Pengaruh Teknik Penugasan Dalam Pendekatan Pembelajaran Dan Kecerdasan.docx

  • Uploaded by: Ahmad Suhendi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengaruh Teknik Penugasan Dalam Pendekatan Pembelajaran Dan Kecerdasan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,428
  • Pages: 11
PENGARUH TEKNIK PENUGASAN DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI Studi Eksperimen di SMAN 1 Leuwiliang Bogor (2016) Marlina1 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta [email protected] Abstrak Kegiatan menulis sebagai kegiatan produktif mengharuskan penggunaan otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Termasuk kegiatan menulis puisi yang mengharuskan seorang penulis menciptakan sebuah puisi dengan mengonsentrasikan segala pikiran dan perasaan dalam bentuk bahasa. Dalam pembelajaran menulis puisi di SMA, pembelajaran tidak bisa hanya difokuskan pada hasil. Lebih dari itu, para pengajar harus mengombinasikan

pembelajaran

yang

secara

nyata

sebuah

proses

yang

berkesinambungan mulai dari proses hingga pada hasil. Untuk menciptakan pembelajaran semacam itu, tentulah diperlukan pemilihan pendekatan yang tepat. Pendekatan Kontekstual sebagai pendekatan yang memiliki tujuh komponen di dalamnya dianggap sebagai pendekatan yang sesuai digunakan untuk tujuan tersebut. Termasuk dalam pembelajaran menulis puisi. Melalui pendekatan tersebut, para pengajar salah satunya dapat menggunakan penugasan yang beragam, seperti penugasan individu dan penugasan kelompok. Mengingat para peserta didik juga memiliki keberagaman tingkat kecerdasan emosional yang cukup berpengaruh terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Untuk mengetahui

pengaruh teknik penugasan dalam pendekatan

pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis puisi peserta didik SMA Negeri 1 Leuwiliang Bogor, penelitian yang menggunakan metode eksperimen dengan desain dua faktorial ini dilakukan terhadap sebanyak 68 peserta didik di SMAN 1 Leuwiliang Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk kemampuan menulis puisi antara peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual (A1) dan peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual (A2).

1

Marlina, M.Pd. Pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta

Pengaruh interaksi tersebut sangat signifikan antara pendekatan pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis puisi pada peserta didik yang menjadi kelompok perlakuan, yakni Fh = 34,04 > Ft = 4,08 (0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menulis puisi, pengajar sebaiknya memilih teknik penugasan kelompok untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional tinggi dan teknik penugasan individu untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional rendah.

Kata kunci: menulis puisi, teknik penugasan , Pendekatan Kontekstual, kecerdasan emosional Pendahuluan Menulis bukanlah sebuah kegiatan yang mudah. Tidak semua orang mampu dengan mudah menyampaikan ide yang dimilikinya dalam bentuk tulisan. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, seseorang harus dapat memanfaatkan kedua belahan otak, yakni otak kanan (emosional) dan otak kiri (logika) (Porter, 2000: 178). Dengan demikian, keseimbangan penggunaan emosi dan logika akan memengaruhi hasil yang diperoleh secara maksimal dalam tulisan yang dihasilkan. Demikian halnya dalam menulis puisi. Dinyatakan bahwa “puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya” (Waluyo, 1987:25). Hal ini menjelaskan bahwa ketika seseorang bergelut dengan puisi, baik sebagai penulis maupun seorang apresiator puisi, kedua unsur berupa pikiran dan perasaan itu harus benar-benar dilibatkan. Melalui kegiatan

berbahasa,

kegiatan

menulis

puisi

memaksa

penulisnya

untuk

mengonsentrasikan diri pada alam pikiran yang tidak dapat dilepaskan dari perasaannya. Demikian juga pada kemampuan berbahasanya, baik dari tampilan luar maupun isi jiwa dari puisi tersebut. Seseorang yang menulis puisi harus memperhatikan bahasa yang digunakan dalam puisinya. Secara umum, menulis puisi termasuk dalam sebuah kegiatan produktif yang mengharuskan ada produk yang dihasilkan berupa puisi (Waluyo, 2003:44). Sebagai bagian dari kegiatan produktif, menulis puisi termasuk dalam kegiatan apresiasi tingkat tinggi yang membutuhkan penguasaan baik secara materi, teknik, maupun penerapan kaidah-kaidah penulisan puisi yang harus diterapkannya dalam praktik menulis puisi.

