PENGOBATAN TBC Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari. 1. Pencegahan (profilaksis) primer Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada. 2. Pencegahan (profilaksis) sekunder Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan. Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu : o
o
Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Dosis obat antituberkulosis (OAT) Obat
Dosis harian (mg/kgbb/hari)
Dosis 2x/minggu (mg/kgbb/hari)
Dosis 3x/minggu (mg/kgbb/hari)
INH
5-15 (maks 300 mg)
15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)
Rifampisin
10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)
Pirazinamid
15-40 (maks. 2 g)
50-70 (maks. 4 g)
15-30 (maks. 3 g)
Etambutol
15-25 (maks. 2,5 g)
50 (maks. 2,5 g)
15-25 (maks. 2,5 g)
Streptomisin
15-40 (maks. 1 g)
25-40 (maks. 1,5 g)
25-40 (maks. 1,5 g)
Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia – WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis Program in Indonesia pada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC di
masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan. Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari. Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat. Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan). Pengobatan TBC pada orang dewasa
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada: o Penderita baru TBC paru BTA positif. o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3 Diberikan kepada: o Penderita kambuh. o Penderita gagal terapi. o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3 Diberikan kepada: o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
Pengobatan TBC pada anak Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). 2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb. Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:
TB tidak berat INH
: 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin
: 10 mg/kgbb/hari
TB berat (milier dan meningitis TBC) INH
: 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin
: 15 mg/kgbb/hari
Dosis prednison
: 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
Minggu, 2007 Desember 30 PENGOBATAN TBC MUTAKHIR PENGOBATAN TUBERKOLOSIS MUTAHIR PRINSIP PENGOBATNAN TUBERKOLOSIS Aktivitas obat Terdapat dua macam sifat/aktifitas obat terhadap tuberkolosis yaitu 1. Aktifitas bakteritis Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif).Aktivitas bakteritis biasanya diukur dari kecepatan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman shingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negative (2 bulan dari permulaan pengobatan) 2. Aktivitas seterrilisasi Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhanya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktifitas seterilisasi diukur dari angka kekanbuhan setelah pengobatan dihentikan. Dari hasil percobaan pada binatang dan pengobatan pada manusia ternyata :
• Hampir seua obat anti tuberkolosis mempunyai sifat bakteritis kecuali etabutol dan tiasetazon yang hanya bersifak bakteriosetatik dan masih berperan untuk terjadinya resistensi kuman terhadap obat, • Rifampisin dan pirazinamid mempunyai sifat aktivitas seterilisasi yang baik sedangkan INH dan streptomisin urutan yang lebih bawah. Dalam aktifitas bakterisid : Rifampisin dan INH disebut bakterisid yang lengkap oleh karena obat ini dapat masuk keseluruh populasi kuman.Kedua obat ini masing-masing mendapat nilai Saturday Pirazinamid dan Streptomisin masing-masing hanya mendapat nilai setengah,karena hanya bekarja dalam lingkungan asam sedangkan streptomisin dalam lingkungan basa. Etabutol dan tiasetazon tidak mendapat niali. Panduan Obat Dengan menggunakan panduan obat ini kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena: - jarang ditemukan