Pk.docx

  • Uploaded by: Adinda Oktaviana
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pk.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,521
  • Pages: 55
MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

Dosen pembimbing : Ns. Diana Arianti, M.Kep

Kelompok 7 : Irma Latania Mona Andini Suci Purnama Sari Feren Frestya Bayu Sanjaya Putra

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG 2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kemampuan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “perilaku kekerasan” dalam memenuhi tugas mata kuliah “ Keperawatan Jiwa II”. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penulisnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, 11 Desember 2018

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor. Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marahmarah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

B. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui definisi Perilaku Kekerasan 2. Untuk mengetahu rentang respon Perilaku Kekerasan 3. Untuk mengetahui Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan 4. Untuk mengetahui proses terjadinya Perilaku kekerasan 5. Untuk mengetahui mekanisme koping Perilaku Kekerasan 6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan 7. Untuk mengetahui prinsip tindakan keperawatan Perilaku Kekerasan

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yangdapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupunlingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marahyang tidak konstruktif. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015). 2. Rentang Respon Marah Respons

Respons

Adaptif

Maladaptif

Asertif

Frustasi

Pasif

Agresif

Kekerasan

Keterangan : Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respons pasif dan melarikan diri/respon melawan dan menantang  respon maladaptif yaitu agresif – kekerasan. Agresif :Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain. Kekerasan : Sering juga disebut dengan gaduh-gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri. 3. Faktor Penyebab 1) Faktor predisposisi faktor predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Teori Biologik Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut: a) Pengaruh Neurofisiologik, beragam komponen neurologis mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik sengat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif. b) Pengaruh Biokimia, menurut Goldsten dalam Townsend menyatakan bahwa berbagai neurotransmiter (epinefrin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat

impuls

agresif.

Peningkatan

hormon

androgen

dan

norepinefrin serta penurunan serotinin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal

merupakan

faktor

predisposisi

penting

yang dapat

menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang c) Pengaruh Genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak kriminal (narapidana). d) Gangguan Otak, sindrom otak organik berhubungan dengan bernagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. b.

Teori Psikologik a) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengeungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan. b) Teori Pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku

kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik. c) Teori Sosiokultural, Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan. 2) Faktor Presipitasi a.

Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor eksternal dan internal. a) Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol dan lain-lain. b) Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yng dicintai, krisis dan lain-lain. Hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut. a)

kesulitan kondisi sosial ekonomi.

b)

kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.

c)

Ketidaksiapan

seorang

ibu

dalam

merawat

anaknya

dan

ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa. d)

Pelaku

mungkin

mempunyai

riwayat

antisosial

seperti

penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menhadapi rasa frustasi. e)

kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan perubahan tahap perkembangan keluarga.

4. Proses Terjadinya a. Faktor Predisposisi Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu : a) Psikologis Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi perilaku kekerasan meliputi: -

Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.

-

Agresif dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan meningkatkan citra diri (Nuraenah, 2012).

-

Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhioleh peran eksternal (Nuraenah, 2012)

-

Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstiumulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014).

-

Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai – nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Disisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk mnyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stress (Nuraenah, 2012).

-

Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014)

b. Faktor Presipitasi Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut: a) Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan. b) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lungkungan. c) Lingkungan: panas, padat dan bising 5. Mekanisme Koping Beberapa mekanisme kopingyang dipakai pada pasien marah untuk melindungi diri antara lain: a. Sublimasi Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat unutk suatu dorongan yang megalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya

seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa amarah (Mukhripah Damaiyanti, 2012). b. Proyeksi Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya (Mukhripah Damaiyanti, 2012). c. Represi Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk kedalam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012). d. Reaksi formasi Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresika.dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan misalnya sesorangan yang tertarik pada teman suaminya,akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat (Mukhripah Damaiyanti, 2012). 6. Penatalaksanaan ‘ a. Farmakoterapi Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai dosis efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif rendah. Contohnya trifluoperasineestelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efekanti tegang,anti cemas,dan anti agitasi (Eko Prabowo, 2014). b. Terapi okupasi Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca koran,

main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan yaitu bagi dirinya. Terapi ni merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program kegiatannya(Eko Prabowo, 2014). c. Peran serta keluarga Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat - sakit) pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengtasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku maladaptif ke perilakuadaptif (pencegahan tersier) sehinnga derajat kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal (Eko Prabowo, 2014). d. Terapi somatik Menurut depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindakan yang ditunjukkan pada kondisi fisik pasien,terapi adalah perilaku pasien (Eko Prabowo, 2014). e. Terapi kejang listrik Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang menangani skizofrenia membutuhkan 20 - 30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2 - 3 hari sekali (seminggu 2 kali) (Eko Prabowo, 2014). 7. Prinsip Tindakan Keperawatan a. Disukusi b. Wawancara c. Menganalisa data

BAB III TINJAUAN ASKEP TEORI

A. PENGKAJIAN 1. Identitas Klien Ini merupakan langkah awal pengkajian yang dilakukan petugas terhadap klien. Pada identitas ini, petugas harus mencatat diantaranya: nama klien, umur, jenis kelamin, agama, alamat lengkap, tanggal masuk, no.rekam medik, informan, keluarga yang bisa dihubungi. 2. Alasan masuk Biasanya klien masuk dengan memukul keluarga bahkan orang lain, merusak alatalat rumah tangga , marah, dan mengamuk. 3. Faktor predisposisi Klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam pengobatan. Klien pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan fisik dalam keluarga. Klien dengan perilaku kekerasan (PK) bisa herediter. Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu/ tidak menyenangkan. 4. Fisik Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ yaitu: pemeriksaan TTV(biasanya tekanan darah, nadi, dan pernafasan akan meningkat ketika klien marah), diikuti dengan pemeriksaan fisik seperti tinggi badan, berat badan, serta keluhan-keluhan fisik. 5. Psikososial a. Genogram Genogram dibuat tiga generasi yang menggambarkan hubungan klien dengan keluarganya dan biasanya pada genogram akan terlihat ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pola komunikasi klien, pengambilan keputusan dan pola asuh . b. Konsep diri 1) Gambaran Diri Biasanya klien menyukai semua bagian tubuhnya, tapi ada juga yang tidak. 2) Identitas Diri Biasanya klien tidak puas terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan maupun yang sudah dikerjakannya.

