Kajian-perubahan-sosial-budaya.pdf

  • Uploaded by: Maiza Husna
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kajian-perubahan-sosial-budaya.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 7,462
  • Pages: 41
BAB II KAJIAN TEORI 2.1.Teori Perubahan Sosial Budaya Perubahan yang menyangkut kehidupan manusia di sebut perubahan sosial dapat mengenai nilai-nilai sosial, nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena luasnya bidang di mana mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut. Kehidupan manusia, ada pandangan segolongan atau sekelompok yang mempunyai rasa membangun di mana selalu menginginkan adanya kemajuankemajuan dan perombakan-perombakan sesuai tuntutan zaman. Di samping itu pula, di dukung oleh pandangan segolongan masyarakat yang bersifat optimis yang di artikan sebagai sekelompok masyarakat yang berfaham mempunyai bahwa besok di kemudian hari akan ada hari lebih cerah, sehingga di dorong oleh rasa kejiwaan paham optimis tersebut mereka akan selalu berhati-hati dalam membawa arus massyarakat cenederung untuk maju dan berubah. Di bawah ini adalah beberapa pendapat para ahli tentang perubahan sosial yaitu sebagai berikut: Menurut Wibert moore (dalam Jacobus Ranjabar 2008:15) berpendapat bahwa “perubahan sosial bukanlah suatu gejala masyarakat modern tetapi sebuah hal yang universal dalam pengalaman hidup manusia.”

Menurut Soekanto (2005:103) mengemukakan perubahan sosial adalah “sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah di terima, baik karena kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi mau pun karena adanya di fusi atau pun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat”. Menurut Soejono Soekanto (dalam Jacobus Ranjabar 2008:15) menegaskan bahwa perubahan sosial masih dalam terikat pada uraian sejarah pemikiran sosiologi tentang perubahan sosial untuk semua gejala dengan merujuk kepada pendapat William f ogburn, dengan mengemukakan ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsure-unsur baik yang material, yang di tekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsureunsur immaterial. Menurut Koentjaranigrat adalah “segala perubahan-perubahan pada lembagalembaga lemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat”. Hal ini senada, dengan Munandar Soelaiman (dalam Ridwan hal:57). “Perubahan sosial merupakan variasi dari cara hidup yang telah di terima, baik di sebabkan oleh kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi, di fusi atau pun penemuan baru dalam masyarakat”. Menurut Ogburn (dalam Ridwan 1998 hal:58) bahwa perubahan teknologi menyebabkan perubahan lingkungan material, sehingga menimbulkan perubahan atau terjadi modifikasi kebiasaan-kebiasaan kelaziman yang umum dalam masyarakat serta pada lembaga sosial. Dalam kebudayaan, aspek material dan non material merupakan faktor yang selalu terlibat. Menurut Himes dan Moore ada tiga macam di mensi perubahan sosial, yaitu, dimensi struktural, cultural, dan di mensi interaksional. Di mensi sruktural mengacu kepada

perubahan-perubahan bentuk stuktur masyarakat, perubahan dalam

peranan,

munculnya peranan baru. Menurut Kingley Davis: (dalam Soejono Soekanto 263-267) berpendapat bahwa “perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, yang mencangkup semua bagiannya, yaitu kesenian, ilmu penegetahuan, teknologi, filsafat, dan seterusnya.” Menurut Abdul Syani (1995:83) perubahan berarti “suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya, perubahan bisa berupa kemunduran dan bisa juga berupa kemajuan (progress)”. Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan dalam arti luas maupun perubahan dalam arti yang sempit, perubahan secara cepat ataupun lambat (evolusi). Menurut Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi 1964 (dalam Abdul Syani 1995:86) bahwa perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistim sosialnya termasuk si dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola-pola perikelakuan di antara kelompokkelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur dari suatu masyarakat, atau karena terjadinya perubahan dari faktor lingkungan, dikarenakan berubahnya sistem komposisi penduduk, keadaan geografis, serta berubahnya sistem hubungan sosial, maupun perubahan pada lembaga kemasyarakatannya.

Perubahan ini menyangkut pada seluruh segmen yang terjadi di masyarakat pada waktu tertentu. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat. Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk memahami perubahan sosial. Hal ini menunjukan bahwa betapa luasnya bidangbidang yang mungkin mengalami perubahan. Oleh karena perubahan pada masyarakat berarti juga perubahan pada kebudayaan, maka tidak mudah untuk mengemukakan batasanya secara ringkas dan terperinci karena bidang kajianya cukup luas . Kendala yang cukup serius dalam hubunganya dengan proses perubahan masyarakat yang semakin cepat adalah ketertinggalan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi baru, sehingga upaya dalam mengimbangi tuntutan kecepatan perubahan itu mengalami keterlambatan. Keterlambatan perubahan ini terjadi karena dalam proses perubahan masyarakat yang semakin cepat terdapat kumulasi benturan budaya dan kepentingan hidup, di satu pihak masyarakat berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan dan mengembangkan kuantitas kepentingan ekonomi yang semakin terbatas di pihak lain harga barang dan jasa meningkat, menurunnya kepercayaan terhadap penguasa dan eksistensi hukum. Untuk mengatasi kendala tersebut maka sedikitnya perlu ada 4 upaya.yaitu pertama, peningkatan lapangan kerja dan potensi perekonomian masyarakat, kedua, peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknis terhadap pelaku atau aparat pembangunan;

ketiga, peningkatan terhadap kualitas nilai-nilai moral agama dan kesadaran hukum masyarakat dan pelaku pembangunan; keempat, mempertahankan dan meningkatkan wibawa dan kesadaran hukum pemerintah dengan memberikan teladan perilaku yang baik dan benar sesuai dengan cita-cita pembangunan nasional. Jika keempat upaya ini dapat diterapkan secara konsekuen, maka di harapkan usaha penyesuaian dan pengusahaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi relatif lebih mudah, sehingga perubahan dapat di lakukan secara terencana dan terarah sesuai dengan cita-cita dan pembangunan yaitu kesejahteraan masyarakat secara luas dan umum. Unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan budaya dan sistem sosial lama kemusian. Menurut Burhan Bungin (1994:123) perubahan sosial adalah proses sosial yang di alami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara suka rela atau di pengaruhi oleh unsurmenyesuaikan diri dan menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru. Lanjut menurut Burhan Bungin hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek sebagai berikut, yaitu; perubahan pola pikir masyarakat perubahan perilaku masyarakat,perubahan budaya materi. Pertama, perubahan pola pikir dan sikap masyarakat yang menyangkut persoalan sikap masyarakt terhadap berbagai persoalan sosial dan budaya di sekitarnya yang berakibat terhadap pemerataan pola-pola pikir baru yang di anut oleh masyarakat sebagai sebuah sikap yang modern. Contohnya sikap terhadap pekerjaan. kedua, perubahan perilaku masyarakat menyangkut persoalan perubahan sistem-sistem sosial dimana masyarakat

meningglkan sosial lama dan menjalankan sistim sosial baru, seperti perubahan perilaku pengukuran kinerja suatu lembaga. Menurut Munandar (dalam Ridwan 1998 hal: 58-59). Perubahan menurut di mensi interaksional mengacu kepada perubahan sosial di dalam masyarakat, yang diidentifikasikan dalam

