PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan / sebagian dari kegiatan tersebut yang dilaksanakan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata (UU No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan). Suwantoro (2004) menambahkan bahwa dalam pembangunan pariwisata memerlukan dukungan kebijaksanaan pariwisata yang tepat, yang mampu menjadi pijakan dan panduan bagi tindakan strategik di masa mendatang. Hal ini penting bagi pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Obyek
wisata
yang
dimiliki
Kabupaten
Cianjur
beraneka
ragam,
diantaranya terdiri dari wisata alam, wisata pertanian (agrowisata) dan wisata budaya yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi daya tarik kunjungan wisata. Demikian pula dengan khas daerahnya berupa makanan, kerajinan dan cinderamata, perhotelan, bangunan bersejarah dan sarana pariwisata lainnya. Adapun
instansi
yang
bertanggung
jawab
terhadap
seluruh
kegiatan
kepariwisataan di Kabupaten Cianjur adalah Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. Dinas ini secara umum memiliki fungsi untuk membina dan mengembangkan kepariwisataan dan perhubungan di wilayah Kabupaten Cianjur dalam upaya terwujudnya Kabupaten Cianjur sebagai daerah tujuan wisata alam dan budaya serta kondisi lalu lintas dan angkutan yang aman, tertib, lancar dan nyaman pada tahun 2010. Pengelolaan yang baik dan profesional perlu dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terkait dan yang ikut “bermain” sebagai stakeholder di dunia pariwisata. Bagaimana pun juga diantara stakeholder yaitu masyarakat lokal, pengunjung, pihak swasta dan pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur harus selalu bekerjasama untuk perkembangan dunia pariwisata saat ini.
Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur
sebagai instansi pemerintah adalah lembaga yang menentukan pengelolaan obyek-obyek wisata di daerah. Mengingat Kabupaten Cianjur adalah kawasan yang memiliki kekayaan obyek wisata lamanya termasuk kekayaan atraksi / obyek wisata seni dan budayanya.
Oleh karena itu, mahasiswa Ekowisata
melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Dinas Perhubungan dan Pariwisata
2 Kabupaten Cianjur, agar dapat memiliki kemampuan handal, segudang pengalaman yang berharga, terampil dan profesional di bidangnya, serta dapat menganalisis kondisi riil (nyata) lapangan. Sehingga diharapkan menjadi ahli di bidangnya untuk mengembangkan sumberdaya wisata yang ada. Tujuan Tujuan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai praktek pengelolaan obyek wisata secara langsung di lapangan mulai dari tahap proses
penyusunan
rencana,
organisasi
dan
tata
laksana
kerja,
pelaksanaan kegiatan yang direncanakan, kesehatan dan keselamatan kerja, pemantauan dan evaluasi hasil kegiatan di Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. 2.
Untuk mendapatkan pelatihan agar lebih tanggap terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya alam, yang mencakup permasalahan di bidang ekologi, fisik lingkungan, serta sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
3.
Untuk
meningkatkan
kemampuan
dalam
analisis
dan
sintesis
permasalahan yang dihadapi serta mampu memberikan rekomendasi berdasarkan kaidah ilmiah yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. 4.
Untuk meningkatkan kemampuan dalam menghayati dan memahami iklim kerja di lingkungan instansi yang bersangkutan. Manfaat
Manfaat kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah sebagai berikut: 1.
Dapat memahami kegiatan pengelolaan obyek yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur.
2.
Dapat mengetahui permasalahan yang akan dihadapi dalam pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Cianjur.
3.
Mampu menganalisis dan mensintesis permasalahan dalam pengelolaan obyek wisata beserta pemecahan masalahnya.
4.
Mampu menghayati dan memahami iklim kerja di lingkungan instansi yang bersangkutan.
3 KONDISI UMUM LOKASI Sejarah Kabupaten Cianjur Tiga abad silam merupakan saat bersejarah bagi Cianjur. Karena berdasarkan sumber-sumber tertulis, sejak tahun 1614 daerah Gunung Gede dan Gunung Pangrango ada di bawah Kesultanan Mataram.
Dimulai sekitar
tanggal 2 Juli 1677, Raden Wiratanu putra R.A. Wangsa Goparana Dalem Sagara Herang mengemban tugas untuk mempertahankan daerah Cimapag dari kekuasaan kolonial Belanda yang mulai menanamkan kuku-kukunya di tanah nusantara. Upaya Wiratanu untuk mempertahankan daerah ini, erat kaitannya dengan desakan Belanda / VOC saat itu yang ingin mencoba menjalin kerjasama dengan Sultan Mataram Amangkurat I. Namun sikap patriotik Amangkurat I yang tidak mau bekerjasama dengan Belanda / VOC mengakibatkan ia harus rela meninggalkan keraton tanggal 2 Juli 1677. Kejadian ini memberi arti bahwa setelah itu Mataram terlepas dari wilayah kekuasaannya. Pada pertengahan abad ke XVII ada perpindahan rakyat dari Sagara Herang yang mencari tempat baru di pinggir sungai untuk bertani dan bermukim. Babakan atau kampung mereka dinamakan berdasarkan nama sungai dimana pemukiman itu berada.
Seiring dengan itu Raden Djajasasana putra Aria
Wangsa Goparana dari Talaga keturunan Sunan Talaga, terpaksa meninggalkan Talaga karena masuk Agama Islam, sedangkan para Sunan Talaga waktu itu masih kuat memeluk agama Hindu. Aria Wangsa Goparana kemudian mendirikan Nagari Sagara Herang dan menyebarkan Agama Islam ke daerah sekitarnya. Sementara itu Cikundul yang sebelumnya hanyalah merupakan sub nagari menjadi Ibu Nagari tempat pemukiman rakyat Djajasasana.
Beberapa tahun sebelum tahun 1680 sub
nagari tempat Raden Djajasasana disebut Cianjur (Tsitsanjoer-Tjiandjoer). Semenjak tahun 1680, Cianjur mulai berkembang menjadi suatu kawasan regional yang terbentang dari utara sampai dengan selatan.
Sedangkan,
kawasan Cikundul dengan sejarah masa dulu (tahun 1680) sebagai ibu nagari, pada saat ini dijadikan sebagai kawasan wisata ziarah, dimana di kawasan Cikundul ini terdapat makam Sembah Dalem Cikundul yang dikenal dengan gelar Raden Aria Wira Tanu yang merupakan pendiri Cianjur.
Nilai sejarah yang
terkandung pada makam ini berkaitan dengan pendirian Cianjur pada abad XVII.
4 Tabel 1. Daftar Nama Dalem / Bupati Cianjur dari Masa ke Masa NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
NAMA R.A. Wira Tanu I R.A. Wira Tanu II R.A. Wira Tanu III R.A. Wira Tanu Datar IV R.A. Wira Tanu Datar V R.A. Wira Tanu Datar VI R.A.A. Prawiradiredja I R. Tumenggung Wiranagara R.A.A. Kusumahningrat (Dalem Pancaniti) R.A.A. Prawiradiredja II R. Demang Nata Kusumah R.A.A. Wiaratanatakusumah R.A.A. Suriadiningrat R. Sunarya R.A.A. Suria Nata Atmadja R. Adiwikarta R. Yasin Partadiredja R. Iyok Mohamad Sirodj R. Abas Wilagasomantri R. Ateng Sanusi Natawiyoga R. Ahmad Suriadikusumah R. Akhyad Penna R. Holland Sukmadiningrat R. Muryani Nataatmadja R. Asep Adung Purawidjaja Letkol R. Rakhmat Letkol Sarmada R. Gadjali Gandawidura Drs. H. Ahmad Endang Ir. H. Adjat Sudrajat Sudirahdja Ir. H. Arifin Yoesoef Drs. H. Eddi Soekardi Drs. H. Harkat Handiamihardja Ir. H. Wasidi Swastomo, Msi Drs. H. Tjetjep Moechtar Soleh, MM
TAHUN 1677 - 1691 1691 - 1707 1707 - 1727 1727 - 1761 1761 - 1776 1776 - 1813 1813 - 1833 1833 - 1834 1834 - 1862 1862 - 1910 1910 - 1912 1912 - 1920 1920 - 1932 1932 - 1934 1934 - 1943 1943 - 1945 1945 - 1945 1945 - 1946 1946 - 1948 1948 - 1950 1950 - 1952 1952 - 1956 1956 - 1957 1957 - 1959 1959 - 1966 1966 - 1966 1966 - 1969 1969 - 1970 1970 - 1978 1978 - 1983 1983 - 1988 1988 - 1996 1996 - 2001 2001 - 2006 2006 - 2011
Sumber : Kantor Informasi dan Komunikasi Kabupaten Cianjur (2006).
5 Luas dan Letak Geografis Kawasan Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar dengan lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 62,99 %. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan yaitu sekitar 14,60 %. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap pendapatan Kabupaten Cianjur yaitu sekitar 42,80 % disusul sektor perdagangan sekitar 24,62%. Kabupaten Cianjur terletak antara 6°35’-7°33’ Lintang Selatan dan 106°45’ dan 107°31’ Bujur Timur dengan posisi memanjang dari Utara ke Selatan. Secara administratif, pemerintah Kabupaten Cianjur terbagi ke dalam 26 Kecamatan, 335 Desa dan 6 Kelurahan di wilayah kota Cianjur, dengan batas-batas administratif : 1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta. 2. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Secara geografis, Kabupaten Cianjur dapat dibedakan dalam tiga wilayah pembangunan yakni wilayah utara, tengah dan wilayah selatan. 1. Wilayah Utara Meliputi 13 Kecamatan : Cianjur, Cilaku, Warungkondang, Cibeber, Karangtengah, Sukaluyu, Ciranjang, Bojongpicung, Mande, Cikalongkulon, Cugenang , Sukaresmi dan Pacet. 2. Wilayah Tengah Meliputi 7 Kecamatan : Sukanagara, Takokak, Campaka, Campaka Mulya, Tanggeung, Pagelaran dan Kadupandak. 3. Wilayah Selatan Meliputi 6 Kecamatan : Cibinong, Agrabinta, Sindangbarang, Cidaun, Naringgul dan Cikadu.
6 Potensi Wisata Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur berkembang dengan dukungan pertumbuhan berbagai sektor yang tersebar di seluruh kecamatan. Sektor-sektor yang telah mampu berkembang
dan
memberikan
kontribusi
nyata
terhadap
pembentukan
perekonomian Kabupaten Cianjur adalah sektor pertanian, perkebunan, industri dan pariwisata.
Sebagai wilayah dengan karakteristik yang beragam dan
didukung pula oleh lokasi yang strategis, Kabupaten Cianjur memiliki potensi besar dalam pengembangan kegiatan pariwisata, hal tersebut didukung pula oleh sumberdaya alam yang berupa keindahan alam dan sektor ini merupakan salah satu sektor penting yang memiliki peranan sangat besar dalam mendorong pertumbuhan perekonomian Kabupaten Cianjur sesuai dengan tuntutan dan visi Kabupaten Cianjur (Bappeda, 2005). Dengan
kekayaan
alam
dan
budaya
yang
lengkap
serta
posisi
geografisnya, Kabupaten Cianjur memiliki prospek yang cukup potensial dalam pengembangan
pariwisatanya.
Khusus
mengenai
potensi
wisata
agro,
Kabupaten Cianjur mempunyai potensi yang cukup besar karena sesuai dengan kondisi alamnya yang bersifat agraris. Apabila wisata agro ini diartikan sebagai kegiatan wisata yang dihubungkan dengan pertanian dalam arti luas (meliputi pertanian,
tanaman
pangan,
perkebunan,
perikanan,
peternakan
dan
kehutanan), maka Kabupaten Cianjur memiliki kegiatan pertanian yang hampir tersebar di seluruh bagian wilayah dengan variasi dan jenis komoditinya yang meliputi hamparan pertanian sawah yang luas, perkebunan (teh, karet, buahbuahan dan sebagainya), kawasan hutan wisata dan sentra-sentra kegiatan peternakan (Bappeda, 2005). Kabupaten Cianjur yang terkenal dengan gerbang marhamahnya, ternyata memiliki potensi yang besar dan nyata sebagai daerah tujuan wisata.
Hal
tersebut dapat terlihat pada minat pengunjung yang melakukan perjalanan untuk berwisata dan berekreasi ke kawasan Kebun Raya Cibodas (KRC) di Cibodas dan Taman Bunga Nusantara (TBN) di Desa Kawungluwuk Kecamatan Sukaresmi, pada hari liburan akhir pekan atau pun pada saat liburan panjang. Begitu pula dengan kawasan Cipanas dimana merupakan omsetnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Cianjur, karena kawasan Cipanas merupakan kawasan yang sering juga dikunjungi oleh para pelancong (pengunjung) dari kota Jakarta (terutama) pada akhir pekan dengan tujuan sekedar melepaskan kejenuhan dan kelelahan setelah bekerja lima hari lamanya di kantor.
7 Survey membuktikan bahwa selain memiliki daerah tujuan wisata yang begitu beragam dengan pengunjung yang selalu ada, Kabupaten Cianjur juga memiliki potensi wisata di bidang atraksi seni budaya tradisional (pencak silat, seni mamaos cianjuran, kerajinan sangkar burung, kerajinan lampu kuningan dan kerajinan cenderamata dari bambu dan kayu), makanan khasnya (manisan Cianjur, tauco Cianjur dan beras pandan wangi) dan beberapa obyek wisata. Obyek wisata yang sampai saat ini terkumpulkan di Seksi Obyek Wisata Sub Dinas Bina Pariwisata Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur (Dishubpar Cianjur) yakni sejumlah 16 obyek wisata yang berkembang (sesuai Peta Wisata Cianjur : Lampiran 1) dan belum termasuk 3 obyek wisata yang sedang direncanakan untuk dikembangkan. Berikut daftar 16 obyek wisata yang berkembang dan terdaftar di Dishubpar Cianjur dan 3 obyek wisata yang terdaftar tetapi belum dikembangkan informasi potensinya (Tabel 2) : Tabel 2. Daftar Obyek Wisata yang Teridentifikasi oleh Dishubpar Cianjur OBYEK WISATA YANG BERKEMBANG NO OBYEK WISATA 1 TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango); 2 Obyek Wisata Tirta Calincing; 3 Obyek Wisata Tirta Jangari; 4 Perkebunan Teh Gedeh; 5 Situs Megalith Gunung Padang; 6 Istana Kepresidenan Cipanas; 7 Kebun Raya Cibodas; 8 Buper Mandala Kitri; 9 Wana Wisata Mandala Wangi; 10 Taman Rekreasi Kota Bunga; 11 Obyek Wisata Ziarah Maqom Keramat Dalem Cikundul; 12 Taman Bunga Nusantara; 13 Pantai Apra; 14 Pantai Jayanti; 15 Pantai Sereg, dan 16 Curug Citambur. OBYEK WISATA YANG BELUM DIKEMBANGKAN INFORMASI POTENSINYA NO OBYEK WISATA 1 Obyek Wisata Ziarah Sheh Gofur; 2 Obyek Wisata Ziarah Gunung Jati, dan 3 Hutan Kota di Kaki Bukit Gunung Mananggel.
Sumber : Dishubpar Cianjur (2006). Sebagaimana daerah beriklim tropis, selain memiliki potensi pariwisata, maka sebagai potensi mendasar di wilayah Cianjur utara tumbuh subur tanaman
8 sayuran, teh dan tanaman hias. Di wilayah Cianjur Tengah tumbuh dengan baik tanaman padi, kelapa dan buah-buahan. Sedangkan di wilayah Cianjur Selatan tumbuh tanaman palawija, perkebunan teh, karet, aren, cokelat, kelapa serta tanaman buah-buahan. Potensi lain di wilayah Cianjur Selatan antara lain obyek wisata pantai yang masih alami dan menantang investasi. Sedangkan sebagai daerah agraris yang pembangunananya bertumpu pada sektor pertanian, kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah swa-sembada padi. Produksi padi pertahun sekitar 625.000 ton dan dari jumlah sebesar itu telah dikurangi kebutuhan konsumsi lokal dan benih, masih memperoleh surplus padi sekitar 40%.
Produksi pertanian padi terdapat hampir di seluruh wilayah Cianjur.
Kecuali di Kecamatan Pacet dan Sukanagara.
Di kedua Kecamatan ini,
didominasi oleh tanaman sayuran dan tanaman hias. Potensi pariwisata berupa kegiatan wisata alam terdapat di wilayah kecamatan-kecamatan pantai Cianjur Selatan, kawasan hutan di Bojonglarang Jayanti dan Gunung Simpang serta perkebunan di wilayah Kecamatan Agrabinta. Potensi wisata lainnya dapat dijumpai di Pantai Sereg, Pantai Apra dan Pantai Karang Potong yang seluruhnya terletak di Kecamatan Sindangbarang. Pantaipantai di Kecamatan Cidaun maupun Agrabinta juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata. Pengembangan usaha perikanan air tawar dan laut di Kabupaten Cianjur cukup potensial. Beberapa faktor pendukungnya adalah : jumlah penduduk yang relatif besar serta tersedianya lahan budi daya ikan air tawar dan ikan laut. Usaha pertambakan ikan dan penangkapan ikan laut memiliki peluang besar di wilayah Cianjur selatan, khususnya di sepanjang pantai Cidaun hingga Agrabinta. Di wilayah ini, mulai dirintis dan dikembangkan pertambakan budi daya udang. Sedangkan budi daya ikan tawar terbuka luas di cianjur utara dan cianjur tengah. Di wilayah ini terdapat budi daya ikan hias, pembenihan ikan, mina padi, kolam air deras dan keramba serta usaha jaring terapung di danau Cirata, yang sekaligus merupakan salah satu obyek wisata yang mulai berkembang, yakni obyek wisata Jangari, tirta Calincing dan Maleber.
9 Kebijakan Pariwisata Kabupaten Cianjur Dalam kurun waktu 2005-2015 kebijakan pariwisata Kabupaten Cianjur mencakup : (1) Kebijakan dasar pengembangan kepariwisataan; (2) Kebijakan pengembangan produk wisata; (3) Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia bidang pariwisata; (4) Kebijakan pengembangan pasar dan pemasaran; serta (5) Kebijakan pengembangan hubungan antar kelembagaan terkait pariwisata.
Kebijakan-kebijakan tersebut mengacu pada pernyataan bahwa
pengembangan kepariwisataan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga sejalan dengan visi pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur sebagai berikut : “Terwujudnya Kabupaten Cianjur sebagai Daerah Pariwisata Unggulan di Jawa Barat dalam Kerangka Kesejahteraan Rakyat yang Bermartabat”. Kebijakan Dasar Pengembangan Kepariwisataan Kebijakan dasar pengembangan kepariwisataan
Kabupaten Cianjur
diarahkan untuk hal-hal sebagai berikut (Dishubpar Cianjur, 2004b) : 1.
Memantapkan ketersediaan dan kualitas kebijakan serta instrumen kebijakan pariwisata yang terintegrasi dalam pembangunan Kabupaten Cianjur, applicable, dan mampu meningkatkan daya saing kompetitif pariwisata secara berkelanjutan.
2.
Mengembangkan SDM dan perilaku organisasi sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Cianjur untuk dapat menumbuhkembangkan kapasitas dalam wujud nyata pengembangan pariwisata.
3.
Mendekatkan cara pandang (state of mind) Dinas Perhubungan dan Pariwisata dengan Dibaleka dan Stakeholders terhadap pembangunan pariwisata untuk menumbuhkembangkan koordinasi dan tindakan kolektif yang konstruktif.
4.
Memanfaatkan dan mendayagunakan kapasitas wilayah, alam, dan aktivitas masyarakat untuk kegiatan pariwisata yang diwujudkan secara bertanggung jawab dengan mempertimbangkan keseimbangan nilai bagi wisatawan, pembangunan wilayah, ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan.
5.
Mewujudkan pengembangan pariwisata yang lebih merata pada setiap wilayah di Kabupaten Cianjur.
6.
Merealisasikan fasilitas untuk seluruh DIBALEKA dalam mengakses RIPPDA Kabupaten Cianjur.
10 Kebijakan Pengembangan Produk Wisata Kebijakan pengembangan produk wisata meliputi : kebijakan dalam aspek obyek dan daya tarik wisata, sarana wisata, aksesibilitas dan usaha pariwisata. Kebijakan produk wisata pada aspek obyek dan daya tarik wisata, meliputi halhal sebagai berikut (Dishubpar Cianjur, 2004b) : 1.
Memanfaatkan potensi sumberdaya alam, budaya dan buatan dalam kepariwisataan
yang
diwujudkan
melalui
pengembangan
yang
berkesinambungan, terpadu dan berkelanjutan. 2.
Melaksanakan diversifikasi produk wisata yang dilaksanakan secara bertahap dan merata berdasarkan prioritas pengembangan dalam Satuan Kawasan Pengembangan Pariwisata (SKPP) dan Sub-SKPP.
3.
Mengelola, mengawasi dan mengendalikan pengembangan produk wisata yang dilaksanakan melalui pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dalam SKPP dalam upaya menjaga kualitas dan kelestarian lingkungan.
4.
Meningkatkan
kualiltas
produk
mempertimbangkan faktor
wisata
yang
dilaksanakan
dengan
daya dukung lingkungan melalui upaya
preservasi dan konservasi lingkungan alam, sosial dan budaya serta buatan. 5.
Menggalang produk wisata yang mampu mencerminkan citra dan identitas Kabupaten Cianjur melalui pemanfaatan dan penggalian ODTW aktual dan potensial.
6.
Meningkatkan kerjasama para stakeholders pariwisata dalam mewujudkan pembentukan pola jalur wisata inter dan intra Kabupaten Cianjur secara terpadu.
Sedangkan dalam kebijakan pengembangan produk wisata pada aspek sarana wisata, meliputi beberapa hal berikut (Dishubpar Cianjur, 2004b) : 1.
