Pengenalan Studi Ilmu Informasi Dan Perpustakaan

  • Uploaded by: Pawit M Yusup
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengenalan Studi Ilmu Informasi Dan Perpustakaan as PDF for free.

More details

  • Words: 5,142
  • Pages: 11
Makalah 1: Pengenalan Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan Oleh: Drs. Pawit M. Yusup, M.S. (Dosen pada Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fikom Unpad) Abstrak Bayangkan!. Berapa banyak informasi terekam yang ada di alam ini hingga saat ini?. Atau lebih sempit lagi, berapa banyak informasi terekam yang terlahir pada tahun lalu di negara kita?. Bahkan jika dibatasi lebih sempit lagi misalnya, berapa banyak informasi terekam dalam media komunikasi massa telah dilahirkan hari kemarin?. Atau satu lagi pertanyaan, berapa banyak informasi terekam yang tercipta pada sebuah surat kabar nasional hari ini?. Pertanyaan-pertanyaan itu hanyalah untuk menunjukkan betapa informasi lahir dan terus dilahirkan setiap waktu. Ribuan bahkan jutaan informasi terekam lahir dan terus dilahirkan setiap hari, atau bahkan setiap jam dan menit. Tak seorang pun sanggup mengikuti seluruh perkembangan dan pertumbuhan informasi secara tuntas, bahkan seorang ahli di bidangnya sekalipun, apalagi jika informasi dimaksud tidak ada yang mengelolanya secara khusus. Atas dasar alasan-alasan seperti itulah, antara lain, studi ilmu informasi dan perpustakaan lahir. Dengan menggunakan metode dan teknik tertentu, para pustakawan dan para peminat informasi, mencoba mengelolanya dengan cara menghimpun, mengolah, mengklasifikasikan, dan kemudian mendistribusikan, melayankan, dan memanfaatkan informasi kelolaannya kepada orang yang membutuhkan, baik dari generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan datang. Jangan lupa sifat layanannya bisa bororientasi sosial, dan juga komersial atau bisnis. Konsep dan batasan Seperti sudah sama-sama kita ketahui bahwa komunikasi itu ada di setiap aspek kehidupan dan kegiatan manusia. Ia ada di mana-mana, dan oleh karena itu ia sangat sulit didefinisikan dalam kalimat sederhana yang tegas. Ibarat air, ia mampu membasahi daerah atau wilayah yang dikenainya. Komunikasi akan selalu mampu memberi warna atau pengaruh pada bidang yang disentuhnya. Ia mempunyai banyak makna, kata Littlejohn (1996:7). Bahkan menurut Dance dan Larson (masih dalam sumber yang sama), terdapat 126 batasan komunikasi. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya membuat definisi tentang komunikasi secara tegas. Dilihat dari segi studi tentang komunikasi, maka pengertiannya menjadi lebih membatas, seperti misalnya studi tentang unsur-unsur komunikasi. Masalahnya adalah, apakah hanya mengenai unsur-unsur komunikasi. Unsur komunikasi yang pokok seperti ada komunikator atau sumber, pesan atau informasi untuk disampaikan, media untuk bahan penyimpanan dan penyampaian, penerima pesan atau komunikan, dan ada lagi yaitu effek. Apakah studi mengenai komunikasi hanya terfokus pada unsur-unsur tersebut? Tentu saja tidak hanya itu. Meskipun banyak buku komunikasi hanya membahas unsur-unsur pokok seperti itu, dan bahkan sebagian lainnya hanya membahas sebagian dari unsur-unsur komunikasi yang ada tersebut, namun jika ditilik lebih jauh, ternyata studi tentang komunikasi tidak hanya sebatas mempelajari unsur-unsur tersebut. Karena unsur komunikasi yang sangat menentukan adalah faktor manusia, maka studi tentang manusia itu sendiri merupakan bagian yang tidak bisa ditinggalkan. Artinya, jika orang mempelajari komunikasi, maka ia harus mempelajari manusia dengan segala keunikannya. Bukankah tak ada satu orang manusia pun yang sama dengan 1