3) Peran diri Biasanya klien memiliki masalah dalam menjalankan peran dan tugasnya. 4)

Ideal Diri Klien memiliki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi, status peran, dan kesembuhan dirinya dari penyakit.

5) Harga Diri Biasanya klien memiliki harga diri yang rendah. c. Hubungan Sosial Klien tidak mempunyai orang terdekat tempat ia bercerita dalam hidupnya, dan tidak mengikuti kegiatan dalam masyarakat. d.

Spritual Klien memiliki keyakinan, tetapi jarang dalam melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya, karna ia kurang menghiraukan manfaat spiritual dengan ibadah.

e. Status Mental 1)

Penampilan Penampilan kadang rapi dan kadang -kadang tidak rapi. Pakaian diganti klien ketika ia dalam keadaan yang normal.

2) Pembicaraan Biasanya klien berbicara dengan nada yang tinggi dan keras. 3) Aktifitas Motorik Biasanya aktifitas motorik klien tampak tegang, dan agitasi (gerakan motorik yang gelisah), serta memiliki penglihatan yang tajam jika ditanyai hal-hal yang dapat menyinggungnya. 4) Alam Perasaaan Biasanya alam perasaan klien terlihat sedikit sedih terhadap apa yang sedang dialaminya. 5) Afek Biasanya klien selama berinteraksi emosinya labil. Dimana klien mudah tersinggung ketika ditanyai hal-hal yang tidak mndukungnya, klien memperlihatkan sikap marah dengan mimik muka yang tajam dan tegang. 6) Interaksi selama wawancara (a)

Bermusuhan, tidak kooperatif, dan mudah tersinggung serta

(b)

Defensif, selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran

dirinya.

7) Persepsi Klien tidak ada mendengar suara-suara, maupun bayangan-bayangan yang aneh. 8) Proses atau arus fikir Biasanya klien berbicara sesuai dengan apa yang ditanyakan perawat, tanpa meloncat atau berpindah-pindah ketopik lain. 9) Isi Fikir Biasanya klien PK ini masih memiliki ambang isi fikir yang wajar, dimana ia selalu menanyakan kapan ia akan pulang dan mengharapkan pertemuan dengan keluarga dekatnya. 10) Tingkat Kesadaran Biasanya tingkat kesadaran klien baik, dimana ia menyadari tempat keberadaanya dan mengenal baik bahwasanya ia berada dalam pengobatan atau perawatan untuk mengontrol emosi labilnya. f. Kebutuhan persiapan pulang a)

Makan Biasanya klien PK yang tidak memiliki masalah dengan nafsu makan maupun sistem pencernaannya, maka akan menghabiskan makanan sesuai dengan porsi makanan yang diberikan.

b)

Bab/Bak Biasanya klien masih bisa Bak/Bab

ketempat yang

disediakan atau

ditentukan seperti, wc ataupun kamar mandi. c)

Mandi Biasanya untuk kebersihan diri seperti mandi, gosok gigi, dan gunting kuku masih dapat dilakukan seperti orang-orang normal, kecuali ketika emosinya sedang labil.

d)

Berpakaian Biasanya masalah berpakaian tidak terlalu terlihat perubahan, dimana klien biasanya masih bisa berpakaian secara normal.

e)

Istirahat dan tidur Biasanya untuk lama waktu tidur siang dan malam tergantung dari keinginan klien itu sendiri dan efek dari memakan obat yang dapat memberikan ketenangan lewat tidur. Untuk tindakan seperti membersihkan

tempat tidur, dan berdoa sebelum tidur maka itu masih dapat dilakukan klien seperti orang yang normal. f)

Penggunaan obat Biasanya klien menerima keadaan yang sedang dialaminya, dimana dia masih dapat patuh makan obat sesuai frekuensi, jenis, waktu maupu cara pemberian obat itu sendiri.

g)

Pemeliharaan kesehatan Biasanya klien menyatakan keinginan yang kuat untuk pulang, dimana ia akan mengatakan akan melanjutkan pengobatan dirumah maupun kontrol ke puskesmas dan akan dibantu oleh keluarganya.

h)

Aktivitas didalam rumah Biasanya klien masih bisa diarahkan untuk melakukan aktivitas didalam rumah, seperti: merapikan tempat tidur maupun mencuci pakaian.

i)

Aktifitas diluar rumah Ini disesuaikan dengan jenis kelamin klien dan pola kebiasaan yang biasa dia lakukan diluar rumah.

g.

Mekanisme koping Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah: a) Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain. b) Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/ keinginan tidak baik. c) Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan. d) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan. e) Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan bermusuhan pada objek yang berbahaya.

h. Masalah psikososial dan lingkungan Biasanya

klien

akan

mengungkapakan

masalah

yamg

menyebabkan

penyakitnya maupun apa saja yang dirasakannya kepada perawat maupun tim medis lainnya, jika terbina hubungan yang baik dan komunikasi yang baik serta perawat maupun tim medis yang lain dapat memberikan soludi maupun jalan keluar yang tepat dan tegas. i.

