BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yg disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus ekstern dan keteganganketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, suatu organ, atau sistem kejiwaan mental (Erlinafsiah, 2010). Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi di mana keberlangsunganfungsi mental menjadi tidak normal baik kapasitasnya maupun keakuratannya. Definisi
lain
tentang
apa
itu
gangguan
jiwa
adalah
dengan
membandingkandengan definisi kesehatan mental WHO (2012) adalah suatu keadaan lengkap secara fisik, mental, dan kesejahteraan-sosial, dan tidak semata-mata ketiadaan suatu penyakit Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya tidak adanya gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan kesinambungan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan dari kepribadian yang bersangkutan. Berdasarkan data dari Riskesdas 2007 menunjukan angka-angka nasional gangguan jiwa nasional gangguan mental emosional (kecemasan, depresi) pada penduduk pada usia kurang lebih 15 tahun adalah 11,6% atau sekitar 19 juta penduduk. Sedangkan dengan gangguan jiwa berat rata-rata sebesar 0,64% sekitar 1 juta penduduk, sedikit sekali dari jumlah penderita yang datang ke fasilitas pengobatan. Menurut perhitungan utilisasi layanan kesehatan jiwa ditingkat primer, sekunder dan tersier kesenjanganpengobatan diperkirakan lebih 90%. Berdasarkan data pada 2002, sedikitnya ada 154 juta orang di seluruh dunia yang mengalami depresi. Di Indonesia sendiri, remaja di bawah usia 15
tahun yang mengalami depresi pada 2007 mencapai 16 persen atau sekitar 19 juta orang. Memasuki 2010, angka itu dipastikan lebih tinggi lagi. Dalam hal ini peran fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri dalam meningkatkan derajat kesehatan jiwa, dalam kaitannya dengan menarik diri adalah meningkatkan percaya diri pasien dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan orang lain, misalnya berkenalan dan bercakap-cakap dengan pasien lain, memberikan pengertian tentang kerugian menyendiri dan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain sehingga diharapkan mampu terjadi peningkatan interaksi sosial pasien. Berdasarkan hasil laporan Rekam Medik (RM) RSJD Surakarta didapatkan data dari bulan Februari sampai bulan April 2013 tercatat jumlah rawat inap 915 orang. Isolasi sosial : menarik diri di RSJD Surakarta menduduki peringkat ketiga. Jumlah pasien isolasi sosial : menarik diri dari bulan Februari sampai bulan April 36 orang. Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi masalah keperawatan utama yaitu : masalah isolasi sosial : menarik diri pada Tn. M di ruang Betet Rumah Sakit Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah keperawatan utama yaitu “bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah isolasi sosial : menarik diri”. C. Tujuan Penulisan Adapun tujuannya adalah sebagai berikut : 1. Tujuan umum Untuk memberikan gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan masalah utama isolasi sosial dengan metode komunikasi terapeutik. 2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah keperawatan, membuat pohon masalah pada klien gangguan jiwa dengan isolasi sosial : menarik diri. b. Menerapkan diagnosa keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan isolasi sosial : menarik diri. c. Mahasiswa dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien. d. Mahasiswa dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan. D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Rumah Sakit Dapat mengembangkan proses asuhan keperawatan pada klien dengan masalah isolasi sosial : menarik diri dan diharapkan menjadi informasi dalam saran dan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan yang lebih kepada pesien yang akan datang. 2. Bagi Peneliti a. Sebagai ilmu pengetahuan tentang masalah isolasi sosial : menarik diri dan bagaimana untuk melakukan asuhan keperawatannya. b. Sebagai tambahan pengalaman bagi penulis dalam penerapan ilmu yang didapatkan selama pendidikan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada kepustakaan institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan yang akan datang di bidang keperawatan. 4. Bagi Klien dan keluarga Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya, dan juga dapat memberikan kepuasan bagi keluarga klien atas asuhan keperawatan yang dilakukan.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Masalah Utama Keperawatan Isolasi Sosial: Menarik Diri B. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang
lain,
menghindari
hubungan
dengan
orang
lain
(Rawlins,1993). Menurut Carpenito (2009) Isolasi sosial adalah suatu usaha untuk menghindari interaksi dengan orang lain dan kemudian menghindari berhubungan, ini merupakan pertahanan terhadap stressor dan ansietas yang berhubungan dengan suatu stressor atau ancaman. 2. Penyebab Terjadinya Isolasi Sosial Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Faktor Predisposisi Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik diri a.