manusia lain di dunia? Jangankan dibandingkan dengan orang lain, dibandingkan dengan dirinya sendiri pun seorang manusia bisa berbeda “peran’-nya jika dikaitkan dengan dimensi ruang dan waktu. Manusia yang sama pada suatu saat di suatu tempat, akan berbeda dalam banyak hal jika berada di suatu saat dan suatu tempat yang lain. Manusia yang sama akan berbeda perilakunya jika ia berada pada pagi hari sehabis bangun tidur, pada malam hari ketika akan tidur, di kota ketika sedang bertamasya, di desa ketika sedang survai, di laut ketika sedang merenung, di pasar ketika sedang berbelanja atau menawar barang, di jalan ketika ia menemukan sejumlah uang yang berceceran, di depan orang tua, di depan pacar, di depan pacar yang lain, dsb. Tidak percaya? Coba buktikan sendiri. Itu baru contoh satu orang manusia. Bagaimana jika manusia sudah dikaitkan dengan manusia lain di lingkungannya, satu orang, dua orang, tiga orang, dan seterusnya semakin bertambah, baik lingkungan terdekat, keluarga, tetangga, sosial, sekolah, lingkungan kerja, dll. Sangat kompleks dan rumit. Itu hanya sebagian kecil dari aspek kehidupan dan kegiatan manusia yang memang sangat unik dan rumit serta kompleks. Studi tentang komunikasi memang sangat luas, jika yang dimaksudkannya adalah studi tentang manusia yang dianggap sebagai makhluk personal dan sosial. Banyak kamus menyajikan makna komunikasi seperti menceritakan, dan atau menyampaikan untuk kata Inggris to communicate. Makna dalam leksikon seperti itu sedikit banyak menyulitkan para ahli untuk menjadikannya dasar perumusan suatu definisi yang jelas dan tegas. Padahal makna atau pengertian komunikasi dalam konteks ilmuwan dan dunia ilmiah, tidak sesederhana itu. Puluhan bahkan ratusan aspek bisa dijadikan sudut pandang atau pijakan untuk merumuskan konsep komunikasi. Dalam kaitan inilah maka bisa dilihat bahwa mendefinisikan konsep komunikasi secara tunggal, jelas, dan lugas, tidaklah mungkin. Lebih lanjut Frank Dance bahkan telah mengambil langkah besar dalam menjelaskan konsep komunikasi ini, yakni dengan membuat sejumlah unsur dasar yang digunakan untuk membedakan konsep komunikasi dengan lainnya. Ia menemukan tiga point diferensiasi konsep kritis yang membedakan definisi komunikasi, yakni: (1) Dimensi pertama merupakan level observasi dan abstractness. Beberapa definisi bisa luas dan menyeluruh maknanya, sementara definisi yang lain terbatas dan sempit. Contoh, komunikasi merupakan proses hubungan antar berbagai bagian kehidupan di dunia. Komunikasi merupakan proses interaksi antar manusia dengan menggunakan lambang. Itu contoh yang luas. Sedangkan contoh yang terbatas adalah, komunikasi sebagai alat pengirim pesan-pesan cinta melalui telepon seluler, surat, e-mail, dsb. (2) Pembedaan kedua dilihat dari segi intensionalitas. Beberapa definisi hanya mencakupi pengiriman dan penerimaan pesan-pesan secara intensif, sedangkan yang lain tidak memperhatikan hal-hal seperti ini. Contoh yang pertama, ...pengiriman pesan kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhinya. Sedangkan contoh untuk yang kedua tidak dimaksudkan untuk mempengaruhinya. Sebuah karikatur yang disajikan di surat kabar, mungkin sengaja ditujukan kepada segenap pembacanya dengan maksud untuk sekadar memberitahukan, mempengaruhi, atau tidak untuk apa-apa. (3) Dimensi ketiga adalah normative judgment (penaksiran normatif). Beberapa definisi melingkupi pernyataan kesuksesan atau keakuratan, sedangkan yang lain tidak. Contoh yang pertama, komunikasi adalah proses pertukaran ide atau pemikiran. Padahal orang tidak tahu apakah ide atau pemikiran tersebut benar-benar saling bertukar. Sedangkan contoh yang berikutnya adalah, komunikasi merupakan transmisi informasi. Pada pengertian ini, yang penting ada pemindahan informasi, tidak perlu diketahui apakah dipahami/diterima atau tidak oleh pihak lain. Dari sepenggal rumusan di atas, setidaknya kita mengambil sarinya yakni bahwa 2

pengertian komunikasi, apalagi jika ingin mendefinisikannya, sangat kompleks, karena harus melibatkan banyak dimensi dan wilayah kegiatan di dalamnya. Wilayah atau bidang yang sering didarati komunikasi juga sangat banyak, karena hampir seluruh aspek kegiatan dan kehidupan manusia di mana pun adanya, bahkan termasuk misalnya dia sedang melamun sendirian. Tulisan ini dibatasi hanya akan membicarakan komunikasi dan informasi di lingkungan pendidikan, sosial, perpustakaan, organisasi kelembagaan, dan juga tentang media dan sumber-sumber informasi. Lantas, bagaimana kaitan antara komunikasi, informasi, dan perpustakaan?. Jawabannya bisa pendek, juga bisa panjang, bergantung kepada dimensi mana kita akan mengkontekskannya. Jawaban pendek dan sederhananya misalnya bisa kita dapatkan ketika kita mengajukan pertanyaan: “Apa yang dikomunikasikan?”. Namun itu tidaklah cukup. Jika kita perhatikan isi dari contoh kasus-kasus komunikasi tadi, maka pesan-pesan yang disampaikan oleh pihak komunikator untuk komunikan, adalah pesan-pesan yang bermakna informasi, dan bahkan hampir semua definisi komunikasi selalu menyertakan konsep “pesan”, baik secara implisit maupun eksplisit. Istilah pesan (message) dalam studi ilmu perpustakaan dikenal dengan sebutan informasi. Dengan kata lain dilihat dari sudut ilmu informasi dan perpustakaan, sebenarnyalah bahwa informasi itu sendiri yang merupakan pesan-pesan komunikasi. Pengertian informasi Dari sudut pandang dunia perpustakaan, informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat (Estabrook, 1977:245) seseorang. Sebuah peristiwa penggalian situs batutulis untuk mencari harta karun di Bogor akhir-akhir ini oleh seorang menteri agama RI (lihat beberapa surat kabar nasional terbitan 20-21 Agustus 2002), adalah suatu fenomena. Fenomena tersebut akan menjadi informasi jika ada orang yang melihatnya atau menyaksikannya, atau bahkan kemudian mungkin merekamnya. Hasil kesaksian atau rekaman dari orang yang melihat atau menyaksikan peristiwa atau fenomena tadi itulah yang dimaksudkan dengan informasi. Dalam hal ini informasi lebih bermakna berita. Berita adalah bentuk dari pesan-pesan komunikasi. Peristiwa penggalian sejenis jika dilakukan oleh seseorang di suatu desa terpencil dan tidak ada saksi, tentu tidak akan membuahkan informasi, atau kalaupun lahir informasi dari peristiwa ini, potensi “kekuatannya” sangat rendah. Dari besar dan banyaknya informasi yang ada di alam ini, hanya sebagian kecil saja yang berhasil dirasakan, didengar, dilihat, dan direkam oleh manusia. Informasi yang hanya dirasakan, didengar, dan dilihat itu susah diolah karena ia akan menjurus kepada jenis informasi lisan. Informasi lisan ini lebih banyak dikembangkan oleh studi komunikasi. Orang tahu bahwa jenis informasi lisan jumlahnya sangat banyak, dan tentu saja lebih banyak dari jumlah manusia yang pernah ada. Akan tetapi, informasi yang sempat direkam dalam berbagai bentuk alat perekaman inilah yang kelak bisa dikembangkan menjadi komoditas unggulan dalam kinerja kehidupan manusia. Informasi terekam ini banyak dicari dan dimanfaatkan oleh manusia sesuai dengan kepentingannya. Pesan-pesan atau isi dari tulisan ini adalah salah satu contoh jenis informasi terekam, lebih tepatnya tertulis. Meskipun telah dibatasi hanya pada jenis informasi terekam, namun itupun ternyata jumlahnya masih sangat banyak karena menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang semakin mengompleks. Jenis dan fungsi informasi Informasi terekam yang dimaksud dalam tulisan ini sebenarnya masih dibedakan antara yang tidak ilmiah dan yang ilmiah. Yang pertama hanya berupa informasi biasa yang banyak tersedia di mana-mana seperti misalnya informasi tentang meninggalnya seseorang yang dimuat 3