Mengembangkan prasarana dan sarana wisata dalam SKPP / Sub-SKPP / ODTW yang dilaksanakan berdasarkan kemampuan dan karakter wilayah pengembangan
melalui
pemanfaatan
fungsi
pusat
dan
sub-pusat
pelayanan wilayah di Kabupaten Cianjur secara bertahap, merata dan terintegrasi. 2.
Menata tata letak prasarana dan sarana wisata yang mengacu pada pola tata ruang wilayah / kawasan berdasarkan kebijakan lintas sektoral terkait
11 pengembangan pariwisata dan prinsip pengembangan local plan / site plan (sistem clustering, zonasi). 3.
Meningkatkan fungsi dan kualitas sarana wisata melalui upaya optimalisasi pelayanan yang responsif, antisipatif, empati, akurat dan ramah.
4.
Mengelola dan memelihara sarana wisata yang menjadi tanggung jawab para pelaku / stakeholders pariwisata (sektor publik, dunia usaha dan industri pariwisata, masyarakat serta wisatawan). Selain dua kebijakan pengembangan produk wisata yang telah disebutkan,
masih terdapat dua lagi kebijakan pengembangan produk wisata pada aspek aksesibilitas dan usaha pariwisata. Di dalam kebijakan pengembangan produk wisata pada aspek aksesibilitas terdapat beberapa hal kebijakan penting berikut (Dishubpar Cianjur, 2004b) : 1.
Mengembangkan sistem jaringan jalan dan transportasi yang dilaksanakan secara terpadu dengan kepentingan pariwisata dan berbagai kepentingan pembangunan sektor lainnya.
2.
Mengatur sistem jaringan jalan dan sistem transportasi yang disesuaikan dengan pola pergerakan penumpang dan barang serta fungsi dan kelas jalan.
3.
Menyesuaikan
pola
pergerakan
perjalanan
wisata
dengan
sistem
transportasi wilayah Kabupaten. 4.
Mengembangkan aksesibilitas baik melalui jalan udara, darat dan laut serta ditingkatkan
kualitas
dan
kuantitas
sarana
penunjang
kelancaran
pergerakan wisatawan ke jalur-jalur menuju obyek dan daya tarik wisata dalam upaya memberikan kemudahan dan kenyamanan pencapaian bagi wisatawan. 5.
Mengelola dan memelihara aksesibilitas yang secara terintegrasi oleh para pelaku / stakeholders pariwisata (sektor publik, dunia usaha dan industri pariwisata, masyarakat, wisatawan).
Sedangkan, kebijakan produk wisata dalam aspek usaha pariwisata meliputi beberapa hal kebijakan berikut : 1.
Mengelola usaha pariwisata secara professional dan berlandaskan hukum.
2.
Mengembangkan
usaha
pariwisata
mampu
menumbuhkembangkan
kegiatan pariwisata yang berdaya saing sehat dan kondusif melalui peningkatan kualitas produk dan pelayanan.
12 3.
Mengembangkan usaja pariwisata yang mampu memberikan efek ganda positif (multiflier effect) terhadap peningkatan perekonomian daerah dan masyarakat lokal.
4.
Meningkatkan kuantitas dan kualitas usaha pariwisata yang dilaksanakan secara terkoordinasi dengan berbagai pihak terkait (pemerintah daerah, asosiasi usaha pariwisata, pelaku industri pariwisata dan masyarakat).
5.
Membina usaha pariwisata melalui kerjasama dengan institusi pendidikan dan asosiasi kepariwisataan serta pemerintah daerah.
6.
Penanaman modal / investasi dalam usaha pariwisata yang mampu memberikan kemudahan investor dengan tetap memperhatikan regulasi dan kebijakan-kebijakan berinvestasi di Kabupaten Cianjur.
Kebijakan Pengembangan Sumberdaya Manusia Bidang Pariwisata Di dalam kegiatan pengembangan sumberdaya manusia di bidang pariwisata ini terdapat beberapa kebijakan yang disusun agar pengembangan yang dilaksanakan dapat sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Kebijakan-kebijakan tersebut yaitu (Dishubpar Cianjur, 2004b) : 1.
Meningkatkan kualitas SDM di bidang pariwisata Sasaran utama dari kebijakan ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kualitas. Masyarakat diharapkan memiliki kualitas kerja yang baik sehingga masyarakat dapat bersaing baik pada taraf regional maupun nasional.
2.
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja SDM Sasaran utama dari kebijakan ini adalah memberikan pengertian akan kinerja yang efektif dan efisien. Faktor kinerja akan berpengaruh terhadap penilaian kualitas dari SDM itu sendiri. Dengan memiliki kinerja yang tinggi diharapkan segala tugas dan tanggung jawab yang diberikan dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
3.
Meningkatkan awareness masyarakat terhadap kegiatan pariwisata Sasaran utama dari kebijakan ini adalah meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kegiatan pariwisata yang ada di lingkungan mereka. Dikarenakan kegiatan pariwisata yang ada secara tidak langsung memberikan dampak baik positif maupun negatif. Sehingga dalam hal ini, masyarakat berfungsi sebagai sistem kendali terhadap kegiatan pariwisata yang memberikan dampak negatif bagi kehidupan mereka.
4.
Meningkatkan loyalitas SDM terhadap tugas dan tanggung jawab
13 Sasaran utama dari kebijakan ini adalah menanamkan loyalitas di dalam diri masyarakat sehingga segala tugas dan tanggung jawab yang diberikan dapat terselesaikan dengan baik. 5.
Meningkatkan hubungan antar SDM Sasaran utama dari kebijakan ini adalah menanamkan pentingnya arti komunikasi di dalam merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan pengembangan.
Hal
tersebut
dikarenakan
tanpa
adanya sistem
komunikasi yang baik suatu pengembangan pariwisata tidak akan dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Kebijakan Pengembangan Pasar dan Pemasaran Dalam kebijakan pengembangan pasar dan pemasaran terdapat beberapa kebijakan yaitu (Dishubpar Cianjur, 2004b) : 1.
Pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur diwujudkan melalui nilai dan pembentukan
citra
yang
spesifik
dan
sederhana
yang
dapat
dikomunikasikan kepada pasar sasaran yang telah ditetapkan untuk membentuk pemasaran pariwisata yang terarah. 2.
Menempatkan (positioning) produk pariwisata Kabupaten Cianjur dengan memanfaatkan keunggulan sumberdaya alamiah secara kompetitif yang dapat digunakan sebagai kekuatan untuk bersaing dan dapat membedakan dengan destinasi wisata lainnya.
3.
Mengembangkan komunikasi pariwisata secara selektif dan terpadu dengan memanfaatkan saluran-saluran yang mampu menjangkau pasar sasaran nusantara dan mancanegara yang telah ditetapkan.
4.
Melibatkan pelaku industri pariwisata dan masyarakat secara optimal dalam melakukan promosi dan pemasaran pariwisata.
5.
Mendayagunakan informasi riset dan sistem informasi pariwisata dalam pariwisata Kabupaten Cianjur.
Kebijakan Pengembangan Hubungan Antar Kelembagaan Terkait Pariwisata Dalam kebijakan pengembangan hubungan antar kelembagaan terkait pariwisata terdapat beberapa sub kebijakan yaitu (Dishubpar Cianjur, 2004b) : 1.
Hubungan fungsional a)
Menciptakan
situasi
dan
kondisi
yang
lebih
kondusif
bagi
terselenggaranya koordinasi antar instansi di lingkungan pemerintah daerah Cianjur.
14 b)
Menjunjung tinggi tugas pokok dan fungsi masing-masing DIBALEKA sebagai pengejawantahan profesionalisme dan kompetensi di bidang masing-masing.
c)
Menciptakan keterbukaan yang kritis serta selektif.
d)
Menciptakan
kerangka
kerjasama
lintas sektoral
yang
dapat
menunjang pembangunan pariwisata. e)
Menyusun kegiatan-kegiatan / program-program pembangunan pariwisata yang dapat dilaksanakan bersama-sama oleh berbagai DIBALEKA.
2.
Aliran Informasi Dasar dan Informasi Antar Sektor a)
Melaksanakan mekanisme kerja yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi antar DIBALEKA.
b)
Mengoptimalkan fungsi rapat koordinasi pembangunan sebagai forum perumusan dan penyusunan program kerja.
c)
Merancang pusat informasi pariwisata yang mampu diakses oleh semua pelaku pariwisata daerah.
3.
Kerjasama Lintas Sektoral a)
Melaksanakan berbagai penyusunan program kerja yang dapat melibatkan DIBALEKA di lingkungan pemerintah daerah Cianjur.
b)
Menciptakan ruang bagi penyelenggaraan program / kegiatan yang dapat dilaksanakan dan/atau dibiayai bersama. Topografi
Karakteristik topografis wilayah Kabupaten Cianjur dapat dilihat dari keadaan konfigurasi lahan, ketinggian di atas permukaan laut dan kemiringan lahan. Berdasarkan kondisi konfigurasi lahan, secara umum di setiap bagian wilayahnya memiliki bentukan yang berlainan sehingga dapat dikelompokkan sebagai berikut (Dishubpar Cianjur, 2004a) : •
Cianjur bagian utara didominasi dataran tinggi pergunungan dan sebagian dataran yang dipergunakan untuk areal perkebunan dan persawahan.
•
Cianjur bagian tengah merupakan daerah perbukitan dan sebagian lagi berupa lahan datar areal persawahan dan perkebunan.
•
Cianjur bagian selatan mayoritas berupa dataran rendah dengan bukit-bukit kecil yang diselingi oleh pergunungan yang melebar sampai ke daerah
15 pantai selatan (Samudera Indonesia) dan sebagian kecil berupa dataran untuk areal persawahan dan perkebunan. Iklim Keadaan iklim sebagai salah satu unsur sumberdaya alam sangat besar pengaruhnya terhadap ekosistem lingkungan. Secara umum Kabupaten Cianjur beriklim tropis lembab dengan temperatur udara berkisar antara 18°-24°C dengan kelembaban udara antara 80%-90%. Curah hujan rata-rata cukup tinggi yaitu 1000-4000 mm/tahun dan jumlah hari hujan rata-rata 150 hari/tahun menjadikan
kondisi
alam
Kabupaten
Cianjur
keanekaragaman sumberdaya alam yang besar.
subur
dan
mengandung
Wilayah Kabupaten Cianjur
dipengaruhi oleh angin musim yang berubah-ubah arah dan sifatnya.
Pada
bulan Nopember-Maret arah angin bertiup ke arah tenggara yang biasanya berkaitan dengan musim hujan yang puncaknya terjadi pada bulan DesemberJanuari. Sedangkan musim kemarau, yang puncaknya terjadi bulan Agustus, berlangsung pada bulan Mei-September dengan arah tiupan angin menuju barat laut. Geologi Unsur geologi dalam pengembangan pariwisata sebaiknya perlu mendapat perhatian khusus, karena aspek-aspek yang berhubungan dengan jenis dan tingkat kestabilan tanah, daya serap tanah serta tingkat erosi sangat berpengaruh terhadap kemampuan dan daya dukung lahan. Kabupaten Cianjur secara umum memiliki kondisi geologi sistem dataran, perbukitan dan volkan. Sistem dataran terdapat di sekitar Kecamatan Cianjur dan Ciranjang serta di sepanjang jalur aliran sungai. Sedangkan sistem perbukitan umumnya terdapat di wilayah tengah dan selatan dengan permukaan tanah sebagian besar tertutup batuan sedimen. Kemudian sistem volkan terdapat di wilayah utara yang merupakan lereng timur Gunung Gede dan wilayah barat Cianjur, dengan jenis permukaan tanah berupa tanah vulkanik. Sebagian besar wilayah Kabupaten Cianjur memiliki jenis tanah latosol, dan jenis lainnya terdiri dari alluvial, andosol, grumusol dan podsolik.
Jenis tanah andosol merupakan jenis tanah yang paling jarang
ditemukan dan tersebar di sekitar Kecamatan Pagelaran dan Tanggeung. Daya serap tanah secara umum cukup tinggi, sedangkan tingkat kestabilan tanah ratarata stabil di sebagian besar wilayah, kecuali di empat kecamatan yang memiliki
16 tingkat erosi cukup tinggi yaitu Kecamatan Bojongpicung, Cibinong, Naringgul dan Sukaluyu. Kependudukan Kondisi Demografi Perkembangan demografi biasanya digunakan oleh para ahli sebagai suatu model untuk menganalisa dinamika penduduk di wilayah atau negara yang bersangkutan. Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 berjumlah 1.931.840 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,23%, terdiri dari : 1. Penduduk Laki-laki sebanyak 982.164 jiwa. 2. Penduduk Perempuan sebanyak 949.676 jiwa. Dengan kepadatan penduduk tidak merata : 1. 63,90% di wilayah utara dengan luas wilayah 30,78% 2. 19,19% di wilayah tengah dengan luas wilayah 28,25% 3. 17,12% di wilayah selatan dengan luas wilayah 40,70%. Kecamatan yang jumlah penduduknya terbesar adalah Kecamatan Pacet sebanyak 170.224 jiwa dan Kecamatan Cianjur sebanyak 140.374 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya diatas 100.000 jiwa adalah Kecamatan Cibeber (105.0204 jiwa), Kecamatan Warungkondang (101.580 jiwa) dan Kecamatan Karangtengah (123.158 jiwa). Kecamatan yang jumlah penduduknya terkecil adalah Kecamatan Naringgul sebanyak 41.235 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya antara 40.000 - 50.000 jiwa adalah Kecamatan Sindangbarang, Takokak dan Sukanagara. Agama, Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat Penduduk Kabupaten Cianjur dikenal sebagai masyarakat yang religius dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yang mencapai 98%, sedangkan penduduk non muslim mencapai 2%, dengan rincian sebagai berikut: 1. Penduduk bergama Islam = 1.893.203 orang (98%) 2. Penduduk beragama Kristen = 32.841 orang (1,7%) 3. Penduduk beragama Budha dan Hindu = 5.796 orang ( 0,3%) Tingkat partisipasi usia sekolah adalah sebagai berikut : 1. Angka Partisipasi Kasar SD/MI Tahun 2000 mencapai 84,52% 2. Angka Pastisipasi Kasar SMTP mencapai 38,50%
17 3. Angka Partisipasi Kasar SMTA mencapai 11,98%
Indikasi adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat terlihat dari : 1. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini mencapai 373 per 100.000 kelahiran , turun dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 420 per 100.000 kelahiran. 2. Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 62,00 per 1.000 kelahiran hidup, turun dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 65,38 per 1.000 kelahiran hidup. 3. Angka Harapan Hidup (AHH) mencapai rata-rata 66,45 tahun, naik dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 62 tahun. Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur Pada mulanya dua instansi ini terpisah yakni sejak belum adanya otonomi daerah,
Dinas
Pariwisata
menempati
bangunan
sendiri
yang
saat
ini
bersebelahan dan / atau dipakai sebagai gedung Dewan Kesenian Cianjur (DKC) beralamat di Jalan Suroso (depan pasar induk) sedangkan Dinas Perhubungan menempati bangunan yang saat ini dipergunakan sebagai kantor dinas dua instansi ini (perhubungan dan pariwisata) yang beralamat di Jalan Dr Muwardi. Penggabungan dua instansi (perhubungan dan pariwisata) dimulai pada masa otonomi daerah sekitar tahun 2000. Penggabungan Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata dipertegas melalui Peraturan Daerah Cianjur (Perda) Nomor 22 Tahun 2000 tentang Organisasi Pemerintah dan Surat Keputusan Bupati Cianjur Nomor 11 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. Selain itu kedudukan Dinas Perhubungan dan Pariwisata juga diatur berdasarkan Keputusan Bupati Pasal 4 Perda Nomor 22 Tahun 2000 tentang pembentukan Dinas Perhubungan dan Pariwisata (Dishubpar) Kabupaten Cianjur yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Adapun tugas pokok Dinas Perhubungan dan Pariwisata (Dishubpar) Kabupaten Cianjur yaitu melaksanakan sebagian kewenangan otonomi daerah Kabupaten Cianjur di bidang perhubungan dan pariwisata.
Disamping itu,
18 Dishubpar juga memiliki fungsi yang mendukung untuk melaksanakan tugas pokoknya tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan sebagian kewenangan Pemerintah Kabupaten di bidang perhubungan dan pariwisata
2.
Penyiapan bahan perumusan kebijakan umum Pemerintah Kabupaten di bidang perhubungan dan pariwisata
3.
Penyiapan bahan perumusan kebijakan Pemerintah Kabupaten di bidang Perhubungan dan Pariwisata
4.
Perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan dan pariwisata
5.
Penyelenggaraan pelaksanaan pelayanan umum dan perijinan
6.
Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Cabang Dinas di lingkungan Dinas
7.
Pelaksanaan tugas lain yang ditentukan oleh Bupati.
Struktur Organisasi Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur adalah kantor yang memiliki
wewenang
membina
dan
mengembangkan
kepariwisataan
di
Kabupaten Cianjur. Banyak kegiatan yang dilaksanakan dalam pembinaan dan pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Cianjur, seperti pembinaan dan pengembangan kepariwisataan, obyek wisata, sarana dan prasarana, seni dan budaya, serta pengembangan promosi dalam membina dan mengembangkan kepariwisataan Kabupaten Cianjur. Adapun rincian dari susunan organisasi dalam Struktur Organisasi (Lampiran 2) Dinas Perhubungan dan Pariwisata adalah sebagai berikut : 1. Kepala Dinas 2. Wakil Kepala Dinas 3. Bagian Tata usaha -
Sub. Bag. Umum dan Perlengkapan
-
Sub. Bag. Kepegawaian
-
Sub. Bag. Keuangan.
4. Sub. Dinas Program -
Sie. Data dan Statistik
-
Sie. Penyusunan program
-
Sie. Evaluasi dan Pelaporan
5. Sub. Dinas Lalu Lintas -
Sie. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
19 -
Sie. Penyuluhan
-
Sie. Operasional dan Pengendalian
6. Sub. Dinas Angkutan -
Sie. Angkutan Perkotaan
-
Sie. Angkutan Pedesaan
-
Sie. Angkutan Khusus dan Barang
7. Sub. Dinas Bina Sarana dan Prasarana -
Sie. Perbengkelan dan Pengujian Kendaraan
-
Sie. Terminal dan Parkir
-
Sie. Rambu-rambu Lalu Lintas
8. Sub. Dinas Bina Pariwisata -
Sie. Obyek Wisata
-
Sie. Pemasaran
-
Sie. Pentas Seni dan Rekreasi
-
Sie. Sarana Wisata
9. Sub. Dinas Pengembangan Kepariwisataan -
Sie. Bina SDM dan Kelembagaan
-
Sie. Bimbingan Wisata dan Penggalangan Peranserta Masyarakat
-
Sie. Survei dan Pendayaan Obyek Wisata
10. Cabang Dinas 11. UPTD 12. Kelompok Jabatan Fungsional.
20
METODE PRAKTEK Tempat dan Waktu Praktek Praktek kerja lapang dilaksanakan di Dinas Perhubungan dan Pariwisata serta di beberapa obyek wisata Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Waktu pelaksanaan
praktek kerja lapang selama 2 (dua) bulan, yaitu minggu kedua bulan April sampai dengan minggu kedua bulan Juni 2006, tepatnya tanggal 11 April 2006 sampai dengan tanggal 11 Juni 2006. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada praktek kerja lapang antara lain alat tulis menulis, kamera, tape recorder, peta kawasan, bahan laporan petugas lapangan dan buku-buku atau literatur. Metode Pengumpulan Data Jenis Data yang Dikumpulkan Data yang diperlukan dalam praktek kerja lapang ini terdiri dari: 1.
Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan, antara lain berupa pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan perencanaan pengelolaan kawasan.
2.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung serta merupakan data penunjang untuk melengkapi data dan/atau informasi dalam praktek, seperti keadaan umum lokasi, kehidupan masyarakat setempat dan sebagainya.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : 1.
Observasi lapang Data diperoleh dengan cara pengamatan secara langsung di lapangan dengan mengikuti berbagai kegiatan pengelolaan di lapangan baik di
21 dalam kawasan maupun di luar kawasan yang dapat dibagi menjadi kegiatan umum dan kegiatan khusus. 2.
Studi pustaka Data diperoleh dengan melakukan studi literatur sebagai panduan lapang, sehingga dapat diperbandingkan dengan kegiatan langsung di lapangan. Data yang diperoleh tersebut berupa kondisi umum, peta kerja, kebijakan dan peraturan perundang-undangan, struktur organisasi, kearsipan kantor, serta data pengelolaan dan pengembangan pariwisata (perangkat hukum dan peraturan pengelolaan).
3.
Wawancara / Konsultasi Data diperoleh melalui wawancara / konsultasi dilaksanakan melalui: a.
Konsultasi dengan pihak pengelola di Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai kebijakan pengelolaan, manajemen perkantoran dan kelembagaan, kerjasama dengan instansi/pihak lain dan kearsipan. Adapun pihak pengelola utama di Dinas Perhubungan dan Pariwisata yang mewakili yaitu: Kepala Dinas/Wakil Kepala Dinas, Kepala/Wakil Kepala Sub Dinas Bina Pariwisata dan Kepala/Wakil Kepala Sub Dinas Pengembangan Kepariwisataan.
b.
Konsultasi dengan petugas lapangan Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur.
c.
Konsultasi dengan pihak pengelola di beberapa obyek wisata Cianjur (± 3 obyek wisata intensif).
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan studi pustaka diuraikan secara deskriptif dengan melihat langsung di lapangan, maka dapat dijelaskan kondisi sumberdaya alam dan potensi sumberdaya wisata yang tersedia. Dijelaskan pula mengenai keadaan pengelolaan dan permasalahan yang ada di lapangan serta mengenai fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia beserta kondisinya.
