PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP NYERI PERSALINAN
Proses saat persalinan seringkali menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri. Menurut Hughs (1992) dalam Bobak (2005) nyeri persalinan pada tahap pertama atau kala 1 disebabkan karena kontraksi rahim yang menyebabkan dilatasi dan penipisan servik serta ischemia rahim akibat kontraksi miometrium. Nyeri ini semakin lama semakin kuat. Karena nyeri yang semakin kuat inilahseringkali ibu bersalin meminta untuk diberikan obat-obatan analgesic atau dilakukan operasi Caesar.. Menurut hasil survey pendahululuan yang dilakukan peneliti pada tanggal 7 maret 2013 peneliti menemukan data bahwa di RS Muhammadiyah lamongan jumlah ibu bersalin tahun 2009 sebanyak909 pasien, dari jumlah tersebut 58% diantaranya tindakan persalinan dilakukan dengan kelahiran operatif (SC) dan 72 ibu (7%) memilih menggunakan anastesi epidural, sedangkan pada tahun 2010 jumlah persalinannya sebanyak 1001 orang,55% diantaranya tindakan persalinan dilakukan melalui kelahiran operatif (SC). 4% diantaranya menggunakan anastesi epidural dan 4% diantaranya juga menggunakan hypnobirthing. Berdasarkan data diatas masih banyak ibu bersalin yang memilih menggunakan bantuan untuk meredakan nyeri persalinan. Nyeri persalinan yang berat dan sulit dikompensasi ibu akan menimbulkan stress. Hal ini dapat menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat pada persalinan lama atau kala I lama. Jika hal ini tidak teratasi akan merugikan ibu dan menimbulkan resiko distress janin yang berakibat pada kematian ibu dan bayi, sehingga penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala I fase aktif menjadi sangat penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu tindakan karena adanya penyulit yang diakibatkan karena nyeri yang sangat hebat. Dengan demikian manajemen nyeri persalinan mutlak diperlukan guna membuat ibu merasa nyamaan saat bersalin. Berbagai macam metode penurunan nyeri secara non farmakologis dilakukan. Namun fenomena yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa intervensi-intervensi non farmakologis yang dilakukan perawatuntuk menurunkan nyeri persalinan seringkali belum sepenuhnya efektif untuk menurunkan nyeri persalinan kala I terutama fase aktif sehingga jumlah ibu bersalin yang menginginkan pemberian anastesi maupun analgesik persalinan bahkan kelahiran operatif semakin meningkat. Sehingga diperlukan suatu tehnik baru yang bisa membuat ibu merasa rileks dan mengurangi ketegangan otot serta menurunkan nyeri persalinan. Tehnik tersebut adalah dengan terapi musik. Terapi musik menawarkan suatu metode distraksi yang dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan keadaan rileksasi yang mendalam yang dapat mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit saat bersalin. (O’Donanel L,2005). Terapi music ini menggunakan music easy birthing dengan metode Quantum Mind Programming (QMP) yakni metode pemrograman pikiran yang menggunakan stimulasi gelombang otak (Brainwave Entrainment) sebagai media induksi untuk mencapai kondisi pikiran yang reseptif (kondisi theta), dan kemudian dilanjutkan dengan memprogram ulang pikiran bawah sadar dengan teknik-teknik tertentu sesuai dengan tujuan atau masalah.(American music therapy association 2009). Theta State Induction dirancang untuk menstimulasi otak agar menghasilkan gelombang otak theta yang dominan. (Erwin,2011). Stimulasi akan membantu kita memasuki kondisi relaksasi menta l yang dibutuhkan untuk proses pemrograman ulang pikiran. Ketika gelombang otak sedang dalam kondisi theta, maka pikiran lebih terbuka terhadap perubahan. Pikiran menjadi mudah menerima sugesti atau afirmasi, serta lebih mudah menghilangkan pikiran negative sehingga pasien menjadi relaks dan rasa nyeripun berkurang. Musik terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan
frekuensi jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri dan menurunkan tekanan darah. Musik juga mampu memberikan stimulus sensori yang menyenangkan sehingga menyebabkan pelepasan endorphin (Perry and Potter, 2006). Namun penelitian tentang pengaruh terapi musik terhadap nyeri persalinan di indonesia masih sangat terbatas. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh terapi musikterhadap respon nyeri, tekanan darah, denyut jantung dan pernafasan ibu bersalin kala I fase aktif.