di surat kabar, informasi dalam bentuk berita keluarga, dan iklan komersial yang dipasang di berbagai media massa lainnya. Sebenarnya jenis informasi biasa ini pun bisa berubah menjadi luar biasa atau bahkan menjadi penting kedudukannya jika hal tersebut berkaitan dengan peristiwa besar di masyarakat. Misalnya saja informasi atau berita tentang meninggalnya seorang presiden atau pejabat tinggi negara lainnya. Termasuk hari dan tanggal meninggalnya pun bisa menjadi bernilai informasi yang penting karena hal ini akan dicatat dalam sejarah. Informasi yang mengandung makna sejarah ini sangat penting dalam waktu yang akan datang, karena ini merupakan data dan fakta sejarah. Yang jelas bahwa jenis informasi bisa digunakan untuk banyak hal yang bermanfaat bagi umat manusia, asal pengelolaan dan pengorganisasiannya sesuai dengan sifat dan karakteristik yang dimilikinya. Informasi yang tidak dikelola dengan semestinya akan kehilangan makna dan manfaatnya. Di muka sudah dikemukakan bahwa informasi itu sangat beragam, baik dalam jenis, tingkatan, maupun bentuknya. Dengan demikian maka fungsinyapun beragam pula karena akan bergantung pada manfaatnya bagi setiap orang yang kebutuhannya berbeda-beda. Pun demikian fungsinya bagi suatu organisasi, ia akan disesuaikan dengan jenis organisasi yang bersangkutan. Dalam organisasi kesekolahan atau pada lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya, informasi yang bermanfaat adalah yang banyak mendukung tugas-tugas lembaga tersebut, yaitu sekitar semua jenis informasi yang mempunyai aspek edukatif, riset, dan rekreatif. Informasi jenis lain juga diperlukan, akan tetapi tidak menonjol. Demikian pula untuk suatu lembaga yang berorientasi perdagangan (profit oriented); di sini sangat diperlukan segala jenis informasi yang berkaitan dengan aspek peningkatan produktivitas organisasi seperti misalnya informasi yang tepat untuk suatu pengambilan keputusan para manajer, informasi dengan aspek peningkatan pemasaran produk-produknya, dan juga informasi tentang analisis pasar. Di dalam lingkungan keluarga, informasi dan sumber-sumber informasi sangat berguna keberadaannya. Buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, komputer, dan bahkan internet, semuanya bermanfaat bagi pengembangan wawasan anggota keluarga. Lebih-lebih bagi keluarga-keluarga yang mempunyai kedudukan sosial relatif tinggi di masyarakat, seperti antara lain Anda yang sedang membaca tulisan ini. Bagi kita, yang penting adalah bahwa informasi itu bermacam ragam jenisnya, fungsinya, juga manfaatnya, karena hampir tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan informasi walau sekecil apapun kebutuhan tersebut. Kita ingat bahwa seorang bayi yang baru lahir pun sebenarnya membutuhkan "informasi" dari ibunya sehingga selagi ia menangis lantas datang ibunya sambil mengusap-usap dan meninabobokannya, sang bayi pun diam, mendengarkan dan tentu saja merasakan adanya sentuhan lembut ibunya tadi. Sumber-sumber informasi Seperti sudah disebutkan di muka bahwa informasi itu ada di mana-mana, di pasar, di sekolah, di rumah, di lembaga-lembaga suatu organisasi komersial, di buku-buku, di majalah, di surat kabar, di perpustakaan, dan tempat-tempat lainnya. Pokoknya, di mana suatu benda atau peristiwa berada, di sana bisa timbul informasi. Semua jenis informasi tersebut, terutama yang sudah disimpan dalam rekaman seperti tersebut di muka tadi, sebagian besar disimpan di lembaga-lembaga informasi, dokumentasi, dan perpustakaan di berbagai tingkatan, baik perpustakaan yang berada pada lembaga-lembaga formal maupun perpustakaan yang ada di rumah kita. Sebagaimana diketahui, konsep perpustakaan adalah pengelolaan informasi yang tampak dalam kegiatan penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan informasi untuk kepentingan masyarakat banyak. Karena unsur pemanfaatannya dilakukan secara berulang dan terus-menerus maka segi-segi keawetan dan pemerataannya sangat diperhatikan oleh perpustakaan, dan oleh 4

