Pengumpulandatakualitatif.pdf

  • Uploaded by: muslih arsyad
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengumpulandatakualitatif.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,886
  • Pages: 21
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/326439481

Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif Chapter · January 2015

CITATIONS

READS

0

976

1 author: Agung Dwi Laksono National Institute of Health Research and Development, the Ministry of Health, the Republic of Indonesia 73 PUBLICATIONS   33 CITATIONS    SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Health Services Evaluation View project

Health Ethnography Study View project

All content following this page was uploaded by Agung Dwi Laksono on 17 July 2018. The user has requested enhancement of the downloaded file.

Bab 3 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif Agung Dwi Laksono

Dalam sebuah penelitian kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan dengan sangat berbeda dengan metode penelitian kuantitatif yang lebih dulu eksis, tak terkecuali dalam bidang kesehatan. Perbedaan ini lebih disebabkan oleh tujuan masing-masing jenis penelitian itu sendiri. Penelitian kuantitatif lebih ditujukan untuk mencari keluasan dari sebuah permasalahan, sedang penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mencari kedalamannya. Ciri lain yang sangat berbeda adalah bahwa di dalam penelitian kuantitatif setiap fenomena ditunjukkan dengan angka atau numerik, sedang penelitian kualitatif menyajikan sebuah fenomena dalam sebuah narasi yang mendalam, meski tak menampik juga kadang disertai dengan menampilkan angka. Secara detail perbedaan dari kedua jenis pendekatan penelitian tersebut pada Tabel 3.1.

15

16

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

Dalam penelitian kuantitatif, instrumen sudah didesain sedemikian rupa sehingga sangat terstruktur dan teratur, biasanya dalam bentuk-bentuk kuesioner ataupun daftar tilik yang sudah dirancang sedemikian rupa. Dengan demikian, proses paling “merepotkan” dari kesempurnaan penelitian kuantitatif adalah tahap persiapannya bila dibandingkan dengan tahap pengumpulan ataupun interpretasi data. Hal berbeda berlaku pada penelitian kualitatif. Pada penelitian jenis ini, kebanyakan instrumen adalah “peneliti” itu sendiri. Kalaupun ada instrumen pendokumentasian lain­ nya, hanya merupakan instrumen pendukung untuk me­ lengkapi data, instrumen utama adalah peneliti itu sendiri. Tahap persiapan dalam penelitian kualitatif cenderung lebih “ringan”. Bagian paling “merepotkan” adalah pada saat interpretasi data. Pada fase ini peneliti sebagai instrumen dituntut untuk membangun kembali memorinya terhadap suasana atau konteks pada saat pengumpulan data, melihat hubungan antarobjek, sampai pada perilaku masing-masing objek secara mandiri ataupun pada saat berinteraksi. Ada tiga metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu: 1) observasi partisipatif; 2) wawancara mendalam; dan 3) diskusi kelompok terarah.

Seleksi Peserta/ Responden/ Informan

Untuk menggambarkan karakteristik suatu populasi Random sampling

KARAKTERISTIK KUANTITATIF Kerangka Umum Berusaha untuk mengonfirmasi hipotesis tentang fenomena. Instrumen menggunakan gaya yang lebih kaku untuk memunculkan dan mengkategorikan tanggapan terhadap pertanyaan. Menggunakan metode yang sangat terstruktur, seperti: kuesioner, survei, dan observasi terstruktur. Tujuan Analisis Untuk mengukur variasi. Untuk memprediksi hubungan kausal.

Instrumen lebih fleksibel, menggunakan gaya berulang untuk memunculkan dan mengkategorikan tanggapan terhadap pertanyaan. Menggunakan metode semi-terstruktur, seperti: wawancara mendalam, kelompok fokus, dan observasi partisipatif. Untuk menggambarkan variasi. Untuk menggambarkan dan menjelaskan hubungan. Untuk menggambarkan pengalaman individu. Untuk menggambarkan norma kelompok. Purposif atau dipilih secara teoretis

KUALITATIF Berusaha untuk mengeksplorasi fenomena.

