Pngaruh Komunikasi Dalam Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pngaruh Komunikasi Dalam Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja as PDF for free.

More details

  • Words: 8,611
  • Pages: 56
POLA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA (Studi Korelatif Di Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Jawa Tengah Tahun 2007)

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Dalam Ilmu Tarbiyah

: Oleh NUR YADDIEN ______________________________

NIM : 111 04 011

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN SALATIGA 2008 1

2

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan manusia, pada hakikatnya semua manusia ingin memenuhi kebutuhannya seperti kebutuhan kesehatan, kekuasaan, pendidikan, kedudukan dan peranan baik dalam segi biologis lahiriah maupun batiniah. Kebutuhan manusia itu tidak lepas dari tindakan komunikasi. Berdasarkan hubungan komunikasi tersebut manusia dapat diterima atau ditolak sesuai dengan sikap perilakunya. Komunikasi menyebabkan berbagai konsekuensi hubungan sosial masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan, sehingga terjadi interaksi di masyarakat. Masyarakat terbentuk dari kumpulan unit terkecil yaitu keluarga. Sebagai komunitas masyarakat, keluarga memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu, kehidupan keluarga yang harmonis perlu dibangun di atas dasar sistem interaksi yang kondusif sehingga pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Peran komunikasi dalam keluarga sangat penting sebagai wahana untuk mentransfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi kebudayaan. Komunikasi tersebut dapat berlangsung secara vertikal maupun horizontal. Kedua model komunikasi ini berjalan silih berganti; bisa dari orang tua ke anak atau anak ke orang tua, dari anak ke anak serta interaksi dengan lingkungan yang lebih luas.

1

4 Begitu juga komunikasi dalam masyarakat yang terdiri dari sekelompok keluarga dan dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang pada realitanya tidak terlepas dari aspek komunikasi. Pada umumnya, masyarakat mengangap bahwa tugas orang tua di rumah adalah mendidik dan menanamkan nilai-nilai positif yang menyadarkan serta mengarahkan anak bersifat positif karena pada kenyataannya anak merupakan amanat dari Sang Pencipta bagi kedua orang tua. Seorang anak membutuhkan komunikasi yang intim, perhatian dan motivasi yang maksimal dari orang tuanya untuk menentukan kepribadiannya. Orang tua mengemban tugas dan tanggung jawab dalam proses pembentukan kepribadian anak tersebut. Proses pembentukan kepribadian anak dapat terjadi dengan menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan untuk bersikap komunikatif yang baik, kurangnya komunikasi, keintiman, keakraban, keterbukaan dan perhatian dalam keluarga akan menganggu dalam proses pembentukan perilaku anak, terutama setelah anak mencapai usia remaja. Hadirnya orang tua akan tetap dirasakan utuh oleh anak sehingga memungkinkan adanya kebersamaan serta dapat membantu membentuk kepribadian anak terutama membentuk akhlakul karimahnya. Peran orang tua terhadap anak dalam pembentukan kepribadiannya melebihi peran guru di sekolah, kyai di pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Ketika perhatian orang tua dan pola komunikasi terhadap anak kurang baik, orang tua sibuk dengan pekerjaan, jarang bercengkrama

5 dengan anak-anak di rumah tentu bagi anak akan merasa kesepian, menjadi pendiam, bingung, cemas, gelisah dan sulit dalam proses pembentukan perilaku anak. Akibatnya sikap perilaku anak lebih cenderung anarkis dan mengarah ke tindakan juvenile deliquency dalam segala hal, terutama dalam pergaulan, bersosialisasi dengan masyarakat dan bahkan menjalin hubungan dengan keluarga. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan keluarga yang kurang kondusif dan sikap komunikatif yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar norma-norma di masyarakat, disebut dengan kenakalan remaja. Untuk mengetahui latar belakang perilaku delinquency, penulis perlu membedakan perilaku menjadi dua kelompok. Pertama, perilaku menyimpang yang tidak disengaja, maksudnya adalah pelaku kurang memahami normanorma yang ada di daerahnya dan tidak dikenai sangsi hukum. Kedua, perilaku menyimpang yang disengaja, maksudnya adalah pelaku secara sadar mengetahui tindakan yang di lakukan melanggar aturan-aturan di mana ia hidup dan pelaku dikenai sangsi hukum. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi sebagian orang tidak menyatakan melakukan penyimpangan perilaku (Behaviour Disorder), sebab mereka dianggap normal, dan dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk berbuat nakal.

6 Mussen dkk (1994), mengungkapkan bahwa kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.1 Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja di desa Timpik usia 16–18 tahun sangat beragam mulai dari perbuatan amoral dan anti sosial. Sebagaimana yang telah dikemukakan salah satu pejabat desa (Hansip) bahwa pada tahun 2007 di desa Timpik telah terjadi beberapa tindak kenakalan remaja usia 16–18, dan bentuk - bentuk kenakalan tersebut antara lain : kabur dari rumah, membawa senjata tajam, menentang orang tua, perkelahian kelompok remaja antar desa, penyimpangan seksual, dan tidak mentaati peraturan yang ada di daerahnya, bahkan sampai pada perbuatan yang mengarah kepada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum seperti; pembunuhan, pencurian, pemerkosaan, seks bebas, dan tindak kekerasan lainnya. Terungkapnya aksi kekerasan yang dilakukan Geng Nero mencerminkan dua sisi yang dilematis. Pada satu sisi aksi kekerasan yang dilakukan remaja terhadap remaja lain yang usianya lebih muda itu akan berefek domino kekerasan. Pada sisi lain, dan tidak kalah mencemaskannya,

1

Ulfah Maria, Kecenderungan Kenakalan Remaja, (Online), (http://www.dimandiri.or.id/file/ulfahmariaugm/bab2.pdf/tinjauanpustaka/hlm9).15:30:29

7 mulai muncul aksi-aksi kekerasan sistematis di kalangan remaja. Mudahmudahan kejadian di Pati menjadi aksi terakhir.2 Berdasarkan beberapa fakta di atas, maka ditemukan bahwa salah satu faktor yang menimbulkan kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orang tua sebagai figur tauladan serta tidak fungsinya komunikasi dalam keluarga, Selain itu suasana keluarga yang meninbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan komunikasi keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja. Orang tua dari remaja nakal cenderung memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-anaknya, menghindari keterlibatan masalah dan kurangnya bimbingan orang tua terhadap anak remaja. Faktor lain yang memungkinkan anak bertindak nakal adalah kurangnya komunikasi yang akrab orang tua dengan anak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh W. A. Gerungan sebagai berikut : 63% dari anak yang nakal dalam suatu lembaga pendidikan adalah anak yang berasal dari keluarga tidak utuh. 70% dari anak yang sulit dididik adalah dari keluarga yang tidak teratur, tidak utuh atau mengalami tekanan yang terlampau berat.3 Dalam hal ini orang tua dituntut untuk memdidik anak-anaknya dengan baik. Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad saw, beliau bersabda :

‫كلو مولود يولد على الفطرة السلم ال ان ابواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه‬ 2

Paulus Mujiran, 17 Juni,2008. Geng Nero dan Dendam Tersembunyi, Suara Merdeka,

hlm. L 3

W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, PT. Rineka Cipta Aditama, Bandung, 2000, hlm.13