karena itu di sini berlaku fungsi pelestari informasi dari perpustakaan, yang kemudian berkembang menjadi fungsi untuk melestarikan hasil budaya bangsa. Melalui perpustakaan dan pusat-pusat dokumentasi dan informasi, segala jenis informasi terekam hasil karya manusia sepanjang jaman, dikelola secara baik untuk dimanfaatkan oleh generasi sekarang dan mendatang. Perpustakaan atau lembaga-lembaga informasi dan dokumentasi lain, sebagai pusat sumber informasi bisa dikelompokkan ke dalam beberapa jenis yang masing-masing mempunyai ciri dan penekanan fungsi yang berbeda. Ada yang berfungsi untuk melayani kebutuhan informasi bagi segenap anggota masyarakat luas secara menyeluruh; ada yang berfungsi melayani kebutuhan informasi bagi kelompok masyarakat khusus seperti masyarakat peneliti saja atau masyarakat ilmuwan saja, masyarakat sekolah saja; dan ada juga yang bertugas khusus melayani kebutuhan masyarakat dalam lingkungan organisasi khusus. Tidak ketinggalan juga adalah perpustakaan atau dokumentasi keluarga atau perpustakaan pribadi, yakni perpustakaan yang ada di rumah kita sendiri. Hanya karena sifat dan tujuan pengelolaannya yang bukan untuk pemanfaatan oleh umum, maka sering disebut sebagai koleksi pribadi, bukan perpustakaan pribadi. Informasi dan Komunikasi dalam lingkungan pendidikan Disebut juga dengan informasi kependidikan dan komunikasi pendidikan, sebab terjadinya komunikasi memang di dunia pendidikan. Pengertian lengkapnya memang tidak bisa dijelaskan hanya menggunakan betasan-batasan ringkas saja, karena seperti pengertian komunikasi umumnya, tidak mungkin dibuatkan definisinya secara ringkas, tunggal, dan tegas. Komunikasi pendidikan pun demikian, meskipun dalam hal ini sudah disentuhkan ke dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan proses yang panjang, yang melibatkan banyak unsur seperti pendidik, administrator pendidikan, proses, komunikasi, peserta didik, pesan-pesan atau informasi pendidikan, dan adanya tujuan-tujuan yang dicapai dari proses pendidikan dimaksud. Itu untuk pendidikan formal. Lantas kalau pengertian pendidikan di dalam keluarga, di masyarakat, di pesantren, dan di lembaga-lembaga pendidikan luar sekolah lainnya, tentunya tidak seperti itu unsur-unsurnya. Dan pengertiannya pun menjadi berbeda. Pada pelaksanaan pendidikan formal atau pendidikan melalui lembaga-lembaga pendidikan sekolah, tampak jelas bahwa proses komunikasi sangat dominan kedudukannya. Hal ini setidaknya tampak dalam proses instruksional, yang dalam dunia pendidikan sampai saat ini masih menduduki posisi dominan. Gambar pada halaman berikutnya menunjukkan proses pendidikan. Di situ tampak bahwa pendidikan bukan sekadar mengajari anak-anak supaya menjadi lebih baik, menjadi pintar, atau sekadar berkomunikasi dengan mereka yang isinya memberi nasehat supaya mereka berperilaku baik. Namun sudah semakin kompleks, karena melibatkan banyak unsur di dalamnya. Tidak perlu disebut seberapa penting kedudukan komunikasi dalam pendidikan. Yang jelas proses pendidikan memang sebagian besar hanya bisa dilakukan melalui adanya proses komunikasi dan keterlibatan informasi. Artinya, hampir tidak ada proses pendidikan yang tanpa melalui komunikasi dan informasi. Orang menyampaikan pesan, mengajar, memberikan data dan fakta untuk kepentingan pendidikan, merumuskan kalimat yang baik dan benar, semuanya hanya bisa dilakukan dengan penggunaan informasi komunikatif. Masalahnya adalah pada jenis komunikasi yang bagaimana dan informasi jenis apa yang biasa dan sering digunakan untuk tujuan dan menggarap bidang pendidikan. Jadi dengan kata lain adalah komunikasi yang digunakan dalam lingkungan pendidikan, atau komunikasi pendidikan yang lebih langsung mempunyai makna menyatu dalam pendidikan. Pengertian umumnya adalah proses komunikasi yang dirancang atau dipersiapkan secara khusus untuk tujuan-tujuan penyampaian pesan-pesan 5