Tabel 3.1 Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif versus Kualitatif

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

17

Sampel besar, validitas statistik, akurat mencerminkan populasi. Pemahaman yang dangkal dari pikiran dan perasaan sasaran.

Tanggapan peserta tidak mempengaruhi atau menentukan bagaimana dan pertanyaan apa yang diajukan peneliti berikutnya. Desain penelitian tunduk pada asumsi dan kondisi statistik

Tertutup. Pertanyaan spesifik atau hipotesis. Numerik (diperoleh dengan menetapkan nilai numerik untuk respon). Fenomena disajikan secara numerik. Deskriptif data statistik inferensial. Desain penelitian stabil dari awal sampai akhir.

Besar sampel kecil, tidak digeneralisasikan untuk populasi pada umumnya.

Desain penelitian adalah interaktif, yaitu pengumpulan data dan penelitian pertanyaan yang disesuaikan dengan apa yang telah dipelajari Kaya, mendalam, deskripsi narasi sampel.

Terbuka. Luas, tematik. Tekstual (diperoleh dari kaset audio, kaset video, dan catatan lapangan). Fenomena disajikan dalam sebuah narasi. Identifikasi tema utama. Beberapa aspek dari penelitian ini adalah fleksibel (misalnya: penambahan, pengucilan, atau kata-kata pertanyaan wawancara tertentu). Tanggapan peserta mempengaruhi bagaimana dan pertanyaan apa yang diajukan peneliti berikutnya.

Sumber: Marvasti (2004); Mack, dkk (2005); Vanderstoep dan Johnston (2009)

Kerugian

Keuntungan

Fleksibilitas dalam Desain Penelitian

Format Pertanyaan Format Data

18 Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

Ketiga metode tersebut mempunyai tujuan dan tingkat kesulitan yang berbeda antara satu metode dengan metode lainnya. Setiap metode memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Selain ketiga metode tersebut, juga berkembang metode pengumpulan data kualitatif lain, seperti penelusuran dokumen. Jarang sekali dalam sebuah penelitian kualitatif diguna­ kan metode pengumpulan data tunggal. Sering kali metode pengumpulan data dilakukan dengan dua sampai tiga meto­ de secara bersamaan. Hal ini penting dilakukan karena kele­ mahan satu metode bisa ditutupi atau dilengkapi dengan kekuatan dari metode pengumpulan data lainnya. Selain itu, yang terpenting adalah penggunaan lebih dari satu metode pengumpulan data merupakan salah satu cara dalam penelitian kualitatif untuk menjaga dan memvalidasi data. Dalam ranah penelitian kualitatif, hal ini disebut sebagai triangulasi metode. Tentang triangulasi dan jenis triangulasi lainnya akan dijelaskan dalam bab tersendiri dalam buku ini. Pada pokok bahasan selanjutnya akan dijelaskan definisi masing-masing metode pengumpulan data dan bagaimana cara melakukannya. Selain itu, akan diuraikan kelebihan atau kekuatan dan kelemahan setiap metode pengumpulan data.

A. Observasi Partisipatif Menurut Mack, dkk. (2005) observasi partisipatif me­ ru­pakan akar dalam penelitian etnografi tradisional, yang bertujuan untuk membantu para peneliti mempelajari per­ spektif yang dimiliki oleh populasi penelitian. Dianggap bah­ wa akan ada beberapa perspektif dalam suatu masyarakat tertentu. Metode ini menarik untuk mengetahui beragam

