Jhptump-a-widyawati-858-2-babii.docx

  • Uploaded by: NoorAsyiah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jhptump-a-widyawati-858-2-babii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,223
  • Pages: 12
A. Kanker Payudara

1. Pengertian

Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal, mengakibatkan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut. (Brunner & Suddarth, 2002) Selama rentang kehidupan

seseorang, berbagai jaringan tubuh

normalnya mengalami periode pertumbuhan atau proliferatif yang harus dibedakan dari aktivitas pertumbuhan maligna. Terdapat beberapa pola pertumbuhan sel dan disebut dengan istilah hyperplasia, metaplasia, dysplasia, anaplasia, dan neoplasia. Hiperplasia yaitu peningkatan jumlah sel-sel jaringan, merupakan proses proliferasi yang umum dijumpai selama periode pertumbuhan tubuh yang cepat dan selama regenerasi kulit serta sumsum tulang. Hyperplasia adalah suatu respons seluler yang normal saat terdapat tuntutan fisiologik, hal ini menjadi suatu respons yang abnormal apabila pertumbuhan melebihi tuntunan fisiologik seperti yang terjadi pada iritasi kronis.

9

Metaplasia terjadi apabila salah satu tipe sel matur diubah menjadi tipe yang lain melalui stimulus yang mempengaruhi sel batang induk. Iritasi atau inflamasi kronik, defisiensi vitamin, dan pemajanan terhadap bahan kimiawi mungkin menjadi faktor yang mengarah pada metaplasia. Perubahan metaplastik mungkin dapat pulih atau berkembang menjadi dysplasia. Displasia adalah pertumbuhan sel aneh yang mengakibatkan sel –sel lain dari tipe jaringan yang sama. Dysplasia dapat terjadi akibat bahan kimia,

radiasi, atau inflamasi atau iritasi kronik. Dysplasia dapat pulih atau dapat mendahului perubahan neoplastik yang tidak dapat pulih. Anaplasia adalah diferensiasi sel-sel displastik pada derajat yang lebih rendah. Sel-sel anaplastik sulit dibedakan dan bentuknya tidak beraturan atau tidak selaras dengan pertumbuhan dan pengaturan. Sel-sel anaplastik tidak mempunyai ciri seluler normal dan hampir selalu maligna. Neoplasia digambarkan sebagai pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang tidak mengikuti tuntutan fisiologik, yang dapat benigna atau maligna. Pertumbuhan neoplastik benigna dan maligna diklasifikasikan dan dinamai sesuai dengan asal jaringannya. Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan diatas otot dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Dalam keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedang pada beberapa jenis hewan, kelenjar susu dapat membentang dari sekitar lipat paha sampai dada. Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang

kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada ibu menyusui mencapai 800 gram. ( Risanto Siswosudarmo dan Ova Emilla, 2008)

Menurut Luwia (2003), kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali inilah yang disebut kanker payudara. Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi tidak semua tumor adalah kanker, karena sifatnya yang tidak menyebar ke seluruh tubuh. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyebar jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas. 2. Penyebab kanker payudara

Penyebab dari kanker payudara tidak diketahui dengan pasti, namun terdapat serangkaian faktor genetik, hormonal dan lingkungan. Penyebab

tersebut yang dapat menunjang terjadinya kanker payudara. Banyak faktor yang diprediksi mempuyai hubungan kanker payudara (John Cleese, 2010) Genetik merupakan faktor panting karena kejadian kanker payudara akibat kelainan genetik sebesar 5-10%. Untuk mengenalinya cukup mudah yaitu dengan mengumpulkan riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan memetakannya dalam bentuk silsilah. Riwayat keluarga yang perlu dicatat diantaranya adalah kanker payudara pada ibu atau saudara perempuan

yang terkena kanker payudara pada umur di bawah 50 tahun atau keponakan dengan jumlah lebih dari dua (Luwia, 2003) Hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam proses tumbuh kembang organ seksual wanita. Hormon estrogen justru sebagai penyebab awal kanker pada sebagian wanita. Hal ini disebabkan adanya reseptor estrogen pada sel-sel epitel saluran kelenjar susu. Hormon estrogen yang menempel pada saluran ini, lambat laun akan mengubah sel-sel epitel tersebut menjadi kanker (Luwia, 2003). Pengunaan KB hormonal seperti pil, suntik KB dan susuk yang mengandung banyak dosis estrogen meningkatkan risiko kanker payudara (John Cleese, 2010) Faktor lingkungnan juga dapat menjadi pemicu kanker payudara. Lingkungan tersebut berupa paparan radiasi bahan-bahan radioaktif, sinar X dan pencemaran bahan kimia. Luwia (2003) mengatakan bahwa risiko kanker payudara meningkat apabila radiasi terjadi sebelum umur 40 tahun. 3. Faktor Risiko Kanker Payudara

Faktor-faktor yang memiliki risiko dan berhubungan dengan terjadinya kanker payudara diantaranya adalah: a. Umur

Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun mempuyai risiko kanker payudara lebih besar dibandingkan umur kurang dari 40 tahun. Hal ini di karenakan pada umur ini kebanyakan wanita melakukan mamografi pada program pemeriksaan payudara setempat. Banyak kasus kanker payudara

yang ditemukan terjadi pada wanita berumur antara 40-64 tahun (Wilensky dan Lincoln, 2008). b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh untuk terjadinya kanker payudara, wanita mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan pria. Menurut penelitian di Inggris 99% dari semua kasus kanker payudara terjadi pada wanita dan pada pria hanya 1% saja (John Cleese, 2010) c. Umur Menarche

Pada wanita yang riwayat menarchenya lambat insedensinya lebih rendah akan tetapi menarche awal (dibawah 12 tahun) termasuk dalam faktor risiko terjadinya kanker payudara (Luwia, 2003) d. Umur Menopause

Wanita yang umur menopausnya terlambat atau lebih dari 50 tahun mempuyai resiko terkena kanker payudara lebih besrar dibandingkan wanita yang umur menopausnya normal yaitu umur kurang dari 50 tahun (Luwia, 2003) e. Riwayat keluarga dengan kanker payudara (genetik)

Risiko terkena kanker payudara meningkat pada wanita yang mempunyai ibu atau saudara perempuan yang terkena kanker payudara. Semua saudara dari penderita kanker payudara memiliki peningkatan risiko mengalami kanker payudara (Wilensky dan Lincoln, 2008). f. Paritas

Paritas merupakan keadaan yang menunjukan jumlah anak yang pernah dilahirkan. Wanita yang tidak mempunyai anak (nullipara)

mempuyai risiko insiden 1,5 kali lebih tinggi dari pada wanita yang mempunyai anak (multipara) (Wilensky dan Lincoln, 2008) g. Tidak menyusui anak

Menyusui merupakan salah satu faktor penting yang memberikan proteksi terhadap risiko kanker payudara. Wanita yang tidak menyusui bayinya, mempunyai risiko yang tinggi terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang menyusui bayinya (Bustan, 2007). 4. Etiologi

Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker payudara. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kanker payudara. Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone- mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara. (Brunner & Suddarth,

2002).

5. Patofisiologi Penyakit

Diagnosa

kanker dapat ditegakkan dengan baik terutama untuk

melakukan pengobatan yang tepat. Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tidak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya atau terjadi mestastase dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Perubahan secara biokimiawi dan genetis terjadi didalam sel tersebut terutama dalam inti sel.

Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Wilensky dan Lincoln, 2008) Menurut Luwia (2003), proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu: a. Fase induksi: 15-30 tahun

Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai dapat merubah jaringan dysplasia menjadi tumor ganas. b. Fase insitu: 5-10 tahun

Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre cancerous” yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dan akhirnya juga di payudara. c. Fase invasi: 1-5 tahun

Sel menjadi ganas, berkembang baik dan menginfiltrasi melalui membran sel jaringan sekitarnya dan melalui pembuluh darah serta saluran limfa. d. Fase desiminasi: 1-5 tahun

Terjadi penyebaran ke tempat lain.

6. Tanda dan Gejala

Penemuan dini kanker payudara masih sulit, kebanyakan ditemukan jika sudah teraba oleh pasien atau sudah stadium lanjut (Wilensky dan Lincoln, 2008). Berikut ini tanda dan gejala pada kanker payudara stadium lanjut: a. Tanda dan gejala kanker payudara

1) Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwardan atas bagian dalam, di bawah ketiak, bentuknya tak beraturan, terfiksasi dan sakit jika digerakan 2) Nyeri di daerah massa

3) Adanya lekukan ke dalam, tarikan pada area mammae

4) Edema dengan peaut d orange (keriput seperti kulit jeruk)

5) Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan, kadang disertai darah 6) Pengelupasan papilla mammae

7) Ditemukan lesi pada pemeriksaan mamografi

b. Penentuan ukuran dan penyebaran tumor berdasarkan 3 kategori yaitu tumor size (T), regional limpho nodus (N) dan metastase jauh (M). Berikut ini penjelasannya: 1) Tumor Size ( T )

a) Tx : Tak ada tumor

b) To : Tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer c) T1 : Tumor dengan diameter, kurang dari 2 cm d) T2 : Tumor dengan diameter 2 – 5 cm

e) T3 : Tumor dengan diameter lebih dari 5 cm

f) T4 : Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan secara langsung ke dinding thorak atau kulit. 2) Regional Limpho Nodus ( N )

a) Nx : Kelenjar ketiak tak teraba

b) No : Tak ada metastase kelenjar ketiak homolateral

c) N1 : Mestastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakan d) N2 : Mestastase ke kelenjar ketiak hormonal, melekat terfiksasi satu sama lain atau jaringan sekitarnya e) N3 : Mestastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau infraklavikuler atau edema lengan. 3) Mestastase Jauh ( M )

a) Mo: Tak ada mestastasee jauh

b) M1: Mestastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara. 7. Stadium Kanker Payudara