8

( ‫) رواه ابو يعلى و تبارنى و بيها قى‬ "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi." ( HR. Abu Ya'la, Tabarani dan Baihaqi )"4 Hadist di atas menjelaskan bahwa, keluarga mempunyai peranan yang sangat penting terhadap anak-anaknya. Dengan demikian orang tua dituntut sadar untuk membekali dan membentengi anak-anaknya karena anak adalah generasi masa depan, merekalah yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Sebagaimana firman Allah swt 

  

 

 

  

 

 

   



 

 

 





                 "Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.. Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan. Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutanpengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan."5

Berdasarkan ayat Al-Qur'an dan Al-Hadist di atas bahwa semakin jelaslah tanggung jawab orang tua terhadap anaknya sebagai generasi masa 4 5

Ma'mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid IV, Wijaya, Jakarta, 1983, hlm.242 Lihat dan Baca Al-Qur'an Surah Al-Anfal ayat : 28 dan Al-Israa' ayat : 70

9 depan agama dan bangsanya. Maju mundurnya suatu bangsa dan agama ditentukan oleh peran generasi muda, kita akan tahu keadaan bangsa dan agama yang akan datang dengan melihat anak-anak muda saat ini. Secara fitrah orang tua mempunyai naluri dan rasa tanggung jawab terhadap anakanaknya. Hal ini merupakan konsekuensi logis atas karunia yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada orang tua, kehadirannya adalah sesuatu yang sangat didambakan anak Oleh karena itu sudah kewajiban orang tua untuk menjalin komunikasi yang harmonis dengan anak-anaknya untuk menyampaikan nasehat-nasehat, pendidikan, mengarahkan dan memotivasi anak dalam berperilaku baik. Karena orang tua adalah pemimpin bagi anak-anaknya dan keluarganya. Nabi Muhammad saw bersabda

‫" ال كلكم‬: ‫عن ابن عمر رضي ال عمهما عن النبي صلي ال عليه وسلم انه قال‬ ‫ وهو مسؤول عن‬,‫ وكلكم مسؤول عن رعيته فال مير الذي عل الناس راع‬, ‫راع‬ ‫ والمراة راعية علي بيت‬,‫ والر جل راع علي اهل بيته وهومسؤو ل عنهم‬,‫رعيته‬ ‫ ال‬,‫ وهي مسؤولة عنهم والعبد راع علي مال سيده وهو مسؤول عنه‬,‫بعلها وولده‬ " ‫ وكلكم مسؤول عن رعيته‬,‫فكلكم راع‬ "Diriwatkan dari Ibnu Umar r.a dari Nabi saw, Beliau bersabda Ketahuilah, setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang yang dipimpinnya, seorang penguasa akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyat yang dipimpinnya. Seorang laki-laki pemimpin keluarga akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang wanita perempuan dirumah suami dan anaknya akan dimintai pertanggungjawaban tentang mereka suami dan anaknya. Dan seorang

10 hamba juga pemimpin harta tuannya. Dia akan dimintai pula pertanggungjawaban tentang kepemimpinanya, Ketahuilah bahwa masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya."6 Islam sebagai agama yang membawa konsep rahmatan lil 'alamin mewajibkan orang tua untuk mengekpresikan cinta dan kasih sayangnya terhadap anak-anaknya karena orang tua yang baik adalah yang penyayang terhadap keluarganya. Jika anak diberikan pendidikan dengan kasih sayang dan perhatian persahabatan serta komunikasi yang harmonis maka dia akan belajar menemukan cinta dan jati diri di dalamnya. Dengan demikian penulis beranggapan bahwa anak remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis serta tidak memiliki pola komunikasi yang baik, maka remaja tersebut lebih cenderung menjadi remaja nakal, dibandingkan dengan remaja yang dibesarkan oleh keluarga harmonis dan memiliki pola komunikasi yang baik, maka mereka lebih bisa menjadi remaja yang baik dalam berkepribadian dan berperilaku. Dari uraian di atas serta adanya fakta-fakta yang menunjukkan terjadinya kenakalan remaja usia 16 - 18 tahun di desa Timpik tersebut, maka penulis termotivasi untuk meneliti adakah korelasi pola komunikasi dengan kenakaln remaja. Dengan mengambil judul "POLA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DAN KENAKALAN REMAJA STUDI KORELATIF DI DESA TIMPIK, KEC. SUSUKAN, KAB. SEMARANG TAHUN 2008." 6

Al-Hafizh Zaki Al-Din 'abd Al-Azhim Al- Mundziri, Mukhtashar Sahahih Muslim, Mizan, Bandung, 2002, hlm. 694

11

B.Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada korelasi antara pola komunikasi dalam keluarga dengan kenakalan remaja di Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

C.Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi dari penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hubungan pola komunikasi dalam keluarga dengan kenakalan remaja di Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. D.Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi : 1.Orang tua, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan komunikasi orang tua terhadap anaknya, sehingga orang tua dapat melakukan langkah-langkah lanjut yang lebih bermanfaat dalam proses pembentukan kepribadian anak. Selain itu dapat digunakan sebagai acuan cara-cara membina perilaku anak terutama dari keluarga yang tidak harmonis dalam menjalin hubungan dengan anak-anaknya atau hubungan sosial masyarakat.

12 2.Remaja, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman anak remaja, bahwa kesadaran orang tuanya dalam proses pembentukan kepribadian anak dapat dipengaruhi oleh komunikasi yang terjadi dalam keluarga. 3.Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan dan psikologi sosial terutama yang berhubungan dengan kenakalan remaja.

BAB II LANDASAN TEORETIS

A.Kenakalan Remaja Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian untuk mencari faktorfaktor yang berhubungan dengan kenakalan remaja, faktor-faktor tersebut antara lain indentitas, jenis kelamin, usia, kedudukan dalam keluarga, lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat serta kelas sosial ekonomi, semua faktor tersebut memiliki kontribusi terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Begitu juga mengkaji tentang permasalahan komunikasi dalam keluarga tidak akan lepas dari pemahaman terhadap permasalahan itu sendiri. Kajian tidak akan bermakna jika segala sesuatu yang mengenai tentang komunikasi tidak dimengerti. Hal ini akan menimbulkan kerancauan. Berdasarkan pengantar tersebut, penulis akan menguraikan tentang pengertian, teori-teori, faktor-faktor, dan jenis-jenis kenakalan remaja begitu juga dengan komunikasi dalam keluarga secara komprehensif sehingga akan ditemukan maksud dari tujuan. 1.Pengertian Kenakalan Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquency berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, 1

11 yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal. Dengan demikian pengertian kenakalan adalah suatu perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu perbuatan anti-sosial dimana di dalamnya terkandung unsurunsur anti-normatf.7 Definisi lain mengungkapkan bahwa kenakalan adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.8 Musen dkk (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.9 7

B. Simanjutak, S.H., Pengantar Kriminologi dan Sosiologi, Aksara Baru, Jakarta, 1984, hlm.25 8 Sri Rumini dan Siti Sundari, H.S. M.Pd, Perkembangan Anak dan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm.53 9