Adapun hal-hal yang harus diketahui ketika menulis puisi mencakup kemampuan dalam menentukan tema, perasaan, nada dan suasana, amanat, dan unsur pencitraan (Djojossuroto, 2009: 25). Demikian halnya dalam pembelajaran di sekolah, khususnya SMA, kegiatan menulis puisi juga merupakan pembelajaran produktif berbahasa yang mengharuskan para siswa untuk menghasilkan sebuah karya berupa puisi. Untuk sampai pada kegiatan produktif tersebut maka para peserta didik harus diberi sajian pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada hasil, namun harus juga memperhatikan sederetan proses untuk akhirnya sampai pada sebuah hasil. Dengan demikian, seorang pengajar harus mampu memilih sebuah pendekatan pembelajaran yang tepat guna menciptakan ketercapaian kedua hal tersebut dalam pembelajaran menulis puisi. Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran adalah Pendekatan Kontekstual. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang tidak hanya berpusat pada hasil, namun terlebih pada proses belajar mengajar. Dengan pendekatan ini pengajar dapat menciptakan iklim pembelajaran yang berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan sekadar mengalihkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Seperti dinyatakan bahwa pada Pendekatan Kontekstual ini dalam proses pembelajarannya, strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil, sehingga apa yang dipelajari peserta didik akan benar-benar membekas dalam diri mereka (Gulo, 2002: 5-6). Pembelajaran ini juga sangat efektif diterapkan dalam semua pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran menulis puisi. Dalam pendekatan ini, terdapat tujuh komponen yang harus terintegrasi dalam sebuah proses

pembelajaran.

Ketujuh

komponen

tersebut

adalah

konstruktivisme

(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assasement) (Akademik LPMP Sulawesi Selatan). Ketujuh komponen tersebut dapat diterapkan dalam langkah-langkah praktis sebagai berikut: 1) Kaitkan setiap mata pelajaran yang ingin diajarkan kepada anak didik, dengan seorang tokoh yang sukses dalam menerapkan mata pelajaran tersebut. 2) Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang tokoh atau temukan cara-cara sukses yang ditempuh sang tokoh dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya

3) Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang jelas dan spesifik kepada anak didik berkaitan dengan ilmu (mata pelajaran) yang akan diajarkan kepada mereka. 4) Upayakanlah agar ilmu yang dipelajari di sekolah dapat memotivasi anak didik untuk mengulang, dan terutama mengaitkannya dengan kehidupan keseharian mereka. 5) Berikan kebebasan kepada setiap anak didik untuk mengkonstruksi ilmu-ilmu yang diterimanya secara subjektif sehingga anak didik dapat menemukan sendiri cara belajar alamiah yang cocok dengan dirinya. 6) Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri setiap anak didik dan biarkan mereka mengekspresikannya dengan bebas. 7) Bimbing mereka untuk menggunakan emosi-dalam setiap menerima pelajaran atau dalam kegiatan lain di sekolah-sehingga diri anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam belajar di sekolah) (Hernowo, 2005: 93)

Bila ditelaah dengan baik, langkah-langkah dalam Pendekatan Kontekstual tersebut sangat baik digunakan untuk mengasah kecerdasan emosional peserta didik. Misalnya kemampuan dalam memotivasi diri, menyelesaikan konflik, dan membangun kerja sama sebagai salah satu kegiatan yang menonjolkan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal peserta didik. Mengingat bahwa hal-hal tersebut termasuk dalam bentuk yang dapat mengukur kecerdasan emosional peserta didik. Dengan demikian akan terlihat bagaimana pengaruh kecerdasan emosional melalui sebuah interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang diciptakan melalui Pendekatan Kontekstual. Kecerdasan emosional sendiri merupakan kemampuan seperti halnya kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; untuk mengontrol impuls dan menunda kepuasan; untuk mengatur suasana hati seseorang dan untuk menjaga tekanan dari keterbatasan pemikiran; untuk berempati dan berharap. Tidak seperti IQ, dengan hampir seratus tahun sejarah penelitian dengan ratusan ribu orang Adapun lima wilayah emosi mencakup kemampuan sebagai berikut: 1) mengenali diri yaitu mengenai perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini merupakan dasar kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu.

