

Palpasi

: Supel, Hepar tidak teraba membesar dan lien tidak teraba

membesar

Genitalia

: Normal, tidak ada kelainan

Ekstremitas

: Akral hangat, CRT <2 detik

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Dilakukan pemeriksaan laboratorium pertama kali pada tanggal 16 Maret 2019 jam 16:11

Hematologi Hemoglobin

: 10 g/dl

Hematokrit

: 32,6 %

Trombosit

: 202.000/µL

Leukosit

: 20.920/µL

Rontgen Thorax

: Susp KP duplex aktif

V. RESUME Telah diperiksa By. A jenis kelamin perempuan berusia 7 bulan 7 hari dengan berat badan 7kg datang dengan keluhan panas, batuk, pilek ± 1 minggu SMRS.

8

Batuk sudah 1 minggu, demam 1 minggu. Kejang (-). Sesak 2 hari SMRS, sianosis (-), mengi (-). Pemeriksaan Fisik keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran composmentis (GCS E4M6V5). Berat badan pasien 7kg, tinggi badan 71 cm, tekanan darah 90/50 mmHg, frekuensi nadi 157 kali/menit, suhu 37,3 ºC, frekuensi pernapasan 54 kali/menit dan SpO2 89%. Konjungtiva anemis (-,-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya langsung (+/+), mukosa bibir lembab, sianosis (-), thorax paru retraksi intercosta dan subcosta, chest indrawing (-), bronkovesikuler, Rhonki basah (+/+), wheezing/ekspirasi memanjang (+/+), Abdomen datar, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, bising usus (+), akral hangat, CRT<2 detik. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb : 10 g/dl ; Leukosit : 20.920/µL ; Trombosit : 202.000/µL ; Ht : 32,6%. Dari pemeriksaan radiologi : Susp KP duplex aktif.

DIAGNOSA Bronkopneumonia

PENATALAKSANAAN O₂ 1-2 l/mnt Inhalasi Ventolin I respule + Nacl 3% 2cc 3kali/hari IVFD : KAEN I B 700ml Cefotaxime 2 x 500mg Amikasin 2 x 40mg Dexamethasone 3 x 0,8mg Ranitidine 2 x 6mg

IV. FOLLOW UP PASIEN 18 Maret 2019

9

S

: demam (+) , batuk berdahak dan sesak

O

: KU : Tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis (GCS 15 ) Nadi : 154 kali/menit Frekuensi pernapasan : 57 kali/menit Suhu : 37,5 ºC SpO2 : 98% dengan O₂ nasal 2 lt Bronkovesikuler, BJ I reguler, Rhonki (+), Wheezing (-), supel,

akral hangat A

: Bronkopneumonia

P

: O₂ 2 lt/mnt Inhalasi Ventolin I respule + Nacl 3% 2cc 3kali/hari IVFD : KAEN I B 700ml Cefotaxime 2 x 500mg Amikasin 2 x 40mg Dexamethasone 3 x 0,8mg Ranitidine 2 x 6mg

20 Maret 2019 S

: sesak (+), batuk (+), demam (-)

O

: KU : Tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis (GCS 15 ) Nadi : 143 kali/menit Frekuensi pernapasan : 45 kali/menit Suhu : 36,7 ºC SpO2 : 97% dengan O₂ nasal 2 lt Bronkovesikuler, BJ I reguler, Rhonki (+), Wheezing (-), supel,

akral hangat A

: Bronkopneumonia

P

: O₂ 1-2 lt/mnt Inhalasi Ventolin I respule + Nacl 3% 2cc 3kali/hari

10

IVFD : KAEN I B 700ml Cefotaxime 2 x 500mg Amikasin 2 x 40mg Dexamethasone 3 x 0,8mg Ranitidine 2 x 6mg Mucera 3 x 0,3

22 Maret 2019 S

: sesak (-), batuk (-), demam (-)

O

: KU : Tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis (GCS 15 ) Nadi : 132 kali/menit Frekuensi pernapasan : 39 kali/menit Suhu : 36,7 ºC SpO2 : 98% Bronkovesikuler, BJ I reguler, Rhonki (+), Wheezing (-), supel,

akral hangat A

: Bronkopneumonia

P

: Boleh Pulang dengan ; Mucera 3 x 0,3 Cefixime 2 x 1,5 ml Salbutamol 0,5mg + CTM 0,6mg + Cetirizine 0,8mg = 3 X 1 pulv