Ulfah Maria, Kecenderungan Kenakalan Remaja, (Online), (http://www.dimandiri.or.id/file/ulfahmariaugm/bab2.pdf/tinjauanpustaka/hlm10).15:45:2

12 Sama halnya dengan Conger (1976) & Dusek (1977) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai suatu kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan 18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman. Sarwono (2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (1990) menyebutkan bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menggangu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Santrock (1999) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal.10 Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja usia 16 -18 tahun. 2.Teori – Teori Tentang Kenakalan Remaja a.Teori Sosiologi Modern Dalam pandangan para ahli sosiologi, baik penjahat maupun bukan penjahat, kedua-duanya mengalami gangguan emosi. Kelakuan jahat dipelajari dari pergaulan kelompok sama seperti halnya tehnis, kesopanan. Sedangka pangkalnya sama yaitu mendapatkan pengargaan teori sosiologi modern, menggunakan pendekatan ekologi (The Ecological Approach) dalam masyarakat.11 b.Teori Paduan

10

Ibid, (http://www/dimandiri.or.id?file/ulfahmariaugm/bab2.pdf/tinjauanpustaka/hlm10), 15:50:51 11 B Simandjuntak S.H., Latar Belakang Kenakalan Remaja, Penerbit Alumni, Bandung, 1984, hlm. 85

13 Dari kenyataan sehari-hari tidak ada satu pun yang mutlak, tetapi dipadu. Penyelidikan kriminologi umumnya cendrung menuju kearah electic theory atau analisa proses. Dan ini merupakan approach yang benar.12 3.Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Setelah membahas tentang etiologi kriminal (juvenile delinquency), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menyebabkan kenakalan remaja di Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang terletak pada faktorfaktor sebagai berikut : A.Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang datangnya dari dalam tubuh manusia itu sendiri, tanpa pengaruh lingkungan sekitar, yang termasuk dalam faktor ini adalah : 1.Personality ( kepribadian ). Tidak ada pribadi atau personaliti anak yang sama tetapi mempunyai perbedaan.13 G.W Allport mengatakan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis pada sistem psikosomatis dalam individu yang turut menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.14 Dari uraian yang dikemukakan G.W. Allport bahwa prsonaliti seseorang dapat menjadi penyebab melakukan kenakalan.

a.Inteligensi Quontienti ( IQ).

12

Ibid, hlm. 110 Martin H. Neumeyer, Juvenile Deliquency In Modern Society, Van Nostrand Coy, Inc., Toronto, New York, London, Hlm. 87 14 B Simanjuntak, S.H, Op Cit, hlm. 113 13

14 Inteligensi quontient adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi atau memecahkan suatu problema yang dihadapi. Menurut peyelidikan Prof. Ciryl Burt, anak yang menpunyai inteligensi quontient 85 s/d 90 (bodoh) paling banyak menjadi juvenile delinquent.15 Mereka sering melaukan kenakalan karena tidak dapat memperhitungkan akibat-akibat perbuatannya. b.Usia. Faktor usia ini memiliki pengaruh dalam berbuat kenakalan Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan. Sebagaimana hasil penelitian dari McCord (Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal dapat meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60% dari menghentikan perbuatannya pada usia 21 sampai 23 tahun.16 2.Kelamin. Perbedaan sex memang dapat mempengaruhi tindakan kriminal anak. Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan. Menurut penelitian L.P.P. IKIP Bandung di LPC Tanggerang menyebutkan bahwa anak laki-lai 96% dan perempuan 4% dari jumlah juvenile delinquent.17 Hal ini sangat jelas terjadi pada periode pubertas anak. 15

B Simanjuntak, S.H, Op.Cit, Hlm. 115 http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=534/12:35:01 17 B. Simanjuntak, Op Cit, Hlm. 116 16

15 3.Kedudukan Dalam Keluarga. Kedudukan yang dimaksud adalah urutan-urutan kelahiran dari nucleas famili. Berdasarkan dari penelitian Bigot bahwa anak sulung lebih memungkinan menjadi recidivist dibandingkan dengan anak bungsu. B.Faktor Extern ( extragenic ) 1.Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan wadah yang pertama dan merupakan dasar yang fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Kebiasaan dan way of life orang tua memberikan warna dasar terhadap pembentukan kepribadian anak. Dan ini dapat mengarah kearah positif atau negatif. Lingkungan keluarga ini bermacam-macam keadaannya yang secara potensial dapat menghasilkan anak nakal. a.Disharmoni Keluarga dan Broken Home. Keadaan rumah tangga yang berantakan dapat membawa pengaruh psikologis buruk bagi perkembangan mental dan pendidikan anak. Karena dasar pribadi anak terutama dibentuk dalam lingkungan keluarga. Jika kehilangan salah satu dari kedua orang tua atau kehilangan keduannya karena meninggal maupun bercerai dan lain-lainnya, menyebabkan anak kehilangan contoh model orang dewasa. Kehilangan kasih sayang, kehilangan pendidik atau pemimbing yang sangat ia butuhkan. b.Sikap Perlindungan Yang Berlebihan Orang Tua Dalam Mengasuh dan Mendidik Anak-Anaknya.

16 Memanjakan anak secara berlebihan dimana anak selalu memdapatkan segala sesuatu dari orang tuanya walaupun hal itu tidak sesuai dengan norma pendidikan. Tidak sedikitpun anak merasa kesulitan dalam hidupnya. Sikap Perhatian orang tua yang berlebihan ini dapat menumbuhkan sifat malas, apatis kepada anak dalam menghadapi problema hidup yang sebenarnya sangat penting dan membantu bagi perkembangan dan kematangan anak itu sendiri. Sehingga anak tidak percaya akan dirinya, merasa dirinya berpribadi kecil. Akhirnya anak lebih cendrung kearah kenakalan (juvenile delinquency). c.Pendidikan Anak-Anak Terlantar. Pendidikan keluarga dan cinta kasih sangat dibutuhkan. Pendidikan anak dapat terlantar karena orang tuanya kaya dan sibuk dengan kekayaannya. Tetapi pendidikan anak juga dapat terlantar karena kemiskinan orang tua. Segala keperluan anak tidak terpenuhi secara sempurna. Sehingga anak cenderung untuk berbuat hal-hal yang menyeleweng dari norma. Dengan kata lain timbulnya kenakalan karena hilangnya atau berkurangnya fungsi keluarga sebagai pendidik, pembentuk kepribadian anak dan tempat berlindung.18 2.Lingkungan Sosio Budaya Lingkungan tempat anak berpijak sebagai makhluk sosial adalah masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari masyarakat. Pembentukan kepribadian anak dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat. kalau masyarakat baik maka akan membawa pembentukan