Pengetahuan

Biasanya klien memilki kemampuan pengetahuan yang baik, dimana ia dapat menerima keadaan penyakitnya dan tempat ia menjalani perawatan serta melaksanakan pengobatan dengan baik. j. Aspek medik Diagnosa medik : Perilaku kekerasan Obat farmakaologi

: Anti ansietas dan Hipnotik sadatif,seperti : Diazepam

Anti depresan seperti : Amitriptilin Matlexon dan Proponolol k. Pohon masalah Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan konsep diri : HDR

l. Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan

m. Rencana keperawatan Diagnosa

Perencanaan

DX Keperawat an 1

Kriteria

Tujuan

perilaku

TUM

kekerasan

Klien

Intervensi

Rasional

Evaluasi 1.1.

Beri



Hubungan saling

mau

salam/nama

percaya

mencederai

mambal

panggilan

merupakan

diri

as

sendiri,orang

salam.

lain

tidak

Klien 1.1.1.

dan 1.2.

1.1.2. Sebutkan nama

Klien

perawat sambil

untuk

jabat tangan.

selanjutnya.

lingkungan.

mau

TUK

menjaba

maksud

1. Klien dapat

t tangan.

hubungan

membina hubungan

1.3.

Klien mau

landasan

1.1.3.

Jelaskan

interaksi. 1.1.4. Jelaskan tentang

utama

hubungan

saling

menyeb

kontrak

percaya.

utkan

akan dibuat.

nama. 1.4.

1.1.5. Beri rasa aman

Klien

dan

mau tersenyu

sikap

empati 1.1.6. lakukan kontan

m. 1.5.

yang

singkat Klien

tapi

sering.

mau kontak mata. 1.6.

Klien mau mengeta hui nama perawat.

2. Klien dapat 2.1

Klien 2.1.1 Beri kesempatan



Beri kesempatan

menidenti

mengun

untuk

untuk

fikasi

gkapkan

mengungkapka

mengungkapkan

penyebab

perasaan

n perasaannya

perasaannya,

perilaku

nya.

kekerasan .

2.2

Klien

2.1.2

Bantu

klien

dapat membantu

untuk

menurunkan

dapat

mengungkapka

stress

mngung

n

penyebab

kapkan

perasaan

perasaan

penyeba

jengkel/kesal

jengkel/kesal

b perasaan jengkel/ kesal (dari diri

penyebab

itu

dan

dapat diketahui.

sendiri,o rang lain atau lingkun gan) 3.

Klien 3.1.

Klien 3.1.1 Anjurkan klien



Untuk

dapat

dapat

mengungkapka

mengetahui

mengiden

megung

n

apa

yang

yang dialami dan

tifikasi

kapkan

dialami

dan

tanda dan

perasaan

dirasakannya

gejala

saat

saat

perilaku

marah/je

marah/jengkel.

kekerasan

ngkel.

.

3.2.

dirasakan 

dan

saat

jengkel. Untuk mengetahui

3.1.2 Observasi tanda

Klien

hal

tanda-tanda klien

gejala

jengkel/kesal . 

dapat

perilaku

mnyimp

kekerasan pada

kesimpulan

ulkan

klien.

bersama

klien

supaya

klien

tanda

3.2.1

Simpulkan

Menarik

dan

bersama klien

mengetahui

gejala

tanda

secara garis besar

jengkel/

gejala

tanda-tanda

kesal

jengkel/kesal.

marah/kesal.

dan

yang dialamin ya. 4.

Klien 4.1.

Klien 4.1.1 Anjurkan klien



Mengeksplorasi

dapat

dapat

untuk

perasaan

mengiden

mengu

mengungkapka

terhadap perilaku

tifikasi

ngkapk

n

kekerasan

perilaku

an

kekerasan

kekerasan

perilak

yang

yang

u

dilakukan

mengetahui

biasa

kekeras

klien

perilaku

perilaku

klien

yang

biasa dilakukan. biasa

(verbal,



Untuk

dilakukan

an

pada

orang

.

yang

lain,

pada

biasa

lingkungan

dan

dialami

dan pada diri

bantuan perawat

.

sendiri).

bisa membedakan

4.2.

Klien 4.2.1

Bantu

kekerasan biasa

klien

yang

dilakukan dengan

perilaku

yang

dapat

bermain peran

konstruktik

bermai

sesuai perilaku

destruktif.

n peran

kekerasan

sesuai

yang

klien

perilak

dilakukan.

menemukan cara

u

4.3.1



Bicarakan

dan

Dapat membantu

yang

untuk

dapat

kekeras

dengan klien,

menyelesaikan

an

apakah dengan

masalah.

yang

cara yang klien

biasa

lakukan

dilakuk

masalahnya

an.

selesai.

4.3.

Klien dapat menget ahui cara yang biasa dilakuk an untuk menyel esaikan masala h.

5.

Klien 5.1.

Klien 5.1.1.

Bicarakan



Dapat membantu

dapat

dapat

akibat/kerugia

klien

mengiden

menjela

n

menilai

tifikasi

skan

yang dilakukan

kekerasan

aklibat

akibat

klien.

dilakukannya.

perilaku

dari

5.1.2. Bersama klien

kekerasan

cara

menyimpulkan

mengetahui

yang

akibat

akibat

digunak

cara

an

dilakukan

diharapkan klien

klien:

klien.

dapat

dari

cara



dari yang

untuk perilaku yang

Dengan

perilaku

kekerasan

ü Akibat 5.1.3. Tanyakan pada

merubah

perilaku

pada

klien “apakah

destruktif

klien

ia

dilakukannya

send

mempelajari

menjadi perilakuk

iri

cara baru yang

yang konstruktif.