2) Mengelola emosi, yaitu kemampuan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat. Ini tergantung pada kesadaran diri seperti kemampuan untuk menghadapi badai emosi dan dapat memperkirakan berapa lama emosi berlangsung. 3) Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan. 4) Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan bergaul berdasarkan kesadaran diri emosionalnya. 5) Membina hubungan, yaitu kemampuan untuk dapat mengelola emosi orang lain. (Goleman, 1995) Untuk mengukur hasil pembelajaran, pengajar dapat memilih dua jenis teknik penugasan yang berbeda, yakni penugasan individu dan penugasan kelompok. Hal ini sejalan dengan Pendekatan Kontekstual yang merupakan acuan dasar dalam penelitian ini. Peserta didik dengan tingkat kecerdasan emosional berbeda, tentu membutuhkan proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang juga berbeda pula. Dalam hal ini, komponen sistem pembelajaran kontekstual yang mengedepankan kegiatan belajar mandiri dan kerja sama dapat menjadi acuan untuk membedakan peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional

tinggi dan peserta didik yang memiliki kecerdasan

emosional rendah. Melalui dua komponen sistem pengajaran dan pembelajaran ini, akan terlihat pemilihan teknik penugasan yang tepat untuk digunakan pada masing-masing peserta didik dengan kecerdasan emosional yang berbeda. Dengan menggunakan dua teknik penugasan yang berbeda ini akan terlihat kemampuan peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah dan yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sehingga akan terlihat bentuk penugasan yang lebih baik bagi dua tingkat kecerdasan tersebut. Metode Penelitian Variabel-variabel penelitian ini adalah teknik penugasan dalam pendekatan pembelajaran (variabel terikat (X1)) dan kecerdasan emosional (variabel terikat (X2)) dan kemampuan menulis puisi (variabel bebas (Y)). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan desain dua faktorial.

Teknik Penugasan

Tabel 1 Desain Faktorial Penelitian dalam Teknik Penugasan Teknik enugasan P

Pendekatan Kontekstual Kelompok dalam

Individu dalam

Pendekatan Kontekstual Pendekatan (A1)

Kontekstual

Kecerdasan emosional

(A2)

Kecerdasan Emosional Tinggi (B1)

(A1B1)

(A2B1)

Kecerdasan Emosional Rendah (B2)

(A1B2)

(A2B2)

Keterangan: A1B1 : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang belajar menggunakan teknik penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual A1 B2 : Kelompok yang memiliki kecedasan emosional rendah yang belajar menggunakan teknik penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual A2B1 : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang belajar menggunakan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual A2B2 : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional rendah yang belajar menggunakan Pendekatan Kontekstual dengan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual

Responden dalam penelitian ini adalah peserta didik SMAN 1 Leuwiliang Bogor sebanyak 68 peserta didik (2 kelas belajar). Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik stage random sampling, yakni dengan memilih secara acak kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Pemilihan dilakukan dengan cara mengundi delapan kelas yang ada dan memilih dua kelas sebagai kelas penelitian. Dua kelas yang terpilih akan diundi lagi menjadi kelas yang mendapatkan kegiatan pembelajaran menulis puisi menggunakan Teknik penugasan kelompok dan kelas yang mendapatkan pembelajaran menulis puisi menggunakan Teknik penugasan individu. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes menulis puisi (Y) dan tes kecerdasan emosional (X2). Tes kemampuan menulis puisi dengan aspek penilaian pada: (1) kesesuaian tema dengan isi, (2) Kedalaman gagasan, (3) Ketepatan diksi, (4) Tipografi, (5) Irama dalam puisi, dan (6) Orisinalitas karya. Sementara itu, tes kecerdasan emosional

menggunakan kuesioner dengan skala likert skor 1-4. Adapun skor ini dinyatakan dengan pernyataan selalu (skor 4), sering, (skor 3), kadang-kadang (skor 2), dan tidak pernah (skor 1). Hasil Penelitian Rata-rata hasil skor menulis puisi peserta didik kelas X di SMAN 1 Leuwiliang menggunakan pendekatan pembelajaran (teknik penugasan kelompok dan teknik penugasan individu) berdasarkan tingkat kecerdasan emosional disajikan dalam tabee berikut. Tabel 2 Deskripsi Data Hasil Menulis Puisi Pendekatan CTL

Penugasan EI

Tinggi (B1)

Rendah (B2)