Faktor perkembangan Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profisional
untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaburatif sewajarnya dapat mengurangi masalah respon social menarik diri. b.
Faktor Biologik Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c.
Faktor Sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini, (Stuart and sudden, 2007).
Faktor Presipitasi Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain: a.
Stressor sosiokultural Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupanya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b.
Stressor psikologik Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhanya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri), (Stuart & Sundeen, 1998) c.
Stressor intelektual 1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain. 2)
Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
3)
ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang lain
d.
Stressor fisik 1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari orang lain 2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain (Rawlins, Heacock,1993)
3. Tanda dan Gejala dari Isolasi Sosial Menurut Budi Anna Keliat (2006), tanda dan gejala Isolasi Sosial: MD adalah sebagai berikut : a. Apatis b. ekspresi sedih c. afek tumpul d. Menghindar dari orang lain (menyendiri) e. Komunikasi kurang/tidak ada. f. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat. g. Tidak ada kontak mata
h. klien sering menunduk. i. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas. j. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. k. Tidak melakukan kegiatan sehari l. Sering tidur, posisi tidur klien seperti posisi tidur janin. Sedangkan Tanda & Gejala menurut Townsend,1998 : a. Sedih, afek tumpul b. Menjadi tidak komunikatif c. Asyik dengan fikirannya sendiri d. Meminta untuk sendirian e. Mengekspresikan perasaan kesendirian/penolakan f. Disfungsi interaksi dengan teman sebaya,keluarga,orang lain. 4. Akibat dari Isolasi Sosial Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan eksternal. C. Pohon Masalah Akibat
Core Problem
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Isolasi Sosial; Menarik Diri
Etiologi Harga Diri Rendah
Causa/Penyebab D. Rentang Respon Respons Adaftif Menyendiri Otonomi Bekerja sama interdependen
Respons Maladaptif Merasa sendiri Depedensi curiga Ffgfg
Menarik diri Ketergantungan Manipulasi curiga
Gambar 1.1 Rentang Respon Isolasi Sosial Sumber: Townsend (1998) dalam Buku Fitria (2010) 1. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. 2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. 3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima. 4. Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal. 5. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. 6. Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. 7. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam. 8. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tandatanda cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.
E. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji 1. Isolasi Sosial : menarik diri Data Subyektif a) Klien mengatakan saya tidak mampu. b) Klien mengatakan tidak bisa. c) Klien mengatakan tidak tahu apa-apa. d) Klien mengatakan dirinya bodoh. e) Klien mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data Obyektif a) Klien tampak lebih suka sendiri. b) Klien tampak bingung. c) Klien berkeinginan mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup. d) Klien terlihat apatis. e) Ekspresi wajah klien sedih. f) Klien sering melamun. g) Afek klien tumpul. h) Klien tampak banyak diam. i) Komunikasi klien kurang atau tidak ada. j) Kontak mata klien kurang. 2. Resiko Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Data Subjektif : a) Mengungkapkan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata. b) Mengungkapkan melihat gambaran tanpa stimulus nyata c) Mengatakan mencium bau tanpa stimulus nyata d) Merasa makan sesuatu e) Merasa ada sesuatu dikulitnya f) Merasa takut pada suara/ bunyi/gambar g) Ingin memukul atau melempar Data Objektif :
a) Berbicara dan tertawa sendiri b) Bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu c) Berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu d) Disorientasi 3. Gangguan Konsep Diri : Harga diri Rendah Data Subjektif a) Mengungkapkan tidak mampu dan tidak bisa, tidak tau apa – apa b) Mengkritik diri sendiri c) Mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri Data Objektif a) Tampak lebih suka sendiri b) Bingung bila diminta memilih alternatif tindakan c) Ingin mencederai diri atau mengakhiri diri (Budi Anna Keliat, 1999). F. Diagnosa Keperawatan 1. 2. 3. 4.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Koping individu inefektif
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Tanggal MRS
: 17 Februari 2019
Tanggal Dirawat di Ruangan : 19 Februari 2019 Tanggal Pengkajian
: 12 Maret 2019
Ruang Rawat
: R. Bangau RSJRW
I.