ü Akibat

ingin

sehat”



yang

Agar klien dapat

pada

mempelajari cara

oran

yang

g

konstruktif.

lain

yng

lain ü Akibat pada ling kung an 6.

Klien 6.1.

Klien 6.1.1

Diskusikan



Membantu klien

dapat

dapat

kegiatan fisik

untuk

mendemo

menyeb

yang

cara yang paling

nstrasikan

utkan

dilakukan

cocok

cara fisik

contoh

klien.

klien

untuk

pencega 6.1.2 Beri pujian atas

mencegah

han

kegiatan yang

pengalaman pada

perilaku

perilaku

biasa

klien

biasa



memilih

dengan

Memberikan

utuk

kekerasan

kekeras

dilakukan

melakukannya

an

klien.

dan meyakinkan

secara

6.1.3 Diskusikan dua

fisik

cara fisik yang

ü Tarik

paling mudah

nafa

dilakukan

s

untuk

dala

mencegah

n

perilaku

ü Pukul kasu

yaitu:

tarik

r

nafas

dalam

dan

dan

pukul

bant

kasur

al

bantal.

ü

serta

6.2.1. Demonstrasikan Kegi

cara tarik nafas

atan

dalam dengan

fisik

klien.

(ola

6.2.

kekerasan,

6.2.2.

Beri

contoh

h

kepada

klien

raga

tentang

cara

).

menarik mafas

Klien

dalam.

dapat

6.2.3.

Minta

klien

mende

untuk

monstra

mengikuti

sikan

contoh

cara

diberikan

fisik

sebanyak lima

untuk

kali.

menceg ah

6.2.4.

yang

Beri

pujian

positif

atas

bahwa klien bisa melakukannya.

perilaku

kemampuan

kekeras

klien

an.

mendemonstra

6.3.

Klien

cara

mempu

menarik nafas

nyai

dalam.

jadwal

6.2.5.

Tanyakan

untuk

perasaan klien

melatih

setelah selesai.

cara

6.2.6. Anjurkan klien

pencega

untuk

han

menggunakan

fisik

cara yang telah

yang

dipelajari saat

telah

marah/jengkel.

dipelaja

6.4.

sikan

6.2.7.

Lakukan

hal

ri

yang

sebelum

dengan 6.2.1.

nya.

sampai dengan

Klien

6.2.6.

sama

untuk

mengev

cara fisik lain

aluasi

di

kemam

yang lain.

puanny

6.3.1.

pertemuan

Diskusikan

a dalam

dengan

melaku

mengenai

kan cara

frekuensi

fisik

latihan

sesuai

akan dilakukan

jadwal

sendiri

yang

klien.

telah disusun.

klien

yang

oleh

6.3.2. Susun jadwal kegiatan untuk

melatih

cara

yang

telah

dipelajari. 6.4.1.

Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan,

cara

pencegahan perilaku kekerasan yang

telah

dilakukan dengn mengisi jadwal kegiatan harian. 6.4.2.

Validasi kemampuan klien

dalam

pelaksanaan latihan. 6.4.3. berikan pujian atas keberhasilan klien. 6.4.4.

Tanyakan kepada

klien

“apakah kegiatan

cara

pencegahan perilaku kekerasan dapat

mengurangi perasaan marah”. 7.

Klien 7.1.

Klien 7.1.1 Diskusikan cara

dapat

dapat

bicara

mendemo

menyeb

baik

nstrasikan

utkan

kklien.

cara

cara

7.1.2 Beri contoh cara

sosial

bicara

bicara

untuk

(verbal)

baik.

mencegah

yang

ü

perilaku

baik

dengan

kekerasan

dalam

baik.

menceg

yang dengan

yang

Meminta

ü

Menolak

ah

dengan

perilaku

baik.

kekeras

ü

an.

Mengungk

ü

apkan Me

perasaan

mint

dengan

a

baik.

deng 7.2.1. Meminta klien an

mengikuti

baik

contoh

cara

bicara

yang

ü Men

baik.

olak

ü

Meminta

deng

dengan

an

baik “saya

baik

minta uang

ü

untuk Men

membeli

makan”.

gung kapk

7.2.

7.4.

Menolak

an

dengan

pera

baik

saan

“Maaf,

deng

saya

an

tidak dapat

baik

melakukan

Klien

nya karena

saya

dapat

ada

mende

kegiatan

monstra

lain.

sikan

7.3.

ü

ü

cara

Mengungk

verbal

apkan

yang

perasaan

baik.

dengan

Klien

baik “saya

mempu

kesal

nyai

karena

jadwal

permintaan

untuk

saya tidak

melatih

dikabulkan

cara

”.

bicara

Disertai

yang

dengan

nada

baik.

bicara

yang

Klien mengev

rendah. 7.2.2. Meminta klien

aluasi

mengulang

kemam

sendiri.

puanny

7.2.3. Beri pujian atas

a dalam

keberhasilan

melaku

klien.

kan cara 7.3.1.

Diskusikan

bicara

dengan

klien

sesuai

tentang waktu

jadwal

dan

kondisi

yang

cara

bicara

telah

yang

dapat

disusun.

dilatih diruangan, misalnya meminta obat, baju,, dll.;menolak ajakan merokok, tidur tidak

pada

waktunya; menceritakan kekesalannya kepada perawat. 7.3.2. Susun jadwal kegiatan untuk melatih

cara

yang

telah

dipelajari. 7.4.1.

Klien mengvaluasi pelaksanaan latihan

cara

bicara

yang

baik

dengan

mengisi jadwal

kegiatan. 7.4.2.

Validasi kemampuan klien

dalam

melaksanakan latihan. 7.4.3. Berikan pujian atas keberhasilan klien. 7.4.4. Tanyakan pada klien “Bagaimana perasaannya setelah latihan bicara

yang

baik? Apakah keinginan marahnya berkurang?”. 8.