18

Ibid, hlm. 119

17 tingkah laku yang baik pula. Lingkungan yang tidak baik dapat membuat seseorang menjadi jahat karena anak-anak sifatnya meniru.19 a.Ligkungan Sekolah Lingkungan sekolah adalah salah satu lingkungan pendidikan yang formal. Situasi dan kondisi sekolahan, sistem pengajaran di sekolah yang tidak menguntungkan anak, dapat menjurus kepada juvenile delinquency. Sebabsebab timbulnya kenakalan anak di sekolah, antara lain : sekolah yang berusaha memandaikan anak-anak yang sebenarnya kurang mampu, guru bersikap reject (menolak), sekolah atau guru yang mendisiplin anak dengan cara yang kaku dan tanpa menghiraukan perasaan anak, suasana sekolahan buruk. Hal ini menimbulkan anak suka membolos, segan atau malas belajar, melawan peraturan sekolah atau melawan guru, anak meninggalkan sekolah (drop-out) dan lain-lainnya.20 Ada tiga lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu lingkungan keluarga (rumah), sekolah dan masyarakat. b.Media Komunikasi Masa Sebelum membahas tentang media yang mempengaruhi juvenile delinquency, maka perlu diberikan pengertian sebagai berikut : Media adalah segala alat yang berfungsi sebagai penghubung antara seseorang dengan orang lain yang dapat berupa kalimat-kalimat atau suara

19

Ibid, hlm. 120 Kartini kartono, Bimbingan Bagi Anak Dan Remaja Yang Bermasalah, Rajawali Pers, Jakarta, 1991, hlm. 107 20

18 orang tersebut, tulisan atau gambar. Dengan demikian termasuk surat kabar, buku, radio dan TV.21 Massa adalah sekumpulan manusia bergabung atau berhubungan karena sesuatu tetapi tidak mempunyai sesuatu bentuk atau jumlah yang tetap. Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : media massa adalah komunikasi pers atau radio, film dan televisi, yang ditunjukkan kepada khalayak dengan menitik beratkan pada penggunaan media. c.Koflik kebudayaan. Sutherland mengemukakan bahwa seseorang menjadi bertindak kriminal, hal itu mulai terjadi dalam proses riwayat seseorang sebelum menjadi juvenile delinquent. Penjelasan ini di sebut genetic explanation.22 Seseorang menjadi juvenile delinquent dapat diketahui dari pergaulan yang intim pada masa lalu dengan jalan meniru masyarakat pada saat terjadi interaksi yang intim. 1.Jenis-Jenis Kenakalan Remaja Ditinjau dari sudut pandang pelaku delinkensi remaja, Ernest R. hilgard dalam bukunya "Introduction to Psychology" mengelompokkan delinkensi remaja menjadi 2 golongan : a."social delinquency", yaitu delinkensi yang dilakukan oleh sekelompok remaja, misalnya "gang." b."individual delinquency", yaitu delinkensi yang dilakukan oleh seorang remaja sendiri tanpa teman.23 21 22 23

B Simanjuntak, S.H., Op.Cit, Hlm. 122 Ibid, hlm. 123 Kartini kartono, Op.Cit, hlm. 115

19 Ditinjau dari sudut pandang perbuatan delinkensi remaja, dari beberapa sumber yang dapat dirumuskan beberapa jenis perbuatan juvenile delinquent, yaitu: a.Pengrusakan dengan kasar dan kejam (vandalism). b.Sering membolos sekolah dan berkeliaran mengganggu keamanan masyarakat sekitarnya serta kadang-kadang melakukan perbuatan kurang ajar terhadap guru dan orang tua. c.Penggunaan obat-obat peransang, narkotika, alat-alat kontrasepsi dan minuman keras. d.Peredaran foto-foto, cerita-cerita, dan film-film cabul. e.Ngebut dan melakukan perkelahian kelompok. f.Mencuri, menganiaya dan mengganggu gadis-gadis. g.Penyelenggaraan pesta-pasta yang berkelebihan; hal ini terutama dilakukan oleh golongan "the Have."24 A.Komunikasi Adanya berbagai makna dalam mendefinisikan pengertian komunikasi, sudah barang tentu menimbulkan kesulitan dalam mengkonseptualisasi komunikasi sebagai suatu kajian ilmiah. Kesulitan ini langsung bisa terlihat dari lahirnya sejumlah definisi mengenai komuikasi. Untuk mengurangi kesuliatan dalam definisi komunikasi maka penulis akan menyajikan beberapa pendapat ahli tentang pengertian komuniksai tersebut. 1.Pengertian Komunikasi. A.Pengertian komunikasi secara umum. 24

Ibid, hlam. 115

20 Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bagun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsenuensi hubungan sosial. Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lainnya, yang karena berhubungan dapat menimbulkan interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. 1.Pengertian komunikasi secara etimologis. Secara etimologis atau asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber kepada kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.25 2.Pengertian komunikasi secara terminologis. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.26 Yang dimaksud disini adalah komunikasi manusia atau human communication, bukan komunikasi hewan.

B.Pengertian komunikasi secara paradigmatis. Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televise atau film, maupun 25

Onong Uchjana Efendy, M.A., Dinamika Komunikasi, P.T Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hlm. 3 26 Ibid, hlm. 4

21 media non massa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spandoek dan sebagainya.27 Mengenai pengertian komunikasi paradigmatis ini banyak para ahli yang mendefinisikan, tetapi dari sekian definisi dapat diambil kesimplan secara lengkap dengan menampakkan makna yang hakiki, yaitu : komuniasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu untuk mengubah sikap, pendapat,atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.28 1.Teori-Teori Komunikasi. Harold D. Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan " Who, Says What In Which channel To Whom With What Effet?".29 •What

( Siapakah komunikatornya )

•Says What

( Pesan apa yang dinyatakan )

•In Which Channel •To Whom

( Media apa yang digunakannya )

( Siapa komunikannya )

•With What Effet ( Efek apa yang diharapkannya ). Rumus lasswell tersebut tampaknya sederhana tetapi mengandung pertautan dengan berbagai teori komunikasi lainnya. Pertama-tama fokus perhatian perlu ditujukan kepada komponen komunikan.

27 28 29

Ibid, hlm 5 Ibid, hlm. 6 Ibid, hlm 29

22 Teori komunikasi Melvin L. Defleur, dalam bukunya yang berjudul Theories of massa Communication, ia mengemukakan empat teori yang masing – masing disebut Individual Differences Theory, Social Catagories Theory, Social Relationship Theory dan Cultural Norms Theory. a.Individual Differences Theory Teori ini menyatakan bahwa khaayak yang secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya apabila bersangkutan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya, dan nilai-nilainya. Tanggapan terhadap peasan komunikasi seperti iru akan diubah oleh tataan psikoogisnya.30 b.Social Categories Theory. Teori sosial katagoris ini konsisten dan bersumber kepada teori sosiologi umum mengenai massa. Asumsi dasar dari teori tersebut bahwa kendatipun masyarakat modern sifatnya heterogen, orang yang mempunyai sejumlah sifat yang sama akan memiliki pola hidup tradisional yang sama. Kesamaan orientasi dan perilaku ini akan mempunyai kaitan dengan gejala yang diakibatkan media massa.

c.Social Relationship Theory. Menurut teori ini, sebuah pesan kmunikasi mula-mula disiarkan melalui media massa kepada sejulah perorangan yang terang-lengkap (wellinformed), dan dinamakan "pemuka pendapat" (opinion leaders). Kemudian 30