IDENTITAS KLIEN Nama
: Tn. W
Umur
: 40 tahun
Alamat
: Wagir, Malang
Pendidikan : SD Agama
: Islam
Status
: Bem Menikah
Pekerjaan
: Bangunan
Jenis Kel.
: Lak-Laki
No CM
: 077100
II. ALASAN MASUK a. Data Primer Pasien mengatakan dibawa ke RSJ karena Sakit jiwa, dan klien mengalami susah tidur b. Data Sekunder Tidak mendapatkan data dari keluarga, karena belum ada kunjungan dari keluarga c. Keluhan Utama Saat Pengkajian Klien tidak mengeluhkan apa-apa III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI) Tidak terkaji IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI) 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya √ Tidak JikaYa, Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan : Pasien mengatakan tidak pernah dibawa ke RSJ sebelumnya.
2. Faktor Penyebab/Pendukung : Tidak Terkaji a. Riwayat Trauma
Usia
Pelaku
Korban
Saksi
1. Aniaya fisik
…………
……
………
………
2. Aniaya seksual
…………
………… ………… …………
3. Penolakan
…………
………… ………… …………
4. Kekerasan dalam keluarga …………
………… ………… …………
5. Tindakan kriminal
………… ………… …………
…………
Pasien mengatakan ngomel dan memukul saudaranya . Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri Jelaskan: Tidak Terkaji Diagnosa Keperawatan : c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian, perpisahan ) Jika ada jelaskan : Tidak Terkaji Diagnosa Keperawatan : d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang) Ya Tidak e. Riwayat Penggunaan NAPZA Tidak Terkaji Diagnosa Keperawatan : 3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya : Jelaskan : Tidak Terkaji 4. Riwayat Penyakit Keluarga Anggota keluarga yang gangguan jiwa ? Ada Tidak Jika ada:Hubungan keluarga : Saudara Kembar Gejala: Tidak Terkaji Riwayat pengobatan: Tidak Terkaji
Diagnosa Keperawatan: V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit) 1. Genogram:
Keterangan : = Perkawinan = Tinggal satu rumah
= Meninggal 60
= Usia
= Perempuan
= cerai
= Laki-laki
= pasien
Jelaskan: Klien mempunyai saudara kembar Diagnosa Keperawatan : -
2. Konsep Diri a. Citra tubuh: Klien mengatakan suka dengan semua yang adadi tubuhnya b. Identitas: Klien mengatakan puas dengan dirinya karena bisa meadi tulang punggung keluarganya c. Peran: Klien merasa puas dan mampu menjadi tulang punggung keluarga d. Ideal diri: Segera ingin pulang e. Hargadiri: Klien mengatakan malu karena sekarang dirawat, tapi sebelum masuk RSJ tidak ada masalah yang berarti walaupun ia sebagai buruh bangunan 3. Hubungan Sosial a. Orang yang berarti/terdekat Klien mengatakan tidak punya teman dan tidak mau berteman dengan orang lain b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial Di Rumah : Klien lebih suka di kamar dan tidak mau keluar Di RSJ : Klien suka menyendiri dan jarang terlibat dalam kegiatan di ruangan, selesai makan langsung kembali ke ruangan c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien merasa malu karena sekarang dia sakit jiwa Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri 4. Spiritual a. Nilai dan Keyakinan Klien mengatakan bahwa beragama islam dan meyakini adanya tuhan b. Kegiatan Ibadah Klien mengatakan tidak melakukan ibadah karena sakit Diagnosa Keperawatan: -
VI. PEMERIKSAAAN FISIK 1. Keadaan umum Keadaan umum : cukup 2. Kesadaran (Kuantitas) Kesadaran : Compos Mentis GCS : 4,5,6 3. Tanda vital: TD : 110/70 mm/Hg
N : 88 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,4 CO
4. Ukur: BB : 50 Kg TB : 160 Cm 5. Keluhan fisik: Jelaskan : Tangan dan Kaki gemetaran Diagnosa Keperawatan : Tidak ada diagnosa VII. STATUS MENTAL 1. Penampilan (Penapilan usia, cara perpakaian, kebersihan) Jelaskan: Penampilan Usia
: Penampilan sesuai usia
Cara berpakaian
: Rapi, Baju tidak terbalik
Kebersihan
: Kurang bersih, gigi tampak kuning
Sikap Tubuh
: Tidak menghiraukan lingkungan
Gaya Berjalan
: Jalan dengan normal.
