Perubahan Sosial

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perubahan Sosial as PDF for free.

More details

  • Words: 1,569
  • Pages: 6
Dampak Perpustakaan Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Oleh : Sri Wahyu Hastarini (Badan Perpustakaan Jatim) Email : [email protected] Pendahuluan Ketika kita berbicara tentang informasi, aktualisasi yang kita tangkap dapat berbentuk lisan dan tulisan. Kemudian kita cermati lagi secara seksama bahwa, masyarakat Indonesia masih menyukai budaya lisan, maka informasi penting yang seharusnya dapat dibakukan dalam bentuk catatan, aturan dan sejenisnya masih jauh dari harapan. Padahal, jika kita dapat me-’manage’ informasi dengan baik, salah satunya dapat berfungsi sebagai acuan pengontrol tingkat perkembangan suatu dimensi ilmu dan teknologi, yang telah dicapai untuk kehidupan sehari-hari disamping memudahkan untuk melakukan tindakan yang berkelanjutan sesuai bidang yang diembannya. Maka dukungan semua pihak yang di dalamnya ada unsur-unsur kelompok institusi (perpustakaan), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan tak ketinggalan kelompok penerbit dapat memberikan ’presure’ kepada individu-individu yang berkompeten di bidangnya, agar mampu menerjemahkan budaya lisan ke dalam budaya tulis. Misalnya, untuk institusi (perpustakaan) atau LSM dapat memulai menghimpun permasalahan/kejadian pada tugas masing-masing dengan menempatkan dalam suatu database, sehingga dengan demikian memudahkan dalam penyelesaian kasus-kasus atau pertanyaan yang kondisinya sama, selain dapat mengetahui kronologi suatu kejadian/kasus yang selalu berulang, kemudian membukukan kegiatan rutinitas tersebut, dimana pada akhirnya dapat dimanfaatkan secara bersama. Adapun untuk media penerbitan, seperti surat kabar, majalah ilmiah/populer/buku dapat mempublikasikan artikel dan hasil penulisan yang banyak bersifat aplikatif selain ada yang bersifat hiburan. Kita dapat menjadikan buku yang mengandung makna penulisan, yang berisi informasi penting dan bermanfaat sebagai salah satu media dalam hal ’sharing’ informasi yaitu melaui pembelajaran mandiri, maksudnya adalah melakukan kegiatan membaca dan menulis merupakan bagian respon atas isi dari suatu tulisan pada buku yang memuat hasil penulisan, utamanya yang berkait langsung dan memiliki makna Mimbar Pustaka Jatim No 01/Th./januari-Maret 2007[ p.16-17]

1

tambah untuk kehidupan sehari-hari yang berkonotasi positif. Selain pada proses baca/tulis seseorang dapat menjadikan buku sebagai kompetisi terhadap kompetitor yang berkecimpung di bidangnya.

Perubahan Sosial Pengertian perubahan sosial, menurut ”Gillin and Gillin” adalah suatu variasi dan cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi (penemuanpenemuan baru dalam masyarakat). Menurut ”Rogers”, perubahan sosial melewati beberapa tahap, diantaranya : 1. Invensi, yaitu suatu situasi atau kondisi seseorang untuk bisa menciptakan ide. Ide tersebut bisa datang dari bahan pustaka, penelitian orang lain atau tulisan orang lain. 2. Adopsi, yaitu suatu proses yang menunjukkan bahwa informasi tersebut bisa diterima oleh individu maupun masyarakat. 3. Konsekuensi, yaitu keadaan individu atau masyarakat untuk bisa menerima atau menolak terhadap perubahan tersebut. Proses perubahan masyarakat (social change) terjadi karena manusia adalah makhluk yang berfikir dan bekerja. Selain itu manusia juga selalu berusaha untuk memperbaiki nasibnya dan sekurang-kurangnya berusaha untuk mempertahankan hidupnya. Dalam keadaan demikian, terjadilah sebab-sebab perubahan (menurut ”Robert L. Sutherland, dkk.) yaitu : 1. Inovasi (penemuan baru/perubahan) 2. Invensi (penemuan baru) 3. Adaptasi (penyesuaian secara sosial dan budaya) 4. Adopsi (penggunaan dari penemuan baru/teknologi) Telah dinyatakan, bahwa perubahan masyarakat dalam abad ini terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi yang tidak lain merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan (mental) manusia itu sendiri.

Mimbar Pustaka Jatim No 01/Th./januari-Maret 2007[ p.16-17]

2

Jadi, sekarang manusia harus mengikuti perubahan teknologi dengan akibat peradaban masyarakatnya tanpa mengarahkannya pada kemunduran (regress) tetapi menjadikannya suatu kemajuan (progress) untuk manusia. Selanjutnya, tidak semua penemuan baru/modernisasi mengalami penyebaran (diffusion) dan penggunaan (adoption), sehingga karenanya kemajuan

teknologi

kadang-kadang juga tidak mengakibatkan perubahan masyarakat. Salah satu dasar agar perubahan masyarakat dan kemajuan teknologi dapat dipergunakan untuk kemajuan sosial adalah, bahwa penggunaan penemuan baru diadakan

dalam masyarakat yang sudah disiapkan untuk mengadakan

kemajuan

masyarakat yang diinginkan.