Metodologi penelitian Desain penelitian yang digunakan adalam penelitian ini adalah experimental (post test only controlled group desain. Populasi yang di teliti adalah semua ibu hamil trimester III yang ANC di Poli Kandungan RSUD dr Sugiri Lamongan Tahun 2013 pada Bulan Mei 2014 sampai dengan Bulan november 2014. Samplenya adalah Sebagian ibu hamil trimester III yang ANC di Poli Kandungan RSUD dr Sugiri Lamongan yang memenuhi kriteria inklusi dengan besar sample sebanya 16 kelompok perlakuan dan 16 kelompok kontrol. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang Poli Kandungan dan Ruang VK RSUD dr Sugiri Lamongan. pengambilan data dilakukan ibu hamil yang sedang melakukan ANC di poli kandungan RSUD dr.Soegiri lamongan. Kemudian di lakukan randomisasi kelompok perlakuan dan kelompok control. Bagi ibuhamil yang ditetapkan sebagi kelompok perlakuan maka diberikan tester terapi music. Jika ibu hamil bersedia untuk menjadi subyek penelitian maka ibu hamil di minta untuk menandatangi lembar informed consent yang selanjutnya akan di alkukan kunjungan rumah muali hari k-3 ata i 1-2 minggu sejak ditetapkan sebagi kelo mpok perlakuan. Kunjungan rumah hanya di lakukan sekali. Kemudian ketika tiba waktu persalinannya ibu hamil yang bersalin akan di obsevasi respon nyeri, tekanan darah, nadi dan respirasi ratenya. Sedang kan bagi kelompok control lagsung di observasi keempat indicator tersebut pada saat persalinan. Analisis menggunakan uji t yakni t independent sample test. Namun sebelum itu peneliti melakukan uji homogenitas, Jika datanya homogen maka uji t 2 sampel terpenuhi, selanjutnya Tin gkat kesalahan (α) yang dipilih adalah 0,05. jika T hitung < T tabel maka H0 diterima yang artinya tidak ada pengaruh terapi mu sik dengan nyeri, tekanan darah, nadi dan respirasi rate ibu bersalin, namun jika data tidak homogen dilakukan uji wilcoxon su m rank test.
HASIL DAN PEMBAHAASAN 1.
Data Umum Ibu Ber salin
1)
Karakteristik Umum Ibu Bersalin Berdasar Umur
Gambar1 Distribusi Ibu Bersalin Berdasarkan Umur Di RSU dr.Soegiri Lamongan Tahun 2014 Berdasarkan gamb ar 1 dapat dilihat bahwa jumlah terbesar ibu bersalin yang mendapat intervensi terapi musik berumur 20 – 24 tahun (56%), dan jumlah terkecil berusia 25 - 29 tahun (44%). Sedangkan pada kelompok kontrol jumlah terbes ar ibu bersalin berumur 25 – 29 tahun (50%) dan jumlah terkecil berumur ≥ 30 tahun (12,5%)
2)
Karakteristik Umum Ibu Bersalin Berdasarka n Tingkat Pendidikan
Pendidikan
100.00% 50.00% intervensi
0.00% kontrol
Gambar 2 Dist ribusi Ibu Bersalin berdasarkan Pendidikan di RSU dr.Soegiri Lamongan tahun 2014
Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa jumlah terb esar ibu bersalin yang mendapat intervensi terapi musik mempunyai pendidikan SMA (56,3%), dan jumlah terkecil mempuny ai pendidikan SMP (18,7%). Sedangkan pada kelompok kontrol jumlah terbesar ibu b ersalin juga mempunyai pendidikan SMA (56,3%) dan jumlah terkecil mempunyai pendidikan D3/PT (12,5%).