frekuensi, seperti; yaitu; pertama, perubahan dalam

frekuensi, frekuensinya, jumlah kontinuitas sampai pada hal-hal yang bertentangan. Kedua, perubahan dan jarak sosial, seperti; hubungan intim, hubungan formal dan informal, dan perubahan dalam arah yang berlawanan. Ketiga adalah perubahan perantaraan (saluran) seperti; perlakuan partisipan di dalam suatu hubungan mempribadi sebagai tujuan akhir, berubah maknanya menjadi impersonal atau perubahan yang arahnya pertentangan. Keempat, perubahan dari aturan atau pola-pola seperti; hubungan antara status yang tidak sama dengan arah yang horizontal menjadi pergaulan status yang tidak sama dan arah hubungannya vertical atau berubah dalam arah berlawanan. kelima perubahan dalam bentuk seperti dalam pola hubungan solidaritas atau sama-sama, meskipun perangkat struktur lengkap, maka akan terpecah melalui sikap pengalaman yang bermusuhan, persaingan dan konflik, atau berubah arah lawanan. Sehingga di simpulkan cepat atau lambatnya perubahan sosial akan menentukan besar kecilnya penduduk. Penduduk yang padat lebih cepat terjadi perubahan-perubahan yang menyangkut struktur dan kultur masyarakat dibandingkan dengan kurang padat. Contohnya perubahan akibat transmigrasi atau daerah tertentu mengalami pertambahan penduduk, dengan adanya pendatang baru yang terampil dan

siap bekerja di tempat yang baru maka besar kemungkinan justru tidak hanya menguntungkan bagi pihak transmigran melainkan dapat terpengaruh terhadap penduduk asli sehingga kehidupan masyarakat pun akan berubah. 1.2. Ciri-Ciri Perubahan Sosial Menurut Jacobus Ranjabar (2008:58-63) ciri perubahan sosial yaitu: 1. Diferential social organization. 2. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong perubahan pemikiran ideologi, politik dan ekonomi. 3. Mobilitas 4. Culture conflict 5. Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan 6. Kontroversi(pertentangan). Senada dengan pendapat

Seojono Soekanto (2007:267) perubahan sosial

dapat di ketahui dengan adanya ciri-ciri tertentu: 1. Tidak adanya masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau cepat. 2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan di tiru dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya karena lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interpenden maka sulit sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja. Proses awal dan proses-proses selanjutnya merupakan suatu mata rantai.

3. Perubahan-perubahan yang cepat biasanya mengakibatkan di organisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses. 2.3. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan Masyarakat Perubahan masyarakat pada umumnya dapat terjadi dengan sendirinya secara wajar dan teratur, terutama apabila perubahan itu sesuai dengan pertumbuhan kepentingan masyarakat. Jika tidak, biasanya masyarakat tertutup dengan perubahan lantaran khawatir atau takut kalau stabilitas kehidupan masyarakatnya akan terganggu akibat dari perubahan itu, akan tetapi kondisi tertentu perubahan masyarakat tidak bisa di hindari, terutama jika keadaan sekarang di anggap tidak berkemajuan atau tidak memuaskan lagi. Terjadinya ketidak puasan terhadap keadaan sekarang di sebabkan nilai-nilai, norma-norma sosial, pengetahuan dan teknologi yang ada sekarang dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan masyarakat, atau karena di anggap tidak mampu memenuhi berbagai macam kepentingan yang semakin kompleks dan serba tak terbatas. Dalam kondisi demikian, cepat atau lambat masyarakat akan berubah, mereka akan mencari jalan keluar dari berbagai kesulitannya dengan cara mengganti nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan dan teknologi baru yang di anggap dapat memenuhi tuntutan hidup sekarang, masa depan dan keturunanya. Peluang menuju kearah perubahan akan semakin besar di kala masyarakat lingkungan sekitar menawarkan berbagai metode dan teknologi dan sarana baru (faktor eksteren) yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa

mendatang. Faktor-faktor ekstern di terima sebagai pengganti tradisi yang di rasakan tidak cukup memuaskan itu. Menurut Abdul Syani (1995:90) “Secara umum, perubahan masyarakat dapat di sebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor yang datang dari dalam tubuh masyarakat itu sendiri (bersifat intern), maupun yang akan datang dari luar lingkungan masyarakat (bersifat eksteren). Faktor-faktor penyebab perubahan masyarakat itu antara lain: a. Penemuan baru b. Pertumbuhan pendududuk c. Kebudayaan Faktor penemu baru adalah hasil gagasan baru yang merupakan rangkaian penciptaan individu-individu dalam masyarakat dengan berstandar pada tujuan-tujuan dan kehendak-kehendak tertentu. Soerjono Soekanto membedakan invention dengan discovery. Discovery adalah penemuan dari suatu unsur yang baru, yang di ciptakan oleh seorang individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru dapat di sebut invention jika masyarakat suadah menagakui, menerima serta menerapkan penemuan baru itu. Jadi penemuan baru dalam arti discovery adalah ciptaan baru dari individu yang belum di fublikasikan dan di terapkan atau belum tentu mendapat pengakuan dari masyarakat. Sedangkan penemuan baru dalam arti invention adalah suatu kelajutan dari discovery, yaitu penemuan baru yang sudah di akui dan dapat di terapkan oleh masyarakat.

Invention merupakan hasil ciptaan baru manusia atas nama individu atau kelompok masyarakat (dalam Abdul Syani 1995:90). Perubahan masyarakat yang disebabkan oleh faktor pertumbuhan penduduk, yaitu perubahan msyarakat yang disebabkan oleh pertambahan atau berkurangnya penduduk daerah tertentu. Pertambahan penduduk dapat di sebabkan oleh datangnya penduduk baru berarti hadirnya sekolompok orang lain dari daerah lain yang menempati suatu daerah tertentu dalam maksud usaha, tugas dalam rangka memperbaiki atau mengembangkan taraf kehidupannya. Bagi penduduk daerah tujuan akan mengalami proses penerimaan, sedangkan bagi penduduk pendatang akan menyesuaikan diri. Kedua belah pihak, baik pendatang maupun penduduk daerah setempat sama-sama akan mengalami proses perubahan. Proses perubahan terjadi karena adanya percampuran atau benturan antara dua atau lebih budaya dan latar belakang kehidupan yang berbeda. Perubahan bisa terjadi terhadap perilaku, adat istiadat ataupun cara bermata pencaharian. Faktor kebudayaan lain juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan masyarakat. Secara timbal balik perubahan pada unsur-unsur kebudayaan dapat mendorong perubahan pada bentuk dan hubungan sosila kemasyarakatannya. Perubahan masyarakat tidak semata di sebabkan oleh faktor kebudayaan yang ada dalam tubuh masyarakat itu sendiri, melainkan dapat pula di sebabkan oleh pengaruh kebudayaan yang datang dari masyarakat sekitar. Beberapa kemungkinan bentuk perubahan masyarakat, yaitu antara lain: a. Kebudayaan saling berdampingan dan bercampur menjadi satu kebulatan

b. Salah satu kebudayaan menjadi pudar karena pengaru kebudayaan orang lain c. Masing-masing kebudayaan menjadi lembur, timbul kebudayaan baru sebagai akibat saling mempengaruhi, (dalam Abdul Syani 1995:99-100). Menurut Astrid Susanto (dalam Abdul Syani 1995: 89). “bahwa terjadinya perubahan masyarakat dapat di sebabkan oleh terganggunya keseimbangan atau tidak hanya sinkronisasi”. Terganggunya

keseimbangan

dan

sinkronisasi

ini

dengan

sendirinya

mengakibatkan terjadinya ketegangan-ketegangan dalam tubuh masyarakat. Dalam kondisi semacam ini, perlu di ketahui kekuatan-kekuatan manakah yang paling dominan sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan terhadap keseimbangan dan sinkronisasi terhadap masyarakt itu. Upaya untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang pasti sering kali mengalami kesulitan lantaran waktu yang tersedia relatif terbatas sementara perubahan masyarakat kian mendesak untuk segera dapat dinetralisir secara tepat.