19

20

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

perspektif yang ada dan membantu dalam memahami interaksi di antara mereka. Lebih lanjut Mack, dkk (2005) menjelaskan bahwa peneliti kualitatif melakukan observasi partisipatif bisa melalui pengamatan sendiri atau oleh keduanya, mengamati dan berpartisipasi. Observasi partisipatif selalu dapat diterapkan dalam masyarakat, di lokasi yang diyakini memiliki relevansi dengan pertanyaan penelitian. Metode ini khas karena peneliti mendekati peserta di lingkungan mereka sendiri. Secara umum, peneliti yang terlibat dalam observasi partisipatif mencoba untuk mempelajari seperti apa hidup sebagai “orang dalam” sambil juga tetap berperan sebagai “orang luar”. Murphy dan Dingwall (2003) mengingatkan bahwa keseimbangan yang sebenarnya antara partisipasi dan observasi tidak pernah sepenuhnya dalam kendali peneliti lapangan tersebut. Keahlian peneliti lapangan terletak pada kecermatan untuk mengetahui kapan harus bersandar pada satu arah dan kapan bersandar pada arah lain, dan harus jelas apakah arah ini adalah masalah yang dipilih atau hanya masalah kontingensi (fenomena sesaat). Penting untuk dipahami bahwa data hasil berdasarkan observasi tidak seperti menyalin realitas secara seseder­ hana. Kehidupan alami masyarakat yang diteliti telah ada sebelumnya, dan hal tersebut independen dari intervensi pengamat. Namun, data tersebut merupakan hasil trans­ formasi tunggal peneliti dalam memaknai realitas menjadi bahan yang cocok untuk dianalisis. Hal tersebut berbeda dengan data wawancara, yang melibatkan setidaknya dua transformasi: a) oleh pewawancara yang memilih pertanyaan yang diajukan, dan b) oleh responden yang merestrukturisasi pengalaman asli mereka dalam rangka menjawab pertanyaan.

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

Dalam beberapa kasus, bahkan mungkin ada transformasi ketiga jika peneliti juga mengusulkan kemungkinan jawaban lain (Murphy dan Dingwall, 2003). Sebagian besar data observasi partisipatif terdiri dari catatan lapangan (field notes) rinci yang dicatat catatan peneliti dalam sebuah buku catatan lapangan. Meski biasanya tekstual, data tersebut juga dapat mencakup peta dan diagram lain, seperti pola kekerabatan atau bagan organisasi. Kadang-kadang, observasi partisipatif juga melibatkan kuantifikasi sesuatu dan, sebagai hasilnya, menghasilkan data numerik. Contohnya, peneliti dapat menghitung jumlah orang yang masuk ruang tertentu dan terlibat dalam kegiatan tertentu selama segmen waktu tertentu (Mack, dkk., 2005). Secara tradisional, peneliti kualitatif mengandalkan keterampilan kerja lapangan mereka sebagai pengamat, dan mengandalkan kemampuan mereka untuk mereproduksi karakter singkat dan sekilas peristiwa dalam catatan lapangan mereka. Namun, dalam perkembangan saat ini, para peneliti kualitatif telah semakin menggunakan alat bantu teknologi audio dan video untuk melakukan perekaman momen tersebut sehingga peneliti dapat menghidupkan kembali dan merekonstruksi ulang momen dengan cara yang agak berbeda (Murphy dan Dingwall, 2003). Pendekatan observasi partisipatif dengan menggunakan teknologi visual-audio saat ini sangat populer dan disebut sebagai etnografi film atau video. Sementara masih terjadi perdebatan teoretis dan metodologis terhadap etnografi film. Produksi film tersebut terus diproduksi dengan tidak terlalu bertele-tele atau mengikuti konsep formal. Mereka menggabungkan prioritas estetika dalam naungan penelitian ilmiah untuk menciptakan