Klien 8.1.

Klien 8.1.1

Diskusikan

dapat

dapat

dengan

mendemo

menyeb

kegiatan

nstrasikan

utkan

ibadah

cara

kegiata

pernah

spiritual

n

dilakukan.

untuk

ibadah

mencegah

yang

menilai

perilaku

biasa

kegiatan

kekerasan

dilakuk

ibadah

an.

dapat

8.2.

Klien dapat

8.2.1.

Bantu

klien

yang

klien

yang

dilakukan diruang rawat.

mende

8.2.2.

Bantu

klien

monstra

memilih

sikan

kegiatan

cara

ibadah

ibadah

akan

yang

dilakukan.

dipilih 8.3.

yang

8.2.3. Mintan klien

Klien

mendemonstra

mempu

sikan kegiatan

nyai

ibadah

jadwal

dipilih.

untuk

8.2.4. Beri pujian atas

yang

melatih

keberhasilan

akegiata

klien.

n

8.3.1.

ibadah. 8.4.

Diskusikan dengan

Klien

klien

tentang waktu

mengev

pelaksanaan

aluasi

kegiatan

kemam

ibadah.

puanny

8.3.2. Susun jadwal

a dalam

kegiatan untuk

melaku

melatih

kan

kegiatan

kegiata

iabadah.

n ibadah.

8.4.1.

Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal kegiatan harian.

8.4.2.

Validasi kemampuan klien

dalam

melaksanakan ibadah. 8.4.3. Berikan pujian atas keberhasilan klien. 8.4.4. Tanyakan pada klien “Bagaimana perasaannya setelah teratur melaksanakan ibadah?Apaka h

keinginan

marahnya berkurang?”. 9.

Klien 9.1.

Klien 9.1.1.

Diskusikan



Klien

dapat

dapat

menyeb

bersama klien

mengetahui

mendemo

utkan

tentang

jenis

prinsip

nstrasikan

jenis,

obat

yang

agar tidak terjadi

kepatuha

dosis,

diminum

kesalahan dalam

n minum

dan

(jenis, warna,

mengkonsumsi

obat

waktu

besarnya);

obat.

untuk

minum

waktu minum

mencegah

obat

obat;

perilaku

serta

minum obat.

kekerasan

manfaat

.

dari

dengan

obat itu

tentaang

(prinsip

manfaat

9.1.2.

cara

Diskusikan klien

benar

5 benar

minum

: benar

secara teratur :

orang,

obat

ü Beda perasaan

obat,

sebelum

dosis,

minum

waktu

dan

dan cara

minum obat.

pemberi

ü Jelaskan bahwa

an. 9.2.

Klien mende monstra

obat sesudah

dosis

hanya

boleh

diubah

oleh dokter. ü

Jelaskan

sikan

mengenai

kepatuh

akibat minum

an

obat

minum

teratur,

obat

misalkan

sesuai

penyakitnya

jadwal

kambuh.

yang

9.2.1.

tidak

Diskusikan

ditetapk

tentang proses

an.

minum obat.

9.3.

Klien

ü

Klien

mengev

meminta

aluasi

obat

kemam

kepada

puanny

perawat

a dalam

(jika

mematu

dirumah

hi

sakit),

minum

kepada

obat.

keluarga (jika

dirumah ). ü

Klien memeriksa obat sesuai dosisnya.

ü Klien minum obat

pada

waktu yang tepat. 9.2.2. Susun jadwal minum

obat

bersama klien. 9.3.1.

Klien mengevaluasi pelaksanaan minum

obat

dengan mengisi jadwal kegiatan harian. 9.3.2.

Validasi pelaksanaan minum

obat

klien. 9.3.3. Beri pujian atas keberhasilan klien. 9.3.4.

Tanyakan kepada

klien

‘’Bagaimana perasaannya dengan minum obat

secara

teratur? apakah keinginan untuk marahnya berkurang?’’. 10.

klien 10.1. Klien 10.1.1. Anjurkan klien dapat

mengi

untuk

ikut

mengikuti

kuti

TAK

:

TAK

TAK

stimulasin

stimulasi

stimula

persepsi

persepsi

si

pencegahan

pencegah

perrsep

perilaku

an

si

kekerasan.

perilaku

penceg

kekerasan

ahan

mengikuti

.

perilak

TAK

u

stimulasi

kekera

persepsi

san.

pencegahan

:

10.1.2.

10.2. Klien

Klien

:

perilaku

memp

kekerasan

unyai

(kegiatan

jadwal

tersendiri).

TAK : 10.1.3.

Diskusikan

stimula

dengan

si

tentang

persep

kegiatan

si

selama TAK.

penceg

klien

10.1.4. Fasilitasi klien

ahan

untuk

perilak

mempraktikan

u

hasil kegiatan

kekera

TAK dan beri

san.

pujian

10.3. Klien

atas

keberhasilanny

dapat

a.

melaku 10.2.1.

Diskusikan

kan

dengan

evalua

tentang jadwal

si

TAK.

terhada 10.2.2.

klien

Masukan

p

jadwal

TAK

pelaks

kedalam

anaan

jadwal

TAK.

kegiatan harian klien. 10.3.1.

Klien mengevaluasi pelaksanaan TAK

dengan

mengisi jadwal kegiatan haraian. 10.3.2.

Validasi kemampuan klien

dalam

mengikuti TAK. 10.3.3.

Beri

pujian

atas kemampuan mengikuti TAK. 10.3.4.

Tanyakan kepada

klien

‘’Bagaimana

perasaan klien setelah TAK?” 11.

Klien 11.1.

11.1.1.

