Perlu Konstruksi Tahan Gempa

  • Uploaded by: fox djieto
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perlu Konstruksi Tahan Gempa as PDF for free.

More details

  • Words: 1,564
  • Pages: 3
Nusantara Rubrik Berita Utama Opini Metropolitan Naper Nusantara Bisnis & Investasi International Humaniora Olahraga Finansial Geliat NAD & SUMUT Jawa Barat Politik & Hukum Berita Yang lalu Swara Dana Kemanusiaan Fokus Pustakaloka Otomotif Furnitur Agroindustri Audio Visual Muda Makanan dan Minuman Esai Foto Perbankan Investasi & Perbankan Pendidikan Dalam Negeri Pendidikan Luar Negeri Pendidikan Musik Rumah Bahari Otonomi Sorotan Ilmu Pengetahuan Teropong Wisata Pixel Bingkai Tanah Air Telekomunikasi Ekonomi Internasional Pergelaran Interior Ekonomi Rakyat Bentara Pendidikan Informal Teknologi Informasi Didaktika Jendela Properti Info Otonomi Tentang Kompas Kontak Redaksi

Senin, 10 Januari 2005

Search :

Untuk Keselamatan Jiwa dan Raga

Perlu Konstruksi Tahan Gempa BERKENAAN dengan gempa dahsyat yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, ada baiknya menengok sebentar ke negara Jepang. Di negeri matahari terbit yang memang acapkali dilanda gempa itu, fondasi rumah penduduk disesuaikan dengan kondisi alam sekitarnya. RUMAH-rumah di sana kebanyakan terdiri dari bahan kayu dan kertas. Bentuk mejanya dibuat rendah sampai mendekati lantai sehingga penghuni rumah tak memerlukan kursi. Lemarinya pun kebanyakan menyatu dengan dinding dengan penutup yang dapat digeser. Tak heran desain serta isi rumah dibentuk sedemikian rupa sehingga bila terjadi gempa, baik bahan bangunan maupun furniturnya sedapat mungkin tidak mencederai penghuni rumah. Indonesia pun sebenarnya merupakan negara dengan variasi intensitas gempa menengah sampai tinggi sehingga rancang bangun sepatutnya memperhitungkan kemungkinan itu. Menurut Dosen Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB), DR Ir I Wayan Sengara, sebenarnya ada peraturan yang membahas rancang bangun tahan gempa.

Berita

Bangunan gedung di Indonesia sekarang harus dirancang dan dibangun sesuai ketentuan yang sudah dirumuskan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Peraturan Bangunan Tahan Gempa yang ditetapkan tahun 2002. Namun, karena peraturan ini relatif baru, sosialisasinya masih terbatas untuk kota-kota besar saja.

· Ancama Kasus H

WAYAN yang juga Kepala Kelompok Penelitian Bahaya Mitigasi ITB mengatakan, peraturan itu seyogianya wajib diterapkan dalam setiap desain bangunan gedung setelah tahun 2002.