atau informasi pendidikan. Berbeda dengan komunikasi untuk hal-hal yang lainnya, komunikasi pendidikan mempunyai tujuan yang jelas, yakni untuk merubah perilaku sasaran ke arah yang lebih berkualitas, ke arah positif. Komunikasi pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk itu, karena memang harus bisa dipertanggung jawabkan pada akhir dari suatu proses yang dilaksanakannya, yakni melalui suatu evaluasi hasil pendidikan. Jika hasil dari evaluasinya menunjukkan nilai yang jelek, itu bukan semata-mata kekurangberhasilan peserta pendidikan dalam mengikuti proses komunikasi pendidikan, melainkan juga menunjukkan kegagalan komunikasi pendidikan yang disampaikan oleh komunikator pendidikan di lapangan. Kalau siswa bodoh, bukan semata-mata siswanya yang tidak pandai, melainkan gurunya yang tidak berhasil menyampaikan pesan-pesan pendidikan melalui penggunaan proses komunikasi yang tepat. Dengan kata lain informasi pendidikan yang disampaikannya tidak komunikatif, atau mungkin juga karena yang disampaikan atau dikomunikasikannya bukan informasi pendidikan. Hal ini demikian, sebab, bisa saja misalnya sang guru dalam menyajikan materi pendidikannya terlalu tinggi tingkat penalarannya, mungkin juga tidak runtut penyampaiannya, salah menggunakan metode komunikasi, salah memilih strategi, kurang cocok menggunakan media komunikasi, dsb. Banyak kemungkinan mengapa pendidikan tidak berhasil.

Daerah administrasi atau kepemimpinan

Administrasi Supervisi

Daerah instruksional (bidang utama pendidikan)

Daerah pelayanan dan Bantuan kepada siswa

Instruksional-kurukuler termasuk: pendidikan vokasional, khusus, remedial instruction

Tujuan: Pengembangan optimal setiap individu sesuai dengan kemampuan, minat, dan nilai-nilainya

Bimbingan dan layanan lain

Gambar: Proses Pendidikan (Sumber: Mortensen dan Schmuller, 1964) Informasi dan Komunikasi dalam lingkungan sosial Dunia sosial sangat luas dan sangat abstrak jika tidak dikonstruksikan dalam kasus-kasus kecil lebih dahulu, karena akan mengundang banyak pertanyaan yang semakin merumit. Untuk mengetahui realitas sosial secara utuh, orang sulit menjelaskannya secara bersama dan sekaligus, melainkan perlu sepotong-sepotong, dan akhirnya dihubungkan satu sama lain menjadi suatu sistem sosial yang terpadu. Kita lihat sekali lagi gambaran ini dan bayangkan saja. Seseorang pada suatu saat di suatu tempat, sedang sendirian. Kira-kira sedang memikirkan apa dia. Mungkin saja dia sedang melamun, atau sedang berpikir tentang utang-utangnya, atau sedang mencari hiburan, atau sedang merencanakan kejahatan, atau sedang menunggu kawan, atau sedang gelisah, marah, dsb. Dilihat dari segi kebutuhannya, dia mungkin saja sedang memikirkannya bagaimana cara mendapatkan sesuatu yang diidam-idamkannya. Jika dilihat dari aspek waktu, maka dia pun tidak terbebas dari pengaruh waktu tersebut. Misalnya, jika tadi dia sedang sendirian pada pagi hari, maka pada siang dan sore harinya tentu tidak sama apa yang dilakukannya atau apa yang 6

dipikirkannya, meskipun secara fisik sama-sama berdiam di tempat yang sama. Orang tidak bisa berada dalam dua ruang dan atau waktu yang berbeda pada saat yang sama. Gambaran tersebut hanya sekadar untuk menunjukkan bahwa, hanya satu orang saja sudah cukup rumit untuk mengetahui hakekat orang atau manusia secara tepat. Apalagi jika orang tadi sudah mengambil perannya, seperti sudah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Katakanlah, misalnya dia sudah berhubungan dengan orang lain, dengan satu orang, dua orang, tiga orang, dan seterusnya hingga berpuluh orang dan bahkan dalam satu lingkungan masyarakat tertentu, seperti satu RT, satu RW, satu kelurahan, satu kabupaten, dsb. Belum lagi jika berinteraksinya dengan orang lain dalam suatu lingkungan organisasi sosial yang mempunyai tujuan tertentu. Sangat rumit bukan? Komunikasi dalam lingkungan sosial memang serumit kondisi sosial dalam bayangan di atas. Namun uniknya, karena manusia itu mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi, atau kemampuan menggunakan lambang-lambang komunikasi, maka ikatanikatan interaksinya dengan orang lain tadi pun bisa direkat. Terjadinya suatu kelompok dalam lingkungan masyarakat sosial sedikit banyak karena andil komunikasi dan proses berbagi informasi. Keluarga pun diawali oleh peristiwa komunikasi. Bukankah terbentuknya keluarga kita asalnya dari peristiwa komunikasi? Dimulai dari kontak pandang, lalu menaksir, dilanjutkan kepada melamar, dan akhirnya terjadilah ikatan perkawinan. Semuanya dilakukan dengan komunikasi dan pertukaran informasi. Atau setidaknya andil komunikasi dan informasi sangat besar dalam hal ini. Ikatan sosial yang lebih khas dan juga luas seperti organisasi, lembaga, dan struktur sosial lainnya, hanya bisa efektif jika direkat dengan komunikasi dan berbagi informnasi. Karena ikatan yang didasarkan atas komunikasi adalah ikatan yang sangat demokratis. Setiap orang atau anggota dalam suatu ikatan sosial tadi mempunyai kesempatan dan hak yang sama untuk mengkomunikasikan gagasan atau pendapatnya. Informasi dan Komunikasi dalam lingkungan keluarga Di lingkungan keluarga, komunikasi juga sangat besar kedudukannya dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga yang bersangkutan. Tanpa dibarengi dengan pelaksanaan komunikasi yang terbuka antar anggota dalam suatu keluarga, dipastikan tidak akan terjadi keharmonisan di dalamnya. Bahkan kegagalan-kegagalan dalam perkawinan di suatu keluarga, sebagian besar karena tidak adanya informasi komunikasi yang terbuka. Salah satu syarat utama untuk memahamkan orang lain dalam lingkungan keluarga adalah komunikasi yang terbuka tadi. Masing-masing anggota keluarga saling membuka diri atas hal-hal yang bisa menjadikan ketidaksejalanan anggota keluarga. Dengan membuka diri tersebut, maka tiap anggota keluarga yang lain akan memahami kemauan-kemauan dan gagasannya, sehingga jika pun terjadi hal-hal yang berbeda, akan bisa dicari jalan keluarnya. Dalam keluarga juga paling sering terjadinya proses komunikasi dan informasi pendidikan. Bukankah pendidikan awalnya dari keluarga? Sebagian besar manusia dididik awalnya di lingkungan keluarga. Segala perilaku orang tua dan lingkungannya dalam keluarga, sepanjang anak-anak masih diasuh di dalamnya, akan selalu mendapatkan proses pendidikan. Bentuk nyatanya adalah, orang tua selalu memberi nasehat-nasehat tertentu kepada anakanaknya, membuat peraturan yang mengikat terhadap seluruh anggota keluarga, melindungi anak dari hal-hal buruk dan pengaruh luar yang buruk, memberikan contoh bagaimana makan yang baik, berbicara yang sopan, dan bertindak sesuai dengan aturan norma yang berlaku, dsb. Itu semua menggambarkan proses pendidikan di dalam keluarga. Tidak mungkin cukup halaman ini untuk memverbalkan semua proses pendidikan dan juga komunikasi dan saling berbagi informasi yang berlangsung di lingkungan keluarga. Itu tadi hanya sebagian kecil saja yang dijadikan contoh untuk sekadar mengingatkan, bahwa proses 7