\Menurut pendapat ahli sosiolog Robert MZ Lawang (dalam Abdul Syani:102) 1. Faktor internal atau dapat juga di sebut dengan sosiogenik artinya perubahanperubahan yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri. faktor internal ini terdri dari berapa bagian: a.

Penemuan

b.

Gerak sosial, yaitu terjadi karena adanya kegagalan institusi, adanya kehidupan pribadi, adanya alternatif yang baru.

c.

Perencanaan sosial yang mencakup.

2. Faktor eksternal, yaitu perubahan masyarakat yang di sebabkan oleh faktor-faktor dari luar. faktor-faktor tersebut adalah: a.

Faktor penduduk, yaitu mencakup pertambahan dan berkurangnya penduduk.

b.

Perubahan lingkungan alam.

c.

Adanya kekuatan-kekuatan kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat yang bersangkutan.

d.

Faktor kebudayaan. Jacobur Ranjabar

Menegaskan bahwa. faktor-faktor berpengaruh dalam

proses perubahan sosial adalah: 1. Penemuan-penemuan baru Suatu proses sosial dan kebudayaan terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, proses tersebut meliputi suatu penemuan baru. Jalanya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lai masyarakt; dan cara-cara unsur buadaya baru di tadi d terima, di pelajari dan diakhirnya di pakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-penemuan baru sebagai penyebab-penyebab terjadinya perubahanperubahan dapat di bedakan dalam pengertian-pengertian discovery artinya penemuan unsur kebudayaan yang baru baik berupa alat maupun gagasan yang di ciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu. Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui menerima serta menerapkan penemuan baru. Dengan tercapainya penemuan baru menjadi suatu invention. 2. Struktur sosial (perbedaan posisi dan fungsi dalam masyarakat)

Salah satu cara yang berguna untuk meninjau penyebab perubahan sosial adalah dengan memperhatikan struktur-struktur atau proses-proses dinamik tentang masyarakat dalam melaksanakan maka aktivitas sebagai keseluruhan satuan atau sistem sosial. 3. Inovasi Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang di anggap baru oleh seseorang. Setiap inovasi pasti berubah seiring dengan berlalunya waktu. 4. Perubahan lingkungan hidup. Tidak ada seorang pun yang akan menyatakan bahwa manusia tidak terpengaruh oleh lingkungan hidup. Perubahan besar dalam lingkungan hidup walaupun jarang terjadi, akan tetapi bila perubahan lingkungan hidup tersebut benar-benar terjadi maka akibatnya sangat besar terhadap makhluk hidup termasuk kehidupan masyarakat manusia. 5. Ukuran Penduduk dan Komposisi Pendududuk Perubahan pendududuk dan komposisi penduduk itu sendiri merupakan perubahan sosial dan berakibat pada stuktur masyarakat maupun lembaga-lembaga masyarakat. Ukuran penduduk di kaitkan dengan perubahan antara lain penduduk bertambah, maka pemilikan tanah berkurang timbul penduduk yang tidak memiliki tanah. 6. Inovasi dalam teknologi Bila memperhatikan berbagai perubahan sosial tertentu dan mencoba mencari penyebabnya

ke

perubahan

teknologi

tertentu

dan

mencoba

menurut

perkembangan selanjutnya, maka melalui tentetan proses sebab akibat berantai akan terlihat perubahan sosial yang sangat besar. Menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial adalah sebagai berikut: 1. Bertambah atau berkurangnya penduduk Pertambahan penduduk yang sangat cepat di pulau jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakat. 2. Penemuan-penemuan baru Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama di sebut dengan inovasi atau innovation proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi di terima, di pelajari, dan akhirnya di pakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat di bedakan dalam pengertian-pengertian discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, atau pun yang berupa gagasan yang di ciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu. Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakaui menerima serta menerapkan, penemuan baru itu. Seringkali proses dari discovery sampai ke invention membutuhkan suatu rangakaian pencipta-pencipta. 3. Pertentangan (conflict) masyarakat

Pertentangan (conflict) masyarakat mungkin pula menjadi sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu dengan kelompok atau perantara kelompok dengan kelompok. 4. Terjadinya peberontakan atau revolusi Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut: a)

Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia

b) Peperangan. c)

Pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Menurut Pasaribu faktor-faktor terjadinya proses perubahan sosial adalah

sebagai berikut: a)

Toleransi

b) Sifat terbuka c)

Heterogenitas

d) Rasa tidak puas e)

Karakter masyarakat

f)

Disorganisasi sosial

g)

Pendidikan

h) Ideologi. Menurut Soerjono Soekanto faktor pendorong perubahan sosial adalah: a)

Bertambah atau berkurangnya penduduk

b) Penemuan-penemuan baru

c)

Pertentangan (conflict) masyarakat

d) Terjadinya perombakan atau revolusi Senada dengan Cakobus Ranjabar ada faktor-faktor pendorong perubahan sosial (2008:101) Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Dalam kehidupan nyata, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat, pasti akan terjadi. Setiap segmen masyarakat hendaknya fleksibel terhadap perubahan yang akan terjadi baik cepat maupun lambat. Dengan keunggulan seperti itu, masyarakat akan mengurangi tingkat pengaruh negatif dari perubahan ini. Arah timbulnya pengaruh pun dapat berasal dari dalam maupun luar. 2.4. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Selanjutnya Abdul Syani (1995:128) menyebutkan bentuk-bentuk perubahan masyarakat yaitu: 1. Perubahan alami, yaitu perubahan –perubahan yang terjadi tidak di sengaja atau terjadi dengan sendirinya. Perubahan alami dapat berproses dengan cepat atau lambat tergantung pada tingkat keseimbangan kehidupan masyarakat tanpa da orang atau pihak lain yang sengaja mempengaruhinya 2. Perubahan yang di rencanakan, yaitu perubahan yang di dasarkan atas pertimbangan dan perhitungan secara matang tentang manfaat perubahan tersebut

bagi kehidupan masyarakat .cepat atau lambatnya perubahan ini sangat di pengaruhi