22
HASIL KEGIATAN, PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH Praktek di Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kegiatan Praktek Kerja Lapang Kegiatan
praktek
kerja
lapang
yang
bertempat
di
kantor
Dinas
Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur dilaksanakan selama dua bulan dengan diselingi praktek ke lapangan (beberapa obyek wisata di Kabupaten Cianjur).
Kegiatan awal yang dilaksanakan adalah konfirmasi pelaksanaan
kegiatan praktek kerja lapang yang disertai dengan wawancara pertama bersama Bapak Kasubdin Bina Pariwisata dan Bapak Kasubdin Pengembangan Pariwisata seputar topik pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Cianjur dan kaitannya dengan paradigma pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata. Kegiatan wawancara tersebut dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 11 April 2006 pukul 09.30 sampai dengan 10.45 WIB. Adapun kegiatan wajib setiap harinya yang dilaksanakan di dalam kawasan kantor Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur yakni “apel pagi”. Apel pagi ini dilaksanakan setiap hari, yakni pada pagi hari yang dimulai pada pukul 07.10 WIB sampai dengan pukul 07.30 WIB, bertempat di lapangan terbuka kawasan kantor Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. Di dalam kegiatan apel pagi yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas ini biasanya membahas agenda kegiatan yang akan dilaksanakan dan segera dilaksanakan dalam waktu dekat. Selain kegiatan apel pagi, kegiatan wajib yang exist dalam agenda instansi Dinas Perhubungan dan Pariwisata ini yaitu kegiatan Senam Kesegaran Jasmani bersama. Senam kesegaran jasmani bersama ini dilaksanakan setelah apel pagi selesai (pukul 07.30 WIB), setiap hari Jumat, dengan rentang waktu yang dipakai biasanya satu jam yakni sampai dengan pukul 08.30 WIB. Selama berada di lingkungan kantor Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, kegiatan praktek kerja lapang yang terlaksana tidak lepas dari bagian administrasi kantor, penelusuran data untuk laporan praktek kerja
23 lapang dan kegiatan pelaporan hasil kunjungan lapang (beberapa obyek wisata). Sebagai tugas pertama dalam pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapang di Dinas Perhubungan dan Pariwisata Cianjur sekaligus sebagai seleksi kinerja / keahlian yang dimiliki mahasiswa praktek, adalah pemberian tugas pembuatan resume dari bahan “Analisa Pasar Pariwisata Alam di Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango”. Tugas membuat resume ini langsung diperintahkan oleh Kepala Seksi Obyek Wisata Dinas Perhubungan dan Pariwisata (Ibu Yuyun Aryunianingsih) pada hari Kamis tanggal 13 April 2006, dengan pemberian rentang waktu pembuatan resume selama ± 4 hari, yakni dateline penyerahan hasil resume pada hari Senin tanggal 17 April 2006. Hasil resume (Lampiran 5) tersebut nantinya diedit dan dibuat menjadi Nota Dinas Kepala Seksi Obyek Wisata terhadap Kepala Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur.
Ireng84 Documentation
(a)
Ireng84 Documentation
(b)
Gambar 1. Lokasi Praktek Kerja Lapang : (a) Kantor; (b) Lapangan Apel Pagi Administrasi kantor. Kegiatan praktek kerja lapang di bidang administrasi kantor Pariwisata merupakan salah satu agenda yang tercantum dalam jadwal kegiatan praktek kerja lapang.
Kegiatan administrasi kantor pariwisata pada
dasarnya merupakan kegiatan administrasi umum (adum) untuk sebagai data / arsip (berkas) kantor Pariwisata, dimana biasanya data (arsip) tersebut dibutuhkan lagi untuk tahap pelaporan pertanggungjawaban tahunan dan / atau pun untuk dijadikan bahan referensi lanjutan kegiatan / program yang akan dilaksanakan pada agenda kantor Pariwisata selanjutnya.
Adapun kegiatan
administrasi kantor Pariwisata yang terlaksana adalah sebagai berikut : 1.
Pembuatan arsip (data) hasil identifikasi potensi wisata dan bagan struktur organisasi Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur ; kegiatan pembuatan arsip hasil identifikasi potensi wisata dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 April 2006 pukul 09.30 WIB sampai dengan pukul 11.30 WIB, dengan output berupa data potensi wisata Kabupaten
24 Cianjur. Begitu pula dengan kegiatan pembuatan bagan struktur organisasi Dinas Hubpar dilaksanakan juga pada hari Selasa tanggal 18 April 2006 pukul 13.15 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB, dengan output yaitu data kantor (arsip) berupa bagan struktur organisasi Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur tahun 2006. 2.
Rekapitulasi SIK (Surat Ijin Kepariwisataan) dan SIUK (Surat Ijin Usaha Kepariwisataan) ; kegiatan rekapitulasi SIK dan SIUK ini terlaksana selama 18 hari kerja, yakni pada tanggal 19 April 2006, 24-28 April 2006, 4-5 Mei 2006, 22-23 Mei 2006, 29-30 Mei 2006, 1-2 Juni 2006, 12 Juni 2006, dan tanggal 15-16 Juni 2006, dengan output berupa data terbaru retribusi kepariwisataan tahun 2006 (SIK dan SIUK).
3.
Pembuatan arsip hasil rekapitulasi data wisata Cianjur yang dijadikan sebagai bahan laporan kepada BAWASDA (Badan Pengawas Daerah) ; kegiatan
pembuatan
arsip
hasil
rekapitulasi
data
wisata
Cianjur
dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2006 pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 09.30 WIB dan pada pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB, dengan output berupa data wisata Cianjur pada aspek daftar obyek wisata yang dikelola pemda, jumlah pengunjung per tahun dan pendapatan asli daerah (PAD)–nya. Data tersebut merupakan salah satu bagian dari bahan
laporan
pertanggungjawaban
terhadap
BAWASDA
(Badan
Pengawas Daerah). 4.
Pembuatan arsip hasil rekapitulasi data pengunjung (wisatawan) Cianjur yang disertai dengan grafik batang jumlah pengunjung ; kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2006 sampai dengan tanggal 3 Mei 2006, output kegiatan berupa tabel data wisatawan Kabupaten Cianjur Periode 1995 – 2005 (Tabel 3) dan Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Kabupaten Cianjur Periode 1995 – 2005 (Lampiran 6). Tabel 3. Data Wisatawan Kabupaten Cianjur Periode 1995 - 2005 NO
TAHUN
1 2 3 4 5 6 7 8
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
WISATAWAN NUSANTARA MANCANEGARA 1.360.194 9.974 1.322.533 5.476 1.456.176 2.162 968.847 1.545 1.179.979 7.068 1.243.848 8.041 1.162.134 7.068 991.649 19.948
25 9 10 11
2003 2004 2005 TOTAL
1.868.518 2.258.675 2.507.129
20.013 28.419 31.545
16.319.682
141.259
Sumber : Dishubpar Cianjur (2006). 5.
Pembuatan arsip kantor pariwisata berupa surat tugas Sub Dinas Bina Pariwisata; kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari kerja instensif, yakni pada tanggal 4 Mei 2006 sampai dengan 5 Mei 2006, dengan output kegiatan berupa arsip surat tugas Sub Dinas Bina Pariwisata (seksi obyek wisata, seksi pemasaran wisata, seksi pentas seni dan rekreasi dan seksi sarana wisata).
6.
Pembuatan arsip (data) obyek wisata Kabupaten Cianjur tahun 2006 ; kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 Juni 2006 pada pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 11.30 WIB.
Output kegiatan berupa
rekapitulasi data obyek dan daya tarik wisata Kabupaten Cianjur tahun 2006 (Lampiran 4). 7.
Pembuatan surat pengantar keluar (tujuan : Disbudpar Propinsi Jawa Barat) serta arsip (data) promosi pariwisata Kabupaten Cianjur ; kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Juni 2006 pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 11.30 WIB, dengan output kegiatan berupa surat pengantar dan data promosi pariwisata Kabupaten Cianjur.
8.
Pembuatan arsip (data) permohonan anggaran pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur tahun 2007 (studi tempat : Obyek Wisata Tirta Jangari) ; kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 16 Juni 2006 pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 11.30 WIB, dengan output kegiatan berupa surat pemohonan anggaran pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur tahun 2007 (studi tempat : Obyek Wisata Tirta Jangari).
9.
Pendataan kepegawaian Dinas Perhubungan dan Pariwisata ; kegiatan ini dilaksanakan di kantor bagian Tata Usaha Dinas Perhubungan dan Pariwisata pada hari Selasa tanggal 13 Juni 2006 sampai dengan hari Kamis tanggal 15 Juni 2006. Output kegiatan berupa data kepegawaian terbaru tahun 2006 ini dipergunakan sebagai salah satu bahan laporan pertanggungjawaban Kepala Dinas Perhubungan dan Pariwisata yang akan bermutasi (pindah tugas). Pelaporan hasil kunjungan lapang. Kegiatan pelaporan hasil kunjungan
lapang (observasi) beberapa obyek wisata di Kabupaten Cianjur merupakan
26 salah satu agenda wajib bagi mahasiswa praktek.
Hasil kunjungan lapang
(observasi) dilaporkan kepada Kepala Seksi Obyek Wisata Dinas Perhubungan dan Pariwisata. Dalam kegiatan pelaporan hasil kunjungan lapang ini terdapat beberapa point penting pelaporan, yaitu : kegiatan yang dilaksanakan di tempat wisata, dokumentasi potensi wisata di tempat wisata, pendapat awal terhadap pengelolaan di tempat wisata serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama melakukan kunjungan lapang.
Kegiatan pelaporan hasil kunjungan
dilaksanakan pada hari dan tanggal berikut : a.
Hari Rabu tanggal 12 April 2006, pelaporan hasil kunjungan lapang (observasi) Obyek Wisata Tirta Jangari.
b.
Hari Senin tanggal 15 Mei 2006, pelaporan hasil kunjungan lapang (observasi) Kebun Raya Cibodas, LIPI.
c.
Hari Kamis tanggal 18 Mei 2006, pelaporan hasil kunjungan lapang (observasi) Taman Bunga Nusantara.
d.
Hari Senin tanggal 29 Mei 2006, pelaporan hasil kunjungan lapang (observasi) Obyek Wisata Ziarah Makam Abdi Dalem Cikundul. Kegiatan kunjungan lapang ini bertujuan untuk membandingkan proses /
sistem kegiatan pengelolaan beberapa daerah tujuan wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah Kabupaten Cianjur, instansi / lembaga pemerintah lain (studi kasus : LIPI sebagai pengelola Kebun Raya Cibodas) dan juga oleh swasta (studi kasus : PT Sarana Kusuma Inti Makmur Nusantara sebagai pengelola Taman Bunga Nusantara).
Melalui tujuan tersebut
diharapkan dapat
menghasilkan suatu materi sebagai bahan perbandingan dan masukan bagi pemerintah daerah (Pemda) dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan atau pun pengembangan daerah tujuan wisata (obyek wisata) yang berada di Kabupaten Cianjur. Penelusuran data praktek.
Kegiatan penelusuran data untuk laporan
praktek kerja lapang ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan administrasi kantor. Data yang telah berhasil dikumpulkan berupa data potensi pariwisata Kabupaten Cianjur, data jumlah wisatawan Kabupaten Cianjur, data promosi pariwisata Kabupaten Cianjur, data kebijakan pariwisata Kabupaten Cianjur dan data peraturan daerah pariwisata Kabupaten Cianjur. Khusus untuk penelusuran data mengenai Perda Pariwisata Kabupaten Cianjur, dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 Juni 2006 pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 11.30 WIB. Perda Pariwisata yang berhasil dikumpulkan (dipelajari dan disalin)
27 yaitu Perda No. 14 Tahun 2001 tentang Retribusi Ijin Kepariwisataan, Perda No. 22 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga, Perda No. 11 Tahun 2005 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga, dan SK Bupati Cianjur No. 29 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Perda Nomor 22 Tahun 1999. Peraturan Daerah Pariwisata Kabupaten Cianjur 1.
Perda No. 14 Tahun 2001 tentang Retribusi Ijin Kepariwisataan Peraturan daerah ini mengatur segala bentuk pemberian ijin oleh Bupati terhadap penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan baik usaha (kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan / mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut dan bertujuan komersial) maupun non usaha (kegiatan yang dilaksanakan oleh orang pribadi atau badan / pemerintah dengan tujuan memanfaatkan / menikmati kawasan wisata dengan tidak bersifat komersial) oleh orang pribadi atau badan / pemerintah.
2.
Perda No. 22 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga Peraturan daerah nomor 22 tahun 1999 ini mengatur segala ketetapan / kebijakan dasar pemungutan retribusi tempat rekreasi (daerah tujuan wisata) dan tempat / sarana olah raga yang berada di kawasan Kabupaten Cianjur serta dikelola langsung oleh pihak pemerintah daerah Kabupaten Cianjur. Tempat rekreasi (daerah tujuan wisata) yang diatur kebijakannya dalam pemungutan retribusi sekaligus yang dikelola oleh pemerintah daerah Kabupaten Cianjur adalah daerah wisata Cibodas, daerah wisata Cikundul, kawasan wisata Cirata dan kawasan pantai selatan (pantai Jayanti, Apra, Cioleng dan sekitarnya).
3.
Perda No. 11 Tahun 2005 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga. Peraturan daerah nomor 11 tahun 2005 ini pada dasarnya adalah kebijakan pemerintah daerah yang merubah besarnya pemungutan tarif retribusi tempat rekreasi dan olah raga di Kabupaten Cianjur yang tercantum di dalam lembaran peraturan daerah sebelumnya (Perda No. 22 tahun 1999).
28 Kawasan wisata yang merupakan lokasi pemungutan tarif retribusi adalah kawasan wisata Cibodas, kawasan wisata Pantai Selatan Cianjur, kawasan wisata Cirata (obyek wisata Tirta Jangari), dan obyek wisata ziarah Makam Abdi Dalem Cikundul. Beberapa perubahan dan / atau pun penghapusan kebijakan selain perubahan besarnya tarif pemungutan retribusi, nyata terdapat pada masing-masing bab dan pasal, diantaranya (sebagai pembanding) : a.
Bab II pasal 3 ayat (2) Perda Nomor 22 Tahun 1999 : “Tidak termasuk obyek retribusi adalah pelayanan penyediaan tempat rekreasi / pariwisata dan olah raga yang dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta”. Perda Nomor 11 Tahun 2005 : “Tidak termasuk obyek retribusi adalah pelayanan penyediaan tempat rekreasi / pariwisata dan olah raga yang dimiliki dan atau dikelola oleh pihak swasta”.
b.
Bab XIII pasal 15 tentang Kadaluwarsa Perda Nomor 22 Tahun 1999 : “(1) Penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi
sebagaimana dimaksud ayat (1) tertangguh apabila : a). Diterbitkan surat teguran dan surat paksa atau; b). Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung”. Di dalam Perda Nomor 11 Tahun 2005, Bab XIII ini dihilangkan, sehingga Bab XIV pasal 16 (lama) berubah tempat menjadi Bab XIII pasal 15 (baru) tentang Ketentuan Pidana. c.
Bab XIV pasal 16 (lama) atau Bab XIII pasal 15 (baru) ayat (1) Perda Nomor 22 Tahun 1999 : “Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terhutang”. Perda Nomor 11 Tahun 2005 : “Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah, diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)”.
d.
Bab XV pasal 17 (lama) atau Bab XIV baru pasal 16 ayat (3)
29 Perda Nomor 22 Tahun 1999 : “Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana”. Perda Nomor 11 Tahun 2005 : “Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan
tugasnya
sebagai
penyidik
berada
di
bawah
koordinasi Polisi Republik Indonesia”. 4.
SK Bupati Cianjur No. 29 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Perda Nomor 22 Tahun 1999. Di dalam SK Bupati Cianjur No. 29 Tahun 1999 ini pada dasarnya mengatur dan/atau menginstruksikan pelaksanaan Perda Nomor 22 Tahun 1999 serta segala hal yang berkaitan dengan ketentuan hasil pemungutan retribusi tersebut. Seperti halnya setiap hasil pemungutan retribusi harus disetorkan ke kas daerah (pasal 4), selanjutnya di dalam pasal 5 ayat (1) disebutkan
bahwa
“Dalam
upaya
pengembangan
pelestarian
dan
peningkatan pelayanan umum secara terpadu di tempat rekreasi ini, perlu adanya pengaturan pembagian hasil pemungutan sebagaimana dimaksud pada pasal 3, dengan perincian sebagai berikut” : a.
Untuk Kawasan Wisata Cikundul : 1.
Bagi kas Pemerintah Kabupaten Cianjur sebesar 40% (empat puluh persen)
2.
Bagi Yayasan Cikundul sebesar 30% (tiga puluh persen)
3.
Bagi Pemerintah Desa dalam kawasan wisata tersebut sebesar 30% (tiga puluh persen).
b.
Untuk Kawasan Wisata Cirata dan Pantai Selatan : 1.
Bagi kas Pemerintah Kabupaten Cianjur sebesar 65% (enam puluh lima persen)
2.
Bagi Pemerintah Desa dalam kawasan wisata tersebut sebesar 25% (dua puluh lima persen)
3.
Dana untuk operasional petugas sebesar 10% (sepuluh persen).
Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Cianjur
30 Kepariwisataan sebagai suatu kegiatan yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan, maka sudah sepantasnya apabila pembangunan pariwisata harus dilihat juga dari seluruh aspek kehidupan.
Bahwa kita tidak akan
membangun pariwisata ini kalau secara ekonomi tidak menguntungkan, demikian pula setiap sasaran jumlah Wisman dan Wisnus akan selalu dikaitkan dengan jumlah devisa atau rupiah yang diperoleh (Sihite, 2000).
Begitu pula dengan
pernyataan bahwa pariwisata sebagai industri jasa saat ini harus lebih memfokuskan pada tingkat kepuasan pengunjung (Wisman dan Wisnus). Pernyataan ini diperkuat oleh Rangkuti (2003) bahwa kepuasan pelanggan (pengunjung : wisman dan wisnus) didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan yang dirasakan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaian. Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang dirasakan terhadap tingkat kepentingannya. Pada era otonomi ini, pengembangan pariwisata diharapkan dapat lebih mudah dilaksanakan karena beberapa wewenang sudah diberikan kepada propinsi dan kabupaten / kota. Sebelum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintah Daerah, telah dikeluarkan terlebih dahulu Keputusan Menparpostel (Kepmen) No. KM / 71 / UM.001 / MPPT-96 pada tahun 1996 tentang Pedoman Pembinaan Teknis Pelaksanaan Urusan Kepariwisataan yang diserahkan kepada Daerah Tingkat II Percontohan.
Dalam Kepmen ini
disebutkan bahwa urusan kepariwisataan yang diserahkan adalah : 1.
Daya Tarik Wisata
2.
Taman Rekreasi dan Tempat Hiburan
3.
Promosi Pariwisata Daerah
4.
Hotel Melati
5.
Penginapan Remaja
6.
Pondok Wisata
7.
Perkemahan
8.
Rumah Makan
9.
Bar
10.
Kawasan Pariwisata
11.
Restoran
12.
Jasa Informasi
31 Untuk seluruh bidang di atas, Kepala Daerah bertanggung jawab menyusun
rencana
operasional
untuk
melaksanakan,
mengawasi
dan
mengendalikan penyelenggaraan urusan kepariwisataan yang diserahkan kepada Kabupaten / Kota dengan sebaik-baiknya Kepmen ini masih didasarkan pada UU No. 5 Tahun 1974 yang sekarang sudah digantikan oleh UU No. 22 Tahun 1999 yang mengatur Otonomi Daerah. Seperti halnya di Kabupaten Cianjur, bahwa dalam proses pengembangan obyek wisata melibatkan beberapa pembahasan yang dapat dikatakan sebagai strategi awal suatu proses pengembangan obyek wisata (kepariwisataan Cianjur), lingkup pembahasan tersebut mencakup : 1.
Inventarisasi dan identifikasi berbagai kondisi potensi kepariwisataan di Kabupaten Daerah Tingkat II (DT. II) Cianjur, meliputi : −
Obyek dan daya tarik wisata
−
Usaha penyediaan prasarana dan sarana pariwisata
−
Kondisi sosial ekonomi masyarakat
dan karakteristik pasar
pariwisata Kabupaten DT. II Cianjur −
Kondisi sumberdaya manusia yang menunjang sektor kepariwisataan
−
Pemanfaatan sumberdaya alam dengan memperhatikan limitasi dan kendala.
2.
Karakteristik usaha jasa pariwisata.
3.
Pengkajian
terhadap
rencana
tata
ruang,
program
sektoral
dan
kebijaksanaan pembangunan daerah. 4.
Data dan informasi mengenai kondisi pasar untuk memperoleh gambaran tentang potensi dan karakteristik pasar dalam hubungannya dengan potensi wisata di Kabupaten DT. II Cianjur.
5.
Kondisi investasi dalam bidang kepariwisataan, dengan harapan akan dapat memberikan gambaran mengenai sumber dana dan peran investasi baik yang dilaksanakan sektor swasta maupun pemerintah, terutama dalam kaitannya dengan penciptaan kesempatan kerja masyarakat setempat.
6.
Kondisi kelembagaan, untuk melihat bagaimana keterpaduan antara pihak pemerintah, swasta dan masyarakat yang menyangkut banyak sektor.
7.
Me-review kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Cianjur kurun waktu 10 tahun mendatang.
32 Berdasarkan beberapa dasar pembahasan, maka tersusun suatu strategi dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur yang pelaksanaannya sejalan dengan kebijakan dasar pengembangan pariwisata di Kabupaten Cianjur. Strategi-strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur tersebut adalah : 1.
Memantapkan ketersediaan dan kualitas kebijakan serta instrumen kebijakan pariwisata yang terintegrasi dalam pembangunan Kabupaten Cianjur, applicable, dan mampu meningkatkan daya saing kompetitif pariwisata secara berkelanjutan.