pendidikan melalui pelaksanaan komunikasi yang efektif dalam lingkungan keluarga, sangat banyak variasinya. Mereka atau orang tua ada yang lebih menekankan kepada kerasnya disiplin, ada yang lebih menekankan kepada aspek demokrasinya, dan ada juga yang lebih menitikberatkan kepada kasih sayangnya. Di dalam lingkungan keluarga memang tidak hanya terjadi proses komunikasi pendidikan, melainkan juga masih sering terkait dengan proses komunikasi lain seperti komunikasi massa (setidaknya sebagai anggota audiens pemirsa), komunikasi sosial karena keluarga adalah lembaga sosial yang terkecil di masyarakat, dsb. Namun demikian, pola komunikasi keluarga tampaknya lebih dominan. Informasi dalam lingkungan keluarga pun menyertai kehadiran proses komunikasi, baik langsung ataupun tidak langsung. Seperti halnya proses komunikasi, proses perjalanan informasi dalam lingkungan keluarga selalu sejalan sebagai sertaan proses komunikasi. Bahkan, beragam informasi di jaman sekarang sudah sedemikian banyak dan kompleks untuk dipilah-pilah mana yang bersifat edukatif dan mana yang sebaiknya dihindari. Program-program televisi, acara radio, kehadiran VCD dengan berbagai sajian komunikasi dan informasi yang sering tidak sesuai dengan kondisi keluarga, juga turut mempengaruhi proses perjalanan keluarga yang bersangkutan. Sebagai anggota masyarakat, kita sama sekali tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk menghadapi situasi seperti ini. Bisakah kita melarang peredaran VCD-VCD yang sebarannya serta cara memperolehnya lebih mudah dari membeli kacang goreng?. Bisakah kita melarang atau setidaknya mengatur anak-anak kita atau saudara-saudara kita yang masih kecil untuk tidak menonton acara siaran televisi tertentu yang sebenarnya bukan untuk konsumsi mereka?. Bisakah kita sebagai orang tua atau setidaknya sebagai anggota masyarakat yang masih peduli terhadap pendidikan keluarga, memantau anak-anak kita atau adik-adik kita yang masih di bawah umur untuk tidak mengakses internet pada situs-situs dewasa?. Semuanya serba sulit untuk ditangani. Sayangnya, informasi dalam proses komunikasi seperti ini justru pada masa sekarang bak banjir bandang yang tidak satupun orang bisa mencegahnya. Informasi dan Komunikasi dalam Kelompok dan Organisasi Komunikasi kelompok dan komunikasi organisasional sebenarnya berbeda. Yang pertama lebih memusatkan diri pada peristiwa komunikasi yang terjadi antar beberapa orang, baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur, sedangkan yang terakhir lebih dinamis sifatnya. Kelompok yang sudah terstruktur dan sudah terorganisasikan secara tetap seperti tampak dalam organisasi-organisasi sosial dan lembaga kemasyarakatan, biasanya anggotaanggotanya relatif tetap dan terdaftar secara formal. Sedangkan pada kelompok yang tidak terstruktur tadi, tidak selalu terdaftar secara formal. Tiga orang yang tidak saling kenal bertemu di jalan, dan mengadakan diskusi seadanya mengenai suatu kasus, juga termasuk ke dalam komunikasi kelompok. Setidaknya itu jika dilihat dari segi jumlah orang yang terlibat di dalamnya. Sementara itu organisasi, meskipun itu masih dalam kategori kelompok yang relatif formal dan tetap fungsi-fungsinya, mereka sudah banyak yang mengembangkan hubungannya dengan pihak lain, baik perorangan, kelompok, maupun organisasi serupa di masyarakat. Pola hubungan dimaksud bisa dilakukan dalam suatu jaringan komunikasi dan informasi. Apalagi sekarang, di mana media komunikasi sudah sedemikian majunya. Melalui internet, seseorang, tanpa melalui kelompok atau organisasinya, sanggup berkomunikasi dengan orang lain yang jauh secara ruang dan juga waktu. Meskipun untuk yang terakhir ini proses komunikasinya kurang bersifat interaktif, namun sebagian darinya sudah bisa interaktif, seperti berkomunikasi menggunakan komputer dan internet, dan juga telepon bergambar. Yang umum untuk saat sekarang adalah sekadar membaca buku, atau menonton siaran televisi dan radio, baik siaran langsung atau siaran tunda. 8