Ekspresi Wajah
: Datar, Pandangan mata kosong
Kontak Mata
: Tidak ada kontak mata
Penampilan status kesehatan secara umum : Diam Diagnosa Keperawatan: 2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) Jelaskan: Frekuensi : lambat Volume : Lembut Jumlah : sedikit Karakter : tersambung dan terbata-bata Diagnosa Keperawatan: Hambatan Komunikasi Verbal
3. Aktifitas motorik/Psikomotor Kelambatan : √ Hipokinesia,hipoaktifitas Katalepsi √ Sub stupor katatonik Fleksibilitas serea Jelaskan: Klien tidak suka ngobrol dengan orang lain, perubahan gerakan klien hanya berpindah tempat duduk dan makan, dan melakukan aktivitas saat suruh Peningkatan :
Hiperkinesia, hiperaktifitas
Grimace
Stereotipi
Otomatisma
Gaduh Gelisah Katatonik
Negativisme
Mannarism
Reaksikonversi
Katapleksi
√
Tik
Verbigerasi
Ekhopraxia
Berjalankaku/rigid
Command automatism
Kompulsif :sebutkan …………
√
Tremor
Jelaskan: Klien mengalami tremor pada tangan kiri dan kedua kaki, pembicaraan sangat ragu-ragu. Klien langsung melakukan apa yang disuruh perawat atau oleh orang lain dengan tergesa-gesa Diagnosa Keperawatan: Gangguan aktivitas motorik 4. Mood dan Afek a. Mood Depresi
Khawatir
√ Ketakutan
Anhedonia
Euforia
Kesepian
Lain-lain Jelaskan : Klien tampak sedih, murung dan menyendiri b. Afek √Sesuai
Tidaksesuai
Tumpul/dangkal/datar
Labil
Jelaskan: Klien menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diberikan DiagnosaKeperawatan : 5. Interaksi Selama Wawancara Bermusuhan
√ Kontak mata kurang
Tidak kooperatif
Defensif
Mudah tersinggung
Curiga
Jelaskan : Klien selalu menunduk dan tidak mau menatap mata orang yang mengajak ngobrol dan pergi begitu saja Diagnosa Keperawatan : Hambatan Interaksi sosial 6. Persepsi Sensorik a. Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
b. Ilusi
Ada
√
Tidakada
Jelaskan: Klien mengalami gangguan persepsi sensori Diagnosa Keperawatan : 7. Proses Pikir a. Arus Pikir: √ Koheren
Inkoheren
Sirkumtansial
Asosiasi longgar
Tangensial
Flight of Idea
√ Blocking
Perseverasi
Logorhoe
Neologisme
Clang Association
Main kata kata
Afasia Lain lain…
Jelaskan: Klien mampu menjawab pertanyaan dengan tepat dan tidak berbelit-belit, tiba-tiba klien diam dan tidak mau menjawab pertanyaan. b. Isi Pikir
Obsesif
Ekstasi
Waham:
Fantasi
o
Agama
Alienasi
o
Somatik/hipokondria
Pikiranbunuhdiri
o
Kebesaran
Preokupasi
o
Kejar / curiga
√ Pikiran isolasi sosial
o
Nihilistik
Ide yang terkait
o
Dosa
Pikiran Rendah diri
o
Sisip pikir
Pesimisme
o
Siar piker
Pikiran magis
o
Kontrol pikir
Pikiran curiga
Fobia,sebutkan…………..