Ibid, hlm. 30

23 pesan tersebut diteruskan penyampaianya melalui saluran antar persona, kepada orang-rang yang kuang keterpaanmedia massa. d.Cultural Norms Theory. Teori cultural norms pada hakikatnya merupakan anggapan yang mendasar bahwa, melalui penyajian yang selektif dari penekanan pada tema tertentu, media massa menciptakan kesan-kesan pada khalayak bahwa normanorma budaya yang sama mengenai topi-topi tertentu dibentuk dengan caracara yang khusus. Ada tiga cara yang potensial mempengaruhi norma-norma dan batas-batas per-orangan, yaitu : •Pesan komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada (reinforce exisiting pattnerns) dan mengarahkan orang-orang untuk percaya bahwa suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat. •Media massa bisa menciptakan keyakinan baru (creat new shared convictions) mengenai topik, dengan topik mana khalayak kurang berpengalaman sebelumnya. •Media massa bisa mengubah norma-norma yang sudah ada (change existing norms), dan karenanya mengubah orang-orang dari bentuk tingkah laku yang satu menjadi tingkah laku yang lain.31 1.Jenis-Jenis Komunikasi Sesungguhnya komunikasi bukan hanya multi makna dan multi definisi, sebagaimana disajikan di atas, tetapi cara membaginya juga bermacam-macam. Untuk memahami taksonomi (klasifikasi) komunikasi,

31

Ibid, hlm. 31

24 maka dapat dilacak melalui pertumbuhannya sebagai ilmu. Jenis-jenis komunikasi tersebut, antara lain : a.Komunikasi Lisan. Di dalam komunikasi lisan, ada dua cara dasar dalam berkomunikasi lisan, yaitu : 1.komunikasi verbal, Di dalam komunikasi verbal, seseorang menyampaikan pesan menggunakan kata-kata (bahasa). 2.komunikasi non-verbal, dalam komunikasi non-verbal, seseorang mengirimkan pesan menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap tubuh (gesture), ekspresi wajah, nada bicara dan tekanan kalimat. b.Komunikasi massa, adalah komunikasi yang isinya bersifat umum atau terbuka (bukan rahasia atau bukan masalah pribadi), sehingga mencakup baik komunikasi denagn menggunakan media massa, maupun komunikasi dengan langsung (retorika dan pembicaraan di tempat umum). c.Komunikasi media massa, ialah komunikasi dengan menggunakan pers atau radio, film dan televisi, yang ditujukan kepada khalayak.32 Jika komunikasi dititik beratkan pada penggunaan media maka komunikasi ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : A.Komunikasi media ( beralat ). B.Komunikasi tatap muka ( non media ) Dan apabila komunikasi dititikberatkan pada sifat pesan maka komunikasi dapat dibagi kedalam dua jenis, yaitu : 32

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi;sebuah pengantar ringkas, CV. Rajawali, Jakarta, 1988, hlm. 29

25 •Komunikasi massa ( isinya bersifat umum ). •Komunikasi persona ( isinya bersifat pribadi ). •Komunikasi kelompok ( kelompok kecil dan kelompok besar ) •Komunikasi organisasi (komunikasi yang berlangsung di dalam organisasi) Pembagian yang lain, didasarkan kepada tujuan dan jenis pesan. Dalam hal ini komunikasi dapat dibedakan dalam banyak jenis, antara lain: •Komunikasi Politik ( kampanye, agitas, propaganda ) •Komunikasi Perdagangan ( reklame, advertensi, promosi) •Komunikasi Kesehatan ( penyuluhan keluarga berencana ) •Komunikasi Agama ( dakwah, tablig, khotbah ) •Komunikasi Kesenian ( drama, puisi, prosa, wayang ) •Komunikasi Pertanian ( penyuluhan panca usaha tani ).33 Kini jelaslah bahwa komunikasi bukan saja multi makna, dan mempunyai beberapa definisi tetapi juga ternyata memiliki beberapa jenis. Dengan kata lain bukan saja cara memahaminya dan mendefinisikannya berbagai ragam, tetapi membaginya juga bermacam-macam.

1.Faktor-Faktor Komunikasi Dalam Keluarga. Faktor – faktor yang menunjang keberhasilan berkomunikasi dalam keluarga, antara lain adanya :

33

Ibid, hlm. 31

26 a.Komunikator, yaitu Sumber komunikasi atau Pengirim Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi yang mengambil inisiatif mengirimkan pesan. b.Pesan, adalah bisa berupa lambang atau tanda, seperti kata-kata (dalam bentuk tertulis atau lisan) gesture dll. c.Media, yaitu sesuatu yang dipakai sebagai alat pengiriman pesan (misalnya telepon, radio, surat, surat kabar, email, SMS, TV atau gelombang udara. d.Komunikan atau Penerima Pesan, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran penerima pesan. Di samping keempat elemen tersebut, masih ada tiga elemen atau faktor lain yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni: a.Dampak atau akibat yang terjadi pada pihak penerima/komunikan. b.Umpan balik (feedback), yakni reaksi atau tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang diterimanya. c.Gangguan (noise) yakni faktor-faktor eksternal maupun internal (psikologis) yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.34 A.Kaitannya Pola Komunikasi Dalam Keluarga Dengan Kenakalan Remaja. 1.Pemahaman Awal Tentang Pola Komunikasi

34

.http://209.85.173.104/search?q=cache:ZObBKm6PwhwJ:www.sabdaspace.com/memahami _proses_komunikasi+Faktor+faktor+komunikasi+dalam+keluarga&hl=id&ct=clnk&cd=28&g l=id&client=firefox-a/10:53:59

27 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap.35 Sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan.36 Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapar dipahami;hubungan;kontak.37 Dengan demikian, pola komunikasi di sini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti; dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua serta anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena adanya pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan berpeluang untuk memulai komunikasi. Yang tidak berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan cendrung menunda komunikasi. Komunikasi berpola stimulus-respon adalah model komunikasi yang masih terlihat dalam kehidupan keluarga. Komunikasi seperti ini sering terjadi pada saat orang tua mengasuh bayi. Orang tua lebih aktif dan efektif memberikan stimulus (rangsangan), sementara bayi berusaha memberikan respon (tanggapan). Komunikasi berpola stimulus-respon berbeda dengan komunikasi berpola interaksional. Dalam komunikasi sama-sama aktif dan kreatif dalam 35

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 692 36 Suciati Prasetya Irawan dan I.GA.K. Wardani, Teori, Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar, Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Intruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, hlm. 70 37 Departemen Pendidikan…, Op.cit., hlm. 454

28 menciptakan arti terhadap ide atau gagasan yang disampaikan via pesan, sehingga jalannya komunikasi terkesan lebih dinamis dan komunikatif. Pola komunikasi yang akan mempengaruhi pola asuh orang tua. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa betapa pentingnya pola asuh orang tua dalam keluarga dan upaya untuk mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta didasarkan atas cinta dan kasih saying dengan memposisian anak sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing dan dididik, serta bukan hanya sebagai objek semata. 2.Pola komunikasi dalam keluarga Komunikasi adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga pun sukar untuk dihindari. Oleh karena itu, komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara ibu dan anak serta komunikasi antara anak dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga. Persoalannya adalah pola komunikasi yang bagaimana yang sering terjadi dalam kehidupan keluarga? Berdasarkan kasuistik perilaku orang tua dan anak sering muncul dalam keluarga, maka pola komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga adalah berkisar di seputar model Stimulus-Respon (S-R), model ABX, dan Model Interaksional.