oleh

besarnya

kemampuan

dan

tanggung

jawab

dari

para

pembaharunya. Perubahan yang tergantung pada kehendak individu, maksudnya perubahan yang erat kaitannya dengan selera pribadi. Bentuk perubahan ini relatif sedikit pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat yaitu hanya terbatas pada perbedaan selera masing-masing individu tidak berpengaruh pada keseluruhan pola sikap dan perilaku masyarakat dan tidak mengakibatkan perubahan pada keseluruhan tatanan masyarkat. Bentuk-bentuk perubahan sosial budaya dapat terjadi secara cepat maupun lambat. Selain itu, perubahan sosial budaya ini juga dapat berpengaruh luas maupun tidak luas dan perubahan sosial budaya dapat direncanakan pula dapat tidak direncanakan. Adapun macam-macam perubahan sosial budaya meliputi : 1. Akulturasi adalah pertemuan dua kebudayaan dari bangsa yang berbeda sehingga satu sama lain saling mempengaruhi. Misal lahir kebudayaan Hindu-Jawa. 2. Sinkretisme adalah perubahan kebudayan di masyarakat secara damai, tidak ada pertentangan karena kedua sisi berpadu dengan sinkron 3. Milenarisme atau mesianisme adalah perubahan kebudayaan di masyarakat yang sudah dinantikan bersamaan munculnya pemimpin yang dianggap bijaksana, adil, dan wibawa. Misalnya adanya gerakan ratu adil di Indonesia di awal masa kemerdekaan. 4. Asimilasi adalah proses sosial dua kebudayaan yang berbeda secara berangsurangsur sehingga berkembang dan melahirkan kebudayaan baru.

5. Adaptasi adalah proses penyebaran kebudayaan yang masing-masing kebudayaan tersebut bisa beradaptasi dengan lingkungannya. 6. Nominasi terjadi jika kebudayaan setempat terdesak dan lenyap oleh kebudayaan baru. 7. Sintesis adalah terjadinya percampuran dua kebudayaan yang berbeda dan melahirkan bentuk kebudayaan baru yang berbeda dari keduanya. 2.5.Pengertian Budaya Kata budaya berasal dari kata sansekerta “buddhaya” iyalah bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi” atau “akal” kata budaya dalam bahasa inggris berasal dari kata culture, bahasa belanda di istilahkan dengan kata kultur, bahasa latin berasal dari

kata

colera.

Colera

berarti

mengolah

mengerjakan

menyuburkan

mengembangakan tanah (bertani) Elly M. Setiadi (2007:2) Menurut Koentjaraningrat (2004:9)Ada pengertian lain mengatakan bahwa asal kata “kebudayaan itu ialah suatu perkembangan dari majemuk budi daya artinya daya dari budi kekuatan dari akal P.J Zoetmulder Para ahli ilmu sosial mengartikan konsep kebudayaan itu dalam arti yang amat luas yaitu seluruh total dari pikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak berakar pada nalurinya, dan karena itu hanya bisa di cetuskan oleh manusia sesudah proses belajar. Konsep ini adalah amat luas karena meliputi hampir seluruh aktivitas manusia kedalam kehidupan.

Oleh karena lusanya cakupan kebudayaan, maka guna keperluan analisis konsep kebudayaan itu perlu di pecahkan lagi kedalam unsur-unsur kebudayaan kedalam tujuh unsur diantaranya adalah sebagai berkut: 1. Sistem religi dan upacara kebudayaan 2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan 3. Sistem pengetahuan 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem mata pencaharian 7. Sistem teknologi Ketujuh unsur tersebut masing-masing dapat di pecah lagi kedalam sub unsurunsurnya. Demikian ketujuh unsur kebudayaan universal ini mencakup seluruh kebudayaan makhluk manusia yang ada di dunia ini, dan menunjukan ruang lingkup dari kebudayaan serta isi dari konsepnya. Selanjutnya Koentjaraningrat (2004:5) berpendapat bahwa kebudayaan itu dapat di wujudkan kedalam tiga wujud yaitu: 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-nilai, norma-norma peraturan dan sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai hasil karya manusia Faktor Pembentuk Kebudayaan Kebudayaan itu dapat terbentuk karena berbagai faktor. Faktor pembentuk kebudayaan itu, antara lain: a)

Manusia dengan cipta, rasa, dan karyanya.

b)

Lingkungan alam.

c)

Kontak antarbangsa atau disebut pula dengan kultur kontak;

d) Keyakinan kepercayaan dan peranannya dalam pembentukan kebudayaan. Demikian dapat di kaitkan bahwa tiga wujud kebudayaan yang terurai diatas dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan yang lain.kebudayaan ideal adat istiadat mengattur dan memberikan arah kepada perbuatan dan karya manusia baik pikiran dan ide-ide, maupun perbuatan dan karya manusia menghasilkan kebudayaan benda-benda fisiknya sebaliknya kebudayaan fisik itu membentuk suatu lingkungan alamiahnya bahkan juga mempengaruhi cara berpikirnya. Menurut Selo Soemarjan 1964 bahwa kebudayaan adalah semua hasil karsa dan rasa cipta masyarakat. Karsa, masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang di perlukan masyarakat untuk menaklukan dan menguasai alam dengan maksud, mengambil manfaatnya demi keperluan kehidupan masyarakat. Rasa masyarakat terwujud

dari manusia yaitu

norma dan segala nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalahmasalah kemasyarakatan dalam arti yang luas yang termaksud di dalamnya misalnya, idiologi agama, kesenian kebatinan, dan semua anasir yang merupakan hasil ekspresi

jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir dari orang hidup bermasyarakat yang antara lain menghasilkan ilmu-ilmu pengetahuan baik wujud ilmu pengetahuan terapan dan di amalkan dalam kehidupan masyarakat. Kecenderungan perubahan sosial dan kebudayaan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut ada yang mendorong, memperlancar, mempengaruhi, menghambat, ataupun menghalangi setiap perubahan sosial dan kebudayaan. 2.5.1 Faktor Yang Mendorong Dan Mempengaruhi Perubahan Kebudayaan Faktor yang dapat mendorong dan mempengaruhi perubahan kebudayaan meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Perubahan lingkungan alam (musim, iklim). b. Perubahan kependudukan (jumlah, penyebaran, dan kerapatan penduduk). c. Perubahan struktur sosial (Organisasi pemerintahan, politik, negara, dan hubungan internasional). d. Perubahan nilai dan sikap (sikap mental penduduk, kedisiplinan, dan kejujuran para pemimpin). Perubahan kebudayaan pada masyarakat biasanya ada yang di sebabkan oleh masyarakat itu sendiri, atau pun berasal dari masyarakat pendatang. Biasanya penyebab perubahan yang di lakukan oleh masyarakat itu sendiri terjadi akibat adanya kelahiran, juga hala-hal baru serta media yang mereka lihat biasanya akan menimbulkan pengaruh positif juga negatif bagi masyarakat itu sendiri. Begitu juga sebaliknya dengan penyebab perubahan budaya yang di akbatkan dengan adanya ke

