Persamaan Antara Zoroaster dengan Islam Bismillaahi aktubu, 1. Al-Quran menekankan: “Tak ada satupun yang
menyerupai Dia” (Q.S.112:4). Zoroaster menyatakan: Dia tak punya suatupun yang menyerupaiNya. (Nama Shat Vakhshur Zarthusht Dasatir halaman 69). 2. Al-Quran menekankan: “Tak ada sesuatu yang seperti
Dia” (Q.S. 42:11). Zoroaster menyatakan: Tak suatupun yang mirip dia.(Dasatir halaman 70). 3. Al-Quran menekankan: “Allah ialah yang segala sesuatu
bergantung kepada-Nya. Ia tak berputera, dan tak diputerakan” (Q.S.112:2-3). Zarathustra menyatakan: Dia tanpa asal atau akhir, tanpa sekutu, musuh, prototip, kawan, ayah, ibu, isteri, putera, tempat tinggal, jasad, atau bentuk, dan tanpa warna serta indera. (Dasatir halaman 71). 4. Al-Quran menekankan: “Dia Yang menciptakan segala
sesuatu, lalu menentukan ukurannya”(QS.25:2). Zoroaster menyatakan: “Dia memberi kehidupan dan kehadiran dari segala sesuatu”(Dasatir halaman 3). 5. Al-Quran menekankan: “Penglihatan tak dapat
menjangkau Dia, dan Dia menjangkau (semua) penglihatan, dan Dia itu Yang Maha-tahu, Yang Mahawaspada (Q.S. 6:104) dan hanya dapat dilihat dengan mata ruhani. Zarathustra menyatakan: “Tiada mata bisa melihatNya ataupun tenaga fikiran bisa menangkap-Nya.” (Dasatir hal.68). Al-Quran tidak saja membuat pernyataan, melainkan juga memajukan alasannya. Dzat yang meliputi semua penglihatan, dan yang pada saat yang sama adalah Dia yang canggih dalam pemahaman serta tak terbatas. Tuhan tak dapat ditangkap dengan mata fisik. Dia itu Yang Ghaib. Fakta ini juga dinyatakan dalam dasatir “Katakan ke dunia bahwa Tuhan tidak dapat dilihat
dengan mata wadag beberapa mata yang lain diperlukan untuk menangkap-Nya” (Dasatir halaman 107). 6. Al-Quran menekankan: Materi dan jiwa itu tidak kekal
seperti Dia: “Yang menciptakan segala sesuatu, lalu menentukan ukurannya”(Q.S. 25:2). “Dia ialah Yang Pertama, dan Yang Terakhir, dan Yang Tersembunyi, dan Ia Yang Maha-mengetahui”(Q.S. 57:3). Zarathustra menyatakan: Engkau adalah yang paling Awal, tak suatupun sebelum Engkau” (Dasatir hal.66). 7. Al-Quran menekankan: “Dan kedudukan yang paling
luhur di langit dan di bumi adalah kepunyaan Dia” (Q.S. 30:27). Zarathustra menyatakan: “Dia itu di atas segala sesuatu yang dapat kaubayangkan” (Dasatir hal.33). 8. 9. Al-Quran menekankan: “Janganlah putus asa dari rahmat Allah” (Q.S. 39:53). Zarathustra menyatakan: “Janganlah kecewa atas kebaikan dan rahmat-Nya” (dasatir halaman 33). 9. Al-Quran menekankan: “Kami lebih dekat kepadanya
daripada urat lehernya” (Q.S. 50:16). Zarathustra menyatakan: “Kami lebih dekat kepadamu daripada dirimu sendiri” (Dasatir hal.122). 10. Al-Quran menekankan: “Dan tiada yang tahu balatentara
Tuhan dikau selain Dia!”(Q.S.74:31). Zarathustra menyatakan: “Malaikat itu tiada terbilang” (Dasatir halaman 6). 11. Al-Quran menekankan: “Dan sesungguhnya ia(Jibril)
menurunkan Quran dalam hati engkau dengan izin Allah” (Q.S. 2:97). Zarathustra menyatakan: “Tuhan berfirman kepada Adam kata dari Tuhan adalah yang diwahyukan malaikat ke dalam hatimu” (Dasatir hal.37). 12. Al-Quran menekankan: “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan berbuat baik, mereka memperoleh jamuan taman Firdaus” (Q.S.18:107).
Zoroaster menyatakan: “Bila seorang dengan amalan yang baik meninggalkan tubuhnya ini maka Aku akan mengirimkan dia ke Surga” (Dasatir halaman 13). 13. Al-Quran menekankan: “Sesungguhnya orang-orang
yang bertaqwa berada di Taman dan air mancur. Masuklah di sana dengan damai, aman. Dan Kami akan mencabut apa yang ada dalam hati mereka berupa dendam-kesumat (sehingga mereka) seperti saudara, (duduk) di sofa berhadap-hadapan. Di sana mereka tak akan terkena lelah, dan mereka tak akan diusir dari sana”(Q.S. 15:45-48). Zoroaster menyatakan: “Para penghuni Surga akan memperoleh melalui kasih-sayang Tuhan, semacam tubuh yang tiada akan lelah ataupun menjadi tua ataupun sesuatu yang kotor, akan bisa msuk ke dalamnya” (Dasatir hal.9). “Mereka akan hidup selamanya dalam tempat tinggal yang penuh kebahagiaan” (Dasatir halaman 13). 14. Al-Quran menekankan: (Neraka) “Di sana mereka tak
akan merasakan kesejukan dan tak (merasakan pula) minuman. Kecuali air mendidih dan air yang keliwat dingin”.(Q.S. 78:24). Zoroaster menyatakan: “Penghuni neraka akan tinggal di sana selamanya, mereka akan disiksa baik dengan panas menyengat maupun dingin menggigil” (Dasatir halaman 38). Disamping itu, kita dapati dalam Dasatir, perintah mengenai sikap kesatria, kesucian perkawinan, menepati janji, larangan terhadap miras, pemotongan rambut terhadap kelahiran anak, membersihkan tubuh dengan mandi, wudhu dan tayammum dan sebagainya.(5) Tiga macam cara turunnya wahyu Ilahi digambarkan dalam sebuah rukyah di dalam keadaan antara mimpi dan jaga serta waktu sedang terjaga. (Nama Shat Vakhshur Zartusht, 5-7). Dua jenis perintah (menentukan dan kiasan) (Nama Shat Vakhshur Zartusht, 5-7). Seorang nabi diperlukan untuk memaksakan hukum semacam itu yang setiap orang harus mematuhinya (Nama Shat Vakhshur Zartusht hal.5). Manusia itu saling bergantung dan mereka siaga membutuhkan hukum Ilahi yang hisa diterima semuanya, yang
dapat mencabut tirani, kebohongan dan buruk-sangka serta memberikan kedamaian dan harmoni ke dunia. Para pembawa syariah ini harus seorang yang mendapat ilham Ilahi sehingga semua orang bisa tunduk kepadanya”.(Nama Shat Vakhshur Zartusht, halaman 45-49). Menyangkut pengakuan terhadap seorang nabi, Zarathustra berkata: “Mereka bertanya kepadamu bagaimana mereka bisa mengenali seorang nabi dan mempercayai kebenaran apa yang dikatakannya; mengatakan kepada mereka apa yang diketahuinya yang orangorang lain tidak tahu, dan dia akan memberitahumu bahkan apa yang tersembunyi dibalik fitrahmu; dia akan bisa menyatakan padamu apa yang kautanyakan dan dia akan memperagakan perkara yang orang lain tak dapat memperagakan” (Ibid halaman 50-54).