Filsafat.docx

  • Uploaded by: Reza Suhendi
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Filsafat.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,535
  • Pages: 8
MENGETAHUI CARA KERJA SERTA IMPLIKASI ALIRAN FILSAFAT PRAGMATISME DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI SMA : METODEMETODE PENGAJARAN YANG BERDASARKAN FILSAFAT PRAGMATISME ABSTRAK Penulisan artikel ini bertujuan untuk lebih memahami cara kerja serta implikasi aliran filsafat pragmatisme dalam system pendidikan di sekolah mengengah atas, utamanya perihal metodemetode pengajaran yang berlandaskan aliran filsafat pragmatisme apa saja yang dapat diterapkan dalam sistem pendidikan di sekolah menengah atas atau sma. Ajaran pragmatisme ini lebih mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah serta metode penyelidikan dan penemuan. Pragmatisme mencoba merekonstruksi kembali praktik-praktik pendidikan yang lebih praktis dan membumi, tidak bertele-tele dalam pembahasan hal-hal yang bersifat metafisis. Dalam praktiknya, pragmatisme meberi penekanan bahwa dasar pendidikan adalah pengalaman. Jadi, pendidikan disekolah menurut aliran pragmatisme merupakan tempat bagi peserta didik untuk mendapatkan pengalaman sebagaimana pengalaman yang didapatkan di luar sekolah. Kata kunci : filsafat pragmatisme, implikasi, pendidikan dan metode

PENDAHULUAN Menurut aliran pragmatisme, manusia mampu mencapai bentuk ide (pemikiran) yang jelas dan efektif khususnya apabila akibat-akibat dari penggunaan suatu ide itu langsungdialami ketika terdapat kesempatan untuk mencoba baik tindakannya ide itu didalam praktik keseharian. Justru uji kebenaran dari suatu ide terletak pada kegunaan langsung dalam praktek dan tidak pada teori secara spekulatif. Pengetahuna manusia tumbuh semakin akurat sejalan dengan keberhasilan memperlakukan pengalaman dengan cara teliti. Kerena itu mazhab pragmatisme menekankan pentingnya kita melakukan cara-cara berpikir dengan baik dan berupaya agar pada diri siswa tumbuh sikap berfikir kritis agar tak mudah menerimadengan begitu saja sesuatu yang sebelumnya belum bisa dipastikan kebenaranya. Dalam bidang pendidikan, aliran pragmatisme terfokus pada penerapan metode berfikir reflektif secara mendasar kedalam kurikulum dan metode mengajar. Seorang guru dari mazhab pragmatic akan menyajikan bahan ajaran untuk pelajaran sejarah khususnya sebagai rekaman ragam pengalaman manusia dalam mengukur dan mempertimbangkan pengetahuan dan nilai berdasarkan pemahaman tentang kenyataan yang aktual ata yang dimaksud adalah bukan kenyataan sejati yangtak terjangkau akal. Pendidikan menurut pragmatisme juga harus memperhatikan perubahan-perubahanyang ada dalam masyarakat, karena peserta didik tersebut satusaat nanti pasti akan terjun kembali kepada masyarakat. Problem solving dan demokrasi merupakan prinsip utama dalam pembelajaran menurut kalangan pragmatisme. Dengan bertumpu pada pemecahan masalah dan demokrasi peserta didik akan mampu menangkap dan mengelola serta merumuskan hasil pengalamannya dengan baik. PEMBAHASAN 1. Metode pengajaran yang berdasarkan aliran pragmatisme Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah, metode belajar sambil bekerja serta metode penyelidikan dan penemuan. Dalam mengajarkan, metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing,

berpandangan

terbuka,antusias,kreatif,

sadar

bermasyarakat,

siap

siaga,sabar,bekerjasama, dan bersungguh – sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita – citakan dapat tercapai. Edward j. Power (1982) menyimpulkan pandangan pragmatisme bahwa siswa merupakan organisme rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh, sedangkan guru