3)
Karakteristik Umum Ibu Bersalin Berdasarka n Pekerjaan
Gambar 3 Dist ribusi Ibu Bersalin berdasarkan Pekeja an di RSU dr.Soegiri Lamongan tahun 2014 Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa jumlah terb esar ibu bersalin yang mendapat intervensi terapi musik merupakan ibu rumah tangga (62,5%), dan jumlah terkecil bekerja sebagai Pegawai Negeri (6,25%). Sedangkan pada kelompok kontrol jumlah terbesar ibu bersalin juga merupakan ibu rumah tangga (50%) dan jumlah terkecil juga bekerja sebagai Pegawai Negeri (12,5%)
2.
Data Khusus 1) Perbedaan Nilai Tanda-Tanda Vital Antara Kelompok Yang Mendapatkan Terapi Musik Dengan Kelompok Kontrol
A. Perbedaan tekanan darah sistolik kelompok intervensi dan kelompok kontrol Tekanan darah sistolik
150 darah k
100 interven si
50
Tekanan
0
0
kontrol 10
20
Jumlah Responden
Gambar 4 Pengaruh terapi musik terhadap tekanan darah sistolik kelompok intervensi dan kelompok kontrol ibu bersalin di RSU dr Soegiri Lamongan 2014 Berdasarkan gambar diatas tampak tren tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi lebih rendah dari pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik mampu memperbaiki tekanan darah sistolik ibu bersalin. Perbedaan nilai ini akan diperkuat uji statistic independent t test yang ditunjukkan dalam tabel berikut Tabel1 Perbandingan Nilai Tekanan Darah Sistolik Ibu Bersalin Yang Mendapatkan Intervensi Terapi Musik Dengan Kelompok Kontrol di RSU dr Soegiri Lamongan 2014
Perubahan nilai Kelompok
n
tekanan darah
p
Keteran gan
sistolik Rerata Simpa ngan baku intervensi
16 118.06 10.804 0.043 Berbeda
kontrol
16
126.12 10.819
bermak na
Uji statistic menggunakan
Independent
Samples Test
Berdasarkan tabel1 menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata perubahan nilai tekanan darah sistolik antara kelompok yang mendapatkan intervensi terapi musik dengan kelompok kontrol (p= 0.043 atau p<0.05). Terapi musik memberikan perubahan nilai tekanan darah sistolik (rerata 118.06) yang rendah dari pada yang tidak mendapatkan terapi musik (rerata = 125.88).
2) Perbedaan nilai tekanan darah diastolik kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dia sto lik
Tekanan darah diastolik
150 100
0 0
10
20
Tekanan
darah
50
kontrol
interven si Jumlah Responden
Gambar 5 Distribusi tekanan darah diastolik kelompok intervensi dan kelompok kontrol ibu bersalin di RSU dr Soegiri Lamongan 2014
Berdasarkan gambar diatas tampak tren tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi lebih rendah dari pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik mampu memperbaiki tekanan darah diastolik ibu bersalin. Perbedaan nilai ini akan diperkuat uji statistic independent t test yang ditunjukkan dalam tabel berikut
Tabel 2 Perbandingan Nilai Tekanan Darah Diastolik Ibu Bersalin Yang Mendapatkan Intervensi Terapi
Gambar 7 Distribusi frekuensi pernafasan kelompok intervensi dan kelompok kontrol ibu bersalin di RSU dr Soegiri Lamongan 2014
Berdasarkan gambar diatas tampak tren frekuensi pernafasan pada kelompok intervensi hampir sama dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik tidak terlalu mempengaruhi frekuensi pernafasan ibu bersalin. Perbedaan nilai ini akan diperkuat uji statistik independent t test yang ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 4 Perbandingan Frekuensi Frekuensi Pernafasan Ibu Bersalin Yang Mendapatkan Intervensi Terapi Musik Dengan Kelompok Kontrol di Rumah RSU dr Soegiri Lamongan 2014
Perubahan frekuensi Kelo
n
mpo
Pernafasan Rerata
k Inter
p
Simpangan
anga
baku 16
21.38
Keter
n
1.310 Tida 0
vensi
k ada .