Identifikasi

mendapat

Keluar

kemampuan

kan

ga

keluarga dalam

dukungan

dapat

merawat klien

keluarga

mende

sesuai dengan

dalam

monstr

yang

melakuka

asikan

dilakukan

n

cara

keluarga

pencegah

meraw

terhadap klien

an

at

selama ini.

perilaku

klien.

cara

kekerasan

11.1.2.

telah

Jelaskan keuntungan peran

serta

keluarga dalam merawat klien. 11.1.3. Jelaskan cara – cara

merawat

klien : ü

Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.

ü Sikap dan cara bicara. ü

Membantu klien mengenal

penyebab marah dan pelaksanaa n

cara

pencegaha n perilaku kekerasan 11.1.4. Bantu keluarga mendemonstra sikan

cara

merawat klien. 11.1.5. Bantu keluarga mengungkapka n perasaannya setelah demonstrasi. 11.1.6.

Anjurkan keluarga mempraktikan nya pada klien selama dirumah sakit dan melanjutkanny a

setelah

pulang kerumah.

n. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Jika tidak tercapai, maka perlu ditindak lanjuti dengan penerapan bagian intervensi lama yang belum tercapai, atau memikirkan intervensi terbaru.

BABA IV TINJAUAN KASUS

BAB V SP PASIEN DAN KELUARGA

SP 1 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik a. Evaluasi latihan nafas dalam b. Latih cara fisik : pukul kasur dan banta c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua ORIENTASI “Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya irma latania, panggil saya irma, saya perawat yang dinas di ruangan ini, Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?” “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit? “bapak inginya dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu?” KERJA “Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada penyebab lain yang membuat bapak marah” “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau masalah uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien) “Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?” “Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah, membanting pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress bapak hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi takut barang-barang pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?” “Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”. “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.” “Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya

TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?” “Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!” “Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 06.00 pagi. dan jam jam 16.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?” “Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?” “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?” SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih. b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat. c. Susun jadual minum obat secara teratur ORIENTASI “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”. “Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit” FASE KERJA (perawat membawa obat pasien) “Bapak sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus! “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa minum air putih yang tersedia di ruangan”. “Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu” “Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!” “Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?” “Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?” “Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”. “Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa” SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal: a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik. c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal ORIENTASI “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan cara patuh minum obat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” “Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.” “Bagus. Nah kalau cara patuh minum obat dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan. “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?” “bapak inginya dimana?Bagaimana kalau di tempat yang sama?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” KERJA : “Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”

2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak” 3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus” TERMINASI : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?” “Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari” “Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?” Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!” “Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?” “Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya” SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal b. Latihan sholat/berdoa c. Buat jadual latihan sholat/berdoa ORIENTASI “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?” “Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya” “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? KERJA “Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.” “Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim).” TERMINASI Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?” “Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”. “Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien) “Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah” “Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”

SP 1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku kekerasan di rumah 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut) 3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain ORIENTASI “Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya irma latania, saya perawat dari ruang Soka ini, saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu hadapi?” “Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?” “Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di ruang tamu?” KERJA “Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan.” “Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya Bu?” “Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara kasar? Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?”” “Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”. Kalau bapak bisa melakukanya jangan lupa di puji ya bu”

TERMINASI “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?” “Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak” “Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu” “Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita bicarakan tadi langsung kepada bapak?” “Tempatnya disini saja lagi ya bu?”

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol Kemarahan a) Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah b) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat c) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat d) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan ORIENTASI “Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.” “Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?” “Berapa lama ibu mau kita latihan?“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih bersama” KERJA ”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!” ”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.” ”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?” ”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus dilakukan bapak adalah.......?” ”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”. “Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.

“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?” “ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebardebar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”. “Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini: 1.

Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”. 2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak” 3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus” “Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?” “Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”. “Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan kemarahan”. “Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah” “Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!” “Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter” TERMINASI “Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?” “Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?” “Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!”

“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.” “Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”

SP 3 Keluarga: Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga Buat perencanaan pulang bersama keluarga ORIENTASI “Selamat pagi pak, bu, karena ibu dan keluarga sudah menetahui cara-cara yang sebelumnya telah kita bicarakanya. Sekarang Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perawatan lanjutan untuk keluarga Bapak/Ibu. Apakah sudah dipuji keberhasilannya?” “Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual kegiatan dan perawatan lanjutan di rumah, disini saja?” “Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?” KERJA “Pak, bu, jadual yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!” “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bapak menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, maka bapak konsul kan ke dokter atau di bawa kerumah sakit ini untuk dilakukan pemeriksaan ulang pada bapak.” TERMINASI “ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, kontrol; ke rumah sakit). Saya rasa mungkin cukup sampai disini dan untuk persiapan pulang pasien lainya akan segera saya siapkan”

BAB VI ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial Klien

: TN. R

Usia

: 43 tahun

Interaksi ke

: I (Fase perkenalan)

Lingkungan

: Di Ruang tamu klien, duduk berhadapan dengan jarak 1 meter, suasana tenang ada perawat dan 5 (lima) mahasiswa lainnya (Stikes Alifah Padang)

Deskripsi

: Klien memakai baju kaos, model bergaris-garis, klien memakai sandal jepit

Tujuan interaksi: - Klien mau memperkenalkan diri - Terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien Waktu interaksi: Hari minggu 30 november 2018, Jam 11.45 WIB

Komunikasi verbal

Komunikasi non verbal

Analisa berpusat pada klien

Analisa berpusat pada perawat

Rasional

P : ”Selamat siang pak...?”

P : Kontak mata, berjabat tangan, mendekati klien K : Kontak mata baik dan lama

K : ”Selamat siang mbak..?”

