LAPORAN PENDAHULUAN BENIGNA PROSTATI HIPEPLASIA(BPH) Disusun oleh Kel.1: Bowo Marsono, S.Kep (PB1801005) Danang Arifianto (PB1801006) Eko Slamet Wibowo (PB1801008)
PENGERTIAN Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan perbesaran kelenjar prostat, memanjang ke atas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap (Smeltzer dan Bare, 2015).
ETIOLOGI Hingga
sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa Hipotesis yang diduga menyebabkan Hiperplasia Prostat : o Teori Hormonal o Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan) o Teori Peningkatan Lama Hidup Sel2 Prostat o Teori Sel Sitem (Stem Cell Hypothesis) o Teori Reawakening
Faktor Resiko 1. Laki – laki yang memiliki usia ≥ 50 tahun memiliki resiko sebasar 95% dibanding dengan laki-laki yang berusia < 50 tahun.
2. Riwayat keluarga yang pernah menderita BPH akan menyumbang 95%.
3. Frekuensi yang rengah dalam mengkonsumsi makanan berserat.
4. Kebiasaan merokok.
Tanda dan Gejala 1.Keluhan pada saluran kemih bagian bawah Gejala obstruksi meliputi : retensi urin, hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran miksi lemah, Intermiten (kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas (menetes setelah miksi) Gejala iritasi meliputi : frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi). 2.Gejala pada saluran kemih bagian atas Adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan dipinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda infeksi atau urosepsis. 3.Gejala diluar saluran kemih Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada saan miksi sehingga mengakibatkan tekanan intraabdomina, 4 pada pemeriksaan prostat didapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan volume residual yang besar.
Derajat Penyakit BPH Derajat 1 Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah teraba dan sisa urin kurang dari 50 ml. Derajat 2 Ditemukan penonjolan prostat lebih jelas pada colok dubur dan batas atas dapat dicapai, sedangkan sisa volum urin 50- 100 ml. Derajat 3 Pada saat dilakukan pemeriksaan colok dubur batas atas prostat tidak dapat diraba dan sisa volum urin lebih dari 100ml. Derajat 4 Apabila sudah terjadi retensi urine total.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1.Pemeriksaan Laboratorium Uroflowmetri dan tes prostate-specific antigen (PSA). 2.Foto polos abdomen (BNO) 3.Pielografi Intravena (IVP) 4.Sistogram retrograde 5.Ultrasonografi/ Transrektal Ultrasonografi (TRUS) 6. Urinalis
PENATALAKSANAAN 1.
2.
Terapi Medikamentosa: a.Obat2an yang dapat memperbaiki keluhan miksi dan laju pancaran urin, seperti: terazosin, afluzosin b. Obat yang yang dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil sepert: prazosin, doxazosin. Pembedahan : a. Transurethral resection of prostate (TURP) b. Open prostatectomy c. Laparoscopy prostatectomy d. Radical perineal prostatectomy e. Radical retropubic prostatectomy
PATOFISIOLOGI Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli – buli harus berkontraksi lebih kuat melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik buli – buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli – buli. Perubahan struktur pada buli – buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal sebagai dengan gejala prostatismus
LANJUTAN…. Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli – buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli – buli ke ureter atau terjadi refluks vesikoureter. Keadaan ini jika berlangsung lama akan menagkibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BENIGNA PROSTATI HIPEPLASIA(BPH) DI RUANG AROFAH RS. ISLAM KLATEN