resistensi terhadap dua macam obat atau lebih. - Pola resistensi yang banyak ditemukan ialah terhadap INH. Tetapi belakangan ini di beberapa Negara banyak terdapat resistensi terthadap lebih dari satu obat (multi drug resistance ) terutama terthadap INH dan rifampisin . I. Obat Primer 1. Isoniazid 2. Rifampisin 3. Pirazinamid 4. Streptomisin 5. Etabutol II. Obat Sekunder 1. Kanamisin 2. PAS (Para Amino Salicylic acid) 3. Tiasetazon 4. Etionamid 5. Protionamid 6. Sikloserin 7. Viomisiun 8. Kapreomisin 9. Amikasin 10. Ofloksasin 11. Siprofloksasin 12. Klofazimin
DOSIAS OBAT Nama Obat Dosis Harian Dosis berkala BB < 50Kg BB > 50Kg 3x seminggu
Isoniazid 300 mg 400 mg 600 mg Rifampisin 450 mg 600 mg 600 mg Pirazinamid 1.500 mg 2.000 mg 2-3 g Sterptomisin 750 mg 1.000 mg 1.000 mg Etambutol 750 mg 1.000 mg 1-1,5 mg Etionamid 500 mg 750 mg PAS 9 g 10 g EFEK SAMPING OBAT Adapun efek samping dari obat-obat tersebut adalah INH : - neoropati perifer. Ini dapat dicegah dengan pemberian vitamin B6, - hepatotoksik Rifampisin : - sindrom flu - hepatotoksik Streptomisin : - nofrotoksik - gangguan nevrus VII cranial Etabutol : - neoritis optika, - nefrotoksik - skin rash /dermatitis Etionomid : - hepatotosik - gangguan pencernaan PAS : - hepetotoksik - gangguan pencernaan
CIRI CIRI TBC DAN PENGOBATAN TBC Maret 26, 2009 — sehat4life CIRI CIRI TBC DAN PENGOBATAN TBC
CIRI CIRI TBC :
CIRI CIRI TBC DAN PENGOBATAN TBC
Batuk berdahak lama Demam Lemas Berat badan turun Tidak nafsu makan Berkeringat malam Sesak atau nyeri di dada saat batuk Tak jarang batuk juga disertai percikan darah
Untuk memastikan diagnosisnya, dahak penderita perlu diperiksakan ke laboratorium apakah mengandung kuman TB atau tidak. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan foto rontgen dada, meskipun ini bukan yang utama. pasien TB umumnya tidak punya nafsu makan dan mengalami demam. Kebutuhan energi yang meningkat tanpa disertai asupan makanan yang cukup tentu menyebabkan tubuh kekurangan energi. Pada orang yang kekurangan gizi, cadangan lemak dan karbohidrat mungkin tidak ada atau tidak mencukupi, sehingga tubuh terpaksa memecah protein dari jaringan otot, misalnya. Akibatnya, pasien akan semakin kurus karena kehilangan massa ototnya. Pada pasien TB, ketika kuman TB masuk ke dalam tubuh, ia akan dilawan oleh sel-sel imun. untuk itu diperlukan sel-sel imun yang kuat dan cerdas. untuk mendidik sistem imun pada pasien TBC, saya sarankan untuk menkonsumsi TF Advance, TF Plus dan TF Cardio.
Mengapa memerlukan TF (Transfer Factor) dikarenakan pada beberapa kasus pengobatan konvensional tidak menyelesaikan masalah. Transfer Factor akan membantu kita dari serangan virus, bakteri, parasit, sel kanker dan lain-lain. http://distributor4lifeindonesia.wordpress.com/2009/03/26/ciri-ciri-tbc-dan-pengobatantbc/
Mengatasi TBC dengan Pengobatan yang Sesuai
Pengobatan TBC secara tepat, secara tidak langsung akan mencegah penyebaran penyakit ini. Beberapa obat yang biasanya digunakan, yakni :
Isoniazid (INH)
Obat yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) ini merupakan prodrug yang perlu diaktifkan dengan enzim katalase untuk menimbulkan efek. Bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel mikrobakteri.
Rifampisin / Rifampin
Bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah transkripsi RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri.
Pirazinamid
Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan asam lemak yang diperlukan dalam pertumbuhan bakteri.
Streptomisin
Termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat membunuh sel mikroba dengan cara menghambat sintesis protein.
Ethambutol
Bersifat bakteriostatik. Bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri dengan meningkatkan permeabilitas dinding.
