PERTOLONGAN PERTAMA
BIDANG PENDIDIKAN NURSE CARE
APA ITU PERTOLONGAN PERTAMA ? Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cidera yang memerlukan bantuan medis dasar. Medis dasar yang dimaksud adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki orang awam. Pemberian medis dasar ini dilakukan oleh penolong yang pertama kali tiba ditempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis.
TUJUAN UTAMA PEMBERIAN PERTOLONGAN PERTAMA : 1. Menyelamatkan jiwa korban 2. Mencegah cacat permanen 3. Memberikan rasa aman dan nyaman pada korban
TIPS DAN ETIKA DALAM MEMBERIKAN PERTOLONGAN PERTAMA 1. Menganalisa kondisi lingkungan Langkah awal sebelum memberikan pertolongan pada korban adalah menganalisa apakah lingkungan cukup aman untuk memberikan pertolongan atau tidak. 2. Memperkenalkan diri Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman 3. Minta ijin Seorang penolong harus minta ijin sebelum memberi pertolongan. Permintaan ijin ini bisa diutarakan kepada korban ( jika korban sadar), keluarga korban , atau orang disekitar korban.
4. Minta bantuan orang lain Mintalah bantuan orang lain dalam memberikan pertolongan pada korban. Selain untuk memudahkan pemberian pertolongan, orang yang membantu tersebut bisa dijadikan saksi apabila ada gugatan dari korban atau keluarga korban dikemudian hari. 5. Merahasiakan kondisi korban Rahasiakan semua informasi yang berhubungan dengan korban, terutama informasi yang bersifat pribadi.
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN TRAUMA Yang dimaksud dengan korban trauma adalah korban yang mengalami gangguan fisik, yaitu berupa benturan dengan benda keras yang bisa disebabkan karna jatuh, kejatuhan benda, atau kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan tingkat cedera, korban trauma dibagi menjadi 2 :
1. Trauma ringan ( non significant) Dikatakan trauma ringan apabila korban mengalami cidera yang kemungkinan kematian dan cacatnya kecil, seperti terkilir, luka bakar ringan, terpeleset, dan lain-lain.
2. Trauma berat ( significant) Korban dikatakan trauma berat jika kemungkinan kematian atau cacat permanennya besar. Cidera yang dikelompokan dalam trauma berat antara lain : • Terlempar dari kendaraan bermotor yang melaju kencang • Kecelakaan mobil hingga terbalik • Jatuh dari ketinggian lebih dari 2 m • Kecelakaan dengan patah tulang besar(seperti tulang paha)
• Dan lain-lain.
Pemberian pertolongan pada korban trauma memerlukan pemeriksaan seluruh bagian tubuh. Pemberian pertolongan juga harus ekstra hati-hati apabila ada indikasi korban mengalami cidera tulang spinal, yaitu cidera tulang belakang mulai dari tulang leher hingga tulang ekor. Cidera pada tulang spinal merupakan cidera yang paling sensitif. Jika penanganannya salah korban bisa meninggal dunia.
LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN KORBAN TRAUMA : 1. Penilaian keadaan Penilaian keadaan merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan jika menemui korban yang memerlukan bantuan. Hal yang harus dinilai pertama kali adalah lingkungan, apakah lingkungan aman untuk memberikan pertolongan atau tidak. Jika tidak korban bisa dipindahkan ke tempat yang aman, dengan syarat pemindahan tersebut memungkinkan dan tidak membahayakan korban. Setelah lingkungan dirasa aman, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan informasi mengenai kejadian yang dialami korban. Langkah terakhir pada penilaian keadaan ini adalah meminta bantuan, terutama bantuan untuk merujuk korban ke instalasi kesehatan terdekat.
2. Penilaian dini Penilaian diri adalah pemeriksaan awal terhadap korban. Penilaian dini meliputi : • Pemeriksaan kesadaran korban Tingkat kesadaran korban dapat dibagi menajdi 4 kelompok yaitu, awas/kesadaran penuh, respon terhadap suara, respon terhadap nyeri, dan tidak sadar sama sekali. Pemeriksaan kesadaran bisa dilakukan dengan cara menggerakan jari atau melambaikan tangan didepan korban, tes suara dengan cara memanggil korban, stimulasi korban dengan rasa sakit dengan cara mencubit lengan bagian dalam. • Pemeriksaan saluran nafas
Pemeriksaan saluran nafas bertujuan untuk membebaskan dan membuka jalan nafas. Pembukaan saluran pernafasan dengan menekan dahi dan mengangkat dagu tidak bisa dilakukan pada korban yang mengalami patah tulang leher. Untuk korban seperti ini, pembukaan saluran pernafasan dilakukan dengan mendorong rahang korban ke depan .
• Pemeriksaan nafas Pemeriksaan nafas bertujuan untuk mengetahui apakah korban bernafas dengan normal atau tidak. • Pemeriksaan sistem sirkulasi darah Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa jantung korban berfungsi dengan baik. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyentuh nadi karotis di leher selama 3-5 detik. 3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengethaui cidera yang dialami korban. Pemeriksaan fisik dilakukan secara berurutan : • Pemeriksaan kepala : • Pemeriksaan mata (periksa kondisi dan reaksi pupil terhadap rangsang cahay) • Pemeriksaan hidung (periksa apakah ada darah, cairan bening, atau keduanya)
•
Pemeriksaan telinga
•
Pemeriksaan mulut
•
Pemeriksaan leher
•
Pemeriksaan dada
•
Pemeriksaan perut
•
Pemeriksaan panggul
•
Pemeriksaan tungkai dan kaki
•
Pemeriksaan lengan dan tangan
•
Pemeriksaan punggung
4. Pemeriksaan tanda vital •
Pemeriksaan pernafasan
•
Pemeriksaan nadi
•
Pemeriksaan tekanan darah
•
Pemeriksaan suhu tubuh
•
Pemeriksaan warna kulit/turgor
5. Penatalaksanaan Yang dimaksud dengan penatalaksanaan adalah pertolongan yang diberikan pada korban, pertolongan diberikan berdasarkan prioritas luka yang dialami korban. Prioritas tersebut meliputi : a. Henti jantung dan nafas, ditolong dengan resusitasi jantung paru b. Pendarahan, ditolong dengan pengendalian pendarahan c. Luka bakar, ditolong dengan perawatan khusus luka bakar d. Patah tulang, dislokasi sendi dan tulang, ditolong dengan imobilisasi dan fiksasi e. Tidak sadar, ditolong dengan pemberian rangsangan hingga sadar
6. Pemeriksaan berkala Pemeriksaan berkala dilakukan setelah penatalaksanaan hingga korban dirujuk ke instalasi kesehatan. 7. Pelaporan Pertolongan yang telah diberikan harus instalasi kesehatan yang menerima korban
dilaporkan
ke