2.
Mengembangkan SDM dan perilaku organisasi sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Cianjur untuk dapat menumbuhkembangkan kapasitas dalam wujud nyata pengembangan pariwisata.
3.
Mendekatkan cara pandang (state of mind) Dinas Perhubungan dan Pariwisata dengan Dibaleka dan Stakeholders terhadap pembangunan pariwisata untuk menumbuhkembangkan koordinasi dan tindakan kolektif yang konstruktif.
4.
Memanfaatkan dan mendayagunakan kapasitas wilayah, alam, dan aktivitas masyarakat untuk kegiatan pariwisata yang diwujudkan secara bertanggung jawab dengan mempertimbangkan keseimbangan nilai bagi wisatawan, pembangunan wilayah, ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan.
5.
Mewujudkan pengembangan pariwisata yang lebih merata pada setiap wilayah di Kabupaten Cianjur.
6.
Merealisasikan fasilitas untuk seluruh DIBALEKA (Dinas, Badan, Lembaga dan Kantor) dalam mengakses RIPPDA (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah) Kabupaten Cianjur. Berdasarkan strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur dapat
dihubungkan dengan beberapa point penting yang mendukung berjalan lancarnya pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Cianjur. Point penting / aspek penting tersebut meliputi : 1.
Aspek Tujuan dan Sasaran Pengembangan Cakupan kajian produk wisata di dalam aspek tujuan dan sasaran pengembangan ini meliputi : a.
Obyek dan daya tarik wisata
b.
Sarana wisata
c.
Aksesibilitas
33 2.
Aspek Kebijakan Pengembangan Cakupan kajian meliputi :
3.
a.
Obyek dan daya tarik wisata
b.
Sarana wisata
c.
Aksesibilitas
Aspek Strategi Pengembangan Cakupan kajian strategi pengembangan meliputi strategi pengembangan produk wisata yang diarahkan pada mekanisme pengembangan yang sistematis, bertahap dan mengacu pada prinsip pengembangan pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan.
4.
Aspek Kerangka Program Pengembangan Di dalam aspek kerangka program pengembangan ini cakupan kajian akan menjabarkan mengenai program-program pengembangan produk wisata.
5.
Langkah-langkah Pengembangan Di dalam proses pengembangan pariwisata, perlu didukung oleh langkahlangkah pengembangan yang tepat dan efisien.
Langkah-langkah
pengembangan tersebut meliputi : a.
Pengembangan fungsi riset dan sistem informasi pariwisata.
b.
Meningkatkan
kualitas
pengembangan
jejaring
(kerjasama
kelembagaan dalam pemasaran pariwisata bersama dengan Pemda (DKI Jakarta, Jawa Barat, Kabupaten Bogor), Asosiasi di sektor pariwisata dan pelaku industri pariwisata. c.
Menciptakan mainstream promosi dan pemasaran antara kantor Dinas Perhubungan dan Pariwisata dengan pelaku bisnis pariwisata untuk menciptakan keselarasan program dan kegiatannya.
d.
Mengelola sumberdaya pariwisata menjadi produk wisata yang berbasiskan aktivitas, selaras preferensi pasar, dan terkoneksi dengan membentuk satu seri kegiatan yang utuh dan menyeluruh.
Perencanaan
Pengembangan
dan
Pengelolaan
Obyek-obyek
Wisata
Kabupaten Cianjur Terdapat beberapa point inti program pengembangan dan pengelolaan obyek wisata terkelola Pemda yang tersusun dan terlaksana pada tahun 2005, yaitu : 1.
Profil investasi pariwisata.
2.
Pembinaan produk unggulan di kawasan wisata.
34 3.
Pembinaan sadar wisata bagi pimpinan pondok pesantren.
4.
Pembinaan terhadap masyarakat di sekitar obyek wisata (home stay).
5.
Sosialisasi sadar wisata di Desa Agropolitan.
6.
Pelatihan tenaga kerja usaha pariwisata.
7.
Lomba K-5 (Kebersihan, Keindahan, Kenyamanan, Keamanan dan Ketertiban) hotel dan restoran.
8.
Penataan kawasan obyek wisata Jangari dan Jayanti.
9.
Penataan kawasan wisata Cibodas (aspek akomodasi : kios wisata, tempat parkir).
10.
Penataan obyek wisata ziarah Makam Abdi Dalem Cikundul (kerjasama dengan Yayasan Wargi Cikundul). Kegiatan penataan berupa :
11.
12.
a.
Rehabilitasi pintu gerbang masuk kawasan
b.
Penataan tata letak kios wisata, tempat parkir, lampu hias, tanaman.
Penataan obyek wisata ziarah Gunung Jati. Kegiatan penataan meliputi : a.
Rehabilitasi pintu gerbang masuk kawasan
b.
Penataan lahan parkir.
Penataan kawasan wisata pantai selatan Cianjur.
Kegiatan penataan
meliputi : a.
Pembangunan pintu gerbang masuk kawasan wisata pantai Sereg
b.
Penataan fasilitas umum kawasan wisata pantai Sereg.
13.
Penataan obyek wisata Situs Megalith Gunung Padang
14.
Penataan obyek wisata ziarah Sheh Gofur
15.
Penataan obyek wisata pantai Jayanti. Kegiatan penataan meliputi :
16.
a.
Penataan lahan parkir
b.
Pembangunan fasilitas umum dan kios wisata.
Penataan hutan kota di kaki Bukit Gunung Mananggel. Kegiatan penataan meliputi : a.
Pembuatan shelter
b.
Pembuatan jalan setapak bagi pengunjung.
Program Rencana Pengembangan Pariwisata Kabupaten Cianjur Program Rencana Pengembangan Pariwisata Kabupaten Cianjur, disusun berlandaskan pada hasil-hasil analisis dan disesuaikan dengan potensi dan kendala kondisi sektor pariwisata di wilayah Kabupaten Cianjur. pengembangan
yang
dilaksanakan
merupakan
penjabaran
dari
Program strategi
35 pemasaran dan pengembangan produk wisata. Berikut ini beberapa program rencana pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur, yang meliputi aspek : 1.
Daya tarik wisata dan pengembangan obyek-obyek wisata baru yang berbasis daerah.
Kegiatan yang dilaksanakan pada aspek ini adalah
dengan melaksanakan pembangunan Gedung Tourism Information Centre (TIC), dengan indikator kinerja terinformasikannya potensi pariwisata Kabupaten Cianjur, anggaran sebesar Rp. 320.000.000,-. 2.
Perluasan pemasaran dan promosi, dengan kegiatan : a.
Promosi pariwisata, dengan indikator kinerja terpromosikannya potensi unggulan pariwisata Kabupaten Cianjur, anggaran sebesar Rp. 620.000.000,-
b.
Penunjang kepariwisataan, dengan indikator kinerja terwujudnya daya tarik event kepariwisataan bagi wisatawan, anggaran sebesar Rp. 300.000.000,-.
3.
Pengembangan sumberdaya manusia pelaku usaha pariwisata, dengan kegiatan : a.
Lomba K-5 hotel dan rumah makan, dengan indikator kinerja terciptanya peningkatan K-5 hotel dan rumah makan di Kabupaten Cianjur, anggaran sebesar Rp. 30.000.000,-
b.
Pelatihan kepariwisataan di Kabupaten Cianjur, dengan indikator kinerja terlatihnya tenaga kerja yang terampil di bidang industri pariwisata, anggaran sebesar Rp. 300.000.000,-.
4.
Pengembangan produk dan peningkatan pemasaran obyek wisata serta peningkatan peran serta masyarakat dalam kepariwisataan, dengan kegiatan : a.
Pariwisata berkelanjutan, dengan indikator kinerja tersedianya tempat pengolahan sampah dan terlatihnya pemandu wisata, anggaran sebesar Rp. 100.000.000,-
b.
Penataan kawasan wisata Cibodas, dengan indikator kinerja tersedianya
fasilitas
bagi
wisatawan,
anggaran
sebesar
Rp.
860.000.000,c.
Penataan obyek wisata air panas Sukasirna, dengan indikator kinerja tertatanya obyek wisata air panas Sukasirna, anggaran sebesar Rp. 45.000.000,-.
36 Program
penyuluhan
masyarakat
wisata.
Program
penyuluhan
masyarakat wisata ini merupakan program pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur
pada
aspek
promosi
kepariwisataan.
Adapun
kegiatan
yang
dilaksanakan dalam program penyuluhan masyarakat wisata ini adalah berupa sosialisasi sadar wisata terhadap masyarakat sekitar obyek wisata khususnya dan masyarakat Kabupaten Cianjur umumnya. Sebagai indikator dari kinerja program penyuluhan masyarakat wisata ini adalah tersosialisasikannya sadar wisata kepada masyarakat. Program pengembangan sumberdaya manusia pariwisata.
Program
pengembangan sumberdaya manusia pariwisata ini bertujuan untuk dapat memenuhi / mengisi kebutuhan usaha pariwisata akan tenaga kerja berkualitas atau dengan kata lain pengembangan ini dilaksanakan untuk melakukan penyediaan mengisi kebutuhan. Kegiatan pengembangan sumberdaya manusia pariwisata yang diperlihatkan pada diagram input-output model pengembangan sumberdaya manusia pariwisata (Gambar 2), menggunakan 2 jenis pendekatan, yaitu : 1.
Bertujuan untuk memberikan suatu pendidikan dan pelatihan bagi mereka yang belum terdidik dan terlatih dalam bidang kepariwisataan menjadi tenaga kerja yang terdidik dan terlatih serta siap untuk berkecimpung dalam dunia usaha pariwisata.
2.
Pengembangan sumberdaya manusia diarahkan agar tenaga kerja yang telah
berkecimpung
dalam
dunia
usaha
pariwisata
mendapatkan
pendidikan dan pelatihan pariwisata yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan di masing-masing usaha pariwisata yang ada. Kondisi Lingkungan Sosial Budaya Sosial Ekonomi Kabupaten Cianjur
Masukan
Proses
Hasil Akhir
Masyarakat Kabupaten Cianjur
Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kerja Pariwisata Kabupaten Cianjur Yang Profesional, Kreatif dan Berdaya Saing
Kebijakan Normatif GBHN tentang Pengembangan Pariwisata UU No. 9 Th. 1990 tentang Kepariwisataan UU Sistem Pendidikan Nasional Kebijakan-kebijakan pariwisata terkait
37
Gambar 2. Diagram Input-Output Model Pengembangan SDM Pariwisata Berdasarkan diagram tersebut (Gambar 2), terlihat bahwa : 1.
Dengan semakin berkembangnya kondisi sosial budaya dan sosial ekonomi, maka diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja di masa datang. lingkungan
tersebut
merupakan
faktor-faktor
eksternal
dari
Kondisi upaya
pengembangan sumberdaya manusia di Kabupaten Cianjur yang akan melalui suatu proses pengembangan melalui pendidikan dan pelatihan. 2.
Proses pengembangan sumberdaya manusia melalui pendidikan dan pelatihan tersebut diberlakukan atas dasar kebijakan-kebijakan normatif.
3.
Adapun yang menjadi hasil akhir model pengembangan sumberdaya manusia pariwisata adalah tenaga kerja di Kabupaten Cianjur yang memiliki visi sumberdaya manusia pariwisata yaitu sumberdaya manusia yang memiliki jiwa profesionalisme kreatifitas yang tinggi serta berdaya saing.
Bentuk Keterlibatan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pelaksanaan program pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur yang dilaksanakan oleh DISHUBPAR Kabupaten Cianjur tentunya harus dapat melibatkan masyarakat Kabupaten Cianjur. Masyarakat yang pada umumnya hanya mengenal obyek wisata yang ada di Kabupaten Cianjur secara umum, sudah termasuk salah satu bentuk keterlibatan dalam pelaksanaan program. Salah satu keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program adalah ikut berperan aktif dalam mengembangkan kepariwisataan yang ada di Kabupaten Cianjur dengan ikut serta dalam program “sadar wisata” yang diselenggarakan oleh DISHUBPAR Kabupaten Cianjur. Pembinaan partisipasi masyarakat dilaksanakan dengan mengikutsertakan masyarakat yang memiliki kesenian dan mempunyai karakteristik untuk
38 diperlihatkan dalam pameran kesenian dan wisata tamasya jelajah Kabupaten Cianjur. Kemudian juga diikutsertakan dalam kegiatan untuk memperingati Hari Jadi Kabupaten Cianjur tiap tahunnya. Acara-acara yang ditampilkan adalah:
−
Pemilihan MOJANG JAJAKA Kabupaten Cianjur, yang mengikutsertakan remaja putra dan putri Kabupaten Cianjur yang berusia di atas 17 tahun s.d 25 tahun.
−
Pameran di Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.
−
Paket wisata “Cianjur Nite” (Semalam di Cianjur).
Dampak Pengembangan Kawasan Wisata Menurut survei di lapangan, dampak-dampak yang timbul dari diadakannya pengembangan kawasan wisata yang ada di Kabupaten Cianjur menghasilkan dampak yang baik. Bila dirinci dampak-dampak yang timbul antara lain: a.
Dampak Ekonomi Dampak
ekonomi
yang
timbul
dari
pengembangan
obyek
wisata
Kabupaten Cianjur berjalan dengan baik, dan perekonomian masyarakat Cianjur bisa berjalan stabil dalam setahun ini walau tidak terlalu menonjol tingkat stabilnya. b.
Dampak Sosial Dampak sosial yang ada di masyarakat Kabupaten Cianjur atas keberhasilan program pengembangan sebagian obyek wisata Kabupaten Cianjur, berjalan dengan baik dan mengikuti norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
c.
Dampak Budaya Dampak terhadap aspek pelestarian budaya dalam salah satu program pengembangan obyek wisata Kabupaten Cianjur dapat dilestarikan dengan baik terutama budaya tradisional sunda oleh masyarakat dan PEMDA Kabupaten Cianjur dengan Pameran Pembangunan Kabupaten Cianjur yang menampilkan potensi wisata Kabupaten Cianjur dan kebudayaan tradisional sunda.
d.
Dampak Lingkungan Dampak lingkungan atas terlaksananya program pengembangan obyek wisata Kabupaten Cianjur tidak terlalu menonjol secara mendetail dan jelas. Hanya terdapat beberapa perubahan lingkungan kawasan wisata di
39 Kabupaten Cianjur, dikarenakan adanya penataan kawasan wisata pada aspek penambahan akomodasi wisata berupa kios wisata dan sarana pembuangan sampah pengunjung. Asosiasi-asosiasi Pariwisata Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur sebagai pemilik anugerah alam yang melimpah serta berpotensi sebagai daerah tujuan wisata alam dan petualangan (minat khusus), sekiranya perlu mendapatkan dukungan kerjasama dari berbagai asosiasi pariwisata yang terdapat di Cianjur.
Seperti halnya berikut ini merupakan
asosiasi pariwisata di Kabupaten Cianjur, yang secara langsung mendukung perkembangan pariwisata di Kabupaten Cianjur, yaitu : 1.
PHRI Program
yang
berkaitan
antara
PHRI
dan
lembaga
diklat
yaitu
mengakomodir job training antara lembaga pendidikan tersebut dengan usaha perhotelan dan restoran, melakukan standar stratifikasi job training setiap
jenjang
pendidikan,
mengevaluasi
kebutuhan
tenaga
kerja,
melakukan penyerapan tenaga kerja dari anggota lembaga pendidikan serta mengadakan job training karyawan hotel menengah dan kecil di hotel besar. 2.
PUTRI Merupakan Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia. Wadah bagi para pengelola taman rekreasi, termasuk di dalamnya ODTW, yang bertugas memberikan arahan dan bimbingan kepada para pengelola baik tentang manajemen, administrasi dan lain-lain. Untuk masa yang akan datang asosiasi ini perlu dikembangkan mengingat begitu banyaknya ODTW di Kabupaten Cianjur, sehingga apabila asosiasi ini berkembang maka diharapkan tidak akan terjadi salah pengelolaan ODTW dimana ODTW merupakan faktor penting dalam pengembangan pariwisata.
3.
HPI Himpunan Pramuwisata Indonesia, merupakan wadah pramuwisata yang bergerak memberikan pendidikan dan pelatihan khusus bagi pramuwisata berlisensi dan belum berlisensi, bekerjasama dengan Dinas Perhubungan dan Pariwisata bisa juga membantu program penyuluhan masyarakat wisata.
Dengan dibentuknya HPI yang biasanya mempunyai tujuan
meningkatkan pramuwisata sebagai profesi yang dapat diandalkan baik sebagai laporan pekerjaan dan pengembangan karir, meningkatkan profesi
40 pramuwisata sebagai mitra kerja pemerintah dalam memberikan pelayanan yang
baik
guna
menjaga
kredibilitas
dan
citra
pariwisata
serta
meningkatkan SDM anggota HPI untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam bidang pramuwisata. 4.
Instansi-instansi Pendidikan dan Lembaga-lembaga Diklat Pendidikan pariwisata pada tingkat sekolah lanjutan, pendidikan kejuruan pada tingkat pelaksana, pendidikan pariwisata untuk tingkat penyelia dan pimpinan, centers of Excellence dalam pendidikan pariwisata, penerimaan dan seleksi program pendidikan pariwisata lokal, latihan tenaga pengajar dan pusat pengembangan kurikulum pariwisata.
5.
Usaha Pariwisata Usaha-usaha pariwisata di Kabupaten Cianjur dapat memberikan informasi pada lembaga-lembaga diklat mengenai tenaga kerja yang dibutuhkan oleh usaha pariwisata, selain itu usaha pariwisata dapat memberikan fasilitas job training bagi siswa lembaga diklat.
Permasalahan dan Upaya Pemecahan Permasalahan 1.
Permasalahan Berikut
ini
beberapa
pengembangan
permasalahan
kepariwisataan
di
yang
dihadapi
Kabupaten
dalam
Cianjur
usaha
(hambatan-
hambatannya), terdiri dari (Dishubpar Cianjur, 2006) : a.
Terbatasnya tenaga pelaksana teknis Pariwisata di Lapangan.
b.
Kurangnya
dukungan
dan
kesadaran
masyarakat
terhadap
pengembangan pembangunan pariwisata. c.
Infrastruktural menuju obyek wisata masih kurang memadai.
d.
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2001 tentang Retribusi Ijin Kepariwisataan mendapat hambatan karena obyek retribusi menganggap bahwa sesuai dengan sifat retribusi timbal balik dari pembayaran retribusi tidak dapat diarahkan langsung serta obyek retribusi mengeluhkan terlalu banyak upah pungutan retribusi.
e.
Kurangnya dukungan dari Dinas / Instansi lain.
Selain permasalahan yang telah dikemukakan tersebut, masih terdapat permasalahan yang cukup menghambat dalam usaha pelaksanaan program pengembangan pariwisata di Kabupaten Cianjur, yang meliputi : a.
Permasalahan
di
dalam
permasalahannya berupa :
(intern)
Kantor
Pariwisata,
dimana
41 −
Kurangnya staf ahli di bidang pariwisata (yang statusnya sebagai PNS Kabupaten Cianjur), hal ini menyebabkan kurang efektif dan efisiennya proses pengembangan pariwisata di Kabupaten Cianjur.
−
Kinerja pengelolaan terhadap obyek wisata (daerah tujuan wisata) yang dilaksanakan oleh Kantor Dinas Perhubungan dan Pariwisata, khususnya di obyek wisata Tirta Jangari, kurang optimal pelaksanaannya.
Hal tersebut dikarenakan adanya
sengketa lahan kajian pengelolaan dalam proses HGU (Hak Guna Usaha lahan) oleh PT Cikencreng dalam pengusahaan lahan untuk perkebunan karet, sehingga model pengelolaan dan
pengembangan
Obyek
Wisata
Tirta
Jangari
hasil
kerjasama dengan pihak konsultan pariwisata terbengkalai dan hanya sebagai model. b.
Masih kurangnya minat investor swasta dalam mengembangkan obyek wisata atau tempat rekreasi di Kabupaten Cianjur.
c.
Belum
seluruhnya
potensi
pariwisata
dapat
dikunjungi
oleh
wisatawan karena perlu penataan yang lebih baik. d.
SK Bupati Cianjur No. 29 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Perda Nomor 22 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, pada bagian pembagian hasil pemungutan (pasal 5 ayat 1), tidak tercantum kawasan Wisata Cibodas.
2.
Upaya Pemecahan Permasalahan Dari beberapa hambatan (permasalahan yang ada), disusun pula upaya pemecahan permasalahan sebagai berikut (Dishubpar Cianjur, 2006) : a.
Mengoptimalkan tenaga teknis pariwisata di lapangan.
b.
Meningkatkan
sosialisasi
melalui
kegiatan
pengembangan
kepariwisataan berdasarkan lingkungan yang berkelanjutan. c.
Meningkatkan pelatihan pelaku industri pariwisata.
d.
Meningkatkan koordinasi dengan instansi / pihak-pihak terkait dalam hal peningkatan penyediaan sarana dan prasarana ke lokasi obyek wisata.
e.
Peraturan daerah Nomor 14 Tahun 2001 tentang Retribusi Ijin Kepariwisataan diusulkan untuk diregulasi / dicabut (Fakta 2006 :
42 sampai pertengahan tahun 2006, Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2001 masih tetap digunakan). Adapun beberapa pemecahan permasalahan dari permasalahan yang muncul selama pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapang, yaitu : a.
Untuk pemecahan permasalahan intern terdapat dua langkah sebagai berikut : −
Perlu adanya perekrutan pegawai negeri sipil baru yang ahli di bidang pariwisata (khususnya pengelolaan dan pengembangan pariwisata) dengan rekomendasi minimal yaitu tingkat sarjana (S1) Pariwisata.
−
Memperjelas status kepemilikan wisata Jangari secara hukum.