Kont
16
21.75
1.483
perbe daan
4 rol
5 4
Uji
statistic menggunakan
Independent
Samples Test
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata perubahan frekuensi Pernafasan antara kelompok yang mendapatkan intervensi terapi musik dengan kelompok kontrol (t hitung = 0.339 > P= 0.05). Terapi musik memberikan perubahan frekuensi pernafasan (rerata = 21.38 ) yang sama yang dengan tidak mendapatkan terapi musik (rerata = 21.75).
5. Perbedaan Nilai Visual Analog Scale (VAS)AntaraKelompokYang
Mendapatkan Terapi Musik Dengan Kelompok Kontrol
Nilai Visual Analog Scale 15
Analo g
10 interven si
5
0 kontrol 0
10
20
Nilai
Jumlah Responden
Gambar 8 Distribusi skala VAS kelompok intervensi dan kelompok kontrol ibu bersalin di RSU dr Soegiri Lamongan 2014
Berdasarkan gambar diatas tampak tren skala VAS pada kelompok intervensi lebih rendah daripada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik dapat menurunkan nyeri persalinan. Perbedaan nilai ini akan diperkuat oleh hasil uji statistik wilcoxon rank sumtest yang ditunjukkan dalam tabel berikut
Tabel 5 Perbandingan Nilai Visual Analog Scale (VAS) Ibu Bersalin Yang Mendapatkan Intervensi Terapi Musik Dengan Kelompok Kontrol di RSU dr Soegiri Lamongan 2014
Perubahan nilai Kelo mpok
n
Visual analog scale Rerata Simpangan baku
P
Keteran gan
Inter
16
7.106
1.5251
vensi Kont
0.004 Berbeda
16
8.825
0.6537
bermakna
rol Uji statistic menggunakan Wilcoxon Rank Sum Test
Berdasarkan tabel5 menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata perubahan nilai visual analog scale (VAS) antara kelompok yang mendapatkan intervensi terapi musik dengan kelompok kontrol (p= 0.004 atau p<0.05). Terapi musik memberikan perubahan nilai visual analog scale (VAS) (rerata 7.106) yang rendah dari pada yang tidak mendapatkan terapi musik (rerata = 8.825).
