PENYAKIT SANGAT BERAT DAN INFEKSI BAKTERI BAYI MUDA
SOP
No.Dokumen
:
/SOP/
Terbitan
:
No.Revisi
:
TanggalTerbit
:
Halaman
: 1/2
/
/2017
/2017
PUSKESMAS TANJUNG
KASMANIDAR, SKM
BINGKUNG
1. Pengertian
NIP.19701006 199101 2001
Suatu keadaan dimana kondisi neonatus tampak sakit berat yang disebabkan oleh infeksi bakteri. infeksi berat yang diderita neonatus dengan
gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan
penyakit penyakit sangat berat karena bakteri disebut sepsis neonatorum. Sepsis dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal. Diagnosis dini sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan terapi diberikan tanpa menunggu hasil kultur. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak spesifik dengan diagnosis banding yang sangat luas, termasuk gangguan napas, penyakit metabolik, penyakit hematologik, penyakit susunan syaraf pusat, penyakit jantung, dan proses penyakit infeksi lainnya (misalnya infeksi TORCH = toksoplasma, rubela, sitomegalo virus, herpes). Bayi yang diduga menderita sepsis bila terdapat gejala: 1. Letargi, iritabel, 2. Tampak sakit, 3. Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat, kulit bintik-bintik tidak rata, petekie, ruam, sklerema atau ikterik, 4. Suhu tidak stabil demam atau hipotermi, 5. Perubahan metabolik hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik, 6. Gejala
gangguan
kardiopulmonal
gangguan
pernapasan
(merintih, napas cuping hidung, retraksi, takipnu), apnu dalam 24 jam pertama atau tiba-tiba, takikardi, atau hipotensi (biasanya
timbul lambat), 7. Gejala gastrointestinal: toleransi minum
yang buruk, muntah,
diare, kembung dengan atau tanpa adanya bowel loop. 2. Tujuan
Sebagai acuan kerja petugas di UPTD Puskesmas Air Putih
dalam
melakukan pelayanan terhadap pelanggan. 3. Kebijakan
SK
Kepala
Puskesmas
No.
153/SK/PKM-AP/VI/2015
tentang
pemberlakuan SPO di UPTD Puskesmas Air Putih 4. Referensi
1. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Jakarta 2013 2. Buku Ajar Neonatologi IDAI 3. Titut S. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 2, Agustus 2000: 96 -102
5. Langkah-langkah
1. Petugas
menanyakan
apakah
bayi
tidak
mau
minum
atau
memuntahkan semuanya dan apakah bayi kejang. Jikan ditemukan kejang atau henti napas petugas segera melakukan tindakan sebelum melakukan penilaian lain dan rujuk segera. 2. Petugas melihat apakah bayi bergerak hanya jika dirangsang. 3. Petugas menghitung nafas dalam 1 menit. Jika ≥ 60 kali/menit mmaka hitung nafas dalam 1 menit diulangi. Bayi bernafas cepat (≥60 kali/menit) atau bayi bernafas lambat (≤30 kali/menit). 4. Petugas melihat apakah ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat 5. Petugas mendengarkan apakah ada suara merintih 6. Petugas mengukur suhu aksiler 7. Petugas melihat adakah pustul di kulit 8. Petugas melihat apakah mata bernanah 9.
Petugas melihat apakah pusar kemerahan atau bernanah dan meluas sampai ke dinding perut.
10. Petugas mengklasifikasikan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat, infeksi bakteri lokal, dan mungkin bukan infeksi. 11. Petugas mengklasifikasikan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat bila ditemukan gejala bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya, riwayat kejang, bergerak hanya jika dirangsang, nafas cepat atau nafas lambat, ada tarikan dinding dada ke dalam yg sangat kuat, bayi merintih, suhu tubuh ≤ 35,5˚C atau ≥37,5˚C, banyak nanah di
mata atau pusar kemerahan meuas ke dinding perut. 12. Petugas merencanakan tindakan/pengobatan pada klasifikasi penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat dengan : 12.9
menangani kejang jika ada
12.10
mencegah gula darah tidak turun
12.11
menangani gangguan nafas jika ada
12.12
menangani hipotermi jika ada
12.13
memberi dosis pertama antibiotik intramuskuler
12.14
menasehati cara menjaga bayi tetap hangat di perjalanan
12.15
rujuk segera.
13. Petugas menangani gangguan nafas pada penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat dengan memposisikan kepala bayi setengah tengadah dan jika perlu mengganjal bahu dengan gulungan kain, membersihkan jalan nafas dengan alat penghisap lendir, dan jika mingkin memberikan oksigen dengan kateter nasal atau nasal prong dengan kecepatan 2 liter per menit. 14. Petugas menangani kejang dengan obat diazepam suppositoria 5 mg bila berat anak 0-10 kg dan diazepam suppositoria 10 mg bila berat anak lebih dari 10 kg. Jika kejang berulang , dapat diberikan lagi satu dosis penuh diazepam supositoria selang 5 menit dan masksimal sebanyak 3x pemberian. 15. Petugas mengklasifikasikan infeksi bakteri lokal bila ditemukan pustul kulit, mata bernanah, dan pusar kemerahan dan bernanah. 16. Petugas merencanakan tindakan/pengobatan pada klasifikasi infeksi bakteri lokal dengan : 16.1 Jika Ada Pustul Kulit Atau Pusar Bernanah Diberi Antibiotik Oral 16.2 Jika Ada Nanah Di Mata Diberi Salep/Tetes Mata Antibiotik 16.3 Mengajari Cara Mengobati Infeksi Bakteri Lokal Di Rumah 16.4 Melakukan Asuhan Dasar Bayi Muda 16.5 menasehati kapan kembali segera dan kunjungan ulang 2 hari. 17. Petugas memberi antibiotik per oral yang sesuai untuk infeksi bakteri lokal
18. Petugas
pada
kunjungan
ulang
melakukan
penilaian
ulang
pemeriksaan mata apakah mata bernanah bertmbah banyak, memeriksa pusar apakah merah/keluar nanah atau merah meluas, dan memeriksa pustul pada kulit. Rencana tindakan pada penilaian ulang jika keluhan menetap atau bertambah parah rujuk segera, jika membaik untuk pustul kulit dan pusar bernanah teruskan pemberian antibiotik oral sampai 5 hari, untuk mata bernanah lanjutkan obat salep/tetes
mata
sampai
nanah
hilang,
dan
untuk
pusar
merah/bernanah lanjutkan gentian violet 0,5% sampai infeksi membaik. 19. Petugas mengklasifikasikan mungkin bukan infeksi jika tidak terdapat salah satu tanda diatas. 20. Petugas merencanakan tindakan/pengobatan pada klasifikasi mungkin bukan infeksi dengan mengajari cara merawat bayi di rumah dan melakukan asuhan dasar bayi muda. 6. Unit Terkait
1. Unit Laboratorium 2. Unit Sanitasi 3. Unit Gizi
7. Dokumen Terkait
1. Rekam Medis. 2. Buku Register harian poliklinik anak 3. Formulir MTBM 4. Formulir permintaan pemeriksaan penunjang 5. Formulir rujukan eksternal