Lain lain :
Jelaskan : Pasien sulit menceritakan keadan atau apa yang dirasakan, tidak senang berkumpul dengan orang lain, Pasien sering menyendiri. c. Bentuk pikir : √ Realistik
Non realistik
Dereistik
Otistik
Jelaskan: Pasien dapat berbicara sesuai dengan hal yang logis dan dapat di terima akal serta berdasakan kenyatan. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir 8. Kesadaran Orientasi (waktu, tempat, orang) Jelaskan: Waktu
: Klien mengatakan sekarang pagi, namun tidak mengetahui tanggal bulan tahun
Tempat
: Klien mengetahui bahwa dirinya di Rumah Sakit Jiwa
Orang
: Klien susah menghafal nama orang dan salah menyebutkan nama, tapi klien masih mengetahui namanya, alamat dan keluarga
Meninggi : Menurun: Kesadaran berubah Hipnosa Confusion Sedasi Stupor Jelaskan: Kesadaran Compos Mentis: Tidak terjadi penurunan kesadaran Diagnosa Keperawatan: 9. Memori Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan) Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan) Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit) Jelaskan: Klien menjawab umur 40 tahun, klien mengatakan MRS karena sakit jiwa, klien mampu menyebutkan kembali perawat yang baru saja berkenalan Hasil MMSE = 7 Diagnosa Keperawatan: Definit Gangguan Kognitif 10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung a. Konsentrasi √ Mudah beralih Tida kmampu berkonsentrasi Jelaskan: Klien dapat menjawab sesuai pertanyaan, namun Klien sering menghindar agar tidak diberikan pertanyaan b. Berhitung Jelaskan: Klien dapat berhitung dari 1 – 20 pertambahan 2 + 3 pengurangan 4 – 1 perkalian dan pembagian sangat lama Diagnosa Keperawatan: Definit Gangguan Kognitif
11. KemampuanPenilaian Gangguan ringan Gangguan bermakna Jelaskan : koping menarik diri mempengaruhi cara bergaul dengan orang lain Diagnosa Keperawatan: -
12. DayaTilik Diri Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya Jelaskan: Klien mengakui dibawa ke rumah sakit jiwa karena sakit jiwa Diagnosa Keperawatan : VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan √ Perawatan kesehatan, Transportasi, Tempat tinggal. Keuangan dan kebutuhan lainnya. Jelaskan: Klien mampu melakukan ADL, seperti mandi, makan, dan toileting secara mandiri 2. Kegiatan Hidup Sehari-hari a. Perawatan diri 1) Mandi Jelaskan Jelaskan : Klien mampu mandi secara mandiri 2x/hari. Dan selalu keramas dan gosok gigi 2) Berpakaian, berhias dan berdandan Jelaskan : Klien dapat menggunakan seragam dari ruangan dengan mandiri, rapid an tidak terbalik 3) Makan Jelaskan : Pasien mampu makan secara mandiri, nafsu makan baik, tapi setelah makan langsung ke kamar, snack dari ruangan juga selalu dihabiskan. 4) Toileting (BAK, BAB) Jelaskan : Pasien dapat melakukan BAB dan BAK secara mandiri dan benar. BAB 1x/hari dan BAK 5x/hari
Diagnosa Keperawatan: b. Nutrisi Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari. Klien makan 3x/hari dan kudapan 1x/hari, kadang ditambah snack dari keluarga pasien lain yang sedang berkunjung Bagaimana nafsu makannya Nafsu makan baik, selalu menhabiskan porsi makan, snack, dan minum banyak. Bagaimana berat badannya. Tidak ada fluktuasi berat badan selama dirawat di rumah sakit jiwa Diagnosa Keperawatan:c. Tidur 1) Istirahat dan tidur Tidur siang, lama : 13.00 s/d 16.00 Tidur malam, lama : 19.00 s/d 05.30 Aktifitas sebelum/sesudah tidur : sebelum tidur , makan dan minum obat, merapikan tempat tidur Jelaskan : Pasien sulit tidur dan sering mondar mandir kebingungan, apabila tertidur juga sering terbangun. 2) Gangguan tidur Insomnia Hipersomnia Parasomnia Lain - lain Jelaskan : Klien tidak mengalami gangguan tidur, klien tidur jam 21.00 – 04.00 Diagnosa Keperawatan: 3. Kemampuan lain lain Mengantisipasi kebutuhan hidup Pasien saat ini tidak mempunyai keahlian lain yang dapat digunakan untuk bekerja menghasilkan uang.
