Perspektif_hiperglobalis_skeptis_dan_tra.docx

  • Uploaded by: adisa setya
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perspektif_hiperglobalis_skeptis_dan_tra.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 725
  • Pages: 2
PERSPEKTIF HIPERGLOBALIS, SKEPTIS DAN TRANSFORMASIONALIS Perdebatan globalisasi mengenai pendefinisian arti dari globalisasi itu sendiri memunculkan adanya tiga aliran atau bisa dikatakan juga sebagai pendekatan yang meliputi hiperglobalis, skeptis dan transformasionalis. Pendekatan ini akan mempunyai perspektif masing-masing mengenai konsep globalisasi. Pengertian dan definisi yang ada hanya berupa definisi klise seperti globalisasi adalah gagasan atau ide besar yang mana mencakup semua hal mulai dari pasar finansial sampai pada internet, namun definisi ini menjelaskan sedikit substansi dari kondisi kontemporr manusia (Held et. Al, 1999, 1). Globalisasi merefleksikan persepsi atau pandangan yang menyebar luas bahwa dunia saat ini secara pesat terbentuk ke dalam suatu ruang sosial bersama melalui kekuatan ekonomi dan teknologi serta perkembangan di satu wilayah di dunia yang dapat menyebabkan suatu konsekuensi bagi kehidupan seseorang masyarakat di wilayah lain di dunia ini (Held et. Al 1999,1). Berikut adalan penjabaran dari masing-masing aliran atau pendapat: a. Hiperglobalis (Ohmae) Bagi para pendukung persepsi atau pandangan hiperglobalis beranggapan bahwa fenomena globalisasi sangat erat kaitannya dengan adanya integrasi ekonomi dan ekspansi ekonomi. Ohmae sendiri beranggapan bahwa globalisasi kontemporer mendefinisikan era baru dalam masyarakat yang dimana-mana yang semakin tergantung pada disiplin pasar global. Selain itu, akan ada yang dinamakan sebagai denasionalisasi ekonomi melalui pembentukan jaringan produksi transnasional perdagangan dan juga finansiql (1999,3). Denasionalisasi ekonomi diartikan sebagai sebuah upaya privatisasi yang pada dasarnya sebagai bagian dari unsur liberalisasi ekonomi. Bagi para pendukung perspektif hiperglobalis, fenomena globalisasi ini sangat benar dan sesuai fakta. Bahwa akan ada hubungan lintas batas negara yang manfaatnya cukup besar bagi masyarakat dunia. Hiperglobalis juga beranggapan bahwa pemerintah tidak lagi dominan dalam proses ekonomi dikarenakan munculnya institusi atau organisasi transnasional, organisasi regional dan peningkatan peran penting aktor non-negara dalam interaksi ekonomi internasional. Menurut hiperglobalis pula bahwa semakin berkembangnya hubungan dan kerjasama lintas batas negara secara tidak langsung juga menumbuhkan kesadaran akan adanya kepentingan umum sehingga memunculkan suatu konsep yang dinamakan global society. b. Skeptis Menurut kaum skeptis, globalisasi hanyalah sebuah mitos belaka. Kaum skeptis melihat konsep globalisasi ekonomi secara keseluruhan sekaligus mencakup mengenai konsep integrasi pasar global. Bgi kaum skeptis, adanya perkembangan globalisasi pada sektor ekonomi adalah sesuatu yang terlalu dilebih-lebihkan karena menurut mereka globalisasi ekonomi sudah terjadi sejak zaman dahulu tepatnya sebelum abad ke-19. Menurut Hirst dan Thompson yang merupakan pendukung dari kaum skeptis beranggapan bahwa globalisasi adalah sebuat mitos yang menyembunyikan realitas ekonomi internasional yang semakin terbagi menjadi tiga daerah utama dimana pemerintah tetap sangat kuat pengaruhnya. Tiga kawasan yang dimaksud adalah Eropa, Asia Pasifik dan Amerika Utara. Kaum

skeptis juga menyatakan bahwa ekonomi di seluruh dunia yang terintegrasi sempurna dimana adanya ‘hukum satu harga’ berlaku, bukti sejarah menegaskan hanya tingkat tinggi internasionalisasi yaitu interaksi antara ekonomi dominan internasional. Menurut mereka pula bahwa globalisasi dan regionalisasi dipahami sebagai kecenderungan saling bertentangan. c. Transformasionalis Pendekatan ini tidak membuat suatu ramalan atau klaim mengenai masa depan globalisasi dan juga tidak mencoba untuk mengevaluasi hubungan antara keadaan saat ini dengan suatu macam ideal dunia global, baik itu pasar global atau perdebatan global. Rosenau dan Giddens sebagai penganut aliran transformasionalis mengatakan bahwa globalisasi yang kontemporer dipahami sebagai sebuah sejarah yang belum pernah terjadi sedebelumnya sehingga negara dan masyarakat di seluruh dunia mengalami proses perubahan mendalam ketika mereka mencoba untuk beradaptasi dengan dunia yaitu lebih saling berhubungan tapi masih sangat tidak pasti. Bagi tranformasionalis, globalisasi adalah suatu kekuatan endorong utama perubahan atau perkembangan pesat dalam sektor sosial, politik maupun ekonomi yang membentuk kembali masyarakat modern dan sistem atau tatanan dunia. Fenomena globalisasi adalah suatu proses runtutan sejarah yang panjang. Dalam globalisasi terdapat banyak kontradiksi dan dibentuk dari kejadian-kejadian yang secara signifikan turut membantu perkembangannya. Pada intinya menurut pandangan transformasionalis adalah proses kontemporer dari sejarah globalisasi belum pernah terjadi sedemikian rupa sehingga pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia harus menyesuaikan ke dunia dimana tidak ada perbedaan yag jelas antara urusan internasional dan domestik maupun internal dan eksternal. Menurut Transfromasionalis akan ada pula prombakan pola tradisional menjadi sebuah hierarki baru yang akan mempengaruhi semua elemen kehidupan masyarakat di dunia internasional, seperti yang membentuk kembali pola stratifikasi dihubungkan engan deteritorialisasi tumbuh kegiatan ekonomi seperti produksi dan keuangan semakin memperoleh dimensi transnasional dan global. Custells dan Ruggie selaku bagian dari para pendukung alirn ini menyatakan bahw ekonomi nasional tidak lagi bertepatan dengan batas-batas wilayah nasional, yaitu ekonomi nasional yang direorganisasi oleh proses globalisasi ekonomi sedemikian rupa. Inti lain dari kasus transformasionalis adalah adanya keyakinan bahwa globalisasi kontemporer melembagakan atau ‘rekayasa ulang’ kekuatan, fungsi dan kewenangan pemerintah nasional.

More Documents from "adisa setya"