Perpustakaan Sebagai Agen Perubahan Sosial Penerapan program masyarakat dari budaya lisan ke dalam budaya baca/tulis mengharuskan terjadinya perubahan terlebih dahulu. Program-program yang diterapkan di dalam proses pembangunan (yang merupakan perubahan sosial yang direncanakan) kadang-kadang tidaklah sesuai dengan tradisi yang ada. Semua itu diperlukan serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk melembagakan program tersebut. Untuk dapat melaksanakan perubahan tersebut, diperlukan pihak-pihak yang mampu berfungsi sebagai inspirator. Inspirator tersebut harus mempunyai kemampuan untuk menyelaraskan tradisi dengan modernisasi (perubahan ke arah yang lebih baik). Di dalam penyelarasan tersebut senantiasa akan timbul tahapan purna tradisional dan tahap pra modern, yang biasanya menimbulkan masalah-masalah yang sulit untuk diatasi, karena berada di dalam suatu masa transisi. Perpustakaan sebagai suatu institusi/lembaga

yang mempunyai kemampuan

untuk melaksanakan perubahan tersebut dapat menghimpun pemikiran-pemikiran manusia ke dalam suatu bentuk penulisan yang bertujuan untuk proses belajar tanpa batas seluruh anggota masyarakat. Menurut ”Ranganathan” bahwa perpustakaan adalah organisme yang tumbuh. Tempat tumbuhnya suatu perpustakaan adalah dalam masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan berisi 2 (dua) dimensi yaitu :

Mimbar Pustaka Jatim No 01/Th./januari-Maret 2007[ p.16-17]

3

1. Wujud kebudayaan, misalnya brupa gagasan, konsep dan pikiran manusia, atau suatu rangkaian kegiatan dan bahkan bisa berupa benda (mulai dari sendok nasi sampai peluru kendali) 2. Isi kebudayaan, ada bermacam-macam, mulai dari bahasa sampai teknologi, mulai dari sistem ekonomi sampai religi dan kesenian. Di manakah kita dapat menempatkan perpustakaan dalam kebudayaan? Kita dapat melihatnya dari apa yang selama ini dikelola oleh sebuah perpustakaan, yaitu buku (yang telah mengalami evolusi luar biasa, termasuk telah menjadi digital seperti sekarang ini) dan kegiatan membaca yang secara historis merupakan titik perhatian kegiatan perpustakaan. Buku adalah rekaman pengetahuan (records of knowledge) dalam pengertian yang sangat luas dan yang termasuk dalam kategori isi budaya. Pengetahuan bisa direkam ketika bentuk-bentuk simbol, yang semula hanya bisa diwujudkan lewat bahasa lisan, berhasil dilestarikan dalam bentuk bahasa tulisan dan dipertahankan pada berbagai jenis media. Jadi hampir pasti dapat dikatakan, bahwa perpustakaan adalah isi dan wujud dari kebudayaan yang sudah mengenal tulisan dan media. Kebudayaan yang demikian ini seringkali diberi nama kebudayaan yang sudah beradab. Sementara itu, dalam ilmu sosiogi dikenal istilah institusi dan sistem. Perpustakaan sebagai institusi sosial

harus memiliki struktur yang telah bertahan

sepanjang waktu tertentu di wilayah yang luas (misalnya, negara Indonesia). Sedangkan sebagai sebuah sistem sosial, perpustakaan adalah interaksi antar anggota masyarakat yang dijalankan

secara terus-menerus sehingga terpola dan terlihat sebuah kegiatan

rutin. Dalam interaksi ini, anggota-anggota masyarakat memanfaatkan tata-aturan dan sumberdaya yang adalah struktur sosial. Perpustakaan adalah sistem sosial yang di dalamnya mengandung interaksi antar berbagai pihak secara terus-menerus. Untuk melakukan interaksi ini diperlukan kegiatan komunikasi, penggunaan kekuasaan/wewenang, serta penerapan sanksi-sanksi sosial. Semua kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan jika ada skema interpretasi, alokasi fasilitas, dan norma-norma. Skema interpretasi memungkinkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perpustakaan berkomuniksi satu sama lainnya. Alokasi sarana memungkinkan pihak-pihak yang berinteraksi mencapai tujuan masing-masing maupun tujuan bersama, sekaligus menentukan struktur hubungan dominasi antar mereka.