datangan masyarakat dari luar yang biasanya terjadi karena adanya bencana alam, transmigrasi maupun lainnya. Mereka biasanya hanya mampu meninggalkan tempat di mana mereka tinggal dulu, tetapi sulit bagi mereka meninggalkan budaya yang sudah ada dan menggantikannya dengan yang baru. Contohnya, perubahan yang di lakukan masyarakat atau penduduk yang datang dari desa kekota atau sebaliknya. Masyarakat dari desa biasanya hanya meniru atau mengikuti budaya yang di lakukan masyarakat dari kota tanpa memikirkan sisi positif dan negatifnya, mereka hanya berfikir bahwa budaya kota itu lebih maju dan harus mereka jadikan contoh, akibatnya mereka terkadang terjebak akan hal-hal negatif baru yang mereka tidak ketahui sebelumnya. Begitu pula sebaliknya, penduduk kota yang merasa lebih modern dan pintar akan tekhnologi biasanya cenderung pamer dengan budaya yang mereka biasa lakukan tanpa berfikir dampak positif atau negatif bagi penduduk desa, akibatnya tidak sedikit dari masyarakat desa justru menirukan hal-hal buruk saja, tapi banyak juga hal baik yang mereka contoh. Hal ini lah yang terkadang dapat menimbulkan konflik pada masyarakat luas karna adanya perbedaan pandangan kebudayaan. Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman yang semakin maju perbedaan pandangan tentang kebudayaan ini mulai surut. Hal ini di sebabkan karena mereka ingin budaya yang mereka miliki dapat di satukan nantinya. Dari warnet faktor yang menyebabkan perubahan, terjadinya pengaruh kebudayaan masyarakat lain adalah sebagai berikut: a) Apabila terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pengaruh timbal balik. Di samping dipengaruhi, suatu masyarakat akan memengaruhi masyarakat lain.

b) Apabila kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi massa seperti radio, televisi, majalah atau surat kabar. Dalam hal ini pengaruh kebudayaan hanya terjadi sepihak, yaitu pengaruh dari masyarakat yang menguasai sarana komunikasi massa tersebut. c) Apabila dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan mempunyai taraf kebudayaan yang sama, terkadang yang terjadi justru cultural animosity, yaitu keadaan di mana dua masyarakat yang meskipun berkebudayaan berbeda dan saling hidup berdampingan itu saling menolak pengaruh kebudayaan satu terhadap yang lain. Biasanya terjadi antara dua masyarakat yang pada masa lalunya mempunyai konflik fisik ataupun non fisik. Apabila dua kebudayaan bertemu salah satunya mempunyai taraf yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi (peniruan) unsur-unsur kebudayaan masyarakat yang telah maju oleh kebudayaan yang masih rendah. 2.5.2. Bahasa Bahasa setiap hari digunakan oleh manusia di seluruh dunia. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berkomunikasi. Bahasa berperan penting secara langsung sebagi bentuk pernyataan dan pertukaran pemikiran ataupun pandangan mengenai orang lain. Penggunaan bahasa berperan untuk mengatur manusia sesuai dengan faktorfaktor usia, jenis kelamin, dan bahkan sosial-ekonomi. Indonesia merupakan negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau, yang dihuni oleh ratusan suku bangsa dengan pola kebudayaan sendiri-sendiri, pasti melahirkan

berbagai ragam bahasa yang bermacam-macam dan ini disebut Ragam Bahasa Indonesia. Bahasa adalah sejumlah simbol atau tanda yang disetujui untuk digunakan oleh sekelompok orang untuk mengahasilkan suatu arti atau makna Bahasa merupakan medium untuk menyatakan kesadaran dalam suatu konteks sosial. Dalam komunikasi antarmanusia sehari-hari kita diperkenalkan oleh istilah-istilah seperti bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa jarak dan lain sebagainya. Bahasa merupakan alat utama berkomunikasi dalam mengungkapkan pikiran, idea tau gagasan, pengalaman-pengalaman, tujuan agar komunikasi berjalan secara alami. Bahasa adalah salah satu aspek terpenting dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan adanya bahasa sehingga komunikasi akan mudah terjalin,

dari

komunikasi ini proses interaksi antar individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Masyarakat transmigrasi merupakan masyarakat yang berbeda-beda suku yang tempat tinggalnya berada di Kecamatan Wonosari.dimana mereka hidup berbaur dengan suku yang lainnya. Manusia untuk beradaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat, penyesuaian ini di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi: a.

Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu.

b.

Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan prilaku orang lain.

c.

Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.

d.

Fungsi heuristik, yakni bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu.

e.

Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi.

f.

Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi. Makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat menggunakan

bahasa, dan dalam masyarakat tersebut terdapat bermacam-macam bahasa daerah. Dengan Perkembangan zaman antara masyarakat satu dengan lainnya baik sesama etnis maupun yang berbeda etnis akan terpengaruh dengan lingkungan sekitar, karena manusia akan hidup berdampingan dengan manusia yang lainnya pasti mengalami yang namnaya perubahan, baik dari segi bahasa dan berbagai macam yang lainnya. Dari beragam suku, budaya bahasanya pula berbeda-beda. Akan tetapi dengan adanya bahasa Indonesia maka itulah menjadi pemersatu masyarakat idonesia antar etnik. Dalam bahasa daerah pasti mempunyai dialeknya masing-masing, sehingga antara sesama masyarakat transmigrasi yang berbeda etnik ketika membaur dengan masyarakat penduduk asli Gorontalo, maka pasti akan ikut dialeknya Gorontalo pula, apalagi sudah begitu lama tinggal bersama-sama. Walau pun demikian mereka tetap mempertahankan budaya bahasanya masing-masing.

2.5.3. Kerja Sama Para sosiologi menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Bentuk dan pola kerja sama dapat di jumpai pada semua kelompok manusia. Bentuk dan pola kerja sama dapat di jumpai pada semua kelompok manusia, bentuk kerja sama berkembang apabila orang dapat di gerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari bermanfaat di kemudian hari bermanfaat terhadap semua pihak. Perkembangan selanjutnya keahlian-keahlian terentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama, upaya kerja samanya dapat terlaksan dengan baik. Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhdap kelompoknya lainnya kerja sama mungkain akan bertamabah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggunh kesetiaan yang secara tradisional dan institusional telah tertanam di dalam bertambah kuat kelompok dalam diri seseorang atau segolongan orang. Kerja sama akan bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas karena keinginan-keinginan pokoknya tidak dapat terpenuhi oleh karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. Betapa pentingnya kerja sama di gambarkan oleh cooley (dalam Soekanto, 2006:66). Kerja sama timbul apabila menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sam pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengetahuan terhdap diri sendiri untuk memenuhi kepentinga-kepentinagan tersebut, kesadaran

hukum akan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sma yang berguna. Dikalangan masyarakat di kenal kerja sama tradisional dengan nama gotong royong. Koentjaranigrat (1974:59) menyatakan bahwa konsep gotong royong merupakan suatu konsep yang erat kaitanya dengan kehidupan rakyat sebagai petani dalam masyarakat agraris. Di dalam kehidupan masyarakat Wonosari gotong royong ini sudah tidak diadakan lagi karena mereka sudah melakukan gaji upahan atau yang di sebut buruh tani. 2.5.4.Persaingan Persaingan atau cooperation dapat diartikan sebagai proses sosial, dimana individu atau kelompok kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu yang menjadi perhatian umum baik perseorangan maupun kelompok manusia dengan cara menarik perhatian publik atau dengan memepertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan. Persaingan mempunyai 2 tipe umum yakni bersifat pribadi dan yang bukan bersifat pribadi.yang bersifat pribadi atau perorangan atau individu yang secara langsung bersang untuk misalnya memperoleh kedudukan tertentu didalam suatu organisasi . Soejono Soekanto 2006:83) mengemukakan bentuk-bentuk persaingan sebagai berikut: a)

Persaingan Ekonomi.