29 a.Model Stimulus-Respon Pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah model stimulus-respon (S-R). pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses "aksi-reaksi" yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa katakata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbale-balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapar mengubah tindakan komunikasi berikutnya. Dalam realitas pola ini dapat pula berlangsung negative.38 Pola komunikasi stimulus-respon,di sini orang tua harus lebih proaktif dan kreatif untuk memberikan rangsangan kepada anak, sehingga kepekaan anak atas rangsangan yang diberikan semakin membaik. b.Model ABX Pola komunikasi lainnya juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota keluarga adalah model ABX, sebagaiman yang dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X). model tersebut mengamsumsikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi, yaitu : (1) Orientas A terhadap X, 38

Deddy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja rosdakarya Offset, Bandung, 2002, hlm. 133

30 yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif), (2) Orientasi A terhadap B dalam pengertian yang sama (3) Orientasi B terhadap X, (4) Orientasi B terhadap A. model ini lebih jelas dapat digambarkan sebagi berikut .39 B

A

X

c.Model Interaksional Model interaksional ini berlawanan dengan model S-R. sementara model S-R mengamsumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas peasan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran dan tindakan.40 Keluarga sebagai kelompok sosial terkecil dalam masyarakat, mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian pada anak. cukupnya dukungan keluarga atau kurangnya dukungan pada anak akan mempengaruhi kepribadian anak. Pola terbentuknya kepribadian pada seorang individu bukan hanya merupakan bawaan dari lahir, tetapi kepribadian 39 40

Ibid, hlm. 142 Ibid, hlm. 160

31 terbentuk melalui proses, dan proses pembentukan kepribadian tidak terlepas dari peran keluarga. Kepribadian yang positif dan keluarga yang harmonis diyakini akan mampu mencegah seorang remaja untuk cenderung melakukan kenakalan atau perbuatan yang negatif. Secara garis besar munculnya perilaku delinkuen pada remaja disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Yang di maksud faktor internal adalah meliputi karakteristik kepribadian, nilai-nilai yang dianut, kondisi emosi remaja yang labil, perbedaan sex, faktor usia, kedudukan dalam keluarga. Adapun faktor eksternal mencakup lingkungan rumah dan keluarga, sekolah, soaial budaya, masyarakat, dan keadaan ekonomi. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dipahami bahwa kecenderungan berperilaku delikuen pada remaja dipengaruhi oleh kepribadian individu yang bersangkutan dengan peran komunikasi keluarga yang didapatnya. Bagaimana pola komunikasi dalam keluarga itu terjadi? Karena pola-pola komunikasi tersebut memiliki keterkaitan yang erat dengan terjadinya delikuensi pada remaja. A.Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diidentifikasikan.41 Berdasarkan latar belakang penelitian dan landasan teori yang telah penulis paparkan di atas maka penulis menjadikan hipotesis penelitian ini sebagai berikut : Adanya keterkaitan antara pola komunikasi

41

Wahyu, M.S, Petunjuk Praktis Pembuatan Skripsi, Surabaya, Usaha Nasional,1987, hlm. 33

32 dalam keluarga dengan kenakalan remaja di Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2007.

26 BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.42 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini : adalah Jenis Penelitian• Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kuantitatif, karena penelitian ini merupakan penelitian yang mengolah angka-angka .(dengan rumus Khai kuadrat ( χ² Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan : penelitiaan.43 Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel penelitian yaitu Pola komunikasi dalam keluarga, merupakan variabel bebas.A (variabel Independent). Adapun indikator pola kominikasi dalam :keluarga di antaranya adalah Adanya citra diri yang baik.A Intensitas pertemuan yang cukup.B Suasana psikologis yang nyaman.C Demokratis dan saling menghargai.D 44

Kemampuan berbahasa dengan baik.E

Koencjoroningrat, Metode-metode Penelitian masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1985,

42

.hlm. 7 Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta, Cet 43 .kedua, 1983,, hlm. 39 Syaiful Bahri Dajmarah, Pola Komunikasi Orang tua & anak Dalam Keluarga, Rineka 44 .Cipta, Jakarta, Jakarta, 2004, hlm. 63-72

27 Kenakalan

remaja,

merupakan

variabel

terikat

(variabel .A

:Dependent). Adapun indikator kenakalan remaja di antaranya adalah Melakukan tindakan membolos sekolah a. Melakukan upaya pencurian dan pemerasan b. Mengkonsumsi narkoba c. Melakukan tindakan kekerasan dan tawuran d. 45

Melakukan tindakan perjudian e. Populasi dan Sampel•

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.46 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, dengan kisaran umur sekitar 13 sampai dengan 17 .tahun Sementara itu, sample adalah sebagian atau wakil yang diteliti.47 Mengingat besarnya jumlah populasi dalam penelitian ini maka ditetapkan 20 remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, sebagai sample dalam penelitian ini. Teknik pegambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling, yaitu pengambilan 48

.sample secara acak tanpa pandang bulu Metode Pengumpulan Data•

.Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 32 45 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, 46 .Jakarta, Edisi revisi IV, 1998, hlm. 115 .Ibid., hlm. 117 47 Prof. Dr. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi 48 .UGM, Yogyakarta, 1981, hlm. 75

28 Dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan :beberapa metode penelitian sebagai berikut Metode Angket• Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.49 Penggunaan angket tersebut untuk mendapatkan data tentang pola komunikasi dalam keluarga dan kenakalan remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten .Semarang Metode Observasi• Observasi

adalah

pengamatan

dan

pencatatan

dengan

sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.50 Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kegiatan langsung ketempat/ .lokasi penelitian guna mendapatkan data tentang subyek penelitian Metode Dokumentasi• Dokumentasi yaitu kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan, monumen, artifak, foto, tape dan sebagainya.51 Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat dokumenter misalnya: jumlah jumlah penduduk, pekerjaan orang tua, .jumlah remaja, dan tingkat pendidikan remaja

.Ibid., hlm. 140 .Ibid., hlm. 136 .Koentjoroningrat, Op. Cit., hlm. 45

49 50 51

29 Instrument Pengukuran .No 1

Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Pola Menggunakan lembar Kriteria jawaban komunikasi kuisioner dengan 10 a

2

nilai

3,

dalam

item pertanyaan jawaban b nilai 2

keluarga

dan jawaban c

.nilai 1 Kenakalan Menggunakan lembar Kriteria jawaban remaja kuisioner dengan 10 a

Skala ordinal

nilai

ordinal

3,

item pertanyaan jawaban b nilai 2 dan jawaban c .nilai 1

Metode Analisis Data Disamping masih pengumpulan data, yang harus dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis data yang telah terkumpul. Adapun : teknik analisis yang digunakan adalah Untuk mengetahui kualitas pola komunikasi dan tingkat kenakalan remaja.1 : digunakan rumus prosentase sebagai berikut

52

P=

F x100% N

: Keterangan P = Proporsi F = Frekuensi Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

52

.hlm. 40

30 N = Nilai / Jumlah responden Untuk mengetahui hubungan antara pola komunikasi dan tingkat kenakalan.2 :remaja digunakan rumus Khai kuadrat ( χ²), sebagai berikut

53

χ2 = ∑

( fo − fh) fh

: Keterangan χ² : Khai kuadrat fo : Frekuensi yang diobservasi fh : frekuensi yang diharapkan Analisis Lanjutan.3 Merupakan interpretasi dari uji hipotesis dengan Khai kuadrat, yaitu membandingkan nilai χ² (Khai Kuadrat hasil hitung) dengan nilai tabel Khai Kuadrat (db) taraf signiikansi 5 % taraf signifkansi 1 % Apabila nilai Khai Kuadrat hasil hitung sama atau lebih besar dari nilai Khai Kuadrat tabel maka hipotesis yang diajukan dapat diterima, tetapi sebaliknya apabila Khai Kuadrat hasil hitung lebih kecil dari Khai Kuadrat tabel maka hipotesis yang diajukan di tolak.

