Pengobatan penyakit paru obstruksi kronik/COPD Pengobatan untuk pasien dengan bronkitis kronik dan emfisema obstruktif beruba tindakan – tindakan untuk menghilangkan obstruksi saluran napas kecil. Edema mukosa dalam derajat tertentu yang masih dapat ditanggulangi dengan pengobatan yang sesuai. Yang penting adalah berhenti merokok dan menghindari bentuk polusi udara lain, atau alergen yang dapat memperberat gejala yang di alami. Berhenti merokok saja sering dapat mengurangi gejala dan memperbaiki ventilasi. Infeksi harus segera diobati dan pasien yang mudah terkena infeksi pernapasan dapat langsung diberi antibiotik profilaksin. Pasien diinstruksikan untuk segera mencari pengobatan bila timbul dipsnea atau bila jumlah sputum bertambah. Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae adalah organisme penyebab tersering. Sehingga seringkali pilihan antibiotika yang digunakan adalah antibiotika yang dapat diterima oleh kedua organisme tersebut. Semua pasien harus mendapatkan vaksin influensa dan pneumococcus. Tindakan lain untuk mengurangi obstruksi saluran napas adalah dengan memberikan hidrasi yang memadai untuk mengencerkan sekret bronkus ; ekspektorat dan bronkodilator untuk meredakan spasme otot polos. Biasanya diberikan obat – obatan simpatomimetik seperti albuterol, terbutalin, dan xatin (seperti aminofilin). Iprapotium bromida (Atrovent), yaitu suatu agen antikolinergik dalam inhalasi-dosis terukur, adalah bronkodilator yang efektif untuk pasien dengan bronkitis kronik.pasien dengan sekret yang banyak, dilakukan perkusi dan drainase postural untuk membuang sekret yang menyumbat, yang dapat menjadi prediposisi infeksi. Latihan bernapas juga dapat membantu. Pasien diajarkan untuk mengeluarkan napas dengan perlahan dan tenang melalui bibir yang dikerutkan. Latihan ini mencegah kolaps bronkiolus-bronkiolus kecil serta mengurangi jumlah udara yang terperangkap. Pengobatan tambhan yang penting adalah pemberian suplemen oksigen (O2) kepada pasien CPOD yang mengalami hipoksia bermakna. Aliran udara rendah dengan O2 sebesar 1 hinga 2L/menit yang diberikan dengan sungkup hidung mengalirkan O2 sebesar 24% hingga 28%, dan niai tersebut cukup efektif dan dapat ditoleransi. Beberapa studi telah memperlihatkan keuntungan efek pemberian O2 sebagai pengobatan untuk pasien CPOD. Telah diketahui bahwa pemberian O2 sebagai pengobatan secara terus menerus lebih menguntungkan dari pada bila O2 hanya diberikan selama 12 jam pada malam hari.