−
Untuk mengoptimalkan pengelolaan kawasan wisata tirta Jangari, perlu dibuat SOP (standar operating procedure) pengelolaan kawasan wisata dan peta potensi kawasan wisatanya.
Serta dalam pelaksanaan pengelolaannya tetap
berprinsip pada tripilar sustainable development yaitu : kelestarian ekologi, kelestarian budaya masyarakat setempat dan memberikan kontribusi terhadap sosial perekonomian masyarakat setempat. b.
Menggali, menata dan mengembangkan seluruh potensi pariwisata, seni dan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur.
c.
Meningkatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata, seni dan budaya serta mendayagunakan setiap kegiatan kepariwisataan seni dan budaya untuk dapat bermanfaat secara menyeluruh bagi kegiatan masyarakat Kabupaten Cianjur.
d.
Perlu adanya revisi kebijakan SK Bupati Cianjur Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Perda Nomor 22 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, yakni mengenai pembagian hasil pemungutan di kawasan Wisata Cibodas. Praktek di Obyek-obyek Wisata Kabupaten Cianjur
Kegiatan praktek kerja lapang yang dilaksanakan di beberapa lokasi wisata di Kabupaten Cianjur (terlaksana di empat lokasi wisata Cianjur), sekiranya cukup mewakili beberapa keterangan khusus mengenai beberapa sistem
43 pengelolaan kawasan wisata yang dilaksanakan di beberapa daerah tujuan wisata tersebut. Adapun beberapa obyek wisata yang dianggap cukup mewakili dalam hal perbedaan sistem pengelolaan kawasan wisatanya, sehingga kawasan wisata tersebut bisa dikatakan lebih berkembang dan maju, yaitu : Kebun Raya Cibodas Kegiatan praktek kerja lapang di Kebun Raya Cibodas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (KRC, LIPI), dilaksanakan selama satu minggu (lima hari kunjungan) yakni pada tanggal 9 Mei 2006 sampai dengan tanggal 13 Mei 2006, dengan kegiatan yang bervariasi setiap harinya. Dari beberapa kegiatan yang diikuti selama berada di lokasi KRC, LIPI, didapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan umum mengenai pengelolaan yang baik dan sistem perkantoran yang efektif dan efisien pelaksanaannya. Pengelolaan yang baik adalah pengelolaan yang dilaksanakan oleh seseorang yang ahli di bidangnya sesuai dengan SOP (standar operating procedure) yang telah disepakati, didapatkan, dipelajari dan diimplementasikan dalam lingkup organisasi dengan tetap adanya proses sosialisasi dengan rekan kantor yang lain.
Begitu pula dengan sistem
perkantoran yang efektif dan efisien adalah adanya pemahaman dalam pelaksanaan tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap pegawai suatu organisasi, sehingga setiap proses penyelesaian pekerjaan difokuskan oleh seseorang yang mengemban tugas tersebut dengan tetap melibatkan orang lain apabila pekerjaan tersebut dirasakan sulit untuk dikerjakan sendiri. Selain ilmu dan wawasan tentang pengelolaan yang didapat, berikut ini beberapa kegiatan yang diikuti selama berada di kawasan KRC, LIPI, sebagai berikut : 1.
Konfirmasi awal pelaksanaan praktek sekaligus wawancara Kegiatan konfirmasi sekaligus wawancara awal ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9 Mei 2006 pukul 08.15 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB. Kegiatan konfirmasi dan wawancara ini ditujukan kepada Koordinator Jasa dan Informasi KRC, LIPI, Bapak Solehuddin, S.IP. Adapun output dari kegiatan ini yaitu diijinkannya mahasiswa praktek untuk melakukan kegiatan praktek di Kebun Raya Cibodas, LIPI, dan didapatkan pula data awal sistem pengelolaan yang dilaksanakan di kawasan KRC, LIPI. Sistem pengelolaan yang diterapkan yaitu pengelolaan intensif oleh staf dan / atau pun pegawai resmi KRC, LIPI, tanpa adanya pihak luar yang terlibat, sebagai contoh, dalam pengelolaan tiket hanya dilaksanakan berdasarkan
44 SOP (standar operating procedure) KRC, LIPI yang ada, yaitu pelaksana yang bertugas mengelola tiket tidak melibatkan pihak luar dan hanya dilaksanakan oleh staff resmi Kebun Raya Cibodas.
Beberapa hal
mendasar yang mengharuskan pelaksanaannya sesuai SOP, adalah untuk menghindari tingkat kebocoran sistem pengelolaan kawasan baik dari aspek finansial atau pun kinerja pengelolaannya. 2.
Penelusuran data Kegiatan penelusuran data dilaksanakan selama 3 hari, yaitu pada tanggal 9 Mei 2006, 10 Mei 2006 dan tanggal 11 Mei 2006. Data yang berhasil dikumpulkan selama 3 hari yaitu berupa data kondisi umum kawasan, data pengelolaan karcis masuk KRC, LIPI, data program kerja yang terlaksana pada tahun 2004, data jumlah pengunjung tahun 2005 sebagai bahan perbandingan dengan data yang ada di Pemda, dan peta kawasan KRC, LIPI (Lampiran 7).
3.
Mengikuti diskusi “Nepenthes” Kegiatan diskusi “Nepenthes” dengan pelaksana dari Divisi Nepenthes Indonesia, dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11 Mei 2006 pukul 09.30 sampai dengan selesai. Acara yang dilaksanakan oleh Divisi Nepenthes Indonesia kerjasama dengan KRC, LIPI ini bertempat di Guest House Medinila dengan rangkaian kegiatan terdiri dari kegiatan presentasi dan diskusi serta dilaksanakan juga implementasi pembudidayaan Nepenthes yang bertempat di rumah kaca KRC, LIPI.
4.
Senam pagi bersama Kegiatan senam pagi bersama ini dilaksanakan di lapangan parkir KRC, LIPI, setiap hari Jumat pagi pukul 07.15 WIB sampai dengan pukul 08.30 WIB. Agenda kegiatan olahraga senam pagi bersama ini bertujuan untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani dan sekaligus juga sebagai agenda hiburan untuk semua staff / pegawai KRC, LIPI setiap minggunya.
5.
Observasi pola distribusi pengunjung Kegiatan observasi pola distribusi pengunjung dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2006 pukul 08.15 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Output kegiatan observasi pola distribusi pengunjung berupa data kedatangan pengunjung (maksimal) dan pola kepulangan pengunjung (waktu), serta pola kegiatan pengunjung. Setiap pengunjung yang datang pada akhir minggu rata-rata untuk melakukan kebaktian di beberapa lokasi
45 / lapak KRC, LIPI dengan puncak waktu kedatangan sekitar pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB, dan puncak kepulangan pengunjung sekitar pukul 13.45 WIB sampai dengan pukul 14.30 WIB (Observasi Lapang, 2006).
Selama berada di lokasi Kebun Raya Cibodas, LIPI,
pengunjung melakukan berbagai kegiatan dengan memanfaatkan lahan dan sarana yang tersedia di kawasan KRC, LIPI. Sebagai contoh kegiatan pengunjung yang dilaksanakan berupa permainan bola plastik di lapangan rumput yang telah disediakan oleh pengelola Kebun Raya Cibodas, LIPI, kegiatan makan bersama di bawah pohon yang rindang, serta kegiatan hiburan bersama berupa permainan sederhana di beberapa lokasi / lapak yang sejuk dan datar atau pun bahkan di antara pepohonan yang rindang. Kebun Raya Cibodas terletak di kaki Gunung Gede Pangrango, tepatnya di Jalan Cibodas, Rarahan Desa Cimacan, Kecamatan Cipanas dengan jarak 17 km dari pusat Kota Cianjur. Pengelolaannya berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kebun Raya Cibodas merupakan kawasan
konservasi alam / cagar alam dengan luas 125 Ha. Koleksi pepohonan langka dan tidak langka yang dimilikinya berjumlah 5.831 tanaman terdiri dari 1.206 contoh spesies, serta fauna kera dan babi hutan.
Daya tarik wisata lainnya
adalah Air Terjun Ciismun, Air Terjun Cibogo, rumah kaca dengan koleksi kaktus (350 spesies), anggrek (360 spesies), dan tanaman langka yang beraneka ragam, serta taman dengan air mancur.
Kebun raya yang terletak pada
ketinggian 150 m dpl ini memiliki iklim yang sejuk dan lingkungan alam yang bersih dan tertata.
Ireng84 Documentation
Ireng84 Documentation
(a)
Ireng84 Documentation
(c)
(b)
Ireng84 Documentation
(d)
46
Gambar 3. Fasilitas KRC, LIPI : (a) Guest House; (b) Kantin; (c) Mushola; dan (d) WC atau Toilet Sebagai obyek wisata, Kebun Raya Cibodas telah memiliki fasilitas wisata yang cukup lengkap dengan kondisi yang baik meliputi lahan parkir, MCK, shelter, gazebo, mesjid, ruang pertemuan, rumah kaca, sarana interpretasi dan pemandu wisata.
Selain fungsinya sebagai tempat rekreasi, Kebun Raya
Cibodas berfungsi sebagai laboratorium hidup untuk penelitian dan sarana pendidikan. mengamati
Aktivitas wisata yang dapat dilaksanakan antara lain rekreasi, koleksi
tanaman,
olah
raga
dan
menikmati
pemandangan
pegunungan dan hutan. Untuk mencapai lokasi, telah tersedia angkutan desa dan ojeg dengan prasarana jalan aspal berkualitas baik.
Pintu gerbang utama Kebun Raya
Cibodas terletak di kaki Gunung Gede Pangrango kira-kira 40 km sebelah tenggara kota Bogor, 25 km sebelah barat dari Cianjur dan terletak hanya 5 km dari Cimacan yang berada di tepi jalan raya utama yang menghubungkan Jakarta / Bogor dan Bandung lewat jalur Puncak. Lokasi Kebun Raya Cibodas dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan umum jurusan Cipanas – Rarahan – Cibodas. Pengelolaan karcis masuk KRC, LIPI.
Di dalam sistem ticketing di
kawasan Kebun Raya Cibodas, LIPI, yang dilaksanakan oleh staff resmi KRC, LIPI, terdapat beberapa kebijakan mendasar.
Kebijakan mendasar tersebut
berlaku untuk setiap rombongan instansi sekolah yang akan berkunjung ke kawasan wisata KRC, LIPI, dimana terlebih dahulu instansi sekolah yang bersangkutan telah mengajukan proposal permohonan keringanan karcis masuk, yakni satu minggu sebelum rombongan instansi sekolah tersebut melaksanakan kunjungan. Kebijakan yang diberikan oleh pengelola Kebun Raya Cibodas, LIPI, terhadap rombongan instansi sekolah adalah : 1.
Anak sekolah / siswa / mahasiswa dengan jumlah yang lebih banyak (misalnya : 80 orang untuk satu bis), maka karcisnya dihitung setengahnya, yakni sekitar 40 karcis masuk (orang) ditambah dengan karcis masuk kendaraan. Kebijakan diskon setengahnya in hanya berlaku untuk usia di bawah usia dewasa.
47 2.
Tarif (harga) karcis masuk yang berlaku / dikenakan pada pengunjung adalah sebagai berikut : Hari Kerja −
Dewasa / anak-anak
Rp. 4.000,- per orang
−
Mobil
Rp. 10.000,-
−
Sepeda motor
Rp. 1.000,-
Hari Minggu / Libur −
Dewasa / anak-anak
−
Untuk hari Minggu / Libur semua jenis kendaraan dilarang memasuki
Rp. 4.000,- per orang
kawasan Kebun Raya Cibodas. Program kerja yang terlaksana pada tahun 2004. Kegiatan yang cukup menonjol di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, LIPI adalah : program Pendidikan lingkungan (pepeling) dan proyek pekerjaan infrastruktur (fisik)
kawasan khusus
KRC,
LIPI
yang
diberikan pemerintah
Departemen Kimpraswil (sekarang Departemen PU).
melalui
Program Pendidikan
Lingkungan (Pepeling) yang ditujukan untuk anak sekolah dan kegiatan reintroduksi tanaman asal Jawa, khususnya tanaman yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Berdasarkan informasi, bahwa
program pepeling ini telah berkembang menjadi paket wisata utama (andalan) Kebun Raya Cibodas, LIPI, yang diperuntukan bagi siswa SD sampai dengan SMA. Tarif harga yang diberlakukan untuk mengikuti kegiatan pepeling ini adalah Rp. 100.000,- per rombongan (10 – 20 orang). Kepuasan pengunjung. Berdasarkan hasil interview dengan pengelola dan beberapa pengunjung yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2006, didapatkan data mengenai kepuasan pengunjung selama berada di kawasan Kebun raya Cibodas, LIPI.
Kepuasan pengunjung tersebut meliputi
aspek sebagai berikut : 1.
Aspek Kebersihan Pengunjung memberikan kesan dan kepuasannya (dengan nilai kepuasan “baik”) terhadap kebersihan kawasan Kebun Raya Cibodas. Adapun halhal yang mendukung alasan pengunjung memberikan penilaian “baik” tersebut adalah dikarenakan dalam pemprosesan sampah dilaksanakan sebagai berikut :
48 −
Sampah bawaan pengunjung (plastik, kertas, kardus, sampah anorganik lainnya), diproses atau ditangani dengan dua cara : (a) kerjasama dengan pemulung (masyarakat sekitar); (b) pengumpulan
menggunakan
bak-bak
penampungan
proses sampah
(Gambar 4) yang telah disediakan oleh pihak pengelola, kemudian dilakukan pengangkutan setiap harinya dengan menggunakan kendaraan ke tempat pembuangan akhir terpilih di kawasan KRC, LIPI untuk selanjutnya segera dibakar / dihancurkan. −
Sampah organik (daun ranting), diproses atau dibersihkan setiap hari dengan cara penyapuan lapangan, jalan aspal dan jalan gigo kemudian dikumpulkan dan diangkut ke tempat pembuangan akhir kompos (Gambar 4) untuk selanjutnya diolah menjadi pupuk kompos.
Personal Documentation
Personal Documentation
(a)
(b)
Gambar 4. Sarana Kebersihan KRC, LIPI : (a) Bak Penampungan Sampah dan (b) Tempat Pembuangan Akhir Sampah Organik 2.
Aspek Keamanan Pada aspek keamanan dilakukan sepenuhnya oleh petugas keamanan (satpam) KRC, LIPI, yakni melalui : −
Penjagaan di tiap gerbang masuk kawasan KRC, LIPI
−
Patroli ke setiap sudut kawasan KRC, LIPI
−
Penerimaan informasi dari beberapa orang masyarakat (pemulung, masyarakat lokal, pedagang dan penjaja tikar / alas duduk) mengenai situasi keamanan dan ketentraman atau pun kondisi kebersihan di tempat
mereka berada.
Disamping itu, keamanan kawasan pun
dilaksanakan di kawasan KRC, LIPI melalui kerjasama dengan masyarakat lokal yang mendapat ijin melakukan kegiatan usaha di dalam
kawasan
KRC,
LIPI
dengan
beberapa
persyaratan,
diantaranya : (a) membantu menjaga kebersihan kawasan KRC, LIPI;
49 dan (b) membantu menjaga dan melaporkan keamanan kawasan KRC, LIPI ke satuan pengamanan dan / atau ke pengelola KRC, LIPI. 3.
Aspek Pelayanan Jasa dan Informasi kepada Pengunjung Aspek pelayanan jasa dan informasi ke pengunjung dilakukan dengan baik oleh petugas terkait yang dilihat dari pengetahuan kawasan KRC, LIPI, benar-benar menguasai informasi penting Kebun Raya Cibodas (terdiri dari : sistem tiket tanda masuk, layanan fasilitas : guest house, peraturan KRC, LIPI dan lain-lain) yang berlaku demi terciptanya kepuasan pengunjung. Adapun data lainnya yang berhasil dikumpulkan adalah data jumlah
pengunjung tahun 2005 sebagai bahan perbandingan dengan data pengunjung kawasan Cibodas yang ada di Pemda (Dishubpar Cianjur).
Berdasarkan
informasi dari pengelola KRC, LIPI didapatkan jumlah pengunjung Kebun Raya Cibodas pada tahun 2005 adalah sejumlah 554.967 orang (termasuk wisnus dan wisman). Data jumlah pengunjung yang berhasil dikumpulkan oleh pengelola KRC, LIPI ini berdasarkan data faktual penghitungan jumlah orang (individu) yang masuk (berkunjung) ke kawasan wisata Kebun Raya Cibodas. Sedangkan berdasarkan informasi dari pemda Kabupaten Cianjur (Dishubpar Cianjur), jumlah pengunjung yang terdata di kawasan wisata Cibodas pada tahun 2005 adalah sejumlah 418.224 orang (termasuk wisnus dan wisman). Data jumlah pengunjung yang berhasil dikumpulkan dan direkap oleh petugas lapang Dinas Perhubungan dan Pariwisata ini berdasarkan data jumlah terjualnya karcis tiket tanda masuk kawasan wisata Cibodas. Apabila dilakukan perbandingan antara data jumlah pengunjung dari pengelola KRC, LIPI, dan Pemda, terdapat selisih yang sangat besar yaitu sebesar 136.743 orang.
Selisih yang besar ini
dikarenakan adanya perbedaan sistem penghitungan dan bisa juga dikatakan sebagai perbedaan sistem pengelolaan antara pengelola KRC, LIPI dengan Pemda Kabupaten Cianjur (Dinas Hubpar Cianjur). Obyek Wisata Tirta Jangari Pelaksanaan praktek di obyek wisata Tirta Jangari dilaksanakan selama tiga hari kunjungan lapang, yaitu pada tanggal 11 April 2006, 16 Mei 2006 dan 17 Mei 2006. Pelaksanaan observasi awal pada hari Senin tanggal 11 April 2006 pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB meliputi kegiatan pendokumentasian potensi wisata (sumberdaya alam dan kegiatan nelayan) di Jangari dan wawancara harapan pengembangan kawasan wisata selanjutnya
50 dengan masyarakat setempat (pedagang). Atraksi wisata sebagai potensi wisata Jangari
yang
berhasil
dikumpulkan
yaitu
berupa
keindahan
panorama
sumberdaya alam dan kegiatan nelayan sewaktu memperbaiki kapal / perahu yang rusak.
Sedangkan data harapan dan keinginan masyarakat setempat
terhadap pengembangan kawasan wisata tirta Jangari ini adalah harapan agar diadakan penataan yang lebih baik terhadap kawasan dermaga, kios wisata, jalur transportasi, kawasan jaring terapung dan pembangunan sarana istirahat berupa pondok wisata. Kegiatan selanjutnya yaitu observasi lanjutan pada hari Selasa dan Rabu tanggal 16 Mei 2006 dan 17 Mei 2006, masing-masing pukul 08.30 WIB sampai dengan 12.30 WIB dan pukul 10.15 WIB sampai dengan pukul
14.40 WIB.
Kegiatan observasi lanjutan ini bertujuan untuk mendapatkan data kondisi umum lokasi wisata Jangari, potensi atraksi, potensi fasilitas dan aksesibilitas menuju ke dan dari Wisata Jangari. Untuk mendapatkan data itu, maka dilaksanakan kegiatan wawancara dengan petugas lapang di lokasi (Jangari).
Ireng84 Documentation
(a)
Ireng84 Documentation
(b)
Gambar 5. Potensi Daya Tarik Wisata di Daerah Tujuan Wisata Tirta Jangari, Cianjur : (a) Panorama Sumberdaya Alam dan (b) Aktivitas Nelayan di Jangari Obyek wisata Jangari – Waduk Cirata terletak di Desa Bobojong, Kecamatan Mande. Berjarak ± 17 km dari pusat Kota Cianjur. Pengelolaan Jangari – Waduk Cirata berada di bawah naungan Badan Pengelola Waduk Cirata, kerjasama dengan Dinas Perikanan dan Peternakan dan Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. Danau Waduk Cirata – Jangari merupakan danau buatan yang terbentuk pembendungan Sungai Citarum.
Obyek wisata ini memiliki daya tarik utama
yang sama dengan obyek wisata Danau / Waduk Calincing yaitu berupa danau / waduk yang dimanfaatkan sebagai tempat peternakan ikan menggunakan jaring terapung. Perbedaannya dengan Danau / Waduk Calincing adalah kawasannya
51 lebih luas, dan pemandangan alamnya lebih baik serta perkembangan sarana dan prasarana yang sudah lebih lengkap dan cukup baik. Kondisi obyek wisata ini juga terlihat kurang tertata sebagai tempat berwisata karena permukaan danau dipenuhi oleh jaring-jaring terapung dan tempat tinggal nelayan. Secara umum, kualitas lingkungan alam di kawasan tersebut sangat rendah karena jumlah dan tata letak fasilitas yang tidak teratur dan pemanfaatan sumberdaya air untuk peternakan ikan yang berlebihan. Fasilitas wisata di obyek wisata ini lebih bervariasi bila dibandingkan dengan Waduk Calincing, yaitu berupa gerbang pintu masuk, mushola, menara pandang (fakta 2006 : tidak tersedia / rusak), perahu motor yang disewakan, MCK, warung-warung makan, lahan parkir yang cukup memadai, serta dermaga perahu. Kegiatan wisata yang dapat dilaksanakan di lokasi adalah berperahu, memancing, membeli ikan, serta bersepeda air. Kegiatan wisata di danau ini terbatas pada berperahu melayari danau, membeli ikan, memancing di lapak pemancingan yang tersedia. Kegiatan lain yang bisa dimanfaatkan sebagai kegiatan wisata potensial adalah berperahu mengunjungi area-area jaring terapung. Selain itu, daratan di sekeliling danau yang cukup luas memiliki potensi untuk dikembangkan untuk kegiatan rekreasi dan piknik. Akan tetapi harus dipertimbangkan kepemilikan jaring terapung yang sebagian besar dimiliki pihak swasta yang rata-rata kurang bisa menerima pengunjung yang datang sekedar untuk melihat-lihat peternakan ikan mereka. Pemanfaatan danau sebagai aktivitas peternakan ikan yang disertai dengan keterbatasan fasilitas dan aktivitas wisata menjadikan kawasan ini tidak menarik untuk dikunjungi. Sehingga, dalam mengatasi hal ini perlu dilaksanakan langkah pendekatan (sosialisasi) dengan pengusaha jaring terapung di lokasi (Jangari). Selain itu dari aspek aksesibilitas, sarana dan kondisi jalan akses menuju danau sudah cukup baik, dengan kualitas jalan sebagian beraspal.