.Ibid., hlm. 307

53

31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum.A Letak Geografis.a Penelitian ini dilakukan di Desa Timpik, Kecamatan Sususkan, Kabupaten Semarang, merupakan wilayah desa yang terdiri dari 13 dusun yaitu: Karang Salam, Kaibon, Gedangan, Kauman, Durenan, Geneng, Timpik, Sumber, Ngasinan, Bogo, Lempuyangan, Jetak, dan Cengklik. Desa Timpik memiliki jarak ke ibu kota kecamatan sejauh, 3 KM, ke ibu kota kabupaten sejauh 60 KM, dan ke ibu kota propinsi sejauh 80 KM. Desa ini memliki wilayah dengan luas sekitar .728,3004 HA Wilayah tersebut mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dengan total jumlah penduduk 4,838 orang terdiri dari 2,396 laki-laki dan 2,442 perempuan. Desa Timpik memiliki batas:batas wiilayah sebagai berikut Desa Ketapang

:

Sebelah Utara

Desa Rogomulyo

:

Sebelah Selatan

Desa Ngampel, Kecamatan Ampel

:

Sebelah Barat

32 Desa Tawang

:

Sebelah Timur

Karakteristik Responden Rmaja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 40 remaja, yang tersebar di beberapa dusun di Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semaran. Karakteristik reponden meliputi umur :dan jenis kelamin, disajikan dalam tabel berikut ini Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasakan umur remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2008 NO 1 2 3 4 5

UMUR tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun 16 tahun 17 Jumlah

JUMLAH 8 10 10 8 4 40

PROSENTASE % 20 % 25 25% % 20 % 10 % 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak yaitu remaja dengan umur 14 dan15 tahun dan responden yang paling .sedikit yaitu remaja dengan umur 17 tahun Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasakan jenis kelamin remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2008 NO 1 2

JENIS KELAMIN Laki-laki Peremuan

JUMLAH 25 15 40

PROSENTASE % 62,5 % 37,5 % 100

33 Dari tebel di atas terlihat bahwa jumlah responden remaja dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 25 responden atau 62,5 % dari 40 responden, dan responden remaja dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 15 responden atau 37,5 % dari jumlah .responden Sajian Data Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola komunikasi dalam keluarga terhadap tingkat kenakalan remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2008. Berangkat dari tujuan tersebut, untuk memperoleh data tentang pengaruh pola komunikasi dalam keluarga terhadap tingkat kenakalan remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, maka dilakukan pengumpulan data. Remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah remaja dengan kisaran umur 13 sampai dengan 17 tahun, yang .berjumlah 40 anak remaja Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket. Angket tersebut terdiri dari dua

kelompok

pertanyaan sesuai dengan variabel peneltian, yaitu veriabel pola komunikasi dalam keluarga dan variabel kenakalan remaja. Masingmasing kelompok terdiri dari 10 item pertanyaan yang dilengkapi dengan 3 alternatif jawaban yaitu, a, b, dan c. Sistem penilaian yang digunakan :untuk mengolah data angket ialah

34 Jawaban a diberi nilai 3.1 Jawaban b diberi nilai 2.2 Jawaban c diberi nilai 1.3 Kemudian

hasil

nilai

angket

dari

tiap-tiap

responden

dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, atau rendah. Selanjutnya untuk menganalisis tingkat pola komunikasi dalam keluarga dan tingkat:kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang digunakan rumus prosentase sebagai :berikut P=

F x100% N

: Keterangan P = Proporsi F = Frekuensi N = Nilai / Jumlah responden Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pola komunikasi dalam keluarga terhadap tingkat kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang :digunakan rumus Khai kuadrat ( χ²) .sebagai berikut

χ2 = ∑

( fo − fh) fh

: Keterangan χ² : Khai kuadrat fo : Frekuensi yang diobservasi

35 fh : frekuensi yang diharapkan Data penelitian dan pembahasan tentang pola komunikasi dalam keluarga terhadap tingkat kenakalan remaja disajikan dalam tiga .kelompok berikut ini Pola komunikasi dalam keluarga Pada remaja Desa Timpik,• .Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Penelitian

terhadap

variabel

ini

dilakukan

dengan

menggunakan angket yang terdiri dari 10 pertanyaan, kemudian hasil tersebut dikrlompokkan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode angket terhadap 40 responden diperolah data nilai tertinggi sebesar 26 dan terendah 18 (data terlampir). Dengan menggolongkan hasil nilai tersebut kedalam tiga kelompok maka diperoleh data tingkat :pola komunikasi dalam keluarga sebagai berikut Tabel 4.3 Data pola komunikasi dalam keluarga remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2008 NO

INTERVAL

KATEGORI

JUMLAH

PROSENTASE

1 2 3

26 – 24 23 – 21 20 – 18 Jumlah

Tinggi Sedang rendah

12 18 10 40

% 30

Dari data tabel

di atas, terlihat bahwa pola komunikasi

dalam keluarga dengan kategori tinggi dinyatakan oleh 12 responden atau 30 % dari jumlah keseluruhan responden, pola komunikasi dalam keluarga dengan kategori sedang berjumlah 18 responden atau

% 45 % 25 % 100

36 45 %, dan pola komunikasi dalam keluarga dengan kategori rendah berjumlah 10 responden atau 25 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas pola komunikasi dalam keluarga remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang termasuk .kategori sedang Tingkat Kenakalan Remaja remaja Desa Timpik, Kecamatan.A Susukan, Kabupaten Semarang Penelitian

terhadap

variabel

ini

dilakukan

dengan

menggunakan angket yang terdiri dari 10 pertanyaan, kemudian hasil tersebut dikrlompokkan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode angket terhadap 40 responden diperolah data nilai tertinggi sebesar 21 dan terendah 13 (data terlampir). Dengan menggolongkan hasil nilai tersebut kedalam tiga kelompok maka diperoleh data tingkat :kenakalan remaja sebagai berikut Tabel 4.4 Data Kenakalan Remaja remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2008 NO

INTERVAL

KATEGORI

JUMLAH

PROSENTASE

1 2 3

21 - 19 18 - 16 15 - 13 Jumlah

Tinggi Sedang rendah

6 13 21 40

% 15 % 32.5 % 52.5 % 100

Dari data tabel

di atas, terlihat bahwa kenakalan remaja

dengan kategori tinggi dinyatakan oleh 6 responden atau 15 % dari jumlah keseluruhan responden, kenakalan remaja dengan kategori

