Peran Manusia Sebagai Khalifatullah Fil Ardhi.docx

  • Uploaded by: Syel Syela
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peran Manusia Sebagai Khalifatullah Fil Ardhi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,029
  • Pages: 4
B. Peran manusia sebagai khalifatullah fil ardhi Manusia diturunkan oleh Allah ke bumi guna menjadi khalifah fil ardh. Lalu, apa pengertian khalifah fil ardh? Pada umumnya khalifah fil ardh di tafsirkan sebagai wakil Allah di muka bumi, tetapi sebenarnya tidak semua ahli tafsir sepakat dengannya. Namun disini akan mengambil pengertian yang paling sering di gunakan yaitu sebagai wakil Allah. Tugas utama seorang khalifah adalah untuk mengabdi kepada Allah dan untuk , melalui wewenangnya yang diberikan kepada mereka, memberi putusan dengan adil diantara makhluk-makhlukNya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok panutan manusia yang menjadikan landasan untuk menjadi khalifah fil ardh, dan disitu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membawakan ajaran untuk umatnya berupa kitab al-Qur’an. Seperti dalam surat al-Anbiya ayat 107

َ ‫س ْلنَاكَ إِال َر ْح َمةً ِل ْلعَالَ ِم‬ ‫ين‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬ Artinya : “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus tidak lain untuk membawa amanat persaudaraan dalam kehidupan”(QS alAnbiya:107) Dari ayat tersebut jelaslah bahwa misi utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjadi rahmat dan kasih sayang di dunia kepada penduduk bumi. Manusia memegang amanah sebagai wakil Allah di muka bumi yang hidup di dalamnya dan bersama-sama hidup dengan sesamanya, maka manusia memiliki tiga hubungan, yaitu Hablu min Allah (hubungan nya dengan Allah), Hablu min Naas (hubungan nya dengan manusia), Hablu min Alam (hubungannya dengan alam). Hubungan manusia kepada Allah adalah dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dan semua itu sudah disampaikan melalui al-Qur’an yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seperti surat al-Hujurat ayat 13

‫ارف َٰٓو ْۚا ِإ َّن‬ َ ‫َٰٓيَأَيُّ َها ٱلنَّاس ِإنَّا َخلَ ۡقنَكم ِمن ذَ َك ٖر َوأنثَى َو َج َع ۡلنَك ۡم شعوبٗ ا َوقَبَآَٰئِ َل ِلت َ َع‬ َّ ‫ٱّللِ أ َ ۡتقَىك ْۡۚم ِإ َّن‬ َّ َ‫أ َ ۡك َر َمك ۡم ِعند‬ ١٣ ‫ير‬ٞ ‫ٱّللَ َع ِلي ٌم َخ ِب‬ Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” Adapun hubungan manusia dengan manusia yaitu menerima semua manusia entah itu baik maupun buruk, karena yang menilai itu adalah Allah dan Allah menilainya berdasarkan ketaqwaan manusia itu sendiri. Dalam hubungannya kepada sesama tentunya seperti yang sudah di ajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu dengan rahmah (kasih sayang) tak memandang ras, suku, dan budaya. Seperti kutipan Gus Dur “Memuliakan manusia, berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya.” Dari situ dapat dijelaskan bahwa manusia memanusiakan manusia merupakan wujud pengabdian nya kepada Allah sebagai khalifah fil ardh Terdapat pula kutipan Gus Dur bahwa manusia harus menerima manusia tanpa memandang segala aspek perbedaan “Jika kamu membenci orang karena dia tidak bisa membaca al-Qur’an, berarti yang kamu pertuhankan adalah bukan Allah, melainkan al-Qur’an. Jika kamu memusuhi orang yang berbeda agama denganmu, berarti yang kamu pertuhankan adalah bukan Allah, tetapi agama. Jika kamu menjauhi orang yang melanggar moral, berarti yang kamu pertuhankan bukan Allah, tetapi moral. Pertuhankanlah Allah, bukan yang lainnya. Dan pembuktian bahwa kamu mempertuhankan Allah adalah kamu harus menerima semua makhluk. Karena begitu pula dengan Allah.” Hubungan manusia dengan alam. Ternyata manusia yang menempati bumi ini harus menjaganya dengan sebaik mungkin. Seperti, sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, buah-buahan yang tumbuh dari

