Pkm-gt.siti Widyawati C.docx

  • Uploaded by: Siti Widyawati
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pkm-gt.siti Widyawati C.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,245
  • Pages: 13
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Pemanfaatan Ekstrak Putri Malu (Mimosa Pudica, Linn.) Sebagai Obat Tradisional Untuk Mengatasi Penyakit Ascariasis Pada Manusia

BIDANG KEGIATAN PKM GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh : Siti Widyawati 180341617501 Offering C

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI NOVEMBER 2018

DAFTAR ISI

Halaman Judul Daftar Isi.....................................................................................................................................i 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1 1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan .......................................................................................2 2. GAGASAN 2.1 Kondisi Masyarakat terhadap infeksi Ascaris Lumbricoides .........................................3 2.2 Upaya Yang Dilakukan Pemerintah ...............................................................................3 2.3 Ekstrak Tanaman Putri malu (Mimosa Pudica, Linn) sebagai Obat Tradisional untuk Mengatasi Penyakit Ascariasis ......................................................................................4 2.4 Pihak-Pihak Yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan ............................................5 2.5 Langkah-Langkah Strategis Yang Diperlukan ...............................................................6 3.KESIMPULAN 3.1 Obat Tradisional Dari Ekstrak Putri Malu Untuk Mengatasi Penyakit Ascariasis........................................................................................................................7 3.2 Teknik Implementasi Gagasan .......................................................................................7 3.3 Prediksi Hasil Yang Akan Dicapai .................................................................................7 4.DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................8 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Biodata Penulis....................................................................................................10

i

1.PENDAHULUAN 1.1

LATAR BELAKANG Askariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering terjadi, dengan perkiraan prevalensi di dunia berkisar 25 % atau 0,8 – 1,22 milyar orang. Populasi dengan resiko tinggi adalah di Asia, Afrika, Amerika Latin dan USSR (David, 2008 ; Kazura JW, 2008). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris lumbricoides. Askariasis paling banyak menyerang balita dan anak usia sekolah dasar. Di Indonesia prevalensi askariasis masih tinggi antara 60-90% tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan, terutama pada anak-anak (Pohan, 2006). Infeksi Ascaris lumbricoides dalam jumlah kecil tidak menunjukkan gejala klinis yang berarti. Walaupun belum dilaporkan adanya korban meninggal karena infeksi Ascaris lumbricoides, infeksi Ascaris lumbricoides dalam jumlah besar sangat merugikan bagi manusia, diantaranya yakni dapat menyebabkan obstruksi usus, berkurangnya nafsu makan, diare dan konstipasi. Cacing dewasa juga dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi terutama pada anak-anak yang tentu akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada stadium larva, Ascaris lumbricodes dapat menyebabkan gejala ringan di hati sedangkan di paru-paru menimbulkan sindroma Loeffler (Laskey, 2007). Maka dari itu penanganan yang tepat sangatlah dibutuhkan untuk memberantas larva maupun cacing dewasa. Macam-macam obat tradisional untuk kasus kecacingan banyak terdapat di Indonesia, baik yang sudah dijadikan obat kimia sintetik maupun masih merupakan obat tradisional murni. Keanekaragaman tersebut perlu dimanfaatkan sebagai obat-obatan alternatif untuk sistem pemberantasan kecacingan di Indonesia, di samping murah dan mudah didapat karena ada di mana-mana juga dapat mengikutsertakan masyarakat serta mengurangi subsidi pemerintah (Herawati, 2000). Obat-obat tradisional banyak mengandung zat aktif yang memiliki efek antihelmintik, di antara senyawa aktif tersebut adalah mimosin dan tannin yang terdapat dalam biji lamtoro (Leucaena glauca, Benth) dan biji lamtoro gung (Leucaena leucocephala, Lamarck de Wit) yang sudah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat cacing (Anwar, 2005). Mimosin identik dengan leucanol dan leucaenin yang memiliki aktivitas menghambat enzim asetilkolinesterase sehingga terjadi penumpukkan asetilkolin pada tubuh cacing yang menyebabkan 1