Setiap individu memiliki

kebutuhan yang harus di

penuhi

untuk

mempertahankan hidupnya kenyataan ini memaksa manusia untuk melakukan upaya dalam memenuhi kebutuhan di maksud walaupun harus bersaing di bidang ekonomi dapat timbul karena terbatasnya jumlah produksi bila dibandingkan dengan jumlah konsumen atau sebaliknya. b) Persaingan Kebudayaan Kebudayaan

menyangkut

seluruh

aspek

kehidupan

manusia

secara

menyeluruh dalam upayanya menciptakan suatu tatanan system sosial serta aspekaspek didalamnya. Kebudayaan dapat memungkinkan perbedaan pola pikir dari masing-masing penganut kebudayaan tersebut. Persaingan kebudayaan dapt menyangkut,misalnya persaingan dalam keagamaan lembaga masyarakat seperti pendidikan dan sebagainya. c)

Persaingan Ras Perbedaan ras, baik perbedaan warna kulit maupun corak lainnya hanya

merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan.sikap fatisme terhadap ras terentu timbul akibat ikatan sosial yang terbangun di dalam tatanan hidup masyarakat yang memiliki kesamaan ras.hal ini pada umumnya di sebabkan perbedaan ciri-ciri badaniah yang lebih terlihat di banding unsure-unsur kebudayaan lainnya. Persaingan ras untuk menunjukan kelebihan atau keunggulan dari ras tersebut di bandingkan ras-ras lain sekitarnya.

2.6.Tinjauan tentang etnis Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, kebudayaan tersebut merupakan karya rasa dan cipta manusia yang di pelajari dari generasi-kegerasi selanjutnya. Akan tetapi kebudayaan setiap daerah terdapat perbedaan-perbedaan yang di pengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya faktor lingkungan alam sekitarnya atau geografisnya.salah faktor tersebut, maka terdapatlah perbedaan dalam pola kelakuan manusia adanya perbedaan inilah maka muncullah yang di sebut dengan etnis. Narroll (dalam Fredik 1988:11) mengemukakan bahwa sekelompok etnis di kenal sebagai sebuah populasi yang secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, serta menentukan ciri kelompoknya sendiri yang di terima oleh kelompok lain dan dapat di bedakan dari kelompok populasi lain. Soekadija (1987:113) mengemukakan bahwa : ”suku bangsa adalah golongan berbeda-beda dari golongan yang terikat oleh kesadaran bersama yang memiliki kebudayaan yang merupakan identitas dari kelompok tersebut”. Sani Hasan (1996:99) mengemukakan bahwa:” kelompok etnis adalah sekumpulan individu yang merasa sebagai suatu kelompok karena kesamaan identitas, nilai-nilai sosial yang di junjung bersama, pola tingkah laku yang sama, dan unsur budaya yang lainnya yang secara nyata berbeda di bandingkan kelompokkelompok lainnya”.

Peranan etnis itu mempengaruhi manusia, tetapi manusia selalu memerlukan interaksi sosial dengan manusai di luar etnisnya atau kelompoknya. Di indonsesia terdiri dari berbagai etnis lainnya tetap terlaksana dengan baik. Young (dalam Usman Pelly, 1994:95) mengemukakan bahwa ada beberapa atribut yang terkait dengan penngelompokan etnis antara lain bahasa, daerah, wilayah (territory) tempat asal usul pemukiman, unit politik/pemerintahan lokal atau nilai dan simbol budaya bersama. Boleh saja salah satu dari artibut tersebut tidak memiliki oleh salah satu kelompok etnis tertentu, tetapi penggunaan bahasa daerah (etnis) dapat dikatakan sebagai identitas umum. Secara operasional sebuah kelompok dapat di definisikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki: 1. Mempunyai kesamaan bentuk (pola) tingka laku yang normative yang didapati dalam konteks hubungan sosial seperti dalam ,perkawinan persahabatan, ritual dan bentuk simbol lainnya. 2. Merupakan bentuk dari suatu bagian populasi yang lebih besar, yang terintegrasi dalam kerangka kerja dari suatu sistem sosial. Di tinjau dari aspek sosiologi, maka kelompok etnis dapat di pandang sebagai suatu tatanan sosial. Hal ini menentukan adanya

batasan dari definisi tentang

kelompok etnis di atas, yaitu menentukan ciri khasnya sendiri yang bersifat kategoris adalah ciri khas yang mendasar dan secara umum menentukan seorang termasuk etnis mana pun, dan ini dapat diperkirakan dari latar belakang asal usulnya. Kelompok etnis sebagai tatanan sosial terbentuk bila seseorang mengemukakan identitas etnis dalam mengkategorikan dirinya dan orang lain untuk tujuan interaksi.

Kajian mengenai identitas etnik berkaitan langsung dengan konsep etnis karena konsep identitas etnis mengacu pada hubungan dua atau lebih, kelompok etnis yang berbeda dalam suatu masyarakat identitas etnik di miliki oleh oleh setiap kelompok etnik karena itu untuk mengkaji identitas etnis di perlukan pengkajian secara mendalam tentang budaya etnik tersebut. 2.6.Pengertian Masyarakat Koentrajaranigrat, (dalam basrowi, mengemukakan bahwa istialh ”masyarakat berasal dari bahasa arab ”syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisivasi atau “musyaraka” yang berarti saling bergaul. Di dalam bahasa inggris di pakai istilah “society”. Yang sebelumnya berasal dari kata latin” socius “,berarti “kawan.” selanjutnya Abdul Syani (dalam Basrowi) 2005:37 menjelaskan, bahwa perkataan masyarakat berasal dari musyarak (Arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama-sama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapatkan kesempatan menjadi masyarakat (Indonesia). Kehidupan sehari-hari orang sering membicarakan soal kebudayaan .juga dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak mungkin berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari orang melihat, mempergunakan bahkan kadang-kadang merusak. Beberapa pengertian masyarakat menurut para ahli: 1. Koentjaranigrat (1987:14) justru lebih melihat masyarakat sebagai suatu system adatnya istilahnya bersifat kontinyu, oleh suatu rasa edentitas yang sama artinya

masyarakat merupakan suatu pergualan hidup bersama, dalam suatu bentuk interaksi. Masyarakat merupakan wadah dan wahama majemuk (plural suku, agama istiadat dan lain-lain). Di mana di dalamnya terdapat ikatan-ikatan berupa interaksi kegiatan tujuan keyakinan dan tindakan yang cenderung memiliki kesamaan dalam pelaksanaannya. 2. Menurut Abdul Syani, 1995:84) masyarakat adalah “sekelompok manusia yang memiliki rasa kesadaran bersama di mana mereka berdiam pada daerah yang sama yang sebagian besar atau seluruh warganya”. Menurut Abdul Syani mengatakan (1995:83) bahwa masyarakat ialah “sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama cukup lama di satu tempat sehingga memungkinkan pengorganisasian yang adat kebiasaan dan aktivitas yang sama”. Menurut Alvin l Bertrand (dalam Abdul Syani 1980:84) mengatakan “bahwa masyarakat sebagai suatu kelompok orang yang sama indentifikasinya teratur sedemikian rupa di dalam menjalankan segala sesuatu yang dipeerlukan bagi kehidupan bersama sacara harmonis”. Menurut Ralp Linfom, (dalam Abdul Syani 1994:107) mengemukakan masyarakat adalah “setiap kelompok manusia yang telah cukup lama bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir dalam suatu kesamaan sosial dengan batas-batas tertentu”.