Informasi dan Komunikasi dalam lingkungan lembaga informasi dan perpustakaan. Dilihat dari aspek sosial dan komunikasi, perpustakaan atau pusat-pusat dokumentasi informasi lain yang sejenis, bisa didudukkan sebagai salah satu struktur sosial dalam masyarakat, lembaga, atau bahkan proses dan organisasi. Dalam tulisan ini, perpustakaan atau lembaga pengelola informasi sejenis lainnya didudukkan sebagai suatu subjek dan objek sekaligus, yang di dalamnya bisa bermakna: proses, ilmu, seni, pusat koleksi, pusat pelestarian, tempat, unit kerja, ruang, gedung, atau bahkan pusat pengolahan, atau pusat pelayanan. Semuanya bisa, bergantung kepada cara pandang kita dan bagaimana kita memperlakukannya. Fungsi-fungsi komunikasi dan proses perjalanan informasi dalam konteks ini sangat kental menyertainya. Bahkan hampir semua bentuk dan hasil kegiatan perpustakaan, mempunyai tujuan untuk dikomunikasikan kepada masyarakat seluas-luasnya. Orang mengklasifikasikan dan mengorganisasikan informasi dan sumber-sumber informasi, tiada lain tujuannya adalah untuk kemudahan pemanfaatannya oleh masyarakat luas. Katalog juga disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh masyarakat pengguna informasi pada umumnya. Tidak ada aspek kegiatan dan proses kerja di perpustakaan dan pusat-pusat informasi yang tidak melibatkan komunikasi di dalamnya. Dilihat dari segi kelembagaan, perpustakaan dan juga pusat-pusat informasi dan dokumentasi lainnya dianggap sebagai unit kerja yang bersama-sama dengan unit kerja- unit kerja lainnya di dalam lingkungan lembaga penaungnya, turut serta menunjang pencapaian tujuan dari lembaga induknya tersebut. Karena sebagai unit kerja, maka secara organisasi perpustakaan terbagi ke dalam unit kerja-unit kerja yang lebih kecil. Dari sana maka informasi yang ditanganinya pun menyesuaikan secara proporsional. Ada informasi untuk bahan administrasi pengadaan, ada informasi untuk data peminjaman, dan ada juga informasi yang dilayankan kepada pengguna luas. Proses komunikasi dalam segala aspeknya terjadi di lingkungan perpustakaan dan lembaga pengelola informasi dan dokumentasi ini. Misalnya, di bagian referens terjadi proses komunikasi pendidikan dan antar persona sekaligus, di ruang media terjadi proses komunikasi bermedia, dan di bagian pelayanan peminjaman koleksi terjadi proses komunikasi antar persona. Dan, secara umum, perpustakaan juga berfungsi sebagai lembaga layanan jasa penelusuran informasi. Informasi dan Komunikasi dalam lingkungan media. Komunikasi dan media inilah yang tampaknya sampai saat ini masih banyak dibicarakan orang, karena media sekarang sudah sedemikian maju dan canggih. Melalui media komunikasi yang ada di hampir setiap rumah, kita bisa melihat dunia luar. Peristiwa-peristiwa di luar kita setiap saat ditayangkan melalui media televisi, majalah, surat kabar, film, internet, atau media komunikasi lainnya. Informasi dengan segala jenis dan sifatnya hampir tanpa putus selama 24 jam sehari menerpa kita melalui saluran-saluran komunikasi tadi. Sekarang acara televisi hampir 24 jam sehari. Radio pun demikian, tidak pernah putus acara siarannya. Artinya kalau acara siaran radio yang satu sudah tutup, maka kita bisa berganti dengan acara siaran radio yang lainnya, baik radio yang tergabung dalam RRI (Radio Republik Indonesia) maupun radio yang tergabung dalam PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia). Kalau radio siaran dalam negeri sudah tutup maka orang bisa beralih gelombang dan mencari acara siaran radio asing. Tidak pernah putus sepanjang waktu. Dalam menonton atau mendengarkan radio seperti itu, orang bisa menerima informasi tanpa henti. Proses komunikasi berlangsung tanpa henti. Meskipun kita juga yang mengatur kapan akan melakukan proses komunikasi dan transfer informasi melalui media komunikasi 9