Dalam terapi TBC, biasanya dipilih pemberian dalam bentuk kombinasi dari 3-4 macam obat tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya resistensi bakteri terhadap obat. Dosis yang diberikan berbeda untuk tiap penderita, bergantung tingkat keparahan infeksi. Karena bakteri tuberkulosa sangat lambat pertumbuhannya, maka penanganan TBC cukup lama, antara 6 hingga 12 bulan yaitu untuk membunuh seluruh bakteri secara tuntas. Pengobatan harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus, walaupun pasien telah merasa lebih baik / sehat. Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten. Jika hal ini terjadi, maka TBC akan lebih sukar untuk disembuhkan dan perlu waktu yang lebih lama untuk ditangani. Untuk membantu memastikan penderita TBC meminum obat secara teratur dan benar, keterlibatan anggota keluarga atau petugas kesehatan diperlukan yaitu mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat yang hendak dikonsumsi. Oleh karena itu, perlunya dukungan terutama dari keluarga penderita untuk menuntaskan pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan. Obat diminum pada waktu yang sama setiap harinya untuk memudahkan penderita dalam mengonsumsi obat. Lebih baik obat diminum saat perut kosong sekitar setengah jam sebelum makan atau menjelang tidur. [Cyn] http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/04/mengatasi-tbc-dengan-pengobatan-yangsesuai/ uberkulosis (TBC) dapat menyerang berbagai organ tubuh tetapi yang akan dibahas adalah obat TBC untuk paru-paru. Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat TBC dapat menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman dan hasil ini tetap negatif selamanya. Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer ini. Isoniazid Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh bakteri). Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium. Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar puncak diperoleh dalam waktu 1–2 jam setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma. Namun, perbedaan ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan atau toksisitas isoniazidbila obat ini diberikan setiap hari. Efek samping Mual, muntah, anoreksia, letih, malaise, lemah, gangguan saluran pencernaan lain, neuritis perifer, neuritis optikus, reaksi hipersensitivitas, demam, ruam, ikterus, diskrasia darah, psikosis, kejang, sakit kepala, mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan BAK, kekurangan vitamin B6, penyakit pellara, hiperglikemia, asidosis metabolik, ginekomastia, gejala reumatik, gejala mirip Systemic Lupus Erythematosus. Resistensi Resistensi masih merupakan persoalan dan tantangan. Pengobatan TBC dilakukan dengan beberapa kombinasi obat karena penggunaan obat tunggal akan cepat dan mudah terjadi resistensi. Disamping itu, resistensi terjadi akibat kurangnya kepatuhan pasien dalam meminum obat. Waktu terapi yang cukup lama yaitu antara 6–9 bulan sehingga pasien banyak yang tidak patuh minum obatselama menjalani terapi. Isoniazid masih merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe TBC. Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga untuk mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti piridoksin (vitamin B6). TB vit B6 sudah mengandung isoniazid dan vitamin B6 dalam satu sediaan, sehingga praktis hanya minum sekali saja. TB vit B6 tersedia dalam beberapa kemasan untuk
memudahkan bila diberikan kepada pasien anak-anak sesuai dengan dosis yang diperlukan. TB Vit B6 tersedia dalam bentuk: 1. Tablet Mengandung INH 400 mg dan Vit B6 24 mg per tablet 2. Sirup Mengandung INH 100 mg dan Vit B6 10 mg per 5 ml, yang tersedia dalam 2 kemasan : o Sirup 125 ml o Sirup 250 ml
Perhatian:
Obat TBC di minum berdasarkan resep dokter dan harus sesuai dengan dosisnya. Penghentian penggunaan obat TBC harus dilakukan atas seizin dokter.
ttp://firman-wijaya.blogspot.com/2009/01/obat-obat-tbc.html
Stop TBC dengan DOTS Posted on 5 Juli 2008 by tekfar TBC adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil kuman TBC, bukan penyakit keturunan dan bukan disebabkan oleh kutukan ataupun guna-guna. TBC dapat menyerang siapa saja tidak mengenal golongan sosial apapun. TBC biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya, seperti : otak, tulang sendi, selaput otak, kulit, kelamin dan lain-lain. TBC dapat disembuhkan dengan berobat secara teratur sampai selesai dalam waktu 6-8 bulan. Bila tidak segera diobati, 50% penderita TBC akan meninggal setelah 5 tahun. TBC banyak menyerang usia produktif (15-55 tahun) dan merupakan penyebab kematian nomer 3 di Indonesia. Data statistik melaporkan bahwa setiap 1 menit muncul penderita baru TBC paru, setiap 2 menit muncul satu penderita baru TB paru yang menular, setiap 4 menit satu orang meninggal akibat TB di Indonesia.