Aguste Comte (dalam Abdul Syani 1995:46) menjelaskan bahwa ”masyarakat adalah kelompok-kelompok hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukum sendiri dan pola perkembangan yang tersendiri”. Menurut Linton (dalam Harsodjo, 1966:86) mengatakan bahwa ”masyarakat timbul dari setiap kumpulan individu yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama”. Kelompok manusia dalam waktu yang cukup lama itu seperti yang di maksud di atas, yang belum terorganisasikan, mengalami peoses yang fundamental yaitu:(1) adaptasi dan organisasi dari tingkah laku dari anggota-anggota.(2) timbulnya secara lambat laun perasaan kelompok atau I esprit de corps Pengertian masyarakat dengan segala seluk beluknya tidak lepas dari kebudayaan dan kepribadian, karena hubungan antara individu, masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Kelestarian masyarakat dimungkinkan karena adanya kebudayaan, sebaliknya kebudayaan tidak mungkin ada tanpa ada masyarakat merupakan kumpulan pribadi atau individu untuk dapat memahami kebudayaan. Beberapa definisi di atas maka dapat diuraikan bahwa masyarakat bukan sekedar sekumpulan manusia semata-mata tanpa ada ikatan akan tetapi terdapat hubungan fungsional abtarak satu dengan yang lainnya setiap individu dalam masyarakat mempunyai kesadaran akan keberadaanya di tengah-tengah individu lainnya sehingga dapat membntuk kepribadian dari setiap individu yang di dasarkan atas kebiasaan yang hidup dalam masyarakat tersebut. Di dalam kelompok masyarakat dapat menampilakan suatu corak khas terutama terlihat oleh masyarakat

luar yang bukan warga masyarakat yang bersangkutan. Seorang warga yang telah hidup dalam lingkungan masyarakat biasanya tidak terlihat dari corak khas tersebut. Beberapa pengertian di atas bahwa masyarakat juga dapat di katakana sebagai suatu wadah dan wahama pendidikan medan kehidupan manusia yang majemuk (plural suku, agama, kegiatan kerja. Tingkat pendidikan serta tngkat ekonomi sosial budaya dan sebagainya.manusia berbeda dalam multi kompleks antara hubungan sosial di dalam masyarakat.

2.6.1. Masyarakat Trandisional Roucek dan Warren (dalam Abdul Syani,1995:83) menyatakan “bahwa di mana mereka berdiam pada daerah yang sama atau seluruh warganya memperlihatkan adanya adat kebiasaan dan aktivitas yang sama pula” Memahami dinamika sistem otoritas tradisional adalah melihatnya sebagai suatu perpanjangan dari hubungan keluarga. Weber (dalam Mz. Lawang, 1988:288) membedakan tiga otoritas masyarakat yang tradisional. a) Gerontograsi : berada dalam tangan orang tua dalam satu kelompok b) Patrialkalisme: berada dalam pengawasan dalam tangan satu tujuan kekerabatan rumah tangga yang di pegang oleh individu yang memiliki otoritas warisan. c) Patrimonial :sistem otoritas terdapat suatu staf administrasi yang terdiri dari orang mempunyai hubungan pribadi dengan pembimbingnya.

Menurut Maclever (dalam Harsodjo, 1966:86) menyatakan bahwa masyarakat adalah satu system dari cara kerja dan prosedur dari otoritas saling bantu membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian sosial lain, sistem dan pengawasan dan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringan –jaringan atau relasi sosial itulah yang damai masyarakat tradisional. 2.6.2. Masyarakat Transisi Masyarakat transisi pengaruh kebudayaan di anggap sebagai penyebab timbulnya proses transisi .kebudayaan barat yang datang menyentuh masyarakat tradisional kerap kali melalui pendududk wilayah lalu menembus pola-pola kehidupan masyarakat tradisional dalam berbagai aspeknya menuju modernisasi. Dalam sejarah colonial dapat diamati dua proses penembusan tersebut I L Pasaribu, dan B. Simanjutak (1984:147) menyatakan : Pertama, penguasa colonial untuk kepentingan sendiri melaksanakan kebijakan-kebijakan yang langsung di rasakan oleh penduduk setempat seperti antara lain seperti pembuatan pelabuhan jalan raya dan jembatan. Kereta api, alat komunikasi perkantoran dengan cara admnistrasi barat. Penembusan melalui media teknologi ini mempunyai pengaruh besar dalam penumbuhan pemasaran hasil rakyat. pembukaan daerah-daerahyang terisolir, timbulnya

mata

pencaharian baru,

pengalaman-pengalaman baru dalam berbagai bidang yang dulu tidak di kenal, peralatan-peralatan baru dan menambah pergaulan masyarakat, komunikasi dan pos serta media umum lainnya. Sekali pun biasanya sekolah model barat di adakan juga untuk kepentingan mereka, namun pengaruhnya kedalam masyarakat setempat amat mendalam. Kedua, akibat makin banyak orang-orang pribumi mengenal ide-ide dan

metode barat melalui menentang konsep kolonialisme sendiri nilai-nilai hak asasi manusia dalam hukum pergaulan, politik ekonomi mulai diresapinya yang selama ini menjadi idaman-idaman. Dari pendidikan dan latihan mereka mendapat kemahiran dan keterampilan baru yang juga ingin di gunakanya. Berdasarkan penjabaran dari dua orang penulis diatas dapat disimpilkan bahwa masyarakat transisi adalah masyarakat yang secara perlahan namun berkelanjutan, mengalami perubahan dari pola-pola kehidupan lama kepola-pola yang lebih baru. Misalnya dalam pola pengaturan masyarakat, di mana sebelumnya di kenal dengan kerajaan sistim monarki kemudian berkembang menjadi sistim pemerintahan saat ini yang demokratis namun sebelum itu di kenal adanya transisi yang pada umumnya di hiasi oleh anarki (kekacauan). 2.6.3. Masyarakat Modernisasi Masyarakat

modern berusaha

agar anggota

masyarakat

mempunyai

pendidikan yang cukup tinggi akademis. Pengamatan menunjukan bahwa golongan ini menurut I.L.P Pasaribu dan B.simanjutak, (1984:160), terbagi atas tiga golongan yaitu: (1). Mempunyai pandangan luas obyektif sebagai hasil yang di bawah dari pendidikan yang di luar negri. Tetapi sering mereka lupa bahwa kondisi luar negri tidak sama tidak sama dengan di dalam negri.di perlukan adaptasi dari ilmu yang di pelajari.(2).dapat berantisipasi kemasa yang datang sebagai akibat pengetahuan yang mereka miliki. Itulah sebabnya mereka dapat membuat. Perencanaan yang menyeluruh dan (3), perbaikan yang dilakukan dengan mengintroduser norma sosial yang baru yang menjawab masa yang akan datang.