berperan untuk memimpin dam membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan siswa. Callahan dan clark menyimpulkan bahwa orientasi pendidikan filsafat pragmatisme adalah progresivisme. Artinya pendidikan pragmatisme menolak segala bentuk formalisme yang berlebihan dan membosankan dari pendidikan sekolah yang tradisional. Anti terhadap otoritarianisme dan absolutisme dalam berbagai bidang kehidupan. Metode-metode yang digunakan dalam pendidikan pragmatisme adalah metode aktif, yaitu antara lain sebagai berikut : A. Metode learning by doing(belajar sambil bekerja) Yaitu suatu metode yang menuntut para siswanya untuk aktif. Siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Dari rasa keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatannya secara aktif dalam suatu proses belajar. Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbukan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman peran serta siswa peserta didik dan guru dalam konteks belajar aktif menjadi sangat penting. B. Metode pemecahan masalah (problem solving method) Problem solving adalah sebuah tindakan untuk mendefinisikan suatu masalah, menentukan penyebab masalah, mengidentifikasikan dan memilih berbagai alternatif untuk solusi, serta mengimplementasikan solusi tersebut. Problem solving digunakan di berbagai disiplin ilmu, termasuk juga didalam sistem pendidikan. Dalam metode ini siswa dituntut untuk bisa menemukan solusi dari sebuah masalah. Diperlukan logika dan kemampuan untuk menafsirkan masalah. Terkadang untuk menyelesaikan sebuah masalah juga diperlukan pemikiran abstrak yang dapat melahirkan solusi-solusi kreatif. Maka dari itu metode ini sangat bagus untuk kesuksesan siswadimasa depan nanti. C. Metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method). Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Menurut sund (sudirman n, 1992 ),

discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Istilah asing yang sering digunakan untuk metode ini ialah discovery yang berarti penemuan, atau inquiry yang berarti mencari. Mengenai penggunaan istilah discovery dan inquiry para ahli terbagi ke dalam dua pendapat, yaitu : 1) Istilah-istilah discovery dan inquiry dapat diartikan dengan maksud yang sama dan digunakan saling bergantian atau keduanya sekaligus. 2) Istilah discovery, sekalipun secara umum menunjuk kepada pengertian yang sama dengan inquiry, pada hakikatnya mengandung perbedaan dengan inquiry. Moh. Amin (sudirman n, 1992 ) menjelaskan bahwa pengajaran discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses-proses discovery. Inquiry dibentuk dan meliputi discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Dalam praktiknya (mengajar), metode-metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias, kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai. 2. Arah pendidikan pragmatis Dunia akan bermakna hanya jika manusia mempelajari makna yang terkandung di dalamnya, dan perubahan merupakan keniscayaan dari sebuah realitas. Manusia tidak akan pernah menjadi manusia yang sesungguhnya jika mereka tidak berkreasi terhadap dirinya. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan plastis. Dalam sepanjang hidup manusia akan terusmenerus berkembang sesuai dengan kemampuan dan kreasinya. Dalam perkembangan tersebut manusia membutuhkan sesamanya, meniru, beradaptasi, bekerja-sama dan berkreasi mengembangkan kebudayaan di tengah-tengah komunitasnya.baik dan buruk suatu peradaban ditentukan oleh kualitas perkembangan manusia. Manusia yang berkualitas akan mewarnai

peradaban

yang

baik.

Sebaliknya,

manusia

yang

tidak

berkualitas

akan

mewariskan/meninggalkan peradaban yang buruk, fulgar bahkan barbar. Pendidikan yang mengikuti pola filsafat pragmatisme akan berwatak humanis, dan pendidikan yang humanis akan melahirkan manusia yang humanis pula. Karena itu, pernyataan “man is themeansure of all things” (sadulloh, 2003: 120) akan sangat didukung oleh penganut aliran pragmatis, sebab hakekat pendidikan itu sendiri adalah memanusiakan manusia (drost, 1998:v). Inti dari filsafat pendidikan yang berwatak pragmatis; pengetahuan yang benar adalah pengetahuan