dalamnya, air yang mengalir diatasnya, dll. Kita manusia sudah tahu bahwa manusia jika diturunkan ke bumi akan berbuat kerusakan. Seperti firman Allah surat al-Baqoroh ayat 30

‫س ُد‬ ِ ‫ض َخ ِليفَةً قَالُوا أَتَجْ عَ ُل فِي َها َمن يُ ْف‬ ِ ‫َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َمالَئِ َك ِة إِ ِني َجا ِع ُل فِي األ َ ْر‬ َ ‫ِس لَكَ َقا َل ِإ ِني أ َ ْعلَ ُم َما الَ ت َ ْعلَ ُم‬ ‫ون‬ ِ ُ‫س ِفك‬ ْ ‫ِفي َها َو َي‬ َ ُ‫الد َمآ َء َونَحْ ُن ن‬ ُ ‫س ِب ُح ِب َح ْم ِدكَ َونُقَد‬ Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku me-ngetahui apa yang tidak Engkau ketahui.”” Lalu bagaimana manusia menjaganya jika sudah tahu bahwa manusia memang hanya berbuat kerusakan. Tentunya dengan meminimalisir kerusakan-kerusakan yang di perbuat manusi. Karena kita tahu bahwa tanpa adanya alam maka manusia pun tidak ada, untuk itulah kita manusia harus menjaganya sebaik mugkin, karena menjaga alam berarti manusia berusaha untuk menjaga keberlangsungan kehidupan manusia itu sendiri, dan adapun jika manusia merusak alam, maka manusia itu telah berupaya untuk memusnahkan keberlangsungan hidup manusia.

ۡ َ‫سالَ ۡت أ َ ۡو ِد َي ُۢة ِبقَدَ ِرهَا ف‬ ‫س ۡيل زَ َبدٗا َّرا ِبيٗ ۖا َو ِم َّما‬ َّ ‫ٱحت َ َم َل ٱل‬ َّ ‫أَنزَ َل ِمنَ ٱل‬ َ َ‫س َما َٰٓ ِء َما َٰٓ ٗء ف‬ ۡ ‫ ِم ۡثل ْۚهۥ َكذَ ِل َك َي‬ٞ‫ار ۡٱب ِتغَا َٰٓ َء ِح ۡل َي ٍة أ َ ۡو َمت َ ٖع زَ َبد‬ َّ ‫ض ِرب‬ ‫ٱّلل‬ ِ َّ‫يو ِقدونَ َعلَ ۡي ِه ِفي ٱلن‬ َّ ‫ۡٱل َح َّق َو ۡٱل َب ِط ْۚ َل فَأ َ َّما‬ ‫اس فَ َي ۡمكث ِفي‬ َ َّ‫ٱلز َبد فَ َي ۡذهَب جفَا َٰٓ ٗۖء َوأ َ َّما َما يَنفَع ٱلن‬ ۡ ‫ض َكذَ ِل َك َي‬ ْۚ ِ ‫ۡٱۡل َ ۡر‬ َّ ‫ض ِرب‬ ١٧ ‫ٱّلل ۡٱۡل َ ۡمثَا َل‬ Artinya : “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada

harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” Ayat diatas menunjukkan bahwa manusia yang berada di bumi harus memanfaatkan dan mensyukuri apa yang sudah di berikan oleh Allah entah itu dari langit ataupun bumi dengan sebaik-baiknya.

Related Documents


More Documents from "MOHD ANUAR BIN IBRAHIM"