massa tersebut. Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang menggunakan media massa. Sementara itu media massa juga merupakan suatu sistem sosial yang sudah melembaga. Artinya ia tidak berdiri sendiri. Ia bergantung kepada banyak faktor, seperti faktor kebutuhan informasi dan komunikasi masyarakat, faktor struktur sosial, faktor kebijakan, dan faktor ekonomi. Semuanya turut menentukan proses dalam perjalanan media dimaksud. Dari peristiwa hubungan antara manusia sebagai komunkator, sebagai pengguna atau komunikan, atau sebagai organisasi penyaji media, dan juga medianya itu sendiri, serta effek yang ditimbulkan antar komponen tadi, sangat mungkin akan menjadikan peristiwa hubungan antar komponen tadi menjadi semakin kompleks. Ilmuwan komunikasi dan sosial, juga pendidikan, tidak lagi hanya mencari beberapa penggal effek saja dari semua kemungkinan yang diakibatkan oleh interaksi antara media, lembaga masyarakat, dan orang kebanyakan sebagai pengguna. Pertanyaannya adalah, apakah ilmuwan sanggup merumuskan suatu hasil studi yang representatif akan pola hubungan antar komponen tadi?. Itulah sebagian dari tugas kita sebagai calon ilmuwan, sejak sekarang. Kapan Ilmu Informasi dan Perpustakaan dibutuhkan Bayangkan sekali lagi!. Berapa banyak informasi terekam yang ada di alam ini hingga saat ini?. Atau lebih sempit lagi, berapa banyak informasi terekam yang terlahir pada tahun lalu di negara kita?. Bahkan jika dibatasi lebih sempit lagi misalnya, berapa banyak informasi terekam dalam media komunikasi massa telah dilahirkan hari kemarin?. Atau satu lagi pertanyaan, berapa banyak informasi terekam yang tercipta pada sebuah surat kabar nasional hari ini?. Pertanyaan-pertanyaan itu hanyalah untuk menunjukkan betapa informasi lahir dan terus dilahirkan setiap waktu. Ribuan bahkan jutaan informasi terekam lahir dan terus dilahirkan setiap hari, atau bahkan setiap jam dan menit. Tak seorang pun sanggup mengikuti seluruh perkembangan dan pertumbuhan informasi secara tuntas, bahkan seorang ahli di bidangnya sekalipun, apalagi jika informasi dimaksud tidak ada yang mengelolanya secara khusus. Atas dasar alasan-alasan seperti itulah, antara lain, studi ilmu informasi dan perpustakaan lahir. Dengan menggunakan metode dan teknik tertentu, para pustakawan dan para peminat informasi, mencoba mengelolanya dengan cara menghimpun, mengolah, dan kemudian mendistribusikan, melayankan, dan memanfaatkan informasi kelolaannya kepada orang yang membutuhkan, baik dari generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan datang. Jangan lupa sifat layanannya bisa bororientasi sosial, dan juga komersial atau bisnis. Profesi informasi dan perpustakaan memang sangat beragam baik tingkatannya maupun jenis keahliannya, yang masing-masing jenis dan tingkatan tersebut mempunyai keunikannya sendiri. Sekadar contoh, sebaran profesi ahli pengelolaan sumber daya informasi dan perpustakaan adalah pada kemampuannya bekerja sebagai ahli informasi dan pustakawan atau dokumentalis yang tersebar di lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang meliputi antara lain: (1) Pusat sumber daya informasi, dokumentasi dan perpustakaan umum (tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional, negeri dan swasta, juga LSM); (2) Pusat sumber daya informasi, dokumentasi dan perpustakaan sekolah, negeri dan swasta di semua jenis dan tingkatan (SD, SMP, SMU, SMK); (3) Pusat sumber daya informasi, dokumentasi dan perpustakaan perguruan tinggi, negeri dan swasta (universitas, fakultas, jurusan, bagian, sekolah tinggi, dan lembaga lain di bawah naungan perguruan tinggi induknya); (4) Pusat sumber daya informasi, dokumentasi dan perpustakaan khusus atau instansi baik swasta maupun pemerintah (lembaga dan atau pusat-pusat penelitian dan pengembangan, pusat-pusat diklat); (5) Pusat-pusat sumber daya informasi dan dokumentasi di lembaga-lembaga yang berorientasi profit dan nonprofit, termasuk di lembaga media massa cetak dan elektronik (surat kabar, majalah, radio, 10

televisi, penerbit); (6) Lembaga-lembaga kearsipan dan museum di hampir semua jenis lembaga negeri dan swasta. Tegasnya, profesi ahli informasi dan pustakawan atau dokumentalis memiliki kemampuan bekerja di semua lembaga, terutama di bagian informasi dan dokumentasi dan atau perpustakaannya, yang bertugas menangani masalah informasi dan dokumen, baik dokumen tercetak maupun non cetak, termasuk dokumen elektronik seperti kaset, CDROM, dan komputer. Kemampuan tambahan seorang ahli informasi dan perpustakaan antara lain adalah sebagai petugas humas dan jurnalis, sebab matakuliah wajibnya di Fikom untuk mahasiswa program studi ilmu informasi dan perpustakaan antara lain adalah: public relation, penulisan artikel, marketing informasi, dan sejumlah matakuliah keahlian komunikasi lainnya. Daftar Pustaka Eastabrook, Leigh. 1977. Libraries in Post Industrial Society. (A Neal-Schuman Professional Book). Oryx Press, Cammelbeck Road, Phonix, U.S.A. Foskett, D.J. 1984. Pathways for Communication; Books and Libraries in the Information Age. London, Clive Bingley. Grolier International. 1996. Marketing, what to do people want from marketing, .... Grolier International Corporation. Journal of Librarianship and Information Science. Volume 28, Number 1, March 1996. West Sussex, U.K., Bowker saur. Yusup, Pawit M. 1990. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional. Bandung, Remadja Rosdakarya. --------------. 1991. Mengenal Dunia Perpustakaan dan Informasi. Bandung, Binacipta. --------------. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Bandung, Remadja Karya. Yusup, Pawit M. 2003. Homepage Pawit MY. Makalah, modul, biografi, dll. Available at: http://bdg.centrin.net.id/~pawitmy/

11

Related Documents


More Documents from ""