Cry Blak (dalam Pasaribu dan Simanjutak, 1984:160), menganjurkan bahwa “masyarakat modern di tandai oleh pertumbuhan pengetahuan”. Ini menandakan perlunya kemampuan untuk mengetahui rahasia alam. Sedang david Mc clelland (dalam Pasaribu dan simanjutak 1984:161), menggris bawahi self reliance dan acievent orientation sebagai Indonesia modern. 2.7. Sejarah Transmigrasi Transmigrasi pada hakekatnya gerak keruangan penduduk dari suatu tempat ketempat lain untuk menetap dan mendapatkan peluang meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarga, sementara itu gerak keruangan penduduk dari suatu daerah kedaerah lain akan terjadi mana kala kekurangan di tempat asal dapat di penuhi di tempat tujuan. Oleh karena itu rumusan pengertian transmigrasi dalam pasal 1 butir 2 uu no.15 tahun 1997 yang menyatakan bahwa transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara suka rela untuk meningkatkan kesejahteraan untuk menetap di wilayah pengembangan transmigrasi (WPT) atau lokasi pemukiman transmigrasi (LPT). Pengertian tersebut mengandung dua makna secara teritegrasi yang harus di capai pertama bahwa perpindahan penduduk yang terjadi adalah suka rela dan untuk meningkatkan kesejahteraan. Tentu saja agar operasional tingkat kesejahteraan apa yang ingin di capai perlu di rumuskan secara kongrit dan kuantitatif agar semua pihak memunyai sasaran yang jelas. Sedangkan yang ke dua bahwa perpindahan tersebut sekaligus untuk mengembangkan potensi sumber daya wilayah negeri ini demi kemajuan dan kesejahteraan bersama dalam rangka mewujudkan berdiri kokohnya Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).

Mirwanto Manuwiyato (2004:09) menegaskan bahwa transmigrasi adalah metamorphose dari kolonisasi yang di rancang dan di kembangkan pemerintah hindia belanda mencari buruh murah untuk kepentingan perusahaan perkebunan miliknya, transmigrasi di dasarkan atas suatu kesadaran untuk memanfaatkan potensi bangsa karunia tuhan kepada Indonesia bagi kesejahteraan rakyatnya.oleh karena itu,sejak awal kemerdekaan pemerintah bersama-sama seluruh takyat merasa berkewajiban memanfaatkan, mengolah dan membina seluruh potensi sumber daya sebagai pengalaman pancasila untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, pemerataan keseluruhan pembangunan keseluruhan plosok negeri dan memperkokoh kesatuandan persatuan bangsa, itu semua adalah cita-cita jauh kedepan yang melatar belakangi gagasan transmigrasi yang tentunya menjadi kewajiban seluruh anak bangsa untuk merealisaikanya. Oleh karena itu, perlu di rancang secara bertahap dan berjangka panjang. Di awal kemerdekaan republik Indonesia persoalan ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan kemampuan daya dukung alam dan daya tamping lingkungan telah di dasari oleh para pendiri negri ini oleh karena itu muncul gagasan untuk melanjutkan program perpindahan penduduk. Setelah dua tahun republik berdiri (1947) pemerintah republik Indonesia memberi tugas kepada panitia siasat ekonomi untuk merancang konsep penanganan perpindahan penduduk yang saat itu banyak di ragukan lantaran dianggap peningglan penjajah, ada kesan bahwa pada saat itu pemerintah bingung menempatkan urusan perpindahan penduduk ini dalam kabinetnya karena masih dalam tataran ide yang belum dituangkan dalam konsepsi yang jelas.

Persoalan Perpindahan penduduk belum di temukan namanya sementara di masukan menjdi salah satu tugas kementrian perburuhan dan sosial tetapi 1948 tugas itu beralih kepada kementrian pembangunan dan pemuda yang di beri nama transmigrasi, sewaktu kementrian pembangunan dan pemuda di bubarkan pada tahun yang sama (1948), transmigrasi menjadi tugas kementrian dalam negeri Namun, kondisi Negara dalam revolusi ide tentang transmigrasi belum dapat dilaksanakan. setelah 1950 urusan transmigrasi menjadi tugas kementrian pembangunan masyarakat dan pada saat itu mulai didirikan kantor (tang merupakn jawatan dalam pertumbuhan) berdasarkan peraturan mentri pembangunan masyarakat No 1 tahun 1950 tanggal 15 maret 1950 dalam waktu dua bulan tanggal 1 mei 1950 kantor itu menjadi jawatan transmigrasi berdasarkan penetapan mentri pembangunan masyarakat no 5/26 tahun 1950 tanggal 18 april 1950 di pimpin oleh soeratno sastroamidjojo sebagai kepala jawatan. Selanjtnya di tetapkan peraturan jawatan transmigrasi no 2/50 tahun 1950 tanggal 1 mei 1950 sebagai landasan penyelengraan transmigrasi saat itu. Tanggal 28 oktober 1950 sebuah pemerintah RI Jogya dan pemerintah Ris bergabung menjadi negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Kementrian pembangunan masyarakat di tiadakan dan transmigrasi beralih menjadi salah satu tugas kementrian sosial jawatan transmigrasi pada bekas kementrian pembangunan masyarakat di gabung dengan pemindahan rakyat pada bekas kementrian perburuhan Ris menjadi jawatan transmigrasi pada kementrian sosial di pinpin oleh Ir.A.h.o Tamboenan. Pada masa inilah tepatnya pada tanggl 12 desember 1950 sejumlah 77 orang transmigran di berangkatkan dari jawa tengah menuju lampung yang

selanjutnya kini diperingati sebagai hari bakti tansmigrasi. Pada masa pemerintahan orde baru (soeharto) fungsi dan kedudukan tranmigrasi dalam kedudukan nasional di rasakan semakin penting, demikian pentingya transmigrasi, mentri transmigrasi pembangunan IV martono menegaskan bahwa besarnya cita-cita yang terkandung dalam dan menjdi embanan (misi) transmigrasi, maka transmigrasi harus di bangun di atas landasan yang kokoh, kuat serta di jabarkan dalam suatu kerangka kerja konseptual. Waktu berjalan, zaman berubah dan lingkungan srategi tampaknya bergerak lebih cepat, ketika gelombang reformasi bergolak menuntut pemimpin nasional program transmigrasi di pertanyakan banyak pihak. Kabinet persatuan nasional di bawah kepemimpinan presiden abdulrahman wahid dihadapkan kepada situasi dilematis antara transmigrasi diperlukan atau tidak.dalam bimbingan itu transmigarasi ditempatkan dalam kementrian Negara. Transmigrasi dan kependudukan alasanya operasionalisasi transmigrasi di anggap dapat di laksanakan oleh pemerintah daerah namun dalam perjalananya ternyata kementrian menghadapi kesulitan untuk mengendalikan operasional program trasmigrasi.namun pada masa kabinetgotong royong pimpinan megawati soekarno putri pada masa ini citra transmigrasi terburuk hingga

mendekati

lantaran

belum

ada

kesepakatan

tentang

peran

dan

fungsinya.memahami kekurangan dan kelebihan program transmigrasi (terlepas dari manusia politik) diatas tempat trasmigrasi saat ini dan kedepan merupakan program andalan yang mampu menjawab tantangan Indonesia. Dua potensi bangsa ini (potensi

sumber daya keluasan disatu pihak dan potensi sumber daya manusia di pihak lain akan menjadi kekuatan dasyat untuk memperbaiki wajah bangsa masa depan.

More Documents from "Maiza Husna"