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya, Pasien belum mampu membuat keputusan sendiri, Pasien mengikuti saja yang di bicarakan atau yang diperintah perawat Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri. Klien belum mampu mengatur pengobatan dan kegiatan pelayanan/ pemeriksaan kesehatan, tapi selama di RSJ klien klien mendapatkan pengobatan secara teratur. Diagnosa Keperawatan:-
4. Sistem Pendukung
Ya
-
Keluarga
√
-
Terapis
√
-
Teman Sejawat
- Kelompok sosial Jelaskan :
Tidak
√ √
Pasien mendapat dukungan dari perawat, Pasien mendapat dukungan dari keluarga Diagnosa Keperawatan: IX. MEKANISME KOPING Jelaskan : Jika mendapatkan masalah klien memilih untuk mengasingkan diri dari lingkungan dan orang lain Diagnosa Keperawatan: Koping Individu Inefektif X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya Jelaskan : Ketika ditanya tentang keluargaya, Klien mengatakan tau dimana keluarganya sekarang dan mengatakan tinggal bersama keluarga. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya Jelaskan : Pasien menagtakan malu berinteraksi dengan orang Masalah dengan pendidikan, spesifiknya Jelaskan : Pasien mengatakan lulusan SD, dan tidak melanjutkan sekolah Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya Jelaskan :
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pekerjaan, tapi saat di RS klien sudah kehilangan pekerjaan, dulu klien merupakan buruh bangunan. Masalah dengan perumahan, spesifiknya Jelaskan : Klien mengatakan tinggal di Wagir dan tinggal bersama bapak dan saudara kembar Masalah dengan ekonomi, spesifiknya Jelaskan : Klien mengatakan tidak ada masalah karena yang bekerja adalah klien sebagai kuli bangunan, namun sekarang klien tidak tahu setelah ini mau kerja apa dan dapat uang darimana Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya Jelaskan : Biaya RS ditanggung oleh keluarganya Masalah lainnya, spesifiknya Jelaskan :Diagnosa Keperawatan: XI. ASPEK PENGETAHUAN Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang suatu hal? Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa, perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obatobatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb √ Penyakit/gangguan jiwa
Penatalaksanaan
Sistem pendukung
Lain-lain, jelaskan
Faktor Jelaskan : Pasien mengatakan bahwa dirinya hanya tau kalau dirinya sakit jiwa. Diagnosa Keperawatan:Difisit pengetahuan XII. ASPEK MEDIS 1. Diagnosis Medis :
F20.6 – Hebephrenic Schizophrenia 2. Diagnosa Multi Axis Axis I
: F20.6 – sympleks Schizophrenia
Axis II
:-
Axis III
:-
Axis IV
:-
Axis V
:
3. Terapi Medis Risperidon 1 mg 1-0-1 Lorazepam 1 mg 0-0-1
XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
XV. POHON MASALAH
XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Lawang, ………………………. Mahasiswa yang mengkaji
____________________ NIM................................
DAFTAR PUSTAKA Carpenito.2009, BukuSakuDiagnosaKeperawatan.Edisi 9. Jakarta: EGC. Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses KeperawatanKesehatanJiwaEdisi 2. Jakarta: EGC Rawlins, R.P, danHeacock, P.E. 1993. Clinical Mannual of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book. Stuart, G.W., danSundeen, S.J. 2007. PrinsipdanPraktikKeperawatanJIwa. Jakarta: EGC