· Sorong Menjadi · Korban Kekuran · Tanggu Longsor

Peraturan SNI itu menetapkan, bangunan gedung yang idealnya memiliki masa pakai 50 tahun perlu dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki daya tahan periode ulang gempa 500 tahun. Sebelum tahun 2002, kriteria daya tahan gempa lebih rendah, yaitu menggunakan periode ulang gempa 200 tahun. Berdasarkan SNI tersebut, jelas Wayan, Provinsi NAD termasuk dalam wilayah zona lima sampai enam. Artinya, daerah itu memiliki kategori gempa tertinggi dan merupakan kawasan yang sangat rawan terhadap gempa bumi. Bangunan di daerah seperti itu, menurut Wayan, seharusnya dirancang dengan kaidah-kaidah teknik kegempaan yang sangat ketat. Daya tahan gempa terhadap bangunan harus dievaluasi dengan sangat saksama oleh ahli bangunan. Fondasi bangunannya harus dirancang tahan terhadap kemungkinan besarnya beban gempa di daerah tersebut. Pada kondisi tanah relatif lunak atau pasir yang terendam air, fondasi bangunan harus menggunakan tiang dengan jumlah yang mencukupi untuk menahan beban horizontal akibat gempa. Untuk kondisi tanah pasir terendam air yang rawan terhadap bahaya likuifaksi (mekanisme kehilangan daya dukung tanah atau ambles pada saat gempa terjadi), maka di tanah tersebut harus dilakukan teknik pemadatan yang memadai terlebih dulu. Selanjutnya, digunakan tiang atau fondasi yang cukup lebar untuk mendukung beban bangunan dan beban gempa yang mungkin terjadi. "Pada beberapa kejadian gempa di Flores, Liwa, dan Bengkulu, cukup banyak bangunan yang ambles dan roboh akibat mekanisme likuifaksi, karena fondasi bangunannya tidak dirancang tahan gempa," kata Wayan. Karena Indonesia merupakan daerah rawan gempa, sudah waktunya bagi pemerintah untuk menaruh perhatian yang serius dan menyadari pentingnya penelitian teknik kegempaan dalam rangka mitigasi di daerah-daerah rawan gempa di Indonesia. Selain itu, lanjut Wayan, pemerintah perlu melakukan pengawasan yang ketat terhadap izin dan konstruksi bangunan. Ahli Peneliti Utama Bidang Struktur dan Teknologi Gempa Departemen Pekerjaan Umum (PU) Suwandojo Siddiq mengatakan, terdapat dua cara untuk membuat bangunan aman terhadap gempa. Cara pertama yaitu membuat struktur dan komponen bangunan kuat serta tahan gempa. Cara kedua adalah meredam getaran gempa dari tanah agar tidak masuk atau menjalar ke dalam struktur bangunan bagian atas. Untuk meredam getaran gempa digunakan rubber bearing atau base isolation, yaitu bantalan yang terbuat dari susunan lembar-lembar karet dan pelat baja. Kedua bahan itu, lanjutnya, direkatkan selang-seling sehingga membentuk bantalan berbentuk silinder yang mampu menahan beban tekan sampai 500 ton

Nyata

· Pengakt Kampus Tertund

Khawat

Peja · 67 Temang · Konser Aceh, G Rp 76,8

· Menhub Pemban di Kabu Ulang

B · Harga Terus M · Gempa Dipredik · Anggap Bagian hari

Ko · Perlu Gempa · Usulan untuk B · DAERAH

per unit. Bantalan karet ini dipasang di bawah bangunan, terletak di antara sisi atas fondasi dan sisi bawah balok fondasi. Bantalan karet, menurut Suwandojo, mampu meredam getaran gempa sebesar 75 persen sehingga getaran gempa sisanya hanya 25 persen yang diteruskan ke struktur bangunan bagian atas. Dengan demikian, jelas Suwandojo, bangunan relatif tenang, tidak berguncang saat terjadi gempa sedang sampai gempa kuat. Keuntungannya, struktur bangunan dapat dibuat lebih ringan, tidak perlu terlalu kaku karena getaran sudah diisolasi oleh bantalan karet. Manfaat lain adalah untuk bangunan yang tidak boleh terguncang ketika gempa terjadi seperti ruang operasi rumah sakit, pusat data komputer, museum benda keramik kuno, dan lain-lain. Enam belas tahun yang lalu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Departemen PU bekerja sama dengan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa Untuk Pembangunan Industri mengadakan penelitian bersama. Suwandojo mengatakan, penelitian itu menguji penggunaan bantalan karet pada bangunan empat tingkat dengan struktur beton bertulang. Bangunan di Desa Limbangan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu juga diuji coba sebagai rumah susun. Pada alas bangunan dipasang 15 unit bantalan karet berdiameter 150 milimeter dan tebal 300 milimeter. Walaupun terjadi gempa sedang beberapa tahun lalu, struktur bangunan tersebut dalam kondisi tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan sedikit pun hingga kini. Bantalan karet menjadi sangat populer dan banyak digunakan pada bangunan bertingkat tinggi dan penting, setelah gempa kuat yang menghancurkan Kobe, Jepang, Januari 1995. Pada waktu itu, bangunan yang menggunakan bantalan karet, yaitu Pusat Telekomunikasi Kobe, selamat tidak mengalami kerusakan berarti. Suwandojo mengatakan, bantalan karet terbukti dapat melindungi bangunan penting dan tinggi di Jepang. Penggunaan teknologi lainnya, dilakukan dengan cara menaruh mesin active mass dumping di atas bangunan bertingkat tinggi. Suwandojo mengatakan, mesin seperti bandul ini dikendalikan komputer. Alat sendor getaran gempa yang dipasang di permukaan tanah mengatur arah geser bandul. Bila gempa menggoyang bangunan ke arah depan, bandul akan mengayun ke belakang untuk menyeimbangkan, demikian pula sebaliknya. Namun, teknologi yang sudah digunakan sejak tahun 1990 ini baru dipakai pada bangunanbangunan penting di kota-kota besar negara maju seperti Tokyo dan Yokohama. "Pada prinsipnya, bangunan jangan roboh bila terkena gempa yang kuat. Bila bangunan roboh berarti dapat menimbulkan korban jiwa atau terluka serta kerugian harta benda yang besar bagi penghuninya," kata Suwandojo. Suwandojo mengatakan, salah satu faktor terpenting dalam bangunan adalah komponen vertikal, seperti tiang, dinding pemikul, dan dinding geser. Pada gempa kuat, misalnya, balok boleh rusak, dinding boleh retak, asalkan komponen vertikal masih kuat berdiri. Dengan demikian, menurut Suwandojo, struktur secara keseluruhan tidak akan runtuh total. Hal ini berbeda bila yang rusak adalah komponen vertikal seperti tiang, maka bangunan akan runtuh secara mendadak dan rata dengan tanah. Rumah di Pulau Jawa umumnya menggunakan bahan dinding yang terdiri dari pasangan bata atau conblock ditambah adukan semen dan pasir sebagai pengikatnya. Padahal, jelas Suwandojo, bata polos merupakan bahan bangunan yang sangat buruk daya tahannya terhadap beban gempa. "Bata itu masif dan berat tetapi regas dan mudah roboh, karena itu tidak cocok untuk bangunan di daerah rawan gempa. Tetapi bahan bangunan itu akan menjadi sangat bagus dan kuat daya tahannya terhadap beban gempa bila diperkuat baja tulangan dengan cara yang benar atau dengan tiang balok pengekang," kata Suwandojo. SAAT ini masyarakat lebih menganggap rumah tembok lebih memberikan kesan megah, anggun, dan menaikkan harga diri penghuninya dibandingkan dengan rumah kayu. Padahal, menurut Suwandojo, rumah dengan struktur kerangka kayu memiliki daya tahan yang cukup baik untuk menahan guncangan gempa karena bahannya lebih ringan. Dalam kejadian gempa di Sukabumi, 1982, misalnya, bangunan rumah sederhana dengan tipe seperti itu sedikit sekali mengalami rusak berat dan tidak ada yang runtuh total. Bangunan rumah sederhana yang sudah ada dan terbuat dari pasangan bata polos sebaiknya dikuatkan setiap pertemuan dinding dan pojok-pojoknya dengan cara dipasang penguat yang terbuat dari kayu atau beton. "Supaya kalau ada gempa, bangunan sudah aman dan kuat," kata Suwandojo menambahkan. Caranya, dinding dibobok untuk pemasangan tiang dan balok lalu dipasang jangkar dengan panjang 60 sampai 100 sentimeter. Alat penyambung dari baja