yang

berguna,

dan

hasil

dari

pendidikan

adalah

berfungsi

bagi

kehidupannya.karena itu, pendidikan harus didesain secara fleksibel dan terbuka.maksudnya pendidikan tidak boleh mengurung kebebasan berkreasi anak, lebih-lebih membunuh kreatifitas anak. Menurut pragmatisme, pendidikan bukan semata-mata membentuk pribadi anak tanpa memperhatikan potensi yang ada dalam diri anak, juga bukan beranggapan bahwa anak telah memiliki kekuatan laten yang memungkinkan untuk berkembang dengan sendirinya sesuai tujuan. Namun, pendidikan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu (sadulloh, 2003:125). Jadi, baik anak maupun orang dewasa selalu belajar dari pengalaman masa lalunya. Tak kurang dari john dewey, seorang aliran pragmatisme yang mengorientasikan landasan metodologi dan kesimpulannya pada ilmu-ilmu sosial dan biologi (sadulloh, 2003:125) mengurai pentingnya pendidikan atas tiga pokok pemikiran, yaitu: a) Pendidikan merupakan kebutuhan hidup. Maksud dari pernyataan itu adalah, selain sebagai alat, pendidikan juga sebagai pembaharuan hidup (a renewel of life).tenaga yang dimiliki dan keberadaan lingkungan, dijadikan sebagai alat untuk perjuangan hidup.tak ayal dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia selalu berintraksi antara individu dengan lingkungan, dan pembaharuan hidup tidak lepas dari budaya atau selalu tergantung pada hasil budaya dan perwujudan moral kemanusiaan; b) Pendidikan sebagai pertumbuhan. Maksudnya adalah pertumbuhan merupakan karakteristik dari hidup, dan pendidikan adalah hidup itu sendiri; c) Pendidikan sebagai fungsi sosial.arti dari pernyataan tersebut adalah, pendidikan diberikan untuk digunakan sebagai sarana meneruskan dan menyelamatkan cita-cita masyarakat.

Karena itu, dalam hubungan sekolah sebagai fungsi sosial, keberadaan sekolah (sebagai alat transmisi), menurut dewey (1964: 22, dalam sadulloh, 2003:127) sekurang-kurangnya harus memiliki tiga fungsi. Ketiga fungsi itu ialah: 1) Menyederhanakan dan menertibkan faktor-faktor bawaan yang dibutuhkan untuk berkembang. Maksudnya, keberadaan sekolah (pendidik) hendaknya menjadi fasilitator terhadap perkembangan anak; 2) memurnikan dan mengidealkan kebiasaan masyarakat yang ada.maksudnya, sekolah hendaknya menjadi agen pelestari dan penyelaras kebiasaan (kebudayaan) masyarakat, serta menjadi alat pencerah terhadap kebiasaan masyarakat tersebut agar lebih siap menghadapi perubahan zaman; dan 3) menciptakan suatu lingkungan yang baik, serta lingkungan itu menjadi milik anak untuk dikembangkan. Artinya, sekolah hendaknya memiliki tanggung-jawab menciptakan lingkungan yang baik, dan lingkungan yang baik itu selanjutnya diserahkan pengelolaannya kepada anak untuk dilestarikan dan dikembangkan sesuai dengan arah kehidupan masyarakat yang dikehendaki.

PENUTUP KESIMPULAN Pada intinya, metode-metode pengajaran yang berdasarkan pada aliran filsafat pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode yang membuat siswanya aktif didalam kelas seperti belajar sambil bekerja, pemecahan masalah dan metode penyelidikan dan penemuan, namun tentu saja, semua metode-metode diatas akan efektif digunakan jika ada tenaga pengajar yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias, kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan bersungguh-sungguh kemudian diikuti dengan murid-murid siap untuk dituntut aktif didalam kelas, kemudian dibarengi dengan fasilitas disekolah yang cukup memadai.

DAFTAR PUSTAKA Callahan j. F., dan clark, l.h.. 1983. Foundation of education. New Dewey, john. 2004. Pendidikan berbasis pengalaman. Terj. Hani'ah. Bandung: penerbit teraju. http://blog.sunan-ampel.ac.id/warsiman/2010/05/18/aliran-filsafat-pragmatisme-sebuahgagasan-ideal-sistem-pendidikan-di-indonesia/ https://bangkititahermawati.wordpress.com/ipa-kelas-vii/pembelajaran-inquiry-dandiscovery/ Https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-problem-solving/3239 York: macmillan publishing co.inc.

More Documents from "Reza Suhendi"