K : Mendekat, duduk dikursi berhadapan dengan perawat

Agak tercengang dan sedikit terkejut disapa oleh perawat

Duduk, agak ragu sambil menatap lekat pada wajah perawat

P : Langsung menyentuh tangan klien untuk diajak berjabat tangan

P : Perkenalkan nama saya Mona Andini, saya biasa dipanggil Mona, saya mahasiswa dari Stikes Alifah Padang Selama 2 minggu kedepan saya akan merawat bapak dan pasien yang lain yang berada disini. Bagaimana kalau kita

Klien tetap P : Kontak mata,memperbaiki duduk, menatap perawat duduk dan tersenyum ramah K: Memperhatikan perawat, kelihatan masih sedikit ragu

Berharap klien mau diajak berkenalan

Merasa senang ada signal penerimaan oleh klien, klien mau diajak berjabat tangan

Berharap dapat melanjutkan bincang-bincang

Ucapan salam sebagai tanda awal dari terjadinya hubungan saling percaya

Signal persahabatan belum begitu kuat, perlu ditingkatkan, sudah terjalin hubungan saling percaya

Untuk menimbulkan rasa percaya bagi klien terlebih dahulu perawat memperkenalkan diri

ngorol sebentar, sekitar 10 menit. Apakah bapak setuju?

K : ”Iya, setuju mbak”

P : ”Nama bapak siapa? Biasanya suka dipanggil siapa?Umur bapak berapa? Terus asal bapak darimana?”

K : Nama saya Rahman saga, saya biasa dipanggil Rahman, umur saya 43 tahun, rumah saya di khatib sulaiman mbak”

P : ”Apakah bapak rahman

K: Kontak mata baik P: Memperhatikan tingkah laku klien

P : Kontak mata, berjabat tangan sambil tersenyum K : Kontak mata bersahabat, klien merasa ada hubungan

Klien duduk berhadapan, tidak ada keraguan

Klien merasa senang selama berkomunikasi dengan perawat

Berharap dapat melanjutkan pertemuan

Sudah terasa adanya hubungan saling percaya sehingga klien terasa terlindungi

Menyebutkan nama, umur dan asal menandakan sudah terjadi hubungan Perawat menginginkan adanya pertemuan ulang

Menstimulasi klien terhadap perubahan

masih ingat sudah berapa lama bapak dirawat disini? Dan sudah berapa kali bapak rahman dirawat disini?”

K : ”Saya sudah 23 hari disini mbak, saya dulu dirawat diruang anyelir dapat seminggu terus dipindah diruang melati sampai sekarang. Dulu saya pernah dirawat disini mbak waktu anak saya umur 5 tahun sekarang anak saya sudah kelas 2 SMA”

K : Kontak mata bersahabat,klien sudah merasa ada hubungan P : Kontak mata, memperhatikan klien

P : Kontak mata, memperhatikan klien

Klien bicara lancar tidak canggung, selalu bicara sesuai pertanyaan

Klien bicara jelas

K : Klien mendengarkan dengan serius saat perawat mengajukan pertanyaan

K : Kontak mata bersahabat, bicara tidak ada hambatan dan sesuai dengan pertanyaan P : Mendengarkan

Perawat senang, pertanyaan dapat diklasifikasi masalah yang diajukan

Perawat berharap klien bisa mengatakan apa yang ingin digali oleh perawat

Perawat berharap klien kooperatif dan bicara sesuai

Klien bicara tidak ada penghalang

Mengetahui seberapa terbuka klien terhadap perawat

Orientasi waktu, tempat dan orang cukup baik

klien dengan penuh perhatian

Inisial Klien

: Tn.R

Usia

: 43 tahun

Interaksi ke

: II (Fase kerja)

Lingkungan : Di ruang tamu, duduk berhadapan berbatas sudut meja jarak setengah meter, suasana tenang Deskripsi

: Klien memakai kaos warna kuning bermotif garis, rambut beruban, kulit sawo matang, klien memakai sandal jepit, ekspresi wajah tenang

Tujuan interaksi: - Klien dapat mengidentifikasi penyebab marah - Mengetahui respon klien terhadap penyebab marah Waktu interaksi: Hari Senin, 01 desember 2018, Jam 09.00 WIB

Komunikasi verbal

Komunikasi non verbal

Analisa berpusat pada perawat

Analisa berpusat pada klien

Rasional

P : ”Selamat pagi bapak R...?”

P : Kontak mata, berjabat tangan, mendekati klien K : Klien tersenyum

K :”Selamat pagi mbak Irma..?”

P : ”Apakah bapak R masih ingat kenapa bapak dirawat disini?”

K : ”Saya dirumah mara-marah

P : ”Iya, dalam catatan dokter dan perawat ditulis kalau bapak R di

K : Klien tersenyum, berjabat tangan, kooperatif, kontak mata baik

P: Mempertahankan kontak mata K : Klien diam

Berharap klien dapat berinteraksi dengan perawat

Senang karena klien menerima kehadiran perawat

Berharap klien mau menjawab pertanyaan perawat

Klien senang disapa oleh perawat

Klien kooperatif

Ada sedikit perasaan ragu untuk menceritakan masalahnya dengan perawat

Mengkaji perasaan sehingga dapat mengetahui mood klien

Hubungan saling percaya sudah terbina

Klien mengungkapkan perasaan marahnya

K : Kontak mata, kadang menunduk

P: mempertahankan kontak mata K : Klien mengengarkan perawat dan terkadang

Berharap klien mengungkapkan perasaannya sesuai yang dialami

Ada banyak keinginan untuk mengungkapkan perasaannya

Klien mengungkapkan perasaan penyebab marah

rumah marah-marah sampai membanting pintu dan memecahkan barang , membanting piring dan gelas. Apa penyebabnya sampai bapak R melakukan itu? Apa ada yang membuat bapak R kesal?”

tersenyum

K : ”Saya stres karena perkejaan dan masalah keuangan mbak.”