Gejala Penyakit TBC Paru Pada Orang Dewasa: Batuk terus menerus disertai dengan dahak selama 3 minggu atau lebih. Kadang-kadang dahak yang keluar bercampur dengan darah. Sesak nafas dengan rasa nyeri di dada. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun. Berkeringat malam hari walau tanpa aktifitas. Demam meriang lebih dari satu bulan. Sedangkan Gejala Penyakit Pada Anak : Berat badan turun selama3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas. Tidak ada nafsu makan Demam lama dan berulang.Muncul benjolan di daerah leher, ketiak dan lipat paha. Batuk lama lebih dari 30 hari dan nyeri dada Diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare. TBC mudah menular pada anak, tetapi TBC pada anak tidak menular karena pada anak yang terserang bukan di paru tapi di kelenjar. Bila ada kasus TBC anak maka harus dicari sumber penular di sekitarnya. Cara penularan TBC pada waktu sipenderita berbicara, meludah, batuk atau bersin, penderita TBC akan mengeluarkan kuman-kuman TBC dan menyebarkan kuman TBC yang ada di paru-parunya ke udara dalam bentuk percikan dahak. Kuman TBC tersebut dapat terhirup orang di sekitarnya dan menular pada orang-orang yang secara tidak sengaja menghirupnya. Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain. Cara Memastikan Penyakit TBC Untuk mengetahui secara pasti, seseorang menderita penyakit TBC atau tidak, yaitu dengan pemeriksaan dahaknya di laboratorium klinik (dahak=riak, bukan ludah). Pemeriksaan dahak harus dilakukan sebanyak 3kali selama 2 hari. Jika hasilnya positif ada kuman berarti orang tersebut menderita penyakit TBC. Waktu pemeriksaan dahak adalah : SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) Sewaktu (Hari I): dahak diperiksa di laboratorium sewaktu penderita datang dengan gejala penyakit TB Sewaktu (Hari II): sehabis bangn tidur keesokan harinya, keluarkan dahak, tampung dalam pot (wadah) yang diberi petugas, tutup rapat, bawa ke rumah sakit. Sewaktu (Hari II): penderita akan diminta dahak lagi di rumah sakit. TBC dapat dicegah dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan mengobati penderita TBC sampai benar-benar sembuh serta dengan melaksanakan Pola Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan untuk penyembuhan dengan jalan minum obat yang diberikan secara teratur,sampai dinyatakan sembuh. Seseorang yang positif menderita penyakit TBC bila berobat di unit pelayanan kesehatan akan mendapat obat TBC yang disebut”Kombipak” atau paket obat FDC yang semuanya diberikan secara gratis, dengan mutu dan kualitas.
Apa itu DOTS DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy) adalah strategi pengobatan pasien TB dengan menggunakan paduan obat jangka pendek dan diawasi langsung oleh seorang pengawas yang dikenal sebagai PMO (pengawas menelan obat). Pengobatan TBC dengan strategi DOTS ini merupakan satu-satunya pengobatan TBC yang saat ini direkomendasikan oleh oraganisasi kesehatan sedunia (WHO) karena terbukti paling efektif. Obat TBC harus diminum secara teratur sampai penderita dinyatakan sembuh. Lama pengobatan berkisar 6 sampai dengan 8 bulan. Jika tidak teratur minum obat akan menimbulkan: Penyakitnya akan lebih sukar diobati Kuman TBC dalam tubuh akan berkembang semakin banyak dan menyerang organ tubuh lain Akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat sembuh Biaya pengobatan akan sangat besar dan tidak ditanggung oleh pemerintah Untuk Mencegah Penularan TBC Agar menutup mulut jika batuk atau bersin sehinggga keluarga atau orang sekelilingnya tidak tertular, terutama bila disekitarnya ada anak-anak Jangan meludah di sembarang tempat Gunakan tempat yang tertutup untuk menampung dahak dan jangan dibuang di sembarang tempat Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (tidak merokok, jemur kasur dan tikar secara teratur, ventilasi udara serta sinar matahari yang cukup
DIarsipkan di bawah: Kesehatan Umum | Ditandai: kesehatan, penyakit menular, tbc « Fenomena Nabi “Palsu” Baru Linunya Chikungunya »
3 Tanggapan 1. mew da vinci, di/pada Juli 9th, 2008 pada 08:35 Dikatakan: weleh! serem juga ya… semoga bisa terus jaga kesehatannya ya mbak.. 2. Asih, di/pada Juli 12th, 2008 pada 04:06 Dikatakan: oke… banyak minum air putih, makanan bergizi, jaga stamina ..
3. riddickqu, di/pada Desember 15th, 2008 pada 10:50 Dikatakan: infonya dong pengobatan TB. Untuk bulan pertama ada berapa biji dan berapa macam perhari., dan seterusnya. Email juga ke
[email protected]