Sarana
transportasi umum yang dapat digunakan menuju ke Obyek Wisata Tirta Jangari berupa angkutan kota (berwarna biru, di Ramayana Cianjur) dan ojeg. Obyek Wisata Ziarah Makam Abdi Dalem Cikundul Kunjungan lapang yang dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 28 Mei 2006 pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB menghasilkan data berupa hasil dokumentasi kawasan wisata ziarah makam Abdi Dalem Cikundul, (gerbang masuk kawasan, kondisi sarana jalan, kondisi letak lapangan parkir dan pola pergerakan pengunjung di dalam kawasan) dan data kondisi umum
52 kawasan. Dari hasil observasi juga didapatkan data bahwa pengunjung yang datang ke kawasan wisata ziarah makam Abdi Dalem Cikundul ini dominan berasal dari wilayah Jabotabek, dimana rata-rata pengunjung yang datang terdiri dari rombongan dan keluarga. Obyek Wisata Ziarah Makam Abdi Dalem Cikundul merupakan salah satu obyek daya tarik wisata budaya dan peninggalan di Kabupaten Cianjur. Makam Abdi Dalem Cikundul terletak di Desa Cijagang, Kecamatan Cikalongkulon atau ± 22 km dari pusat Kota Cianjur dan dikelola oleh Yayasan Wargi Cikundul. Daya tarik utama adalah makam Sembah Dalem Cikundul yang dikenal dengan gelar Raden Aria Wira Tanu yang merupakan pendiri Cianjur.
Nilai
sejarah yang terkandung pada makam ini berkaitan dengan pendirian Cianjur pada abad XVII dengan pusat kepemerintahan di Cikundul, sehingga menambah daya tarik wisata tersendiri. Daya tarik lainnya adalah Upacara Tawasul setiap malam Jumat yang dilaksanakan pada pukul 21.00 – 24.00, kegiatan berdoa kepada Alloh SWT. Kompleks makam ini memiliki luas sebesar 2,5 Ha.
Ireng84 Documentation
(a)
Ireng84 Documentation
(c)
Ireng84 Documentation
(b)
Ireng84 Documentation
(d)
Gambar 6. Kawasan Wisata Ziarah Cikundul : (a), (b) Gerbang Masuk Kawasan; (c), (d) Pola Pergerakan Pengunjung di Dalam Kawasan Fasilitas wisata yang tersedia adalah pondok wisata milik Pemda dengan kapasitas 10 kamar yang berada di dekat lapangan parkir, warung makan
Ireng84Documentation
(a)
Ireng84 Documentation
(b)
53 sederhana, gerbang masuk dan 10 unit WC umum di dekat lapangan parkir dan sekitar makam-makam. Selain itu terdapat pemandu wisata yang merangkap sebagai juru kunci. Aktivitas wisata didominasi oleh kegiatan berziarah serta melihat-lihat Makam Dalem Cikundul.
Gambar 7. (a) Kondisi Tempat Parkir Cikundul dan (b) Kondisi Jalan ke Cikundul Jalan akses menuju lokasi relatif sulit dicapai karena letaknya yang cukup jauh dengan medan yang berbukit-bukit serta jalan berliku-liku.
Jalan akses
berupa batuan dengan kualitas kurang baik. Taman Bunga Nusantara Kegiatan penelusuran data tentang kawasan Taman Bunga Nusantara dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2006 dan 28 Juli 2006. Adapun pihak yang dituju dalam mendapatkan informasi tentang kawasan dan pengelolaannya adalah Bu Yesi dan Pak Roy sebagai staff resmi pengelola kawasan Taman Bunga Nusantara. Output kegiatan ini berupa data kondisi umum kawasan dan data hasil wawancara dengan pengelola mengenai sistem pengelolaan yang terlaksana di kawasan Taman Bunga Nusantara.
Sistem pengelolaan yang
dilaksanakan di kawasan Taman Bunga Nusantara tidak jauh berbeda dengan sistem pengelolaan yang ada di KRC, LIPI, yaitu berdasarkan SOP (standar operating procedure) yang ada.
SOP yang dimaksud dalam pengelolaan
kawasan wisata yaitu mengenai tata cara setiap langkah dalam pengelolaan yang
dijalankan,
baik
dalam
pengelolaan
sumberdaya
alam,
ticketing,
kebersihan, keamanan dan pengelolaan sumberdaya manusianya. Taman Bunga Nusantara terletak di Desa Kawungluwuk, Kecamatan Sukaresmi dengan jarak ± 17 km dari pusat Kota Cianjur.
Taman Bunga
Nusantara ini merupakan daerah tujuan wisata di Kabupaten Cianjur yang paling diminati oleh para pengunjung dari berbagai pelosok daerah, baik itu datang secara rombongan (mass tourism) ataupun secara individual / special interested
54 tourism. Taman ini dikelola oleh PT. Sarana Kusuma Inti Makmur Nusantara, yang didirikan dan diresmikan pada tanggal 10 September 1995. Taman Bunga Nusantara merupakan obyek wisata yang dibangun untuk kegiatan wisata dengan luas 23 Ha (Lampiran 8. Peta Kawasan Taman Bunga Nusantara). Sehingga obyek dan daya tarik wisata di kawasan Taman Bunga Nusantara ini tergolong pada jenis obyek daya tarik wisata buatan (sengaja dibangun untuk kepentingan wisata). Daya tarik wisata utamanya adalah koleksi bunga-bungaan yang ditanam pada taman-taman dengan tema negara-negara, seperti Taman Perancis, Taman Mediterania, Taman Jepang, Taman Bali, Taman Amerika, dan taman dengan tema spesifikasi jenis bunga seperti Taman Air, Taman Mawar, Taman Palem dan Taman Labyrinth. Koleksi yang dimilikinya sangat beragam, mulai dari yang umum hingga spesifik dan khas seperti teratai raksasa khas Amerika, bunga Kamboja, aneka helikonia, aneka palem, aneka kaktus, aneka hibiscus dan lain-lain. Atraksi wisata lainnya adalah rumah kaca, mini theater Raflesia yang merupakan wahana informasi mengenai Taman Bungan Nusantara secara lengkap melalui audio visual, area piknik berdaya tampung 1.000 s.d. 3.500 orang; danau angsa yang memiliki angsa hitam yang didatangkan dari Australia dan Eropa, angsa putih, dan ikan serta aneka unggas, serta wahana bermain anak-anak yaitu wahana Alam Imajinasi. Fasilitas wisata di Taman Bunga Nusantara sudah sangat lengkap dengan tingkat perawatan yang sangat baik. Fasilitas wisata yang ada antara lain pintu gerbang, tempat parkir mobil dan bis, ruang informasi, kantor manajemen, ruang P3K, ruang keamanan, coffee shop, terminal wira-wiri dengan kendaraan wirawiri dan halte wira-wiri, kereta dotto, telepon umum, mushola, toilet, plaza I, plaza II, jam taman, kios makan, amphitheater, menara pandang, restoran, saung aki dan saung nini, bina usaha flora, Puskopbindo, serta fasilitas permainan anakanak. Dengan fasilitas wisata yang begitu lengkap, maka aktivitas wisata yang dilaksanakan juga sangat banyak dan bervariasi seperti menikmati dan mengamati taman bunga, bermain dan berekreasi di lokasi piknik dan alam imajinasi, berbelanja, naik kendaraan wira-wiri dan kereta dotto, berfoto-foto, menggali informasi mengenai bunga-bunga di teater yang sudah disediakan dan lain sebagainya. Kondisi aksesibilitas menuju Taman Bunga Nusantara sudah cukup baik. Ketersediaan jalan dengan kualitas yang baik dan transportasi umum angkutan kota dan ojeg sangat memudahkan pencapaian pengunjung ke lokasi.
55 Struktur Organisasi.
Taman Bunga Nusantara adalah asset yang
manajemennya dikelola oleh PT. Sarana Kusuma Inti Makmur Nusantara yang dipimpin oleh seorang Direktur Utama, dimana dalam menjalankan tugasnya berada di bawah pengawasan Komisaris.
Direktur Utama membawahi lima
bagian direksi yaitu, Direktur Umum dan Personalia, Direktur Administrasi dan Keuangan, Direktur Konsensi, Direktur Operasional dan Pengembangan serta Direktur Hortikultura dan Lingkungan. Direktur Umum dan Personalia dibantu oleh seorang Manajer Umum dan Personalia.
Manajer Umum
dan Personalia selaku Senior Manajer dalam
menjalankan tugasnya diwakili oleh dua junior manajer yaitu Bagian Umum dan Personalia dan satu lagi khusus di bagian marketing.
Bagian Marketing ini
merupakan bagian yang lebih banyak melakukan kontak langsung dengan pengunjung.
Segala macam urusan meliputi reservasi rombongan, informasi
tentang Taman Bunga Nusantara secara lebih lengkap, pemesanan tempat untuk berbagai acara, pengambilan gambar bagi pihak media massa maupun media cetak, maupun civitas akademika yang tertarik untuk melakukan penelitian maupun kegiatan magang, berhubungan secara langsung dengan pihak Marketing Taman Bunga Nusantara. Demikian pula untuk masing-masing Senior Manajer Divisi, Junior Manajer Departemen sampai pada staf atau supervisor. Komposisi tenaga kerja Taman Bunga Nusantara secara keseluruhan berdasarkan status pegawai untuk tahun 2003 berdasarkan laporan hasil Rapat Umum Pemegang Saham 2003, yang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2004, mencapai kurang lebih 205 orang, dimana jumlah tersebut tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya (2002). Berdasarkan status pegawai, tenaga kerja Taman Bunga Nusantara antara lain berstatus sebagai direksi, karyawan tetap, karyawan kontrak, pelaksana harian dan tenaga kerja paruh waktu. Selain itu berdasarkan tingkat pendidikan, tenaga kerja Taman Bunga Nusantara terbesar memiliki pendidikan akhir Sekolah Dasar, dimana mereka sebagian besar adalah tenaga kerja di lapangan, seperti bagian lingkungan yang meliputi kebersihan taman dan fasilitas, pohon dan perdu, dimana pada bagian ini tidak diperlukan keahlian-keahlian khusus.
Disamping itu, sebagian besar
tenaga kerja Taman Bunga Nusantara adalah warga atau masyarakat sekitar lingkungan Taman Bunga Nusantara. Additional Information
56 Sebagai tambahan informasi, bahwa kantor Dinas Perhubungan dan Pariwisata Cianjur, mengelola beberapa kawasan wisata yang di dalamnya terdapat beberapa daerah tujuan wisata, diantaranya : Kawasan Wisata Cibodas Di kawasan wisata Cibodas terdapat empat daerah tujuan wisata (obyek wisata) yang potensial untuk dikunjungi. Empat daerah tujuan wisata (obyek wisata) tersebut, yaitu : Kebun Raya Cibodas (telah dijelaskan), Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Bumi Perkemahan Mandala Kitri dan Wana Wisata Mandala Wangi.
Perlu diketahui juga bahwa dalam pelaksanaan
pengelolaan kawasan wisata (intern tourism object) empat daerah tujuan wisata (obyek wisata) tersebut dikelola oleh masing-masing instansi yang bersangkutan (dalam artian tidak adanya keterlibatan Pemda Kabupaten Cianjur dalam aspek pengelolaan intern kawasan, diantaranya : pengelolaan sumberdaya wisata, pengelolaan distribusi pengunjung di dalam kawasan, pengelolaan ticketing, pengelolaan jasa dan informasi kawasan), sebagai contoh daerah tujuan wisata Kebun
Raya
Cibodas
sepenuhnya
dikelola
oleh
LIPI
(Lembaga
Ilmu
Pengetahuan Indonesia) dari aspek pengelolaan kawasan (intern) Kebun Raya Cibodas, daerah tujuan wisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) sepenuhnya dikelola oleh Balai TNGGP, daerah tujuan wisata Wana Wisata Mandala Wangi sepenuhnya dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KPH Cianjur serta daerah tujuan wisata Bumi Perkemahan Mandala Kitri pun sepenuhnya dikelola oleh Yayasan Pramuka Kwarting Cabang (Kwarcab) Cianjur, dalam aspek sumberdaya wisata (intern) kawasan. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terletak di Kecamatan Cipanas dengan jarak 17 km dari Kota Cianjur dan 103 km dari ibukota Jakarta. Pengelolaannya berada di bawah naungan PHPA dan Departemen Kehutanan. TNGGP merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang memiliki keragaman flora, seperti bunga edelweiss, dan fauna sebagai obyek atraksi wisata. Atraksi wisata lain yang menarik untuk dikunjungi adalah Air Terjun Cibeureum, kawah-kawah yang aktif (Kawah Ratu, Wadon dan Lanang), dan beberapa puncak gunung yang digemari para pendaki (Puncak Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Mandala Wangi, Gunung Gumuruh, dan Gunung Sukaratu). TNGGP memiliki luas 15,96 Ha dengan ketinggian Gunung Gede 2.958 m dpl dan Gunung Pangrango 3.019 m dpl.
57 Fasilitas wisata yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango cukup memadai dan lengkap, diantaranya areal perkemahan, pusat informasi, shelter, pos jaga, MCK, sarana interpretasi (papan informasi), tempat parkir, warung makan / kios serta gerbang pintu masuk. Aktivitas wisata yang dapat dilaksanakan antara lain pendakian gunung dan berkemah.
Untuk kegiatan
hiking / mendaki sudah tersedia jalur lintas daki. Aktivitas pendakian Gunung Gede dan Gunung Pangrango dapat dikategorikan sebagai aktivitas minat khusus dengan jalur-jalur pendakian yang cukup sulit dan dapat dijangkau melalui 3 pintu masuk yang terdapat di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Dari aspek aksesibilitas ke lokasi TNGGP, dapat dipastikan dengan fakta bahwa kondisi aksesibilitas menuju Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sangat baik dengan kondisi jalan (hasil survey, 2006) agak berlubang pada titik akses rawan (turunan / tanjakan dan belokan). Jalan akses beraspal dengan lebar 5 meter dan panjang 4 km. Untuk mencapai lokasi terdapat angkutan desa dan ojeg dari jalan raya Bandung – Jakarta. Wana Wisata Mandala Wangi.
Lokasi Wana Wisata Mandala Wangi
terletak tidak berjauhan dengan Bumi Perkemahan Mandala Kitri dan masih dalam wilayah administrasi yang sama yaitu di Desa Cimacan, Kecamatan Cipanas. Wana Wisata Mandala Wangi ini dikelola oleh Perum Perhutani KPH Cianjur. Mandala Wangi sebagai kawasan wana wisata milik Perum Perhutani, memiliki daya tarik wisata utamanya berupa area perkemahan seluas ± 10 Ha dengan iklim sejuk, pemandangan pegunungan Gunung Gede Pangrango dalam lingkungan ekosistem hutan pinus, kayu putih dan damar. Dengan kontur lahan yang berbukit-bukit dan suasana alam yang teduh menjadikan wana wisata ini menarik dan nyaman. Obyek atraksi wisata berupa danau dan pemandian alam menambah nilai daya tarik wisata alam di kawasan ini. Pada aspek fasilitas dan aktivitas wisata atau lebih umum disebut sarana akomodasi dan aktivitas wisata ini sangat dibutuhkan untuk menunjang daya tarik wisata. Maka daripada itu, sarana akomodasi di wana wisata ini tersedia berupa fasilitas-fasilitas berupa lahan perkemahan, sepeda air, dan tempat pemandian alam. Fasilitas utama penunjang kegiatan berkemah berupa MCK, mushola, dan warung-warung makan dengan kondisi yang kurang memadai; MCK yang tersedia tidak terawat, serta bentuk dan tata letak warung makan /
58 kios tidak sesuai dengan tema atraksi. Aktivitas wisata yang dapat dilaksanakan selain berkemah adalah rekreasi dan outbound (fasilitas peralatan kegiatan outbound tidak disediakan). Sedangkan pada aspek aksesibilitas, yakni jalan akses untuk mencapai lokasi Wana Wisata Mandala Wangi ini sangat mudah dengan kondisi jalan beraspal, lebar 4 meter. Jalan akses ini merupakan jalan yang sama dengan jalur menuju Kebun Raya Cibodas dan Bumi Perkemahan Mandala Kitri. Jalan setapak di sekitar areal perkemahan memiliki kondisi cukup baik.
Sarana
transportasi umum yang tersedia adalah angkutan desa dan ojeg. Bumi Perkemahan Mandala Kitri.
Obyek dan daya tarik wisata Bumi
Perkemahan Mandala Kitri terletak di Jalan Cibodas, Rarahan, Kecamatan Pacet. Bumi Perkemahan ini dikelola oleh Yayasan Pramuka Kwartir Cabang Cianjur. Bumi Perkemahan Mandala Kitri merupakan tempat perkemahan yang diperuntukan untuk anak-anak dan biasanya diisi oleh para pramuka dan pelajar. Dengan areal seluas 5 Ha, bumi perkemahan ini mampu menampung sekitar 1.000 orang. Bentukan lahan yang mayoritas datar dengan tanaman pepohonan pinus, kayu putih dan damar menjadikan areal perkemahan ini menjadi menarik. Daya tarik wisata lainnya adalah penataan dan pembagian ruang untuk aktivitas wisata dan fasilitas sudah tertata rapi. Fasilitas perkemahan terdiri dari areal perkemahan, MCK 2 unit dengan kondisi yang kurang bersih dan tidak ada air, mushola dengan kondisi cukup baik dan dua aula terbuka (Aula Pratiwi dan Aula Candika) yang dimanfaatkan sebagai ruang pertemuan dan berkumpul pengunjung sebelum berkemah. Fasilitas akomodasi terdapat 3 buah yaitu Wisma Mandala I yang berdaya tampung 20 orang, Wisma Mandala II dan III masing-masing mempunyai 6 kamar dengan daya tampung 30 orang. Selain itu terdapat satu buah kolam dan airnya berwarna keruh berlumut. Fasilitas lain yang dapat mendukung kegiatan perkemahan adalah pelayanan katering makanan dengan pilihan paket menu. Selain berkemah, aktivitas wisata yang dapat dilaksanakan adalah Jungle Survival yaitu kegiatan pengujian fisik dan mental dengan area khusus yang tidak terlalu luas, Wall Climbing yaitu kegiatan mendaki dengan alat bantu dinding yang menyerupai dinding batuan yang terdapat di dekat pintu masuk, dan aktivitas outbound yang dimanfaatkan untuk latihan kepemimpinan dan kerjasama kelompok. Aktivitas wisata tersebut merupakan beberapa kegiatan
59 yang populer untuk jenis wisata petualangan (wisata minat khusus bagi para petualang / adventurer). Jalan akses untuk mencapai lokasi bumi perkemahan Mandala Kitri sangat mudah dengan kondisi jalan beraspal, lebar 4 meter. Jalan akses ini merupakan jalan yang sama dengan jalur menuju Kebun Raya Cibodas. Jalan setapak di sekitar areal perkemahan memiliki kondisi cukup baik. Kawasan Wisata Pantai Cianjur Selatan Kawasan wisata pantai Cianjur selatan merupakan kawasan wisata yang dikelola oleh pemerintah pusat daerah Kabupaten Cianjur kerjasama dengan organisasi desa setempat dengan kepemilikan lahan potensi pantai ini adalah milik pemerintah desa setempat dan lahan milik perorangan. Obyek wisata yang berada pada rangkaian wisata pantai selatan ini diantaranya : pantai Apra, pantai Sereg, pantai Karangpotong, pantai Jayanti, pantai Batu Kukumbung, pantai Ciwidig dan hutan Cagar Alam Jayanti – Bojonglarang. Pantai
Apra.
Pantai
ini
terletak
di
Desa
Saganten
Kecamatan
Sindangbarang dengan jarak tempuh ± 110 km dari pusat Kota Cianjur. Kepemilikan lahan adalah milik desa.
Berdasarkan informasi masyarakat
setempat, pemberian nama APRA di pantai ini karena dahulu pada masa revolusi pantai ini merupakan tempat pendaratan pasukan Belanda yaitu pasukan APRA. Obyek wisata ini berada pada rangkaian wsiata pantai selatan bagian tengah yang meliputi pantai Apra-Pantai Sereg-Pantai Karangpotong. Pantai Apra Sindangbarang, pantai yang mempunyai keunikan tersendiri, merupakan suatu kejadian alam saat membentuk bumi. Bukit hijau yang lestari, ketenangan air sungai yang sangat luas (delta) akan terpadu dengan kerasnya deburan ombak Samudera Indonesia yang merupakan 3 unsur kehidupan, disinari oleh kelembutan sang mentari dengan sinarnya merah kekuningan yang halus berupa senja di pantai Apra. Suatu keindahan lukisan alam yang abadi, bisa didengar, dirasakan dan dilihat dalam satu pandangan.