cacing mati dalam keadaan kaku (Eduardo, 2005). Sedangkan tannin secara langsung berefek pada cacing melalui perusakan protein tubuh cacing (Harvey dan John, 2005; Duke, 2009b). Selain biji lamtoro, tumbuhan putri malu (Mimosa pudica, Linn) juga mengandung senyawa mimosin dan tannin yang kadarnya lebih tinggi dari senyawa tannin dan mimosin pada biji lamtoro (Dalimartha, 2008). Tumbuhan putri malu tumbuh liar di tepi jalan, lapangan terlantar, dan tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari, sehingga mudah ditemui. Tapi masih sedikit orang yang mengetahui bahwa putri malu mengandung senyawa aktif tannin dan mimosin. Menyikapi masalah tersebut, penulis mempunyai gagasan yaitu pemanfaatan ekstrak tanaman putri malu (Mimosa pudica, Linn.) untuk mengatasi penyakit Ascariasis pada manusia.

1.2

TUJUAN DAN MANFAAT a. Membuka peluang usaha pembuatan obat tradisonal antihelmintik dari ekstrak putri malu (Mimosa pudica, Linn). b. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat ilmiah pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya tentang manfaat ekstrak putri malu (Mimosa pudica, Linn) yang dapat digunakan sebagai antihelmintik.

2

2.GAGASAN 2.1

Kondisi Masyarakat terhadap infeksi Ascaris lumbricoides Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti banyak manusia di seluruh dunia. Sampai saat ini penyakit kecacingan masih tetap merupakan suatu masalah karena kondisi sosial dan ekonomi di beberapa bagian dunia. Pada umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit serius tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang berhubungan dengan faktor ekonomis. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 lebih dari 1.5 miliar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminths (STH). Di Indonesia sendiri infeksi kecacingan masih relatif tinggi pada tahun 2011, yaitu sebesar 28 %, survei pada anak Sekolah Dasar menunjukkan prevalensi antara 0 – 76.67 %. Di Indonesia, penyakit cacing adalah penyakit rakyat umum, infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus. Diperkirakan lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita suatu infeksi cacing, rendahnya mutu sanitasi menjadi penyebabnya. Di Indonesia angka prevalensi kecacingan meningkat pada tahun 2012 yang menunjukkan angka di atas 20% dengan prevalensi tertinggi mencapai 76.67%. Oleh karena itu diperlukan pengobatan alternatif untuk mengatasi penyakit tersebut.

2.2

Upaya yang dilakukan pemerintah Upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit kecacingan di Indonesia secara nasional dimulai tahun 1975. Menurut Kementrian Kesehatan 2006,3 pada Pelita V tahun (1989–1994) dan Pelita VI tahun (1994– 1999) Program Pemberantasan Penyakit Cacing lebih ditingkatkan prioritasnya pada anak-anak karena pada periode ini lebih memperhatikan peningkatan perkembangan dan kualitas hidup anak. Ternyata upaya ini telah berhasil meningkatkan cakupan menurunkan prevalensi kecacingan dari 78,6% (tahun 1987) menjadi 8,9% (tahun 2003). Edukasi kecacingan dengan metode ceramah yang dibarengi dengan peragaan jenis jenis cacing usus serta pemberian obat pada siswa yang positif kecacingan dapat menurunkan angka infeksi kecacingan di sekolah tersebut 3

menjadi 0,9%. Edukasi kecacingan sebaiknya diberikan secara berkala sebagai upaya mencegah terjadinya re-infeksi kecacingan pada siswa sekolah tersebut.