37 sedang berjumlah 13 responden atau 32,5 %, dan kenakalan remaja dengan kategori rendah berjumlah 21 responden atau 52.5 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang .termasuk kategori rendah Pengaruh pola komunikasi dalam keluarga terhadap Kenakalan.a Remaja Pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang 2008 Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kenakalan remaja terhadap tingkat kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2008, maka sesuai dengan tujuan ini langkah selanjutnya ialah menentukan sejauh mana hubungan pola komunikasi dalam keluarga dengan kenakalan remaja terhadap tingkat kenakalan remaja. Untuk mengukur sejauh mana pengaruh kenakalan remaja terhadap tingkat :kenakalan remaja digunakan rumus Khai Kuadrat, sebagai berikut

χ2 = ∑

( fo − fh) fh

: Keterangan χ² : Khai kuadrat fo : Frekuensi yang diobservasi fh : frekuensi yang diharapkan

38 Untuk

dapat

mengoperasionalkan

rumus

tersebut,

berdasarkan penelitian terhadap variabel pola komunikasi dalam keluarga dan tingkat kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2008 dibawah ini .disajikan data nilai dan kategori untuk masing-masing kategori Tabel 4.5 Data nilai dan Ketegori pola komunikasi dalam keluarga dan Tingkat Kenakalan Remaja pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2008 No. Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Pola komunikasi dalam keluarga Nilai Kategori

23 20 24 20 19 21 20 19 24 21 19 18 26 21 24 26 21 18 25 22 25 22 23 19 22 23

B C A C C B C C A B C C A B A A B C A B A B B C B B

Kenakalan Remaja Nilai

Kategori

13 15 18 19 15 13 17 13 17 13 19 14 15 14 18 14 20 14 13 20 17 15 14 13 16 16

C C B A C C B C B C A C C C B C A C C A B C C C B B

Kenakalan Remaja tinggi

sedang

rendah

total

tinggi

2

6

4

39 12

sedang

2

6

10

18

Pola Komunuikasi

27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

rendah Total

25 22 23 19 22 23 24 22 22 25 24 23 25 23

A

2 B 6

B C B B A B B A A B A B

1 13

15 16 13 14 13 15 21 18 14 16 18 16 21 17

7 21

C B C C C C A B C B B B A B

10 40

Berdasarkan data pada table 4.5 di atas selanjutnya diperoleh :table kerja untuk mencari nilai Kai Kuadrat sebagai berikut

Tabel 4.6 Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Kai Kuadrat

Selanjutnya, data nilai table kerja di atas dimasukkan ke dalam table perhitungan :untuk mencari nilai Kai Kuadrat, di bawah ini Tabel 4.7 Tabel perhitungan untuk mengetahui nilai Kai Kuadrat ((berdasarkan tabel 4.5

40

sel

fo

fh=(cN X rN)/N

fo-fh

(fo-fh)2

(fo-fh)2/fh

1

2

1.8

0.2

0.04

0.0222

2

6

3.9

2.1

4.41

1.1308

3

4

6.3

-2.3

5.29

0.8397

4

2

2.7

-0.7

0.49

0.1815

5

6

5.85

0.15

0.02

0.0038

6

10

9.45

0.55

0.3

0.0320

7

2

1.5

0.5

0.25

0.1667

8

1

1.5

-0.5

0.25

0.1667

9

7

1.5

5.5

30.25

20.1667

Total

N = 40

N = 40

0

-

22.7100

Hasil penghitungan terhadap data pola komunikasi dalam keluarga dan tingkat kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2008 menggunakan rumus Khai Kuadrat di atas di peroleh nilai χ²o (Khai Kuadrat hasil hitung) sebesar 22,71. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai table db = 4 taraf signifikansi 5 % sebesar 9,488 dan .taraf signifikansi 1 % sebesar 13,277 Berdasarkan

pebandingan

nilai

tersebut

diketahui bahwa nlai χ²o (Khai kuadrat hasil hitung) lebih besar dari nilai konsultasi baik taraf signifikansi 5 % ataupun 1 %, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pola komunikasi dalam keluarga dan tingkat kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan,

41 Kabupaten Semarang tahun 2008. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa semakin baik pola komunikasi dalam keluarga .berpengaruh terhadap tingkat kenakalan remaja

42 BAB V PENUTUP Kesimpulan Setelah dilakukan analisis atas data penelitian, maka diperoleh data empirik tentang pola komunikasi dalam keluarga dan kenakalan remaja di Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2008 sebagai : berikut Pola komunikasi dalam keluarga remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan,• : Kabupaten Semarang sebagai berikut Pola komunikasi dalam keluarga dengan kategori tinggi dinyatakan

a.

.oleh 12 responden atau 30 % dari 40 responden Pola komunikasi dalam keluarga dengan kategori sedang

b.

.dinyatakan oleh 18 responden atau 45 % dari 40 responden Pola komunikasi dalam keluarga dengan kategori rendah

a.

.dinyatakan oleh 10 responden atau 25 % dari 40 responden Kenakalan remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang• : sebagai berikut Kenakalan remaja dengan kategori tinggi dinyatakan oleh 6

a.

.responden atau 15 % dari 40 responden Kenakalan remaja dengan kategori sedang dinyatakan oleh 13

b.

.responden atau 32,5 % dari 40 responden Kenakalan remaja dengan kategori rendah dinyatakan oleh 21 .responden atau 52,5 % dari 40 responden

c.

43 Hasil analisis dengan menggunakan rumus Khai Kuadrat di peroleh nilai• χ²o (Khai Kuadrat hasil hitung) sebesar 22,71. Nilai tersebut lebih tinggi dari nilai konsultasi dengan nilai table db = 4 taraf signifikansi 5 % sebesar 9.488 dan taraf signifikansi 1 % sebesar 13,277. Hasil pebandingan nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara perhatian orang terhadap .tingkat kenakalan remaja Berdasarkan data empirik di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai :berikut Pola komunikasi dalam keluarga remaja Desa Timpik, Kecamatan

.1

.Susukan, Kabupaten Semarang termasuk kategori sedang Kenakalan remaja remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan,

.2

.Kabupaten Semarang termasuk kategori rendah Hasil analisis data dengan rumus komparasional Khai Kuadrat

.3

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pola komunikasi dalam keluarga dan tingkat kenakalan remaja, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada atau terdapat bahwa ada pengaruh pola komunikasi dalam keluarga terhadap tingkat kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang terbukti .atau diterima Saran Sebagaimana diketahui masa remaja merupakan fase penting perkembangan dan mengingat pentingnya peran remaja dalam kehidupan masyarakat baik pada masa kini ataupun masa yang akan datang, maka perlu

44 disampaikan saran-saran dalam bagian akhir skripsi ini. Saran-saran tersebut :disampaikan kepada beberapa pihak, antara lain Para remaja hendaknya mengoptimalkan waktu mereka untuk belajar dan• meningkatkan kualitas keagamaannya sehingga mereka tidak terjerumus .untuk melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum Orang tua harus menjaga keharmonisan rumah tangga serta harus selalu• .memonitor perilaku anak baik di luar ataupun di dalam rumah •Anggota

masyarakat

hendaknya

secara

bersama-sama

menjaga

melestarikan norma dan tata nilai yang ada sehingga mampu menjadi pembendung masuknya pengaruh negatif budaya asing •

Related Documents