11

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bronkopneumonia

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing Pneumonia adalah infeksi akut paru-paru disebabkan oleh bakteri dan virus. Bronkopneumonia adalah radang paru yang berasal dari cabangcabang tenggorok yang mengalami infeksi dan tersumbat oleh getah radang,menimbulkan pemadatan-pemadatan bergerombol dalam lobulus paru yang berdekatan, biasanya terjadi akibat batuk rejan, campak, influenza, tifus, dan sebagainya. Dari beberapa pengertian di atas bahwa pengertian bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru, tetapi juga pada broncheoli. 4

B. Etiologi Bronkopneumonia Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh bakteri (pneumococus ,Streptococus), virus pneumony hypostatik, syndroma loffller,jamur dan benda asing. 4

C. Patofisiologi Bronkopneumonia Umumnya bakteri penyebab terhisap keparu perifer melalui saluran nafas.

Mula-mula

terjadi

edema

karena

reaksi

jaringan

yang

mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel polimorfonuklear, fibrin, eritrosit, cairan udema dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya terjadi deposisi fibrin ke permukaan pleura, terdapatnya fibrin dan leukosit polimorfonuklear di alveoli dan terjadinya proses fagositosis yang cepat.

12

Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Akhirnya jumlah sel makrofag di alveoli meningkat, sel akan berdegenerasi dan fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal. Antiobiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan penyakit hingga stadium khas yang diuraikan di atas tidak terlihat lagi. Beberapa bakteri tertentu lebih sering menimbulkan gejala tertentu bila dibandingkan dengan bakteri lain. Demikian pula bakteri tertentu lebih sering ditemukan pada kelompok umur tertentu. Misalnya Streptococus Pnemoniae biasanya bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata diseluruhlapangan paru, namun pada anak besar atau remaja dapat berupa konsolidasi padasatu lobus (pneumonia lobaris). Pneumatokel atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh streptokokus aureus pada neonatus atau bayi kecil karena streptokokus aureus menghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolizin, leukosidin, stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enxim ini menyebabkan nekrosis, perdarahan dan kavitasi, koagulase berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin hingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara produksi koagulase dan virulensi kuman stafilokokus yang tidak menghasilkan koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius. Pneumatokel dapat menetap sampai ber bulan-bulan tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut.

Mikrobakterium

Pneumoniaemenimbulkan peradangan

dengan gambaran baragam pada paru dan lebih sering mengenai anak usia sekolah atau remaja. Mikrobakterium pneumoniae cenderung berkembang biak pada permukaan selmukosa saluran nafas. Akibat terbentuknya H2O2 pada metabolismenya maka yang terjadi adalah deskuamasi dan ulserasi lapisan mukosa, udema dinding bronkus dan timbulnya sekret yang memenuhi saluran nafas dan alveoli. Kerusakan ini timbul dalam waktu relatif singkat antara 24 – 28 jam dan dapat terjadi pada bagian paru yang cukup luas. 4,5,6

13

D. Manifestasi Klinis 5 1. Menggigil mendadak, demam yang tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak 2. Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk. 3. Sakit parah dengan takipnea jelas (25 – 45/menit) dan dispnea. 4. Nadi cepat dan bersambung 5. Bradikardia relatif ketika demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mycoplasma atau spesies legionella. 6. Sputum purulen, kemerahan, bersemu darah, kental atau hijau relatif terhadappreparat etiologis. 7. Tanda-tanda lain: demam, krakles, dan tanda-tanda konsolidasi lebar

E. Pemeriksaan Penunjang 7 1. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan polimorfonuklear atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang. 2. Pemeriksaan radiologi memberi gambaran bervariasi: -

Bercak konsolidasi merata para bronkopneumonia.

-

Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.

-

Gambaran pneumonia difus atau infiltrat interstisialis pada pneumoniastafilokokus.

3. Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring,bilasanbronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, pungsi pleura atauaspirasi paru. F. Penatalaksanaan 8

1. Oksigen 1-2 liter

14

2. IVFD dextrose 10%; NaCl 0,9%=3:1, +KClL 10mEq/500ml cairan. 3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feading drip.