Beberapa hal
tersebut merupakan permulaan dari faktor kepuasan berwisata dan faktor niat baik untuk membangun kepariwisataan masyarakat Cianjur, khususnya Cianjur Selatan. Pantai Apra yang berada pada muara Sungai Cisadea yang membentuk laguna, memiliki daya tarik berupa pantai yang masih alami dan berpotensi dikembangkan sebagai atraksi wisata bahari. Obyek wisata pantai Apra dengan luas ± 4 Ha, memiliki hamparan pantai yang luas dengan panjang pantai ± 2 km
60 dan lebar 50-100 meter, berpasir abu-abu kecoklatan dan bertekstur halus. Kondisi perairan yang mempunyai kekayaan biota laut dengan ketinggian gelombang 1-3 meter dengan karakteristik umum sebagai kawasan pantai. Daerah belakang pantai yang masih alami dengan dominasi kelapa dan semak, material tanah berpasir serta tingkat pencemaran yang rendah dan visabilitas bebas serta kualitas bentang alam yang cukup baik. Sebagai obyek wisata, fasilitas wisata yang tersedia di pantai Apra masih sangat minim untuk mendukung aktivitas wisata.
Fasilitas akomodasi yang
tersedia berupa wisma dan pemukiman penduduk yang disewakan yang berada di ibukota kecamatan Sindangbarang dan berjarak ± 500-1000 meter, sedangkan fasilitas makan-minum disediakan oleh 4 buah warung makan sederhana. Tidak tersedia sarana WC, sedangkan lahan parkir memanfaatkan ruang terbuka yang tersedia di sekitar pantai. Fasilitas lain sebagai penunjang aktivitas wisata pantai dan bahari belum tersedia. Dengan kondisi fasilitas wisata yang terbatas maka aktivitas wisata yang dapat dilaksanakan wisatawan juga sangat terbatas antara lain olahraga pantai dengan peralatan sendiri, bermain di tepi pantai, rekreasi dan piknik, memancing, menyusuri pantai dan menikmati pemandangan alam pantai. Kondisi aksesibilitas menuju lokasi pantai cukup baik dengan kualitas jalan beraspal tipis terutama jalur Cianjur – Sindangbarang, disertai kondisi medan lumayan menantang. Sarana transportasi umum dapat menggunakan angkutan berupa mobil L300 dari Cianjur - Sindangbarang dan selanjutnya menggunakan ojeg. Pantai Sereg. Pantai Sereg – Pantai Karangpotong merupakan rangkaian kawasan wisata pantai selatan bagian tengah yang masih berada di Kecamatan Sindangbarang, Desa Saganten dan berdekatan dengan pantai Apra. Berjarak ± 110 km dari pusat Kota Cianjur. Pengelolaannya berada di bawah kelompok Karang Taruna Desa dengan status kepemilikan lahan merupakan lahan milik perorangan. Obyek wisata Pantai Sereg dan Pantai Karangpotong merupakan kawasan wisata pantai yang belum dikembangkan dan masih alami. Namun demikian, rencana pengembangan tata ruang kawasan pantai ini sudah disusun oleh Dinas Perhubungan dan Pariwisata bekerjasama dengan konsultan pariwisata. Karakteristik pantai ini yang sama dengan pantai Apra, kecuali di pantai Karangpotong terdapat batu karang besar yang terpotong di dekat pantai,
61 sedangkan di Pantai Sereg lingkungan pantai dan daerah belakang pantainya lebih asri dengan perkebunan kelapa dan bukit berhampar rumput hijau. Pada umumnya rangkaian obyek wisata di pantai selatan Cianjur, seperti di wilayah ini, masih bersifat alami dan belum mengalami sentuhan apapun sehingga fasilitas dan aktivitas wisatanya tidak jauh berbeda yaitu hanya mengandalkan akomodasi, warung makan, lahan parkir dan WC umum di rumahrumah penduduk. Sedangkan, aktivitas wisata meliputi olahraga pantai dengan peralatan sendiri, bermain di tepi pantai, rekreasi dan piknik, memancing, menyusuri pantai dan menikmati pemandangan alam pantai. Kondisi
jalan
akses
menuju
rangkaian
pantai
Sereg
dan
pantai
Karangpotong cukup baik dengan kualitas jalan Kabupaten beraspal tipis. Sarana transportasi dapat menggunakan angkutan berupa mobil L300 dari terminal pasir hayam untuk rute Cianjur - Sindangbarang dan selanjutnya menggunakan ojeg. Pantai Ciwidig, Pantai Batu Kukumbung, Pantai Jayanti dan Hutan Cagar Alam Jayanti – Bojonglarang. Ketiga pantai ini berada dalam rangkaian kawasan wisata pantai selatan bagian barat yang terletak dalam wilayah Kecamatan Cidaun yang berjarak ± 130 km dari pusat Kota Cianjur. Dari ketiga rangkaian wisata pantai ini, Pantai Jayanti lebih berkembang dibandingkan dengan kedua pantai lainnya (Pantai Ciwidig dan Pantai Batu Kukumbung). Secara umum daya tarik wisata pada ketiga pantai ini memiliki karakteristik iklim dan topografi yang sama, yaitu pantai yang landai berpasir coklat abu-abu halus, memiliki lebar pantai ± 50-100 meter dan daerah belakang pantai yang didominasi oleh perkebunan kelapa dan semak, serta daya pandang yang bebas. Perbedaannya, pada Pantai Jayanti terdapat daya tarik wisata Cagar Alam Bojonglarang yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian, dan teluk yang dijadikan sebagai pelabuhan nelayan atau Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pangkalan Pelelangan Ikan (PPI). Sementara itu, di Pantai Batu Kukumbung terdapat situs sejarah berupa bekas telapak kaki manusia tempo dulu pada batu karang besar dan seperangkat meja dan kursi terbuat dari batu karang peninggalan jaman dahulu. Sebagaimana yang terjadi pada obyek-obyek wisata di pantai selatan Cianjur lainnya, fasilitas wisata di ketiga pantai di Kecamatan Cidaun ini pun hampir sama, yaitu hanya mengandalkan wisma dan penginapan rumah penduduk, WC umum di rumah-rumah penduduk, dan warung makan sederhana
62 serta lahan parkir mengandalkan ruang terbuka. Aktivitas wisata yang dapat dilaksanakan antara lain olahraga pantai dengan peralatan sendiri, bermain di tepi pantai, rekreasi dan piknik, berperahu, memancing, menyusuri pantai dan menikmati pemandangan alam pantai serta berbelanja ikan dan mengunjungi cagar alam dan situs sejarah. Jalan akses menuju ketiga rangkaian pantai Ciwidig – Batu KukumbungJayanti memiliki kualitas yang kurang baik, dengan kondisi jalan berbatu. Sarana transportasi yang digunakan pun tidak jauh berbeda dengan sarana transportasi yang digunakan menuju pantai-pantai di Kecamatan Sindangbarang, yakni menggunakan angkutan berupa mobil L300 di terminal Pasir Hayam dan selanjutnya menggunakan ojeg. Pantai Sinar Laut.
Obyek wisata Pantai Sinar Laut terdapat di Desa
Sukamanah, Kecamatan Agrabinta. Jarak yang ditempuh ke lokasi pantai ini dari pusat Kota Cianjur adalah sekitar ± 122 km. Pantai Sinar Laut merupakan obyek wisata pantai yang masih alami namun memiliki sumberdaya alam yang potensial untuk kegiatan pariwisata. Pantai yang bersebelahan dengan muara Sungai Cisokan ini memiliki keunikan biota laut ganggang dan rumput laut di sepanjang pantainya.
Selain itu, terdapat pemandangan laut lepas dengan
kegiatan nelayan yang mulai berkembang. Karakteristik masyarakat setempat yang sebagian merupakan transmigran lokal menjadikan dinamika kehidupan masyarakat di kawasan pantai ini sebagai potensi daya tarik wisata tersendiri. Fasilitas wisata yang tersedia terbatas pada penginapan dan WC umum di rumah-rumah penduduk dan warung makan sederhana yang dikelola oleh masyarakat, serta lahan parkir seadanya.
Aktivitas wisata yang dapat
dilaksanakan antara lain olahraga pantai dengan peralatan sendiri, bermain di tepi pantai, rekreasi dan piknik, berperahu menyusuri sungai, memancing, menyusuri pantai dan menikmati pemandangan alam pantai serta berbelanja ikan. Jalan akses menuju Pantai Sinar Laut memiliki kualitas yang cukup baik, dengan kondisi jalan beraspal tipis. Untuk mencapai lokasi ini tersedia sarana transportasi umum angkutan desa salah satunya mobil L300 dan selanjutnya menggunakan ojeg. Kawasan Wisata Cianjur Tengah Di kawasan wisata Cianjur Tengah terdapat 4 daerah tujuan wisata (obyek wisata) yang lumayan potensial untuk dikunjungi. Empat daerah tujuan wisata tersebut adalah Wana Wisata Curug Citambur, Rawa Leuwi Soro, Rawa Beber
63 dan Situs Megalith Gunung Padang.
Keempat obyek wisata sepenuhnya
dikelola oleh instansi lain yaitu Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KPH Cianjur serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) Propinsi Jawa Barat. Curug Citambur dan Rawa Leuwi Soro.
Curug Citambur dan Rawa
Leuwi Soro terletak dalam kawasan wana wisata yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Cianjur, yaitu di Desa Karangjaya, Kecamatan Pagelaran. Jarak yang ditempuh menuju ke dua obyek wisata ini adalah ± 85 km dari pusat Kota Cianjur. Daya tarik utama di obyek wisata ini adalah air terjun yang cukup deras dengan ketinggian 40 meter serta lingkungan / ekosistem rawa.
Lingkungan
sekitar yang beriklim sejuk dengan pemandangan pegunungan dan lembah di perdesaan menambah keindahan atraksi wisata alam. Daya tarik lainnya adalah legenda mengenai pohon kiara dan rawa Leuwi Soro; dikatakan bahwa pohon dan rawa tersebut merupakan tempat bersemayam roh-roh karuhun Eyang Jayaraksa, Eyang Ider Buana dan Raden Mas Larasantang.
Cerita legenda
tersebut masih dipercaya oleh masyarakat setempat. Dahulu salah satu pohon kiara yang terletak di puncak bukit kecil berseberangan dengan air terjun merupakan tempat semedi, namun saat ini sudah tidak digunakan lagi. Rawa Leuwi Soro memiliki kedalaman 5,5 meter dengan luas ± 350 m2. Di tempat ini tidak diperkenankan melakukan kegiatan apapun kecuali memancing pada area yang sudah ditetapkan. Selain itu, atraksi wisata lain yang terdapat di Curug Citambur ini adalah lahan untuk berkemah untuk kapasitas 5 – 10 tenda. Fasilitas wisata yang tersedia kurang lengkap dan tidak terawat yaitu berupa gerbang pintu masuk dan MCK yang kotor. Fasilitas penunjang kegiatan berkemah, sarana makan-minum, lahan parkir dan mushola juga belum ada. Aktivitas wisata yang dapat dilaksanakan mencakup melihat air terjun, mendaki bukit untuk melihat air terjun dari atas, berkemah, menikmati pemandangan alam dan rawa, memancing dan melihat pohon kiara yang cukup tinggi dan berbentuk unik.
Jalan akses menuju lokasi ± 17 km dari perbatasan jalan raya jalur
Pagelaran – Tanggeung, dengan kualitas jalan sangat buruk (berlubang dan sempit).
Tidak terdapat sarana penunjuk jalan sehingga sangat menyulitkan
pengunjung. Sarana transportasi umum yang tersedia hanya ojeg.
64 Rawa Beber.
Rawa Beber merupakan sarana rekreasi alam yang
berkaitan erat dengan event khusus kegiatan desa.
Berlokasi di Kecamatan
Pagelaran, dengan jarak tempuh dari pusat Kota Cianjur ± 88 km. Daya tarik utama adalah rawa yang cukup luas yang pada saat panen usai, yaitu sekitar bulan Juli, masyarakat melakukan kegiatan rekreasi bersama untuk merayakan hasil panen. Daya tarik wisata ini memanfaatkan alam dan aktivitas budaya setempat, sehingga memiliki keunikan yang berbeda dengan rawa-rawa lain yang terdapat di Kabupaten Cianjur. Secara umum kualitas lingkungan alam sebagai daya tarik wisata alam cukup menarik dan masih alami. Fasilitas wisata yang terdapat di Rawa Beber belum lengkap dan terbatas. Aktivitas
wisata
yang
dapat
dilaksanakan
adalah
bersampan,
melihat
pemandangan rawa dan berpartisipasi dalam event perayaan “Ngubek Rawa Beber” pada waktu tertentu. Jalan akses menuju Rawa Beber sangat kurang baik, dengan kondisi jalan yang berlubang-lubang dan sempit. Sarana transportasi yang dapat digunakan untuk melalui akses jalan tersebut adalah hanya ojeg. Situs Megalith Gunung Padang.
Situs megalith gunung padang
merupakan peninggalan sejarah yang terletak di Kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka. Berjarak ± 50 km dari pusat Kota Cianjur. Situs purbakala ini berada di bawah pengawasan dan pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat. Daya tarik utama dari situs megalith Gunung Padang ini adalah peninggalan megalitik berbentuk punden berundak berupa bangunan seluas 900 m2 dengan luas lahan sekitar 3 Ha.
Pundek berundak Gunung Padang
dibangun dengan batuan jenis vulkanik berbentuk persegi panjang.
Kondisi
punden berundak pada saat ini sudah tidak utuh, hanya menyisakan kerangka suatu bangunan yang terpecah menjadi kepingan batuan yang berserakan hampir menutupi puncak bukit Gunung Padang.
Namun struktur bangunan
punden ini masih terlihat jelas pada beberapa bagiannya. Masyarakat sekitar mempercayai bahwa Situs Megalith Gunung Padang merupakan istana yang dibangun Prabu Siliwangi dalam semalam, namun tidak berhasil dilaksanakan sehingga balok-balok batuan dibiarkan berserakan.
Punden berundak ini
memiliki nilai daya tarik arkeologis, historis dan geologis. Penduduk setempat menamai beberapa batu di reruntuhan tersebut yang menyerupai bentuk-bentuk peralatan tertentu sesuai dengan kepercayaannya, seperti batu Meja Kiai Giling
65 Pangancinan, Kursi Eyang Bonang, Tangga Syekh Marzuki, Jojodog Eyang Swana dan lain-lain. Fasilitas wisata di situs Megalith Gunung Padang belum dilengkapi baik fasilitas umum maupun fasilitas wisata.
Hal ini dimungkinkan karena belum
dikembangkannya situs ini sebagai obyek wisata, dan hanya berfungsi sebagai sarana penelitian arkeologis, sejarah dan geologis.
Bila dikembangkan
sebaiknya berawal dari adanya rencana zonasi yang kemudian dikembangkan fasilitas wisata terbatas seperti pusat informasi dan sarana interpretasi, fasilitas umum toilet dan shelter / gazebo pada zona pemanfaatan. Sedangkan di zona inti hanya berupa sarana interpretasi (berupa papan informasi nilai-nilai daya tarik budaya, serta papan penunjuk jalan / jalur interpretasi). Untuk kegiatan wisata sebaiknya diarahkan sebagai kegiatan wisata minat khusus (special interest tourism activities) yang berkaitan dengan nilai-nilai heritage / peninggalan sejarah budaya seperti kegiatan pendidikan dan penelitian serta melihat-lihat situs sejarah, dimana pada jenis wisata minat khusus ini terdapat pembatasan jumlah pengunjung yang disesuaikan dengan kondisi daya dukung lahan di area tujuan wisata / tourism destination area tersebut (zona pemanfaatan dan sebagian zona inti). Jalan akses menuju situs Megalith Gunung Padang dapat ditempuh melalui jalur Warungkondang dan jalur Campaka.
Kondisi jalan masuk melalui jalur
Campaka relatif sulit dengan kualitas jalan desa yang berbatu-batu dan berlubang, namun memiliki pemandangan alam yang bagus. Sedangkan melalui jalur Warungkondang relatif mudah dengan kualitas jalan beraspal tipis dengan kondisi cukup baik. Jalan setapak di sekitar area masih belum jelas atau dapat dikatakan tidak ada. Sarana transportasi umum yang dapat digunakan menuju ke kawasan situs Megalith Gunung Padang adalah angkutan desa dan ojeg. Permasalahan dan Upaya Pemecahan Permasalahan 1.
Permasalahan a.
Sarana infrastruktur menuju kawasan obyek wisata (sebagai contoh : Obyek Wisata Ziarah Makam Abdi Dalem Cikundul dan kawasan wisata pantai selatan) kurang laik pakai.
b.
Belum optimalnya pengelolaan kawasan wisata pantai selatan Cianjur dan kawasan wisata Cianjur tengah, ditinjau dari aspek
66 pengelolaan
sumberdaya
alam
dan
pengelolaan
akomodasi
pariwisata. c.
Adanya ketidaksinkronan data jumlah pengunjung di kawasan wisata Cibodas (antara data Pemda dan data pengelola kawasan wisata Kebun Raya Cibodas).
2.
Upaya Pemecahan Permasalahan a.
Adanya penyaluran porsi / bagian dana hasil pemungutan retribusi kepariwisataan di Kawasan Cikundul dan Kawasan Wisata Pantai Selatan yang ditujukan untuk perbaikan infrastruktur sarana jalan.
b.
Mengoptimalkan proses pengelolaan di kawasan wisata pantai selatan Cianjur dan kawasan wisata Cianjur tengah dengan langkah : −
Menyusun SOP (standar operating procedure) pengelolaan untuk masing-masing kawasan wisata.
−
Menjalin kerjasama dengan asosiasi pariwisata dan konsultan swasta lainnya untuk tahap pengembangan pariwisata di Kabupaten Cianjur (khususnya di kawasan wisata pantai selatan Cianjur dan kawasan wisata Cianjur tengah).
−
Mengembangkan sumberdaya manusia yang ada melalui pelatihan kepariwisataan yang berupa sistem pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata dan pelatihan pelestarian sumberdaya potensi pariwisata (fisik dan alam) melalui proses kegiatan perawatan sarana dan pelestarian sumberdaya alam berdasarkan SOP (standar operating procedure) pengelolaan kawasan wisata yang telah disusun sebelumnya.
c.
Diperlukan perubahan sistem pendataan jumlah pengunjung yang dilakukan oleh Pemda, dari sistem berdasarkan penghitungan terjualnya karcis
tanda
masuk
menjadi
penghitungan faktual
berdasarkan jumlah orang yang masuk ke kawasan wisata Cibodas. Pembahasan Umum Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang RTRW Nasional, Kabupaten Cianjur termasuk salah satu andalan Kawasan Bopunjur (Bogor – Puncak – Cianjur) dengan pertanian dan pariwisata sebagai sektor unggulan. Kota dan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Cianjur yang termasuk dalam Kawasan Andalan Bopunjur adalah Cipanas dengan kota-kota di kawasan
67 pengaruh yakni Kota Cianjur dan Ciranjang, sedangkan kecamatannya adalah kecamatan-kecamatan yang terdapat pada koridor di jalur utama JakartaBandung yaitu Kecamatan Pacet, Cugenang, Sukaresmi, dengan kecamatankecamatan di kawasan pengaruh yakni, Warungkondang, Cianjur, Karangtengah, Sukaluyu, Ciranjang, Mande, Cikalongkulon, dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dalam Perda No. 2 Tahun 2003 tentang RTRW Propinsi Jawa Barat, ditegaskan kembali mengenai arahan pengembangan Kawasan Andalan Bopunjur, yaitu mengembangkan Bopunjur sebagai kawasan unggulan agribisnis dan pariwisata dengan memberdayakan masyarakat setempat dan tetap mempertahankan fungsi konservasi (Dishubpar Cianjur, 2004a). Kawasan Pariwisata (Bappeda, 2005).
Rencana pemanfaatan ruang
(Bappeda Cianjur, 2005) untuk kawasan pariwisata adalah bersifat menyebar di seluruh di beberapa kecamatan dengan obyek dan daya tarik wisata (Tabel 2 Potensi Kawasan Pariwisata di Kabupaten Cianjur).
Daerah-daerah di
Kabupaten Cianjur yang sudah berkembang menjadi obyek wisata dan potensial dikembangkan menjadi Kawasan Pariwisata antara lain : −
Kecamatan Sukaresmi : Taman Bunga Nusantara
−
Kecamatan Pacet – Cipanas : Kebun Raya Cibodas, Bumi Perkemahan Mandala Kitri, Wanawisata Mandalawangi dan Pendakian Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
−
Kecamatan Cugenang dengan Agrowisata “Tiwok (Tea Walk) – nya”
−
Kecamatan Mande dan Cikalongkulon dengan Waduk Cirata-nya ditambah wisata religius Makam Dalem Cikundul
−
Kecamatan Agrabinta adanya sumber air panas.
Kawasan selatan yang berbatasan dengan laut, potensial dikembangkan sebagai kawasan wisata pantai, yaitu Kecamatan Agrabinta, Sindangbarang dan Cidaun (Pantai Karang Potong, Pantai Apra, Pantai Sereg dan Pantai Jayanti). Tabel 4. Potensi Kawasan Pariwisata di Kabupaten Cianjur No 1 2 3 4 5 6 7
Obyek Wisata Hutan Wisata Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Bumi Perkemahan Mandala Kitri Istana Presiden Kebun Raya Cibodas Taman Bunga Nusantara Taman Rekreasi Palalangon
Kecamatan Cipanas Cipanas Cipanas Cipanas Cipanas Sukaresmi Sukaresmi
68 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Agrowisata Tea Walk Waduk Cirata Makam Dalem Cikundul Wisata Tirta Jangari Wisata Tirta Calingcing Situs Megalith Gn. Padang Curug Cikondang Irigasi Cihea Curug Citambur Danau Leuwisoro Sumber Air Panas Wisata Buru Agrabinta Pantai Apra Pantai Karang Potong Pantai Cioleng Pantai Sereg Pantai Jayanti Pantai Batu Kukumbung Cagar Alam Bojonglarang Gua Cimenga Perkebunan Teh
Cugenang Cikalongkulon Cikalongkulon Mande Ciranjang Campaka Campaka Bojongpicung Pagelaran Pagelaran Agrabinta Agrabinta Sindangbarang Sindangbarang Sindangbarang Cidaun Cidaun Cidaun Cidaun Naringgul Cipanas, Cugenang, Sukanagara, Takokak.