21

22

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

karya yang menginformasikan pada khalayak umum tentang berbagai isu sosial. Misalnya, pembuat video etnografi feminis telah menggunakan media film untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang nasib perempuan dan minoritas pada umumnya (Marvasti, 2004). Metode observasi partisipatif dalam sebuah proyek penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif pada tahap awal dapat digunakan untuk memfasilitasi dan mem­ bangun rapor hubungan yang positif antara peneliti dengan informan kunci ataupun stake-holder lain. Rapor hubungan baik ini sangat penting untuk keberlanjutan penelitian, termasuk untuk memperoleh akses terhadap informan po­ tensial. Sering kali peneliti kualitatif di lapangan memiliki rapor hubungan yang sangat baik dengan informan kunci, dan bahkan cenderung secara pribadi. Hal ini perlu kehati-hatian dalam mencatat informasi yang timbul dalam pengamatan. Perlu dipastikan atau bila perlu meminta persetujuan untuk memasukkan informasi tersebut sebagai catatan resmi la­ pangan (Mack, dkk., 2005). Sebuah proyek penelitian terapan biasanya mengguna­ kan metode pengumpulan data lain secara bersamaan dengan metode observasi partisipatif, misalnya focus group dan wawancara mendalam. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas desain penelitian. Kekuatan pengumpulan data menggunakan metode observasi partisipatif adalah memungkinkan untuk membuka wawasan peneliti terhadap sebuah konteks, hubungan, dan perilaku. Metode ini juga dapat memberikan informasi, yang bisa jadi sebelumnya tidak diketahui peneliti, yang sangat

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

penting untuk desain penelitian, pengumpulan data, dan interpretasi data lainnya. Sedang kelemahan utama metode observasi partisipatif adalah membutuhkan waktu yang relatif lama. Selain itu, proses pendokumentasian sangat tergantung pada memori, disiplin, dan ketekunan peneliti. Metode observasi partisipatif juga membutuhkan kesadaran peneliti untuk sebuah objek­ tivitas karena metode ini sangat subjektif peneliti. Tetap saja objektivitas di sini terasa sangat relatif karena pemilihan topik penelitian ataupun metode pengumpulan data juga merupakan sebuah pilihan atau subjektivitas peneliti sendiri. Beberapa antropolog dan peneliti kualitatif lainnya tidak merumuskan secara tegas waktu yang dibutuhkan dalam pengumpulan data dengan cara observasi partisipatif. Hal tersebut sangat tergantung pada objek yang diteliti, sensitivitas peneliti, dan yang paling penting tergantung pada interaksi di antara keduanya (masyarakat dan peneliti). Riset Etnografi Kesehatan yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012, dan terakhir tahun 2014, mengharuskan para penelitinya grounded selama 60-70 hari di lapangan. Penelitian, yang ditujukan untuk memetakan budaya masyarakat setempat yang terkait dengan bidang kesehatan ini, dilakukan oleh tim peneliti yang terdiri atas tiga orang: peneliti bidang kesehatan, peneliti bidang sosial (antropolog/ sosiologi), dan peneliti daerah. Penelitian grounded yang hanya 60-70 hari di lapangan, oleh beberapa antropolog dirasakan masih kurang untuk benar-benar dapat mengenal dan menggali budaya kelompok masyarakat pada etnik tertentu yang diteliti. Namun, waktu

23

24

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

60-70 hari tersebut sudah lebih dari cukup untuk penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan, walaupun dirasakan hanya secara superfisial. Faktor lain yang dianggap sebagai kelebihan dalam riset etnografi tersebut adalah keterlibatan orang daerah setempat sebagai salah satu anggota tim peneliti yang diharapkan memahami bahasa daerah atau masyarakat yang diteliti. Hal ini dirasa dapat memangkas waktu tim peneliti untuk blended, membaur, pendekatan, dan kesetaraan dengan masyarakat sasaran. Beberapa referensi hasil penelitian tersebut dapat dipe­ lajari lebih lanjut pada: 1) Lely Indrawati, Suharjo, Nur Anita, Haniel Dominggus, Nurcahyo Tri Arianto, Sugeng Rahanto, 2012. Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Mamasa, Desa Makuang, Kecamatan Messawa, Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat. Surabaya: Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Ma­ sya­rakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2) Lusi Kristiana, Tonny Murwanto, Santi Dwiningsih, Harumanto Sapardi, Kasnodihardjo, 2012. Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Jawa, Desa Gading Sari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Surabaya: Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 3) Aan Kurniawan, Ivon Ayomi, Petrodes M. Mega S. Keliduan, Elyage Lokobal, Agung Dwi Laksono, 2012. Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