2.3

Ekstrak Tanaman Putri Malu (Mimosa pudica, Linn) sebagai obat tradisional untuk mengatasi Penyakit Ascariasis Obat tradisional dari ekstrak tanaman putri malu (Mimosa pudica, Linn) sebagai gagasan dari penulis diperuntukan sebagai upaya untuk mengatasi penyakit kecacingan yang banyak terjadi di masyarakat terutama pada anakanak. Kandungan bahan kimia dalam tanaman putri malu yang memiliki efek antihelmintik adalah mimosin dan tannin. Mimosin adalah alkaloid yang merupakan asam β-amino. Senyawa ini memiliki struktur kimia 3-Hydroxy-4oxo-1(4H)-pyridinealanine bersifat toksik dan pertama kali diisolasi dari putri malu (Mimosa pudica). Strukturnya mirip dengan asam amino struktural tirosin. Dalam pencernaan hewan ruminansia, mimosin dirombak menjadi 3,4dan 2,3-dihidroksi piridon (3,4- dan 2,3-DHP). Racun ini ditemukan pada semua anggota Mimosa dan Leucaena, termasuk lamtoro atau petai cina (Wikipedia, 2009). Mimosin memiliki efek antihelmintik melalui mekanisme neurotoksik dengan menghambat asetilkolinesterase sehingga terjadi penumpukkan asetilkolin pada tubuh cacing yang menyebabkan cacing mati dalam keadaan kaku (Eduardo, 2005) dan melalui depresi motorik (Duke, 2009a). Efek mimosin yang lain diantaranya yaitu menghambat metabolisme asam amino dan menghambat sintesis protein (Harvey dan John, 2005). Anitha dkk. (2005) menemukan bahwa mimosin juga memiliki ativitas antidermatofit dan juga antibakteri. Alkaloid tannin merupakan poliphenol tanaman yang larut dalam air dan dapat menggumpalkan protein. Berdasarkan struktur kimianya tannin dapat dibedakan menjadi tannin terkondensasi dan tannin yang larut air (Westerdarp, 2006). Alkaloid tannin memiliki efek vermifuga dengan cara merusak protein tubuh cacing (Harvey dan John, 2005; Duke, 2009b). Tannin memiliki efek antihelmintik secara invitro maupun invivo di dalam tubuh kambing dan domba (Brunet dan Hoste, 2006; Iqbal dkk 2007; Cenci dkk, 2007; Anthanasiadou dkk, 2001). Tannin juga memiliki aktifitas 4

penghambatan terhadap migrasi larva cacing pada kambing (Alonso dkk, 2008). Untuk mengolahnya menjadi obat, daun putri malu yang kering direbus selama 2 jam hingga berubah warna menjadi coklat. Agar lebih efektif, ekstrak tersebut dicampur dengan bahan herbal yang teruji manfaatnya, seperti gingseng,jahe dan madu. Kemampuan putri malu dalam membunuh cacing Ascaris suum L. disebabkan karena kandungan mimosin dalam tanaman itu sendiri. Mimosin merupakan asam amino yang bersifat toksik yang akan menghambat absorbsi asam amino lain yang dilakukan oleh mikrofili tagumen cacing sehingga akan terjadi defisiensi nitrogen pada cacing dan akhirnya proses sintesis proteinnya akan terganggu. Mimosin juga memiliki kemampuan insektisidal dan berpeluang sebagai racun pada mamalia. Oleh sebab itu tidak dianjurkan penggunaan tanaman ini dengan jumlah besar karena dapat menyebabkan keracunan dan juga berkurangnya kesadaran. Selain mimosin, unsur lain yang terkandung dalam ekstrak tanaman putri malu adalah tannin yang merupakan senyawa polifenol bersifat tidak dapat dicerna oleh lambung dan memiliki efek antinutrisi berupa kemampuan berikatan kuat dengan protein dan derivatnya (enzim), karbohidrat, dan mineral. Kehadiran tanin ini akan mengikat semua unsur tersebut sehingga tidak dapat serap dan kemudian akan dikeluarkan bersama dengan feses. Tanin memiliki kemampuan untuk menghancurkan mukosa usus dan pelepasan protein serta asam amino esensial pada hewan monogastrik sehingga cacing tidak dapat melekat pada mukosa usus dan juga tidak akan mendapatkan sumber protein. Berdasarkan hasil penelitian ini, diduga ekstrak putri malu yang memiliki kandungan senyawa mimosin dan juga tanin bekerja secara sinergis dalam membunuh cacing parasit Ascaris suum L.