dengan penampang delapan milimeter itu lalu dituangkan adukan beton atau mortar dengan komposisi dengan adukan pasir sebesar satu banding tiga. Beton atau mortar itu dapat menyatukan dan menguatkan dinding pasangan bata dengan tiang atau balok penguat tersebut. Suwandojo mengatakan, modifikasi antara dinding dan tiang itu dapat menambah kekuatan tiga sampai empat kali lipat dibandingkan dengan dinding tanpa penguat. Karena itu, insinyur yang mendesain bangunan tahan gempa harus memahami teori struktur tahan gempa. Orang yang tidak mengerti teori tersebut, tidak akan mengerti penyebab rusaknya bangunan dan bahan yang diperlukan agar sesuai dengan beban gempa. Suwandojo mengatakan, seseorang yang ingin mendirikan suatu bangunan atau rumah sering menyerahkan sepenuhnya pemilihan bahan dan konstruksi kepada mandor. Kebanyakan mandor mendapat keahliannya tidak melalui pendidikan formal, melainkan dari hasil melihat, meniru, dan belajar dari praktik secara turun-menurun. Karena keahlian itu tidak berkembang, kesalahan teknis yang dibuat mandor terdahulu akan terulang. Hal ini baru terasa ketika bangunan perumahan ini rusak akibat gempa. Menurut Suwandojo, mandor dan laden (asisten tukang) kuli perlu mendapat tambahan pengetahuan tentang cara membuat konstruksi yang kuat, murah, mudah, namun tahan gempa. Penyuluhan ini dapat diberikan dalam bentuk ceramah, pameran, atau latihan praktis. (J15)

Design By KCM Copyright © 2002 Harian KOMPAS

Related Documents


More Documents from "lp3y.org"

Tanya Jawab Seputar Obat
April 2020 35
Sejarah Konflik Palestina
December 2019 42
Brosur_kunjungan_bosscha
December 2019 37
Meralat Big Bang
December 2019 41