PENYAKIT PERNAFASAN OBSTRUKSI KRONIS (PPOK) Agit Anggita Chori Bagas Saputro Ellyana Afri Pratiwi Fina Tri Hastuti Galuh Anggraini Kurniadi Aji Maisye Nur Aisyah Maulidina Fajriningtyas Putri Eriandi Putri Yunita
PENGERTIAN Penyakit pernapasan obstruksi kronis (PPOK) adalah penyakit yang ditandai oleh keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak dapat sepenuhnya dapat dipulihkan. PPOK meliputi emfiseme, bronchitis kronis atau komplikasi keduanya. Emfisime digambarkan sebagai kondisi patologis pembesaran abnormal rongga udara di bagian distal bronkiolus dan kerusakan dinding alveoli, sedangkan bronchitis kronis merupakan kelainan saluran napas yang ditandai dengan batuk
kronik berdahak minimal tiga bulan dalam setahun, sekurang kurangnya dua tahun berturut turut (Smelzer& Bare, 2006) PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas
bersifat progresif nonreversible atau refersibel parsial. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
PATHWAY
Pengkajian dilakukan hari Kamis 23 November 2017 pukul 08.00 di bangsal Daun Kelor
RSPA Boyolali. Data diperoleh berdasarkan anamnesa langsung dengan pasien dan keluarga : Identitas Pasien Nama
: Tn. S
Usia
: 78 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Petani
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Alamat
: Banyudono, Boyolali
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
INTERVENSI No.Dx 1
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, bersihan O : Observasi keluhan 1. Untuk jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil : pasien
:
menegtahui
keadaan umum pasien
1. Tidak ada dyspnea
N
Berikan
tindakan 2. Untuk
2. Tidak ada bunyi napas tambahan
nebulizer
3. RR klien normal
E : Ajarkan pasien batuk 3. Membantu
4. Tidak menggunakan otot bantu.
efektif
sputum
menegeluarkan sputum
C : Kolaborasi dengan tim 4. Untuk medis dalam pemberian terapi
mengeluarkan
menunjang
proses penyembuhan
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
O : Observasi aktivitas yang
1.Untuk mengetahui
3x24 jam,intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan mampu dilakukan oleh pasien. kemampuan pasien. criteria hasil:
N : Kaji aktivitas yang
2.Untuk mengetahui
1.Dapat beraktivitas fisik tanpa disertai peningkatan disukai.
aktivitasyang disukai.
tekanan darah
E : Ajarkan pasien untuk
3.Untuk melatih pasien
2.Mampu melakukan aktivitas fisik tanpa disertai
melakukan aktivitas konsisten beraktivitas.
bantuan/mandiri.
C : Kolaborasi dengan tenaga 4.Untuk menunjang proses
3.TTV normal
rehabilitasi dalam merencanakan program terapi yang tepat.
penyembuhan.