Ngalum, Distrik Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Surabaya; Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 4) Helper Sahat P. Manalu, Ida, Oktavianus Pangaribuan, Arif Kristian Lawolo, Lestari Handayani, 2012. Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Nias, Desa Hilifadölö, Kecamatan Lölöwa’u, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Jakarta; Pusat Humaniora, kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemen­ terian Kesehatan Republik Indonesia

B. Wawancara Mendalam Salah satu metode pengumpulan data paling mendasar dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Tanpa disadari sebetulnya kita sudah terlalu sering melihat dan bahkan melakukannya, tanpa harus menjadi peneliti. Tayangan televisi model talk show populer semacam Mata Najwa adalah salah satu contoh kongkret, atau saat kita wawancara untuk sebuah pekerjaan, atau saat kita sakit dan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan, kita akan diwawancarai oleh dokter sebelum dia menentukan penyakit atau menegakkan diagnosa secara tepat akan penyakit yang kita alami sebagai respon dari jawaban-jawaban kita saat wawancara tersebut. Wawancara mendalam didasarkan pada gagasan bahwa menggali lebih mendalam tentang subjek atau informan untuk menghasilkan data yang lebih otentik (Marvasti,

25

26

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

2004). Wawancara mendalam adalah teknik yang dirancang untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang perspektif subjek pada topik penelitian. Selama pelaksanaan wawancara mendalam, orang yang diwawancarai dianggap ahli dan pewawancara dianggap siswa (Mack dkk., 2005). Secara tradisional, wawancara mendalam adalah teknik face to face antara pewawancara tunggal dengan informan tunggal, meski saat ini tengah populer model pewawancara tunggal dengan informan kelompok, yang lebih lazim disebut sebagai focus group (kelompok terarah). Metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam sangat berguna ketika objek dari penelitian tentang topik yang di luar norma dan asumsi yang sering kali tidak dibicarakan secara eksplisit dalam praktik sehari-hari sebuah kelompok/komunitas (Murphy dan Dingwall, 2003). Marvasti (2004) menyatakan bahwa saat ini model wawancara mendalam secara bertahap bergeser ke arah gagasan analitis yang lebih kompleks, bahwa wawancara adalah acara sosial yang menciptakan versi tertentu dari realitas sosial. Sebelumnya, pemahaman wawancara mendalam hanya sebagai alat penelitian didasarkan secara sederhana pada pertanyaan dan jawaban. Teknik wawancara mendalam mendorong peneliti yang berkeinginan untuk mempelajari segala sesuatu dari peserta, agar dapat berbagi tentang topik penelitian. Peneliti terlibat dengan peserta dengan mengajukan pertanyaan secara netral, mendengarkan dengan penuh perhatian tanggapan peserta, dan mengajukan pertanyaan tindak lanjut dan menggali berdasarkan respon. Mereka tidak membawa peserta sesuai dengan praduga, juga tidak mendorong peserta untuk

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

memberikan jawaban tertentu dengan mengekspresikan persetujuan atau ketidaksetujuan dari apa yang mereka nyatakan (Mack dkk., 2005). Beberapa hal wawancara mendalam hanya bisa terjadi di tempat-tempat yang private (pribadi) sehingga peneliti kadang tidak mungkin untuk mendapatkan akses lebih jauh yang diperlukan untuk metode observasional, sebagai kombinasi metode pengumpulan data secara bersamaan (Murphy dan Dingwall, 2003). Data wawancara mendalam biasanya terdiri atas hasil rekaman audio, transkrip dari perekaman audio, dan dari buku catatan pewawancara. Catatan dapat berupa dokumentasi peneliti tentang isi wawancara, peserta, dan konteks saat wawancara sedang berlangsung. Menurut Mack dkk. (2005), data hasil transkrip dari perekaman adalah bentuk paling dimanfaatkan dari wawan­ cara mendalam. Selama tahap analisis data penelitian, setelah pengumpulan data, transkrip diberi kode menurut tanggapan peserta untuk setiap pertanyaan dan/atau tema yang muncul paling menonjol dalam momen wawancara. Kekuatan dari metode pengumpulan data kualitatif dengan wawancara mendalam adalah kita dapat memperoleh respon yang mendalam, dengan nuansa dan kontradiksi yang terkandung di dalamnya. Kita juga akan mendapatkan perspektif interpretasi dari informan tentang suatu hubungan antarperistiwa atau fenomena tertentu berdasarkan cara dia melihat dan memaknai sesuai dengan keyakinannya.