keterangan

Penugasan Total

Kelompok

Individu

N

11

11

22

ΣX

956

907

1863

Rata-rata

86,91

82,45

169,36

SD

3,62

5,68

9,3

Var

9,59

25,1

34,69

ΣX2

83604,9

76128,75

159733,65

N

11

11

22

ΣX

570

717

1287

51,82

65,18

117

SD

5,4

3,57

8,97

Var

22,12

9,34

31,46

ΣX2

28932,67

46502,75

75435,42

22

22

44

Rata-rata

N

ΣX

Total

1526

1624

3150

SD

9,02

9,25

18,27

Var

31,71

34,44

66,15

ΣX2

112537,57

122631,5

235169,07

Rata-rata

Tabel tersebut menjelaskan bahwa rata-rata skor menulis puisi peserta didik dengan kecerdasan emosinal tinggi yang belajar menggunakan teknik penugasan individu adalah 82, 45. Untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional yang sama menggunakan teknik penugasn kelompok adalah 86, 91. Sementara itu, untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional rendah yang belajar menggunakan teknik penugasan individu adalah 65,18 dan yang menggunakan teknik penugasan kelompok 51,82. Selanjutnya, untuk melihat perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran (teknik penugasan kelompok dan teknik penugasan individu) serta kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis puisi peserta didik table digunakan uji Anava Dua Jalur. Hasil perhitungan yang telah dilakukan dirangkum dalam tabel berikut. Tabel 3 ANAVA Dua Jalur untuk Melihat Pengaruh Teknik Penugasan dalam Pendekatan Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional terhadap Kemampuan Menulis Puisi Peserta Didik Ftabel

Sumber Variasi

Dk

JK

RJK

Fh

Antarkolom

2-1=1

218,28

218,28

8,51

Antarbaris

2-1 =1

7540,36

7540,36

293,98

Interaksi

X

5%

7,31 4,08

(kolom

34,04

baris)

1X1 = 1

873,09

873,09

Antarkelompok

3

8631,73

2877,24

1%

44 - (2X2) = 1025,98 Dalam kelompok

40

Total

44 - 1 = 43

25,65

4225,49

Keterangan dk: derajat kebebasan JK: jumlah kuadrat RJK: Rata-rata jumlah kuadrat Berdasarkan perhitungan ANAVA pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa Fhitung untuk faktor interaksi adalah 34,04 lebih besar daripada Ftabel = 4,08 untuk = 0,05 dan Ft= 7,31 untuk = 0,01. Gambar 1 Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional terhadap Kemampuan Menulis Puisi Peserta Didik

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa nilai menulis puisi peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan kelompok berdasarkan pengelompokkan tingkat kecerdasan emosional adalah dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 44,33. Untuk peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan individu berdasarkan pengelompokkan tingkat kecerdasan emosional adalah dengan nilai tertinggi 91,67 dan

nilai terendah 59, 33. Dengan demikian, pengaruh interaksinya dapat dilihat pada gambar tersebut. Dari hasil interaksi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis puisi untuk peserta didik kelas X pada sekolah tersebut lebih baik menggunakan teknik penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan menggunakan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan

hasil

penelitian

tersebut

dapat

disimpulkan

bahwa

dalam

pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk pembelajaran menulis puisi selain ditentukan oleh penggunaan teknik penugasan dalam pendekatan pembelajaran juga didukung oleh kecerdasan emosional peserta didik. Bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat digunakan teknik penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual, sedangkan untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah dapat digunakan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual. Disarankan kepada

para pengajar bahasa Indonesia,

khususnya dalam

pembelajaran menulis puisi di SMA agar menggunakan variasi dalam bentuk penugasan. Penugasan individu dan penugasan berkelompok akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar, mengingat para peserta didik juga memiliki keberagaman dari segi tingkat

kecerdasan

emosional.

Selain

itu,

para

pengajar

sebaiknya

juga

mempertimbangkan makna pembelajaran tersebut bagi kehidupan sehari-hari peserta didik baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang. Daftar Pustaka Akademik LPMP Sulawesi Selatan. Pendekatan Kontekstual/Contextual Teaching and Learning, (Online), (http://www.bpupg.go.id/buletin/akademik.php) DePorter, Bobbi dan Mike Hernackle. Quantum Learning. Bandung:Kaifa. 2000. Djojosuroto, Kinayati. Menulis Puisi Sebuah Panorama Pembelajaran. Jakarta: Emdje Logos. 2009. Goleman, Daniel . Emotional Intelligence. New York Toronto London Sydney Auckland: Bantam Books. 1995.

Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. 2002. Hernowo. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Bandung : Mizan. 2005. Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta:Penerbit Erlangga. 1987. Waluyo, Herman J. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2003. Filename:

Contoh artikel hasil penelitian

Directory:

D:\JBSI\MKU\STIS BARU

Template:

C:\Documents and Settings\marlin\Application

Data\Microsoft\Templates\Normal.dotm Title: Subject: Author:

marlin

Keywords: Comments: Creation Date:

1/20/2013 8:27:00 AM

Change Number:

3

Last Saved On:

1/20/2013 4:09:00 PM

Last Saved By:

marlin

Total Editing Time:

173 Minutes

Last Printed On:

1/20/2013 4:11:00 PM

As of Last Complete Printing Number of Pages:

9

Number of Words: 2,758 (approx.) Number of Characters:

15,725 (approx.)

Related Documents


More Documents from ""