P: ”Bagaimana perasaan bapak R setelah kita berbincangbincang tadi?” K : ”Perasaan saya jadi lega mabak, jadi

K : Kontak mata lama, bicara pelan P : Kontak mata, memperhatikan gerakan dan katakata klien

P : Kontak mata, tersenyum pada

Menilai klien menyebutkan penyebab marahnya

Menyebutkan penyebab marah

Klien menjadi lebih dekat dengan perawat

plong”

klien K : Tersenyum, kooperatif

Berharap perasaan klien menjadi lega Klien kooperatif

K : Kontak mata baik, bicara pelan sambil tersenyum

Perawat senang klien mau bercerita tentang masalahnya Klien senang karena dapat mengungkapkan perasaannya

Nama

: Tn. R

Hari/Tanggal

: sabtu, 01 desember 2018

Usia

: 34 Th

Waktu

: 11.45 – 12.00 WIB

Interaksi

: Fase Terminasi

Tujuan

: Setelah Intervensi Keperawatan

Lingkungan

: Posisi Duduk berdampingan di samping

K dapat menerima perpisahan tempat tidur. secara wajar. Deskripsi

: Penampilan K nampak rapi, rabut disisir, menggunakan celana jeans,

memakai baju kaos dan memakai sendal.

Komunikasi Non

Komunikasi Verbal

P: P: Selamat siang Tn.R

Verbal

Analisa

Analisa

Berfokus

Berfokus pada

pada Klien

Perawat

P P: Menghampiri K,

Rasional

Merasa ragu,

tersenyum, berdiri di

apakah K mau

samping tempat tidur

menerima

K

perpisahan ini.

K: Melihat ke arah P, sambil tersenyum.

K: K: Selamat siang.

PP: Kontak mata, bicara

Pada akhir

santai tapi jelas.

interaksi harus dilakukan

P:Bagaimana

terminasi.

perasaannya hari ini pak

Perasaan

? Apakah sudah makan pak ?

masih ragu K:Menganggukkan

apakah K dapat

kepala. K: K: Sudah.

menerima

P: Tetap tersenyum

perpisahan.

dan mempertahankan P: P: Boleh saya duduk di kontak mata. sini

dan

cerita-cerita

dengan ibu ± 10 menit K: Menatap ke arah P

Memikirkan

sambil tersenyum.

topik apa lagi yang harus

K K: silahkan Duduk mbak.

ditanyakan ke P P: Tenang, rileks,

P

Merasa lega karena K mau merespon stimulus yang

Perawat dengan Klien, menerima perpisahan dengan wajar.

mempertahankan P: P: Oh iya bapak R apakah

kontak mata.

Merasakan adanya

bapak masih ingat tujuan

perubahan

kita

dalam

bertemu, dimana waktu itu

disampaikan P.

kita

dirinya.

sama-sama

cerita untuk membantu masalah

yang

bapak

rasakan,

Bagaimana K: Menatap P dan menurut bapak apa tersenyum merasa ada baikan/enak ? Saya melihat bapak R sekarang, sudah banyak berubah karena sudah mau

cerita

dengan

orang lain dan sekarang sudah nampak

segar

dan rapih.

K: K: iya mbak.

Komunikasi Verbal

Komunikasi Non Verbal

Analisa

Analisa

Berfokus pada

Berfokus pada

Klien

Perawat

Rasional

Senang karena P: P: Oh ya, agar perasaan P: Tersenyum, dan mau mengamuk dan mempertahankan marah – marah bapak kontak mata.

K dapat menangkap apa yang disampaikan

Saran : memberi alternatif ide untuk

R dapat melakukan

oleh P.

misalnya jangan suka melamun,

pemecahan masalah.

cari

kesibukan di rumah, dll.

Berusaha untuk melaksanakan

K: K: Ia mbak, nanti saya

apa yang

coba.

dianjurkan P

karena K mau

K : Melihat ke arah

merespon

P, sambil tersenyum. P: P: Bagus pak, selain itu yang

perlu

bapak

di

rumah

lakukan

Merasa lega

stimulus yang Merasa bahwa

disanmpaikan

ada yang akan

P.

Reinforcement meningkatkan harga diri klien.

membantu.

adalah bapak harusP P : Berbicara dengan cerita-cerita

dengan suara lembut tapi

orang di rumah, dan jelas dan jangan lupa minum mempertahankan obat secara teratur kontak mata. dan

ingat

kembali

Informing

kontrol ke dokter di Polik.

K: Wajah nampak ceria.

dan

cukupkan sampai di

fakta untuk

kesehatan.

P P: Tetap tersenyum

pertemuan ini, kita

informasi dan

pendidikan

K: K: iya mbak

P: P: Nah, kalau begitu

memberikan

mempertahankan kontak mata.

sini dulu, mudah-

K: Menatap ke arah

mudahan semua yang

P dan tersenyum.

sudah kita bicarakan dapat bermanfaat bagi bapak. Selamat siang pak.

K:K: Terima kasih mbak, selamat siang.

Melakukan terminasi akhir interaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Ana, Kaliat, 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : ECG. Budi Ana, Kaliat, 2009. Model Keperawatan profesi Jiwa. Jakarta : ECG. Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta : Nuha medika. Mukhripah D amaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Samaarinda : Refka Aditama.

More Documents from "Adinda Oktaviana"

Pk.docx
April 2020 0
Cover Fixxxx Kel. 2.docx
December 2019 48
Tika Materi.docx
December 2019 44
Kelompok 5 Mutu.docx
December 2019 46
Daftar Pustaka.docx
December 2019 43