27

28

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

C. Focus Groups (Kelompok Terarah) Focus groups atau kelompok terarah adalah versi lain atau pengembangan wawancara mendalam dengan versi sasaran lebih banyak secara bersamaan, berkelompok, untuk membahas topik tertentu. Secara sederhana, Marvasti (2004) menyatakan bahwa dalam focus group, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada sejumlah responden pada saat yang sama untuk “merangsang diskusi dan dengan demikian memahami (melalui analisis lebih lanjut) makna dan normanorma yang mendasari jawaban-jawaban kelompok”. Meski pada prinsipnya sama, Berg (2001) mendefinisikan focus groups sebagai gaya wawancara yang dirancang untuk kelompok-kelompok kecil. Dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti berusaha untuk belajar melalui diskusi tentang karakteristik psikologis dan sosial budaya sadar, setengah sadar, dan tidak sadar dan proses antara berbagai kelompok. Metode focus groups sangat efektif untuk menangkap informasi tentang norma-norma sosial dan berbagai pendapat atau pandangan dalam suatu populasi. Kekayaan data kelompok fokus muncul dari dinamika kelompok dan dari keragaman kelompok. Peserta saling mempengaruhi satu sama lain melalui kehadiran mereka dan reaksi mereka terhadap apa yang orang lain katakan. Karena tidak semua orang akan memiliki pandangan dan pengalaman yang sama (karena perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, akses ke sumber daya, dan faktor lainnya), banyak sudut pandang yang kemungkinan berbeda akan diungkapkan oleh peserta (Mack, dkk., 2005; Marvasti, 2004). Metode pengumpulan data focus group sangat tepat bila dipergunakan untuk mengidentifikasi norma yang berlaku pada suatu kelompok,

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

memunculkan pendapat tentang norma kelompok tersebut, serta menemukan berbagai variasinya dalam suatu populasi. Menurut Mack, dkk. (2005) dalam sebuah studi, focus groups biasanya merupakan satu di antara banyak metode yang digunakan untuk membuat gambaran lengkap tentang bagaimana suatu masalah mempengaruhi komunitas. Focus groups berkontribusi terhadap pemahaman yang luas ini dengan menyediakan data yang didasarkan pada normanorma sosial dan budaya, norma-norma yang meresap pada masyarakat, dan pendapat orang tentang nilai-nilai mereka sendiri. Sebuah sesi focus groups lazimnya terdiri dari sejumlah kecil peserta di bawah bimbingan fasilitator, atau biasa disebut moderator. Berg (2001) menyebutkan tugas moderator dalam focus groups sebenarnya mirip dengan pewawancara dalam tatap muka wawancara. Tugas-tugas ini dapat dibuat lebih sistematis dengan menyiapkan panduan prosedural sebelum melakukan focus groups yang sebenarnya. Secara khusus untuk peran moderator, Bloor, dkk. (2001) mengingatkan bahwa seorang fasilitator harus memfasilitasi kelompok, bukan mengontrolnya. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi interaksi kelompok sedemikian rupa agar memahami norma-norma dan makna kelompok. Interaksi kelompok tertentu dapat terdistorsi oleh kontrol eksternal (moderator) terlalu banyak. Jumlah peserta focus groups umumnya terdiri atas enam sampai dua belas orang dalam satu sesi kelompok diskusi, tergantung pada topik yang dibahas. Secara khusus Krueger (1994) menyarankan bahwa untuk masalah yang fokus kompleks ukuran kelompok harus tidak lebih dari sekitar