Mimbar Pustaka Jatim No 01/Th./januari-Maret 2007[ p.16-17]

4

Sedangkan norma-norma memungkinkan adanya kepastian tentang legitimasi berbagai pihak yang berinteraksi. Cara masyarakat Indonesia menetapkan serta perpustakaan inilah

menerapkan norma-norma tentang

yang menentukan seberapa tertanamnya struktur legitmasi

perpustakaan Indonesia dalam rentang dan waktu. Sejalan dengan itu, diperlukan aloksi fasilitas yang memungkinkan pihak-pihak yang menggunakan perpustakaan mencapai tujuan-tujuannya. Termasuk di dalam fasilitas ini adalah tidak saja sarana-prasarana, tetapi juga kewenangan untuk mengalokasikan fasilitas itu pada kegiatan tertentu. Seberapa besar alokasi

fasilitas

dan keluasan wewenang yang diberikan kepada

perpustakan Indonesia menentukan seberapa besarnya dominasi perpustakaan dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Legitimasi dan dominasi ini bersama-sama dengan tata-cara pemanfaatan perpustakaan untuk kegiatan komunikasi pengetahuan membentuk ’struktur sosial perpustakaan Indonesia’. Di samping hal di atas, ada beberapa program yang bertujuan untuk merubah budaya masyarakat Indonesia dari lisan ke dalam baca/tulis yaitu : 1. Pemerintah melalui perpustakaan umum bekerjasama dengan penerbit dan LSM dapat memroduksi buku-buku yang berhubungan dengan pengembangan taraf hidup masyarakat, dan secara gratis dibagikan kepada yang berminat atau dapat dibeli dengan harga murah. 2. Menyederhanakan konsep perpustakaan umum, yang dapat diwujudkan sampai tingkat RT/RW, membentuk semacam ’reading room’ sehingga dalam setiap bulan minimal ada pertemuan RT/RW, peserta yang hadir akan tertarik untuk membaca buku dan berdiskusi sebagai upaya menambah wawasan. 3. Pemerintah melalui perpustakaan umum dan perangkat desa dapat memberikan penghargaan kepada pembaca aktif yang mampu menumbuhkan inovasi. Adapun kriteria penilaiannya adalah dengan melihat dan meneliti buku/informasi apa saja yang telah dibaca, apa hasil karya inovatifnya baik dalam bentuk aplikasi lapangan pada bidang teknologi tepat guna

ataupun hasil tulisan yang memberikan nilai

tambah terhadap masyarakat sekitarnya.

Mimbar Pustaka Jatim No 01/Th./januari-Maret 2007[ p.16-17]

5

Penutup Buku

yang

mengandung

makna

penulisan

yang

bermanfaat

dapat

meningkatkan/mengubah pola kehidupan sehari-hari dengan satu tujuan, untuk dapat membangun dan memperbaiki keadaan yang terjadi sekarang ini. Yaitu mulai dari diri sendiri dan keluarga, maka diharapkan secara otomatis budaya pada masyarakat bangsa dan negara dapat tercermin dalam kemampuan 3 (tiga) pilar yakni daya, karsa dan cipta, yang diwujudkan sesuai kemampuan bidang masing-masing. Pola mempertahankan visi, ingin selalu menjaga dan membangun adalah merupakan kerangka berpikir yang seharusnya selalu diturunkan secara kontinuitas dari generasi ke generasi, sehingga bangsa ini berwawasan terbuka, maju dan berbudaya, walaupun dalam ke-Bhineka Tunggal Ika-annya kita dapat bersatu. Meskipun berbeda ide, pandangan atau pendapat, tetapi melalui buku (penulisan yang bermakna) akan dapat memberikan gambaran dan pengembangan proses berpikir yang obyektif. Dengan memahami informasi secara benar, dan mengaplikasikan sesuai dengan kemampuan, maka bangsa dan negara ini akan menjadi lebih makmur dan berkeadilan. Dan yang lebih penting, masyarakat tidak terombang-ambing dan dapat memilah suatu informasi bernilai membangun atau merusak, sehingga harapannya informasi yang bermakna akan mengurangi tingkat keserakahan manusia yang masih berkeinginan membangun suatu komunitas sesuai dengan bidangnya, menjadi lebih berkualitas dan beradab.

Daftar Pustaka Andayani, Arum (2004) “Buku Sebagai Media Perataan Informasi”. Mimbar Surya, 5 (7), 14–16. Bahan Ajar Mata Kuliah Perpustakaan dan Perubahan Sosial. Pendit, Putu Laxman (2002) “Kepustakawanan Berbasis Inklusi Sosial”. Visi Pustaka, 4 (2), 1-3. Sukanto, Suryono dan Taneko, Soleman B. (1985) “Pengantar Konsep dan Teori Sosiologis”. Lampung : Universitas Lampung. Susanto, Astrid S. (1983) “Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial”. Jakarta : Bina Cipta.

Mimbar Pustaka Jatim No 01/Th./januari-Maret 2007[ p.16-17]

6

Related Documents