Pesta Bau Nyale Nyale (atau disebut Bau Nyale di Lombok) adalah upacara perburuan cacing laut di Pantai Seger Kuta, Lombok (Pantai Selatan). Cacing – cacing ini muncul pada bulan Februari-Maret atau hari ke-19 bulan ke-10 pada penanggalan Sasak . Cacing cacing itu datang ketika bulan, angin, dan pasang datang bersamaan. Itulah saat bagi cacing-cacing yang hidup di bebatuan karang di sepanjang pantai selatan NTB melakukan pembuahan. Masyarakat NTB mempercayai, cacing laut yang selalu muncul setahun sekali di hari ke19 bulan ke-10 kalender Sasak tersebut adalah jelmaan Putri Mandalika, seorang Putri Raja ang cantik rupawan Asal - Usul Alkisah seorang Raja bertahta disebuah Kerajaan bernama Kerajaan Tunjung Bitu. Sang Raja memiliki seorang putri cantik jelita, cerdas dan bijak. Putri Raja itu bernama Putri Mandalika. Kelebihan yang dimiliki Sang Putri tersebar keseluruh kerajaan bahkan sampai di Negeri seberang. Raja-raja yang mengetahui adanya Putri yang sangat cantik di Kerajaan Tonjong Beru Tunjung Biru itu akhirnya memerintahkan Putra Mahkota masing-masing untuk meminang Putri Mandalika. Saking arif dan bijaknya Sang Putri, semua Putra Mahkota yang datang melamarnya ia sanggupi. Diluar kesadaran Sang Putri, bahwa sikapnya itu sikap yang kurang baik dan akan menjadi riskan bagi dirinya, sebagai seorang Putri Raja. Putri Mandalika memiliki perangai pendiam, sulit untuk mengutarakan permasalahan yang sedang dihadapinya. Akhirnya semua tunangannya itu disanggupi pada tanggal dua puluh bulan sepuluh penanggalan Sasak, dimana pada waktu yang ditentukan Sang Putri tersebut adalah bulan-bulannya musim penghujan. Tiba saatnya janji Sang Putri tersebut, maka semua Putra Mahkota datang bersama pasukan pengawalnya dengan membawa harta lamaran masing-masing, tidak dapat dielakkan lagi pertempuran terjadi disepanjang jalan menuju Tonjeng Beru sebagai akibat dari janji kolektif yang diucapkan sang putri kepada semua calon suaminya, Sang Putri mendengar berita tentang terjadinya pertempuran dalam perjalanan. Sang Putri semakin panik bahkan gusar sekali.
Akhirnya Sang Putri meminta petunjuk pada orang pintar. Orang pintar tersebut menilai Putri Mandalika tak layak jika hanya dimiliki oleh satu orang. Sang Putri disarankan harus bisa menjadi milik orang banyak. Hal yang sangat tidak disangka keputusan yang diambil dalam rangka mempertahankan konsistensinya, Sang Putri memilih untuk menceburkan dirinya ke laut yaitu tepatnya di Pantai Seger Kuta, Lombok. Ketika Sang Putri hendak menceburkan dirinya ke laut itu, Putri Mandalika berpesan kepada segenap yang hadir dengan ucapan : ”Wahai Kakanda-kakandaku yang sangat aku cintai dan kasihi, serta seluruh kalewarga Kerajaan Tonjeng Beru (Tunjung Biru)). Aku telah melakukan Nyalaq (kesalahan). Karena semua kakanda-kakandaku adalah satria yang gagah berani dan sakti mandraguna, disamping itu aku sangat mengasihi kalian sebagai kalewarga Tonjeng Beru (Tunjung Biru). Jika aku diboyong oleh salah seorang ksatria yang ada ini, jelas akan timbul pertumpahan darah dan aku tidak akan bersama lagi dengan kalian. Hal ini yang tidak dapat aku lakukan dan tidak akan pernah ada dihati dan pikiranku sebagai seorang putri Raja yang konsekwen yang tidak akan pernah mengingkari janjinya. Maka untuk memenuhi janji yang pernah aku ucapkan, aku akan menceburkan diri di laut Selatan ini. Kelak pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak, aku akan muncul dengan wujud lain agar semua orang bisa menikmati dan merasakan kehangatanku.” Begitu ucapan Sang Putri berakhir, pada saat itulah Sang Putri menceburkan dirinya kelaut. Sebagai mana fatwa Sang Putri. Hingga saat ini oleh masyarakat komunitas Pujut khususnya setiap tahun selalu merayakan pesta Bau Nyale sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Tata Cara Dalam upacara tradisi ini, laki-lakiperempuan (berpasangan) berkumpul berkelompok membuat perapian di pantai. Mereka saling berpantun yang berisi ledekan terhadap pasangannya. Kemudian mereka saling menghujat dengan hujatan yang bisa menjatuhkan rasa kemanusiaan. Mereka juga saling bercumbu dalam batas sopan-santun publik. Jumlah yang hadir di tradisi ini bisa mencapai lebih dari 100 ribu orang, termasuk turis lokal-mancanegara. Suasana penuh kegembiraan. Ketika ribuan cacing itu menampakkan dirinya dengan warna-warna gemerlap nan indah, pemimpin doa di acara itu mengambilnya, kemudian menerjemahkan kehendak yang tersirat, berupa berhasil-gagalnya musim panen tahun itu(masyarakat NTB hanya mengalami musim panen padi setahun sekali). Setelah pemimpin doa selesai melaksanakan tugasnya, masyarakat pun berbondong – bondong memunguti cacing Tambahan Penduduk mempercayai, jika cacing itu dimakan, bisa menyehatkan badan, bahkan bisa menambah gairah seks. Tapi, keberadaan cacing yang menyala ini hanya selama enam jam. Kalau cacing itu ditangkap dan dibiarkan di dalam air, begitu fajar tiba, ia akan menghilang. tak ada bentuk yang tersisa, kecuali hanya air. Tak ada keindahan yang muncul setelah penghujatan, selain peristiwa Bau Nyale di Lombok ini. Yang ada justru keindahan yang dipamerkan oleh pihak tertentu berakhir dengan hujatan-hujatan, karena sudah tak bisa lagi menahan amarah
Created by Febri Susanti