Peningkatan Ketrampilan 4c.docx

  • Uploaded by: Restu Pranantyo
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peningkatan Ketrampilan 4c.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 976
  • Pages: 3
Kelompok 1: 1. 2. 3. 4. 5.

Kidung Tyas Sumekar Aulia Ghazi Addieni Arum Setyaning Tyas Restu Pranantyo Nurul Khoirunisa

16312244003 16312244030 16312244043 16312244046 16312244052

Peningkatan Ketrampilan 4C (comunication, colaborative, critical thingking and creativity) Dengan Metode Pembelajaran Inquiry pada Abad 21 A. Ketrampilan 4C Abad 21 US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu “The 4Cs”- communication, collaboration, critical thinking, dan creativity. Kompetensi-kompetensi tersebut penting diajarkan pada siswa dalam konteks bidang studi inti dan tema abad ke-21. Assessment and Teaching of 21st Century Skills (ATC21S) mengkategorikan keterampilan abad ke-21 menjadi 4 kategori, yaitu way of thinking, way of working, tools for working dan skills for living in the world (Griffin, McGaw & Care, 2012). 1. Way of thinking mencakup kreativitas, inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. 2. Way of working mencakup keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi dan bekerjasama dalam tim. 3. Tools for working mencakup adanya kesadaran sebagai warga negara global maupun lokal, pengembangan hidup dan karir, serta adanya rasa tanggung jawab sebagai pribadi maupun sosial. 4. skills for living in the world merupakan keterampilan yang didasarkan pada literasi informasi, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi baru, serta kemampuan untuk belajar dan bekerja melalui jaringan sosial digital. B. Model Pembelajaran Inquiry Inkuiri adalah pernyataan. Atau pemeriksaan, penyelidikan, menurut Wina Sanjaya (2005: 119). Inkuiri adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Jadi model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses pembelajaran yang menekankan pada pencarian, penemuan dan penyelidikan melalui proses berfikir sistematis.Gulo ( 2004 ; 84-85 ) menjelaskan bahwa model inkuiri merupakan suatu rangkaian belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kristis, logis, analisis. Sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran pertama kegiatan mengajar pada model ini ialah : 1. keterlibatab perserta didik secara maksimal dalam proses belajar. Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.

2. keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuanpengajaran 3. megembangkan sikap percayadiri sendiri,pada diri perserta didik tentang apa yang di temukan dalam proses inkuiri. Menurut Wina Sanjaya (2007: 194) model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikit secara kristis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Dalam proses pemecahan masalah, pesereta didik di latih untuk menyadari masalah, mengajukan pertanyaan dan menghimpun informasi sebelum mengambil keputusan.Kegiatan inkuiri ini di mulai dengan peserta didik menanyakan sesuatu sehubungan dengan masalah yang dihadapi. Peserta didik di tuntut untuk menggunakan memampuan mencari jawaban atas sesuatu isu atau pertanyaan. Dengan demikian peserta didik mampu menemukan konsep dari prinsip diri sendiri, bukan di jahui pengetahuan. C. Penerapan Teknologi Perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Oleh karena itu agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan iptek tersebut, perlu adanya penyesuain-penyesuaian, terutama sekali yang berkaitan dengan faktor-faktor pengajaran disekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media pembelajaran berbasis teknologi yang perlu dipelajari dan dikuasai guru/calon guru, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa secara baik berdaya guna dan berhasil guna. Seiring dengan berkembangnya pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia, seluruh elemen masyarakat kesadaran tentang pentingnya pendidikan dan teknologi yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak dan langkah, dalam perkembangan dunia pendidikan. Pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran sangatlah diperlukan. Hal tersebut dapat ditinjau dari bergabgai sisi. Dengan adanya teknologi bias mengatasi keterbatasan kualitas dan kuantitas pembelajaran. Contohnya yaitu keterbatasan guru maupun keterbatasan sumber belajar. Peserta didik yang awalnya hanya menerima materi, dengan adanya teknologi akan mencari sendiri materi yang sekiranya diperlukan. Melalui teknologi pembelajaran para pendidik akan mudah melakukan simulasi pembelajaran mendekati kondisi nyata dari suatu materi pembelajaran yang abstrak, misalnya penjelasan tentang gerakan lempeng tektonik yang menimbulkan banyak korban mudah diuraikan dengan bantuan simulasi teknologi. Simulasi gerakan lempeng tektonik melalui animasi akan memudahkan pemahaman dan penghayatan peserta didik untuk materi pembelajaran tersebut. D. Pengembangan Kurikulum Satmoko Budi Santoso menjabarkan kurikulum sekolah alam yang terdiri dari tiga hal, yaitu sebagai berikut :

a. Penciptaan Akhlak yang Baik Satmoko menjelaskan bahwa sekolah alam menjadi tempat belajar penciptaan akhlak yang baik, walaupun peserta didik memiliki latar belakang agama yang berbeda. Hal ini ditandai dengan adanya pendidikan agama yang menyeluruh dalam kurikulum sekolah alam. b. Penguasaan Ilmu Pengetahuan Maksud Satmoko dalam aspek yang kedua ini adalah bahwa sekolah alam menjadi tempat peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan dengan baik. Walaupun peserta didik belajar di sekolah yang berbasis alam, peserta didik juga dituntut menguasai ilmu pengetahuan lain yang memadai, misalnya tetap ada pelajaran pengenalan komputer, bahasa asing, keolahragaan, dan sebagainya. c. Penciptaan Pemahaman Kepemimpinan yang Memadai Dalam aspek yang ketiga ini, Satmoko mengemukakan bahwa sekolah alam membentuk peserta didik menjadi pemimpin yang mampu memimpin diri sendiri dan orang lain. Peserta didik diarahkan untuk menjadi inovator, bukan pengikut produk tertentu. Moh. Yamin menjabarkan kurikulum sekolah alam seperti yang diterapkan di Sekolah Alam Cikeas, yaitu sebagai berikut : a. Kurikulum Akhlak Pelaksanaan kurikulum ini melalui konsep keteladanan dan pengembangan EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient). b. Kurikulum Sains Dalam praktiknya, pelaksanaan didasarkan pada pembelajaran holistik menggunakan spider web. Hal ini dimaksudkan agar logika ilmiah peserta didik berkembang secara integral sehingga mampu atau terbiasa mengamati fenomena alam, mencatat data, melakukan eksperimen, dan membentuk sebuah teori. c. Kurikulum Leadership Kegiatan utama kurikulum ini berupa outbond mental education untuk membentuk karakter kepemimpinan peserta didik melalui pengembangan nilainilai adil, amanah, musyawarah, kerjasama, melindungi, mengayomi, membela orang yang tertindas, serta menjaga keseimbangan alam dengan pengelolaan fasilitas sekolah. E. Simpulan Berdasarkan uraian di atas, dalam pembelajaran IPA abad 21 dengan menggunakan metode Inquiry harapannya dapat meningkatkan kemampuan abad 21 yaitu 4C (communication, collaboration, critical thinking, dan creativity). Dengan memanfaatkan berbagai teknologi yang canggih serta kurikulum yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan abad 21.

Related Documents


More Documents from "SRI ROSNIDAR"