4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi 5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Anti biotik sesuai dengan hasil biakan atau berikan: Untuk kasus bronkopneumonia community base: 1. Ampicilin 100mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian. 2. Chloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian. Untuk kasus bronkopneumonia hospital base: 1. Cefotaxim 500mg/kgBB/Hari dalam 2 kali pemberian 2. Amikasin 10-15mg/kgBB/Hari dalam 2 kali pemberian

15

G. PATHWAYS 9

16

H. EDUKASI ORANGTUA Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk tidak membiarkan anak untuk berkontak langsung dengan orang yang sedang terkena batuk dan pilek karena pasien cepat tertular dari orang dewasa. Indikasi rawat inap pada penderita bronkopneumonia dikarenakan pasien sudah tidak dapat untuk makan dan minum lagi, apabila sudah seperti itu segera dibawa kembali ke RS. Dan saat menyusui atau memberikan ASI posisi ibu tidak boleh sambil tidur karena berdampak buruk bagi pasien. Saat ibu memberikan dengan tiduran, pasien akan tersedak dan sulit bernafas. Sebelum menyusui atau memberikan ASI diharapkan untuk membershikan puting payudara terlebih dahulu dan mencuci tangan sebelum kontak langsung dengan pasien untuk menjaga kebersihan perorangan. Melakukan vaksin pertusis (DTP), campak, pneumokokus, dan H.influenzae. 6,10

17

BAB IV ANALISA KASUS

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi, seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Pneumonia adalah infeksi akut paru-paru disebabkan oleh bakteri dan virus. Bronkopneumonia adalah radang paru yang berasal dari cabang-cabang tenggorok yang mengalami infeksi dan tersumbat oleh getah radang,menimbulkan pemadatan-pemadatan bergerombol dalam lobulus paru yang berdekatan, biasanya terjadi akibat batuk rejan, campak, influenza, tifus, dan sebagainya. Dari beberapa pengertian di atas bahwa pengertian bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru, tetapi juga pada broncheoli. Etiologi Bronkopneumonia di Indonesia dapat disebabkan oleh bakteri Mycobacterium pneumoniae, Haemophilus influenza dan Respiratory Syncytial Virus (RSV),jamur dan benda asing. Sebelumnya pasien dicurigai sudah terkena Bronkiolitis karena terlihat dari gejala yang ada apabila pasien sering batuk dan pilek dan sudah sulit untuk makan dan minum dan akhirnya menjadi Bronkopneumonia. Penatalaksanaan awal yang harus dilakukan adalah dengan O₂ 1-2lt/menit selanjutnya diberikan inhalasi dan pemberian cairan, serta pemberian antibiotik selektif sesuai dengan hasil pemeriksaan. Saat pulang, pasien sudah tidak mengalami sesak batuk dan pilek. Pasien mengalami perbaikan setelah 6 hari rawat inap di Rumah Sakit.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. L a p o r a n

nasional

(RISKESDAS)

2007.

riset

kesehatan

dasar

J a k a r t a : B a d a n penelitian dan

pengembangan kesehatan departemen kesehatan Republik Indonesia; 2007. 2. 2 . L a p o r a n

nasional

(RISKESDAS)

2013.

riset Jakarta

kesehatan

dasar

B a d a n penelitian dan

pengembangan kesehatan departemen kesehatan Republik Indonesia; 2013 3. Pneumonia. Dalam: Antonius HP, Badriul H. Setyo, Nimah SI, Ellen PG, Eva DH. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia: 2011. H.250-55 4. Singh V, Aneja S. Pneumonia-management in the developing world. Paediatr Respir Rex. 2011 Mar; 12(1):52-9 5. Wardlaw T, Salam P, Johansson EW, Mason E. Pneumonia: the leading killer of children. Lancet, 2006 Sep;368(9541): 1048-50 6. Gray D, Zar HJ. Childhood pneumonia in low and middle income countries: burden, prevention and management. Open Infect Dis J. 2010;4:74-84 7. Harris M, Clark J, Coote N, Fletcher P, Harnden A, McKean M, dkk. British Thoraric Society guidelines for the management of community acquired pneumonia in children: update 2011, Thorax. 2011 Oct;66(Suppl 2):ii1-23 8. World Health Organization. Poclet book of hospital care for children. Guidelines for the Management of Common Childhood Illnesses. Edisi ke2. Geneva: WHO;2013 9. William DJ, Hall M, Shah SS, Parikh K, Tyler A,Neuman MI, dkk. Narrow vs broad-spectrum antimicrobial therapy for children hospitalized pneumonia. Pediatrics. 2013 Nov; 132(5):e1141-8 10. Stuckey-Schrock K, Hayes BL, George CM. Community-acquired pneumonia in children. Am Fam Physician. 2012 Oct;86(7):661-7

19

Related Documents


More Documents from "Ariyoko Patoding"