2.4

Pihak-pihak yang dapat mengimplementasikan gagasan Gagasan obat tradisional dari ekstrak putri malu ini akan terwujud apabila adanya dukungan dari para distributor dalam memasarkan produk tersebut. Dan adanya dukungan dari pemerintah dalam membuat suatu standarisasi halal dan kerja sama untuk memajukan suatu usaha tersebut, serta yang terpenting adalah adanya dukungan dan minat yang tinggi dari masyarakat

5

akan penggunaan produk obat putri malu untuk mengatasi penyakit Ascariasis tersebut.

2.5

Langkah-langkah strategis yang diperlukan Langkah-langkah yang diperlukan yaitu dengan Memperluas jaringan komunikasi. Selain mempermudah mendapatkan informasi juga dapat memperluas daerah pemasaran. Dapat juga dengan melakukan promosi. Dengan adanya promosi, masyarakat dapat mengenal produk yang ditawarkan. Sehingga konsumen dapat tertarik membeli produk yang telah dibuat. Para wirausahawan dapat mengambil alternatifnya yakni, dengan mengikuti bazar, karena bazar adalah sarana promosi yang murah dan dapat dijadikan momen untuk mengambil keuntungan. Setelah itu baru mempersiapkan brosur ataupun spanduk. Proposal ini adalah salah satu langkah strategis agar dapat mengimplementasikan gagasan ini. Diharapkan Pemerintah dan masyarakat dapat membaca proposal ini dan dapat mengetahui akan manfaat ekstrak putri malu dalam mengatasi penyakit Ascariasis.

6

3.KESIMPULAN 3.1 Obat Tradisional Dari Ekstrak Putri Malu Untuk Mengatasi Penyakit Ascariasis Sejak dahulu telah digunakan berbagai tanaman obat tradisional yang secara empiris dipercaya mampu mengeluarkan cacing dari saluran pencernaan. Tumbuhan putri malu (M. pudica L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang secara tradisional telah digunakan sebagai obat cacing (De Padua et al., 1999). Pemanfaatan potensi tanaman putri malu (M. pudica L.) sebagai obat cacing sangat menguntungkan karena tanaman ini relatif mudah didapatkan di Indonesia bahkan merupakan tanaman gulma yang tidak mempunyai nilai ekonomis. Namun ekstrak dari tanaman putri malu (M. pudica L.) dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia maupun hewan karena tanaman ini mengandung zat anthelmintik yang tinggi, Sehingga dapat mencegah dan mengobati penyakit ascariasis pada manusia. 3.2 Teknik Implementasi Gagasan Teknik implementasi yang akan dilakukan untuk mewujudkan gagasan adalah dengan: a. Menerapkan pada keluarga terdekat yang terkena penyakit cacingan b. Mengajukan gagasan ini melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT) c. Mengajukan ke pemerintah daerah terlebih dahulu d. Membuat produk hasil olahan ekstrak tanaman putri malu e. Melakukan sosialisasi dan promosi kepada masyarakat mengenai manfaat tanaman putri malu sebagai obat untuk mengatasi cacingan 3.3 Prediksi Hasil Yang Akan Dicapai Dengan usulan-usulan yang saya sampaikan, semoga secara bertahap tujuan dari penulisan ini dapat tercapai sehingga untuk kedepannya, penderita infeksi ascariasis dapat berkurang terutama pada anak-anak sehingga infeksi tidak bertambah berat dan tidak terjadi komplikasi jaringan yang rusak akibat cacingcacing tersebut. Sehingga satu masalah ini dapat teratasi.