29

30

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

tujuh peserta. Untuk satu topik bahasan, biasa dilakukan dalam beberapa seri focus groups dengan topik yang sama, tetapi dengan peserta yang berbeda. Setiap peserta dalam sebuah focus groups harus setara dalam sebuah tingkatan. Misalnya, diskusi untuk membahas topik tentang kesetaraan gender dalam hal partisipasi keluarga berencana. Diskusi, yang melibatkan ibu-ibu rumah tangga sebagai peserta, hanya boleh melibatkan ibu-ibu rumah tangga tersebut saja. Melibatkan kategori peserta lain, misalnya tokoh agama, justru akan membuat diskusi tidak terfokus, dan merusak data yang kita inginkan. Bila dalam topik tersebut kita juga ingin tahu tentang pendapat pada tokoh agama, bisa ditambah sesi focus groups lain dengan topik yang sama, tetapi dengan peserta berbeda, hanya melibatkan tokoh agama yang setara. Merupakan hal penting untuk mempersiapkan ruangan sebelum peserta tiba. Peneliti harus mengetahui jumlah orang yang terlibat dan memastikan bahwa ruang dalam ukuran yang tepat dan dilengkapi dengan kursi yang cukup, meja, dan peralatan rekaman yang Anda butuhkan. Bila memungkinkan, ruangan harus di daerah yang tenang (Stringer, 2004). Kursi peserta ditempatkan satu baris mengelilingi meja sehingga setiap peserta bisa face to face terhadap peserta diskusi lainnya. Hal ini sangat penting untuk bisa memancing dan membangun interaksi antar peserta pada saat diskusi dilangsungkan. Alat kelengkapan focus groups bisa terdiri dari rekaman audio; atau bila memungkinkan rekaman visual-audio, transkrip dari rekaman tersebut, catatan moderator dan catatan dari notulen diskusi, dan bisa ditambah dengan

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

catatan dari sesi tanya jawab yang diadakan setelah kelompok fokus. Rekaman visual-audio (video) akan sangat membantu peneliti dalam merekam ekspresi, reaksi, dan emosi pada saat diskusi berlangsung. Hal ini penting dilakukan untuk memudahkan peneliti membangun kembali memori tentang suasana pada saat diskusi sedang berlangsung. Kelebihan metode focus group bila dibandingkan dengan wawancara mendalam adalah bahwa focus group mam­pu memunculkan informasi tentang berbagai norma dan opini dalam waktu singkat (Stringer, 2004; Mack, dkk., 2005), serta dinamika dalam wawancara kelompok mampu untuk merangsang reaksi atau percakapan. Morgan (1997) mengakui bahwa focus groups mampu memberikan pandangan yang lebih luas dibandingkan dengan wawancara mendalam.

D. Informan Salah satu aspek penting dalam pengumpulan data kualitatif adalah pemilihan informan dalam penggalian infor­ masi atau data. Informan kunci atau “key informant” meru­ pakan sumber informasi utama dari aspek atau substansi yang akan dipelajari dalam studi kualitatif. Marshall (1996) menekankan beberapa karakteristik ‘ideal’ informan beri­ kut: peran di masyarakat, pengetahuan, kebersediaan, komu­­ni­katif, bersikap netral atau untuk menghindari bias informasi. Penentuan berdasarkan karakteristik tersebut tidak semuanya dapat dinilai pada saat sebelum pengumpulan informasi, tetapi dapat ditetapkan pada saat wawancara berjalan. Di samping itu, kriteria informan juga fleksibel dan dapat bervariasi tergantung dari jenis informasi serta tujuan penggalian informasi. Setiap penelitian kualitatif dapat