Sumber : Bappeda Cianjur (2005). Obyek dan daya tarik wisata (ODTW) di Kabupaten Cianjur secara umum berbentuk daya tarik alam (panorama alam, kesejukan udara pegununungan, serta daya tarik gejala alam : curug / air terjun) yang tersebar di beberapa destinasi / obyek wisata. Obyek wisata dengan daya tarik alam tersebut secara general dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, meskipun diantaranya ada yang dikelola oleh swasta (misalnya Taman Bunga Nusantara), instansi lain seperti LIPI (DTW Kebun Raya Cibodas), SETNEG (DTW Istana Presiden Cipanas), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat (DTW Peninggalan Situs Megalith Gunung Padang, Campaka) dan Lembaga Kwartir Pramuka (Bumi Perkemahan Mandala Kitri Cibodas). Berdasarkan hasil observasi lapangan dapat diketahui bahwa proses kinerja pengelolaan yang diterapkan oleh Pemda Kabupaten Cianjur, Instansi Pemerintah tertentu dan Pihak Swasta, sangat jelas berbeda. Perbedaan yang mencolok berada pada fokus kegiatan pengelolaan kawasan daerah tujuan wisata yang dilaksanakan oleh pihak swasta dan instansi pemerintah terkait (LIPI dan
SETNEG)
sangat
jelas
terlihat
lebih
terfokus
pada
pengelolaan
pemeliharaan inventarisasi kawasan sehingga tidak menyebabkan perubahan
69 yang terlalu signifikan dari tahun ke tahun akan kondisi existing daya tarik wisata (inventarisasi kawasan) yang dimiliki oleh kawasan wisata tersebut. Berbeda sekali dengan pengelolaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dimana sebagian tanggung jawab pengelolaan obyek daya tarik wisatanya dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur.
Pelaksanaan pengelolaan DTW yang dilaksanakan oleh
Dinas Hubpar belum optimal dikarenakan masih terdapat DTW yang ditetapkan sebagai Obyek Wisata masih belum tersentuh dalam aspek pengelolaan dan pengembangan kawasannya.
Menjadi suatu dilema dimana setiap langkah
kinerja pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata yang dilaksanakan oleh Pemda setempat meski harus bersumber dari dan/atau menjadi sumber devisa PAD (Pendapatan Asli Daerah) setempat, akan tetapi kemanakah larinya anggaran tersebut, sehingga pemeliharaan kawasan wisata yang dikelola masih jauh dari kriteria kondisi baik (Sumber : Observasi Lapangan, 2006). Hasil wawancara secara tidak terstruktur dengan narasumber / prasaran Pak R. Mulyana, T.BA. (Kepala Sub Dinas Pengembangan Pariwisata) dan Pak Drs. Djamaludin (Kepala Sub Dinas Bina Pariwisata) pada hari Selasa tanggal 11 April 2006 pukul 10.00 s/d 11.45 WIB yang bertempat di Kantor Dinas Perhubungan dan Pariwisata lantai dua ruang Pariwisata adalah meliputi seputar inti kegiatan pkl dan sekilas pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Cianjur. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, topik yang dibahas adalah sebagai berikut: a.
Inti pengelolaan obyek wisata di Cianjur
b.
Para staf yang membidangi tiap seksi yang dibawahi oleh Sub Dinas Bina Pariwisata dan Sub Dinas Pengembangan Pariwisata Kabupaten Cianjur.
c.
Ketimpangan antara kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur dengan kebijakan peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten Cianjur.
d.
Kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Cianjur.
e.
Beberapa point inti permasalahan obyek wisata (studi kasus: Kebun Raya Cibodas, Taman Bunga Nusantara dan Wisata Jangari). Mengacu pada topik wawancara tersebut, terdapat beberapa output /
keluaran data yang berhasil dikumpulkan.
Mengenai inti pengelolaan obyek
wisata di Kabupaten Cianjur pada dasarnya merupakan salah satu tugas dari DINAS PARIWISATA. Akan tetapi, bukan berarti pihak lain (Instansi Pemerintah :
70 Badan Pengawas Pengembangan Daerah, Pemerintah Daerah Cianjur, Dinas Perhubungan, Dinas Pertanian, Dinas Cipta Karya, LIPI dan lain-lain) tidak terlibat, bahkan antar instansi tersebut saling memiliki keterkaitan dalam hal melakukan kerja sama (joint venture) untuk perkembangan pariwisata Kabupaten Cianjur. Seperti misalnya, tugas instansi Bappeda yakni bergerak di bidang / sektor perencanaan pariwisata (tata ruang) Kabupaten Cianjur. Ironisnya, peran Pemerintah Kabupaten Cianjur dalam pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Cianjur masih belum terealisasi secara optimal, hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan SDM ahli di bidang pariwisata.
Sehingga, sampai saat ini
kesuksesan pengelolaan obyek wisata di Cianjur tergantung pada pelaku / ahli wisata di masing-masing obyek wisata yang ada di kawasan Cianjur. Begitu pula pada masalah pengembangan wisata Kabupaten Cianjur, pada dasarnya dalam implementasinya
mengikuti
sistem
yang
ada
dan
ditetapkan
menurut
pemerintahan, yakni berupa sistem peningkatan PAD Cianjur. Adapun dampak yang ditimbulkannya meliputi : 1.
Kesejahteraan
masyarakat
lokal
(sekitar
kawasan
wisata)
tidak
mendapatkan pengaruh langsung terhadap peningkatan aspek kehidupan perekonomiannya. 2.
Terdapat ketimpangan dalam peningkatan PAD, khususnya terjadi penarikan ganda bagi pengunjung yang berkunjung ke obyek tujuan wisata yang ada di Kabupaten Cianjur, dikarenakan sistem kerjasama antara PemKab Cianjur (Dishubpar) dengan instansi pengelola obyek wisata hanya terfokus untuk retribusi kepariwisataan sebagai tambahan untuk PAD. Misalnya, penarikan karcis masuk yang dikelola instansi Dispar di Kebun Raya Cibodas belum termasuk di dalamnya biaya untuk parkir dan juga belum termasuk biaya karcis masuk ke Kebun Raya Cibodasnya yang dikelola seutuhnya oleh LIPI.
3.
Adanya ketimpangan konsep antara : a.
Kebijakan
pengembangan
pariwisata
Kabupaten
Cianjur
(di
dalamnya termasuk pengelolaan kawasan wisata). dengan : b.
Kebijakan PAD (Pendapatan Asli Daerah), yang meliputi : 1.
Perda pengembangan wisata (akomodasi, sarana prasarana wisata, SDM di sektor wisata, kualitas lingkungan dan lain-lain).
71 2.
Peraturan
Daerah
PAD
mengenai
penarikan
retribusi
kepariwisataan dan akomodasi (hotel / villa, restoran / rumah makan). Dinas Perhubungan dan Pariwisata sebagai instansi pemerintah yang terdiri dari dua instansi penting yaitu Perhubungan dan Pariwisata. Khusus di bidang / sektor Pariwisata mencakup dua sub dinas penting dan terbagi lagi ke beberapa seksi.
Dua sub dinas tersebut adalah Sub Dinas Pengembangan
Pariwisata dan Sub Dinas Bina Pariwisata.
Sub Dinas Pengembangan
Pariwisata membawahi tiga seksi, yaitu: Seksi Bina SDM dan Kelembagaan, Seksi Bimbingan Wisata dan Penggalangan Peran serta Masyarakat serta Seksi Survey dan Pendataan Obyek Wisata. Sedangkan Sub Dinas Bina Pariwisata membawahi empat seksi, yaitu Seksi Pentas Seni dan Rekreasi, Seksi Obyek Wisata, Seksi Pemasaran Promosi dan Seksi Sarana Wisata. Retribusi sektor pariwisata Kabupaten Cianjur yang ditargetkan oleh Dinas Perhubungan dan Pariwisata Cianjur adalah sebesar Rp. 827.302.800,(Terbilang : Delapan Ratus Dua Puluh Tujuh Juta Tiga Ratus Dua Ribu Delapan Ratus Rupiah). Namun, pada kenyataannya di lapangan (realisasinya) hanya sebesar Rp. 827.079.000,- (Terbilang : Delapan Ratus Dua Puluh Tujuh Juta Tujuh Puluh Sembilan Ribu Rupiah), sekitar – (minus) Rp. 223.800,- (Terbilang : Dua Ratus Dua Puluh Tiga Ribu Delapan Ratus Rupiah) selisihnya dari target yang ditetapkan oleh Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. Adapun pendapatan pariwisata potensial Kabupaten Cianjur terletak pada aspek akomodasi pariwisata (restoran dan penginapan), yang khususnya berada di kawasan Cipanas. Selain itu, ternyata di kawasan Kabupaten Cianjur, khususnya di sektor pariwisata Cianjur terdapat beberapa kendala berupa hambatan riil sektor pariwisata. Hambatan ini dapat menyebabkan beberapa pengaruh diantaranya kondisi aksesibilitas ke tempat wisata yang kurang memadai, kondisi akomodasi pariwisata yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan, proses promosi pariwisata hanya bertepuk sebelah tangan (akibat kurangnya respon dari para calon
pengunjung)
dan
juga
kurangnya
respon
masyarakat
terhadap
perkembangan pariwisata di Kabupaten Cianjur. Adapun beberapa hambatan tersebut terdiri dari : 1. Kurangnya perhatian dari para pimpinan organisasi untuk mengikuti penyuluhan sosialisasi “Sadar Wisata”.
72 2. Belum mampu memikat penonton dalam pementasan aneka kesenian tradisional di Kabupaten Cianjur di TMII Jakarta dan tempat lainnya. 3. Masih rendah tingkat kesadaran masyarakat tentang kepariwisataan. 4. Kurangnya promosi obyek dan produk kepariwisataan. 5. Terbatasnya dana untuk pengembangan kepariwisataan (minimnya dana). 6. Keterbatasan sumber daya manusia di bidang pariwisata. 7. Sarana dan prasarana penunjang pariwisata belum optimal. 8. Koordinasi antar instansi dalam rangka pencapaian visi dan misi Kabupaten Cianjur belum optimal. 9. Wilayah selatan belum cukup layak sebagai daerah tujuan wisata pada saat ini, dikarenakan : a)
Fasilitas pendukung di daerah tujuan wisata kurang memadai (Toilet, Pesanggrahan, rest area, sarana akomodasi).
b)
Aksesibilitas kurang memadai pada aspek : kapasitas mobil (tidak cocok untuk bus, hanya untuk L-300) rute jalan yang terlalu berkelokkelok.
c)
RTRW kawasan belum optimal.
Berdasarkan wawancara di kantor pariwisata lantai dua, terdapat juga permasalahan mendasar daerah tujuan wisata di kawasan Cianjur Selatan yaitu : 1.
Kurang
menerapnya
sikap
disiplin
yang
tercermin
di
lingkungan
masyarakat sekitar kawasan wisata (sadar wisata yang minim / the lack of awareness). 2.
Keberadaan dan ketersediaan serta perbaikan peningkatan kualitas staff / karyawan pariwisata di wilayah Cianjur Selatan yang kurang memadai, sehingga proses keberlanjutan wisata di sekitar Cianjur Selatan kurang optimal pelaksanaannya. Berdasarkan
pada
beberapa
hambatan
tersebut,
ternyata
sudah
dipersiapkan juga beberapa upaya (solusi) yang disusun untuk mengatasinya. Solusi atau upaya-upaya yang telah disusun tersebut terdiri dari : 1. Melakukan
pendekatan
pada
pimpinan
organisasi
untuk
mengikuti
penyuluhan sosialisasi sadar wisata. 2. Penggunaan audio visual pada kegiatan-kegiatan pameran di tingkat Regional dan Nasional. 3. Menciptakan / menumbuhkan kreatifitas dan kualitas seniman untuk mengikat penonton dalam pementasan aneka kesenian tradisional dari Kabupaten
73 Cianjur di TMII Jakarta dan di lain tempat yang bekerja sama dengan Dewan Kesenian Cianjur. 4. Mengadakan
pembinaan
dan
penyuluhan
pada
masyarakat
tentang
kepariwisataan. 5. Peningkatan promosi pariwisata. 6. Mengusulkan kembali dana untuk pengembangan promosi pariwisata. 7. Mendidik / melatih para pegawai dan masyarakat di bidang kepariwisataan. 8. Mengusulkan kepada dinas / instansi terkait untuk mendukung terwujudnya sarana / prasarana dalam rangka pengembangan obyek-obyek wisata. 9. Mengkoordinasikan dengan dinas / instansi terkait dalam mewujudkan visi dan misi Kabupaten Cianjur. 10. Perbaikan sarana prasarana (fasilitas) wisata dari aspek sarana aksesibilitas
(jalan, tourism sign), fasilitas akomodasi (mess, restauran) Berdasarkan hasil perbincangan dengan Pak Soleh Soemantri [Kepala Seksi Pentas Seni dan Rekreasi
(sebelum mutasi), Kepala Sub Dinas Bina
Pariwisata (setelah mutasi)], didapatkan beberapa informasi pendukung yang berperan sebagai faktor penghambat perkembangan pariwisata di kawasan Cianjur Selatan. Menurut Soemantri* (2006) : the conversation result, bahwa wisata di Cianjur Selatan masih terisolir keberadaannya, meskipun begitu Cianjur Selatan masih terjaga kemurnian alamnya. Adapun penyebab terisolirnya wisata Cianjur Selatan disebabkan oleh : 1.
Aksesibilitas (sarana transportasi, kondisi jalan) yang kurang memadai.
2.
Infrastruktur kawasan wisata Cianjur Selatan (Wisata Pantai / Wisata Alam) masih terabaikan. Seperti halnya aksesibilitas ke Situs Megalith Gunung Padang yang
terletak di Desa (Kelurahan) Karya Mukti Kecamatan Campaka tersebut ternyata harus ditempuh melalui transportasi ojek (motor sewa) setelah ditempuh dari kota melalui transportasi angkutan umum sebanyak 3 (tiga) kali.
Biaya
transportasi yang dikeluarkan hanya untuk ojek saja (langsung menuju kawasan situs megalith gunung padang) sebesar ± Rp. 25.000,00 (Dua Puluh Lima Ribu Rupiah). Jadi, hanya untuk transportasi saja pengunjung harus mempersiapkan dana bersih sebesar ± Rp. 75.000,00 (Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah) pulang pergi dari dan ke kawasan wisata Situs Megalith Gunung Padang.
*
Beliau adalah pejabat di Kantor Pariwisata – Dishubpar Cianjur
74 Salah satu prinsip mendasar dalam pengembangan Kepariwisataan yaitu selalu melibatkan DIBALEKA.
Maksud dari DIBALEKA ini adalah selalu
melakukan kegiatan asosiasi / kerjasama dengan pihak-pihak inheren lainnya atau pun instansi / badan lainnya, karena DIBALEKA (kerjasama dengan Dinas, Badan, Lembaga dan Kantor) instansi lainnya, baik itu pihak swasta atau pun setara dengan instansi pemerintahan.
Sehingga, jikalau proses kerjasama
dengan DIBALEKA tersebut terus terjalin dan berkelanjutan maka perkembangan pariwisata di Kabupaten Cianjur akan menjadi semakin maju, tentunya tetap memperhatikan konsep wisata berkelanjutan (sustainable tourism) dalam pelaksanaan pengembangan pariwisatanya. Dinas dan instansi yang menjadi mitra kerjasama tampaknya sangat beragam, sangat tergantung pada tupoksi (tugas pokok seksi) masing-masing Dibaleka. Dari data lapangan ditemukan bahwa tampaknya tidak ada satu pun mitra kerja yang bersifat menetap, kecuali Bappeda yang menjadi rujukan, terutama pada langkah perencanaan program dan kegiatan Dibaleka. Dari enam dinas yang secara hipotesis dianggap memiliki keterkaitan erat dengan pembangunan kepariwisataan, yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pertanian, Dinas Kependudukan dan Tenaga Kerja, Kantor Amdal, Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Departemen Agama, diperoleh data bahwa Dinas Perhubungan dan Pariwisata merupakan dinas yang paling banyak diajak bekerjasama oleh dinas-dinas tersebut. KESIMPULAN UMUM DAN SARAN Kesimpulan Umum Kegiatan pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Cianjur tidak hanya melibatkan Pemda Kabupaten Cianjur sebagai domain (titik utama) pengelolaan kawasan, akan tetapi dalam proses pengelolaan ini melibatkan beberapa pihak yang disebut sebagai DIBALEKA (Dinas, Badan, Lembaga dan Kantor) serta pihak swasta lainnya untuk bergerak dalam pengelolaan kawasan wisata secara khusus pada aspek sumberdaya alamnya. Sistem pengelolaan yang diterapkan antara satu DIBALEKA dengan DIBALEKA lainnya sangat berbeda sekali, khususnya dengan sistem pengelolaan yang dilaksanakan oleh pihak swasta. Sehingga, adanya perbedaan tersebut menimbulkan juga perbedaan proses perkembangan antara obyek wisata yang dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Cianjur dengan obyek wisata yang dikelola oleh instansi lain
75 atau dikelola oleh pihak swasta.
Perbedaan tersebut terlihat pada kinerja
pengelolaan yang dilakukan oleh instansi lain (LIPI) dan oleh swasta (PT Sarana Kusuma Inti Makmur Nusantara), berdasarkan SOP (standar operating procedure) pengelolaan yang telah disusun dalam instansi / lembaga / perusahaan tersebut. Sehingga, dengan adanya SOP tersebut akan dapat lebih mengefektifkan dan mengefisienkan kinerja pengelolaan dalam lingkup kawasan wisata. Pada dasarnya obyek-obyek wisata di Kabupaten Cianjur merupakan obyek potensial yang telah memenuhi dua syarat dari tiga syarat kepariwisataan yang diharuskan ada. Syarat tersebut yaitu dikenal dengan sebutan “Triple A” yang berarti bahwa pariwisata harus memenuhi tiga A, ialah : Attraction, Accommodation, and the last A is Accessibilities. Apabila salah satu dari tiga kriteria tersebut belum terlengkapi atau pun sarananya belum terakumulasi secara baik, maka pengembangan wisata suatu kawasan akan menjadi sia-sia. Sebagai contoh, wisata pantai Cianjur Selatan yang bisa dikatakan baik dari aspek Attraction (Atraksi seni dan budaya masyarakat lokalnya, khas dengan “Pesta Nelayan”) akan tetapi dari aspek accommodation and accessibilities belum bisa dikatakan layak pakai, hal tersebut dikarenakan kondisi sarana akomodasi yang belum tertata dengan baik dengan tetap memperhatikan aturan dilaksanakannya pembangunan di sekitar sempadan pantai. Begitu pula pada aspek aksesibilitas menuju ke kawasan wisata pantai Cianjur Selatan dapat dikatakan
kondisinya
masih
diperlukan
perbaikan-perbaikan.
Untuk
melaksanakan perbaikan-perbaikan infrastruktur pariwisata ini tidak dapat dilaksanakan secara individual, tetapi perlu adanya keterlibatan instansi lain (DIBALEKA) yang dapat mendukung lancarnya pembangunan dan perbaikan infrastruktur pariwisata tersebut. Saran Adapun beberapa saran yang merupakan usaha / langkah pemecahan permasalahan pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Cianjur, yaitu : 1.
Perlu adanya revisi kebijakan SK Bupati Cianjur Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Perda Nomor 22 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, yakni mengenai pembagian hasil pemungutan di kawasan Wisata Cibodas.
2.
Untuk mengoptimalkan pengelolaan kawasan wisata tirta Jangari, perlu dibuat SOP (standar operating procedure) pengelolaan kawasan wisata
76 dan peta potensi kawasan wisatanya. pengelolaannya
tetap
berprinsip
pada
Serta dalam pelaksanaan tripilar
sustainable
tourism
development yaitu : kelestarian ekologi, kelestarian budaya masyarakat setempat dan memberikan kontribusi terhadap sosial perekonomian masyarakat setempat. 3.
Adanya penyaluran porsi / bagian dana hasil pemungutan retribusi kepariwisataan di Kawasan Cikundul dan Kawasan Wisata Pantai Selatan yang ditujukan untuk perbaikan infrastruktur sarana jalan dan fasilitas lain.
4.
Mengoptimalkan proses pengelolaan di kawasan wisata pantai selatan Cianjur dan kawasan wisata Cianjur tengah dengan langkah : a.
Menyusun SOP (standar operating procedure) pengelolaan untuk masing-masing kawasan wisata yang dikelola Pemda Kabupaten Cianjur (Dinas Hubpar Cianjur).
b.
Menjalin kerjasama dengan asosiasi pariwisata dan konsultan swasta lainnya untuk tahap pengembangan pariwisata di Kabupaten Cianjur (khususnya di kawasan wisata pantai selatan Cianjur dan kawasan wisata Cianjur tengah);
c.
Mengembangkan sumberdaya manusia yang ada melalui pelatihan kepariwisataan yang berupa sistem pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata dan pelatihan pelestarian sumberdaya potensi pariwisata (fisik dan alam) melalui proses kegiatan perawatan sarana dan pelestarian sumberdaya alam berdasarkan SOP (standar operating procedure) pengelolaan kawasan wisata yang telah disusun sebelumnya.
5.
Menggali, menata dan mengembangkan seluruh potensi pariwisata, seni dan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur.
6.
Meningkatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata, seni dan budaya serta mendayagunakan setiap kegiatan kepariwisataan seni dan budaya untuk dapat bermanfaat secara menyeluruh bagi kegiatan masyarakat Kabupaten Cianjur.
7.
Diperlukan perubahan sistem pendataan jumlah
pengunjung yang
dilakukan oleh Pemda, dari sistem berdasarkan penghitungan terjualnya karcis tanda masuk menjadi penghitungan faktual berdasarkan jumlah orang yang masuk ke kawasan wisata Cibodas.