7

4

DAFTAR PUSTAKA

Alonso-Díaz MA, Torres-Acosta JF, Sandoval-Castro CA, Capetillo-Leal C, Brunet S, Hoste H. 2008.Effects of four tropical tanniniferous plant extracts on the inhibition of larval migration and the exsheathment process of Trichostrongylus colubriformis infective stage. Veterinary parasitology153(1-2) : 187-192. Amaliah,A.T.R., & Azriful.2016. Distribusi Spasial Kasus Kecacingan (Ascaris lumbricoides) Terhadap Personal Higiene Anak Balita di Pulau Kodingareng Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar Tahun 2016. Jurnal Penelitian, 2(2), 75-80. Anitha R, Jayavelu S, Murugesan K. 2005 . Antidermatophytic and bacterial activity of mimosine. Phytother Res.19(11) : 992-993. Brunet S, Hoste H. 2006. Monomers of condensed tannins affect the larval exsheathment of parasitic nematodes of ruminants. J Agric Food Chem. 54(20):7481-7487. Candra,A.A.,Ridwan.Y., & Retnani,E.B.2008. Potensi Anthelmintik Akar Tanaman Putri Malu (Mimosa pudica L.) terhadap Hymenolepis nana pada Mencit.Jurnal Media Peternakan, 30(1), 29-35. Duke J. 2009a. Phytochemical and Ethnobotanical Database-MIMOSINE http://sun.ars-gri.gov:8080/npgspub/xsql/duke/chemdisp.xsql?chemical= MIMOSINE (20 November 2018). Duke J. 2009b. Phytochemical and Ethnobotanical Database-TANNIN http://sun.ars- gri.gov:8080/npgspub/xsql/duke/chemdisp.xsql?chemical= TANNIN (20 November 2018). Eduardo B. A. 2005. Planting Trees in Salvador : Leucaena is A Dewormer for goats http://www.farmadio.org/en/publications/scripts/36-5scripten.php ( 20 November 2018). Harvey W.F. dan John U.L. 2005. Kamala http://www.ibiblio.org/herdmeb/eclectic/kings/mallotus_phil.html ( 20 November 2018). Ratnawati,D.,Supriyati,R., & Ispamuji,D.2013. Aktivitas Anthelmintik Ekstrak Tanaman Putri Malu (Mimosa Pudica l) Terhadap Cacing Gelang Babi (ascaris suum. L), Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Syahid,M.A.N.,Utari,S., & Djumarga,S.2011. Pengaruh ekstrak putri malu (Mimosa pudica) terhadap mortalitas Ascaris suum secara in vitro.Jurnal Biofarmasi, 9(2), 33-37. Westendarp H.2006. [Effects of tannins in animal nutrition]. Dtsch Tierarztl Wochenschr.113(7):264-268. 8

Winita.R., Mulyati, & Astuty,H.2012. Upaya Pemberantasan Kecacingan Di Sekolah Dasar.Jurnal Kesehatan, 16(2), 65-71. Wikipedia. 2009. Mimosine http://id.wikipedia.org/wiki/Mimosine ( 20 November 2018 ).

9

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Biodata Penulis A. IdentitasDiri 1

Nama Lengkap

Siti Widyawati

2

JenisKelamin

Perempuan

3

Program Studi

S1 Pendidikan Biologi

4

NIM

180341617501

5

TempatTanggalLahir

Gresik,11 Juli 2000

6

E-mail

[email protected]

7

NomorTelepon/HP

085649082240

B. RiwayatPendidikan

Nama Institusi

Jurusan TahunMasuk-Lulus

SD

SMP

SMA

SDN II Karangan

SMP Negeri 1

SMA Negeri 1

Kidul

Balongpanggag

Cerme

-

-

IPA

2006-2012

2012-2015

2015-2018

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No

Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar

Judul Artikel

Waktu dan

Ilmiah

Tempat

1 2

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) Intitusi No

JenisPenghargaan

Pemberi Penghargaan

1 2 3 4 5 10

Tahun

Semua data yang saya isi kan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan hibah Proposal Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis tahun anggaran 2019.

Malang, 1 Desember 2018 Pengusul

(Siti Widyawati)

11

Related Documents


More Documents from "Vita Widyawati"

Document
August 2019 49
Pkm-gt.siti Widyawati C
October 2019 56
Analisis Data
August 2019 75
Amplop
August 2019 57
Hmj Dan Dekan
August 2019 47