Kanker Payudara dapat didiagnosis pada stadium yang berbeda-beda. Kanker payudara yang lebih dini ditemukan, kemungkinan sembuh akan lebih besar. Luwia (2003) menyebutkan bahwa stadium kanker payudara terdiri atas beberapa stadium, antara lain:

a. Stadium I (stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastasis) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium ini kemungkinan kesembuhan sempurna adalah 70%. Pemeriksaan ada atau tidaknya metastasis ke bagian tubuh yang lain harus dilakukan di laboratorium. b. Stadium II

Tumor sudah lebih dari 2,25 cm dan sudah terjadi mestastasis pada kelenjar getah bening di ketiak. Kemungkinan untuk sembuh pada stadium ini hanya 30-40 % tergantung pada luasnya penyebaran sel kanker. Tindakan operasi biasanya dilakukan pada sadium I dan II untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak adanya selsel

kanker

yang

tertinggal.

c. Stadium III

Tumor sudah cukup besar 3-5 cm, sel kanker hampir menyebar keseluruh tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker).

Kadang-kadang

juga dilakukan

operasi untuk mengangkat payudara bagian yang parah. Benjolan sudah menonjol ke permukaan kulit dan pecah/berdarah. d. Stadium IV

Tumor

sudah

berukuran

besar

>5

cm,

sel

kanker

telah

menyebar/bermestastase ke seluruh organ tubuh, dan biasanya penderita mulai lemah. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan dilakukan dengan terapi hormonal dengan syarat Estrogen Reseptor (ER) atau Progesteron Reseptor (PR) positif karena penderita terlalu lemah dengan syarat mempertimbangkan kemoterapi yang sudah didapat sebelumnya. 8. Pemeriksaan Kanker Payudara

Pemeriksaan payudara secara rutin sangat diperlukan untuk mendeteksi kanker payudara atau tumor sedini mungkin. Sering kali penderita mengetahui dirinya terkeana kanker payudara sesudah stadium lanjut sehingga sulit disembuhkan. Lebih dini kanker ditemukan dan mendapatkan penanganan yang tepat, akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup yang lebih besar. Beberapa pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) yaitu merupakan cara

sederhana untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada payudara. Sadari harus dilakukan setiap bulan oleh wanita setelah berumur 20 tahun. Meskipun sadari merupakan suatu teknik penyaringan yang sederhana, dan tidak mahal, tetapi sadari sangat efektif untuk mengetahui adanya kanker secara dini, tidak berbahaya, aman dan tidak menimbulkan nyeri (Luwia, 2003).

Susu Bubuk Susu bubuk adalah susu yang diperoleh dengan cara mengurangi sebagian besar air melalui proses pengeringan susu segar dan atau susu rekombinasi yang telah dipasteurisasi, dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral, dan bahan tambahan pangan yang diizinkan. Susu bubuk meliputi susu bubuk berlemak, rendah lemak, dan tanpa lemak (BSN, 2006). Kualitas fisik, kimia dan organoleptik susu bubuk sesuai dengan jenisnya berdasarkan SNI 01-2970-2006 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Susu Bubuk menurut SNI 01-2970-2006 Sifat Susu

Nilai

Bau dan rasa

Normal

Bahan kering

Minimal 95 %

Kadar lemak

Berlemak: min. 26% , Kurang lemak : >1,5 % dan <26,0%, atauBebas lemak : <1,5 %

Kadar protein Berlemak dan kurang lemak : 23 % ; Bebas lemak: min. 30 % Sumber : BSN, 2006

1. A. Margarin Margarin merupakan emulsi yang terdiri atas lemak nabati, air dan garam dengan perbandingan (80:18:2). Berbeda dengan minyak goreng, margarin dapat dikonsumsi tanpa dimasak. Sifat fisik margarin pada suhu kamar adalah berbentuk padat, berwarna kuning, dan bersifat plastis. Margarin amat handal dalam memberi cita rasa gurih pada masakan, juga sebagai sumber energi yang melarutkan vitamin A, D, E dan K. Ia pun berfungsi sebagai medium penghantar panas yang baik, dan mempermudah pembuatan roti dengan memperbaiki remah, membuat roti mudah dipotong, juga menahan kandungan air dan memperlunak kulit roti (Anonim, 2012a). Makanan yang mengandung paling banyak asam lemak trans adalah margarin. Minyak sayur berbentuk cair pada suhu ruangan karena mengandung banyak asam lemak tak jenuh. di lain pihak, lemak hewan, walaupun juga merupakan sejenis minyak, berbentuk padat pada suhu ruangan karena banyak mengandung asam lemak jenuh. margarin, walaupun fterbuat dari minyak sayur, berbentuk padat pada suhu ruangan seperti halnya lemak hewan. Margarin berbentuk seperti ini karena telah dihidrogenisasi dan secara tidak alami diubah dari asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh. dalam pembuatan margarin, produsen memulai dengan minyak sayur yang dihasilkan dengan metode ekstraksi kimiawi dan oleh karena itu margarin mengandung minyak trans. hidrogen kemudian ditambahkan, untuk secara sengaja mengubah asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh (Anonim, 2012b).

More Documents from "NoorAsyiah"