PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN “ Penanganan Penyakit TB PARU”
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Menyelesaikan Pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Diajukan oleh : 1. Indra Setiawan
(1651700001)
2.
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT 2016/2017
“Penanganan Penyakit TB PARU”
A. Identifikasi Masalah Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia. Dalam laporan Tuberkulosis Global 2014 yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, insidensi di Indonesia pada angka 460.000 kasus baru per tahun. Namun, di laporan serupa tahun 2015, angka tersebut sudah direvisi berdasarkan survei sejak 2013, yakni naik menjadi 1 juta kasus baru per tahun. Persentase jumlah kasus di Indonesia pun menjadi 10 persen terhadap seluruh kasus di dunia sehingga menjadi negara dengan kasus terbanyak kedua bersama dengan Tiongkok. India menempati urutan pertama dengan persentase kasus 23 persen terhadap yang ada di seluruh dunia. Ini menjadi salah satu faktor Indonesia mendapatkan beban ganda. "Jumlah penyakit tidak menular di Indonesia naik, tetapi penyakit menular juga tetap masalah yang besar, termasuk TB. Seperti fenomena gunung es, belum seluruh kasus terungkap. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2007; Hapsari dkk, 2013). Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru antara lain kondisi sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, status gizi dan kebiasaan merokok. Temuan kasus tuberkulosis paru di Jawa Tengah hingga tahun 2011 mencapai 20.623 kasus yang tersebar dalam tiga lembaga yaitu puskesmas sebanyak 15.003 kasus, rumah sakit sebanyak 3.607 kasus dan BKPM/BP4 sebanyak 2.013 kasus. Data di Kota Semarang tahun 2011, kejadian kasus suspect TB Paru sebanyak 15.001 kasus, sedangkan TB Paru BTA positif sebanyak 989 kasus. (Dinkes Kota Semarang, 2011; Hapsari dkk, 2013). Penularan tuberculosis dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru-paru penderita, pesebaran kuman tersebut diudara melalui dahak berupa droplet. Penderita TB-Paru yang mengandung banyak sekali kuman dapat terlihat lansung dengan mikroskop pada pemeriksaan dahaknya (penderita bta positif) adalah sangat menular. Pada dasarnya penyakit ini menular melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis
paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat danmasuk kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. Pada penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan yaitu tuberkulosis paru dan tuberculosis ekstra paru. Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80 % dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang mudah menular. Tuberkulosis ekstra paru merupakan bentuk penyakit TBC yang menyerang organ tubuh lain, selain paru-paru seperti pleura, kelenjar limpe, persendian tulang belakang, ginjal, saluran kencing, susunan syaraf pusat dan perut. Pada dasarnya penyakit TB paru ini tidak pandang bulu karena kuman ini dapat menyerang semua organ-organ dari tubuh. Pada penderita tuberkulosis paru apabila sudah terpapar dengan agent penyebabnya penyakit dapat memperlihatkan tanda-tanda seperti dibawah ini: 1. Batuk-batuk berdahak lebih dari dua minggu. 2. Batuk-batuk mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah. 3. Dada terasa sakit atau nyeri. 4. Terasa sesak pada waktu bernafas. Adapun masa tunas (masa inkubasi) penyakit tuberkulosis paru adalah mulai dari terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, sedangkan waktunya berkisar antara 4 – 12 minggu untuk tuberkulosis paru.Pada pulmonair progressif dan extrapulmonair, tuberkulosis biasanya memakan waktu yang lebih lama, sampai beberapa tahun. Perioda potensi penularan, selama basil tuberkel ada pada sputum (dahak). Beberapa kasus tanpa pengobatan atau dengan pengobatan tidak adekuat mungkin akan kumat-kumatan dengan sputum positif selama beberapa tahun. Tingkat atau derajat penularan tergantung kepada banyaknya basil tuberkulosis dalam sputum, virulensi atas basil dan peluang adanya pencemaran udara dari batuk, bersin dan berbicara keras secara umum. Kepekaan untuk terinfeksi penyakit ini adalah semua penduduk, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tua muda, bayi dan balita. Kepekaan tertinggi pada anak kurang dari tiga tahun terendah pada anak akhir usia 12-13 tahun, dan dapat meningkat lagi pada umur remaja dan awal tua.
B. Tujuan Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar terhindar dari penyakit TB paru melalui terciptanya masyarakat yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat terbbebas dari penyakit, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata. C. Perencanaan/Strategi
D. Sasaran, Waktu, Tempat Pelayanan, Dan Tenaga Pelaksana.
DAFTAR PUSTAKA
https://anyendaezagreenzy.wordpress.com/2011/05/25/perencanaan-programkesehatan/
http://print.kompas.com/baca/iptek/kesehatan/2016/03/24/Tuberkulosis-di-IndonesiaTerbanyak-Kedua-di-Dunia
https://zumrohhasanah.wordpress.com/2010/12/31/makalah-tb-paru/
Hapsari, A., Faridah, F., Balwa, A., Saraswati, L. 2013. Analisis Kaitan Riwayat Merokok Terhadap Pasien Tuberkulosis Paru (TB Paru) di Puskesmas Srondol. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol. 3 No.2, September 2013.