31

32

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

menetapkan kriteria informan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Proses penetapan sebagai informasi kunci dapat terus berlangsung melalui beberapa wawancara sampai peneliti dapat menetapkan siapa informan kunci yang tepat untuk materi tertentu. Prinsip “siapa berbicara apa” menjadi penting dalam pengumpulan data kualitatif karena informasi yang didapatkan dapat berbeda dari karaterisitik informan yang berbeda. Sebagai contoh, penggalian informasi terkait alasan ibu di desa memilih dukun sebagai penolong persalinan dapat dilalukan melalui wawancara mendalam dengan me­milih informan dengan karakteristik: ibu yang pernah ditolong oleh dukun pada saat bersalin dalam satu tahun terakhir, tinggal di pedesaan, sosial ekonomi baik dan kurang. Informasi yang lebih dalam dan valid bisa didapatkan dari ibu yang mempunyai pengalaman melahirkan dengan pertolongan dukun dalam satu tahun terakhir daripada ibu yang mempunyai pengalaman dua tahun terakhir atau lebih karena ada perbedaan kondisi terkait perbedaan periode waktu. Informasi berbeda akan didapatkan dari informan ibu yang tinggal di desa dan yang tinggal di kota. Informasi juga akan berbeda dari ibu yang berlatar belakang ekonomi baik dan kurang baik.

E. Penutup Tiga metode pengumpulan data penelitian kualitatif yang telah dipaparkan dalam bab ini adalah metode pengumpulan data paling populer atau paling sering di­ per­gunakan dalam banyak proyek penelitian. Masingmasing metode pengumpuan data memiliki kelebihan

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

diban­ding dengan metode lainnya. Cara terbaik adalah mengombinasikan beberapa metode dalam satu proyek penelitian. Kombinasi metode pengumpulan data bisa memak­simalkan perspektif yang ingin kita ketahui terhadap suatu permasalahan penelitian.

Daftar Pustaka Bassett, Chris (editor), 2004. Qualitative Research in Health Care. London: Whurr Publishers. Berg, Bruce L., 2001. Qualitative Research Methods for The Social Sciences. Fourth Edition. California: Allyn and Bacon. Bloor, M., J. Frankland, M. Thomas and K. Robson, 2001. Focus Groups in Social Research. London: Sage. Daymon, Christine dan Immy Holloway, 2002. Qualitative Research Methods in Public Relations and Marketing Communications. London: Routledge. Krueger, R. A., 1994. Focus Groups: A Practical Guide for Applied Research. 2nd edition. Thousand Oaks, CA: Sage. Mack, Natasha, Cynthia Woodsong, Kathleen M.Macqueen, Greg Guest, Emily Namey, 2005. Qualitative Research Methods: A Data Collector’s Field Guide. North Carolina: Family Health International. Marshal MN, 1996. The Key Informant Technique. Great Britain: Family Practice; 13: 92-97. Tersedia pada http:// fampra.oxfordjournals.org, diunggah pada September 17, 2014. Marvasti, Amir B., 2004. Qualitative Research in Sociology. London: Sage Publications.

33

34

Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

Morgan DL., 1997. Focus Group as Qualitative Research. second edition; London: Sage. Murphy, Elizabeth, dan Robert Dingwall, 2003. Qualitative Methods and Health Policy Research. New York: Aldine De Gruyter. Neergaard, Helle dan John Parm Ulhøi, 2007. Handbook of Qualitative Research Methods in Entrepreneurship. Northampton-Massachusetts: Edward Elgar Publishing. Silverman, D., 2000. Doing Qualitative Research: A Practical Handbook. Thousand Oak, CA.: Sage Publications. Stringer, Elaine, 2004. “Focus Groups” dalam Chris Bassett. Qualitative Research in Health Care. London: Whurr Publishers. Vanderstoep, Scott W., Deirdre D. Johnston, 2009. Research Methods for Everiday Life; Blending Qualitative and Quantitative Approach. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley Imprint.

View publication stats

More Documents from "muslih arsyad"