PEMBAHASAN ……
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4, 5, dan 6 menunjukkan bahwa pemberian terapi musik pada ibu bersalin telah memberikan perbedaan rerata nilai tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan nadi, sedangkan statistic independent samples test menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi musik dengan tekanan darah sistolik, dimana musik memberikan perubahan nilai tekanan darah sistolik (rerata 118.06) yang lebih rendah dari pada yang tidak mendapatkan terapi musik (rerata 126.12), sedangkan pada tekanan darah diastolik, ibu bersalin yang mendapatkan terapi musik juga mempunyai rerata (75.38) yang lebih rendah daripada yang tidak mendapatkan terapi musik (rerata 81, 62), akan tetapi pada saat uji statistik ditemukan tidak pengaruh. Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan, dimana darah mengalir dari daerah yang tekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Tekanan darah tidak konstan, namun seringkali berubah, perubahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor secara kontinyu setiap hari. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan nilai tekanan darah adalah stress, dimana ansietas, takut, nyeri dan stress emosi akan mengakibatkan stimulasi simpatik yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Efek stimulasi simpatik ini akan meningkatkan tekanan darah (perry & potter, 2006). Persalinan kala I merupakan suatu kondisi yang penuh dengan stressor, rasa takut, nyeri intermitten dalam waktu yang lama, dimana semua hal ini akan beresiko menimbulkan peningkatan tekanan darah. Pemberian terapi musik merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ansietas dan nyeri serta memberikan kenyamanan yang menenangkan, membuat seseorang menjadi rileks dengan demikian musik mampu menurunkan stimulasi simpatik dan dapat menurunkan tekanan darah. Musik easy birthing merupakan salah satu terapi musik dimana musik ini mempunyai ritme yang lambat dan berfrekuensi rendah.(Phumdoung ,2003). Musik ini merupakan musik instrumentalia disertai dengan suara-suara alam seperti suara gemericik air sehingga musik ini terkesan rnenenangkan. Menurut pendapat Bernason (2005) bahwa musik yang cenderung mempunyai ritme lambat akan membuat tekanan darah dan stress menurun. Menurut hasil penelitian 1989 para peneliti kedokteran melaporkan bahwa musik dengan frekuensi 55 dan 44 Hz secara signifikan mengurangi tekanan darah sistolik pada subyek penelitian (Campbell, 2002). Masih menurut Campbell (2002) bahwa musik tempo lambat dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sampai 5 mmHg. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa rerata nilai tekanan darah sistolik ibu bersalin yang mendapatkan terapi musik menurun 8 mmHg dari pada yang tidak mendapatkan terapi musik, dan rerata nilai tekanan darah diastolik pada ibu
bersalin yang mendapatkan terapi musik juga menurun 6 mmHg daripada yang tidak mendapatkan terapi musik, namun meskipun demikian ketika dilakukan uji statistik tidak ditemukan adanya perbedaan nilai tekanan darah diastolik antar kedua kelompok tersebut. Hal ini karena rentang nilai tekanan darah diastolik pada kedua kelompok tidak jauh berbeda dan cenderung konstan.
Pada frekuensi nadi juga menunjukkan adanya suatu perbedaan antar kedua kelompok, dimana nadi ibu bersalin yang mendapatkan terapi musik mempunyai frekuensi rerata yang lebih rendah dari pada yang tidak mendapatkan terapi musik. Frekuensi nadi pada kelompok yang mendapatkan intervensi menurun 9-10 x/mnt. Nadi merupakan aliran darah yang menonjol dan dapat diraba diberbagai tempat ditubuh. Nadi berasal dari ejeksi volume sekuncup yang meyebabkan dinding aorta berdistensi dan menciptakan gelombang denyut dengan cepat berjalan melalui bagian akhir arteri (perry&potter, 2006). Perubahan frekuensi nadi dipengaruhi oleh faktor mekanis, neural dan kimia. Salah satu faktor mekanis yang mempengaruhi nadi frekuensi nadi adalah musik. Menurun Bernason (2005) detak jantung manusia berespon terhadap variebel musik, frekuensi, tempo dan volume yang cenderung lambat akan membuat detak yang lambat juga. Pemberian terapi musik pada saat persalinan memang ditujukan untuk membuat ibu bersalin merasa rileks, hal ini akan meningkatkan pengeluaran opioat endogen seperti endorphin dan enkefalin, sebaliknya hormone epinefrin dan nor epinefrin akan menurun.(Harayuma, shigeo,2011). Penurunan hormone ini akan mengurangi resiko vasokonstriksi yang diakibatkan oleh nyeri dan kecemasan sehingga membantu memperbaiki tanda-tanda vital diantaranya adalah penurunan kekuatan kontraksi ventrikel yang dimanifestasikan dengan adanya kestabilan tekanan sistolik dan denyut jantung. Campbell (2002) menyatakan bahwa detak jantung yang lebih lambat menciptakan tingkat stress dan ketegangan fisik yang lebih rendah, menenangkan fikiran dan memabantu tubuh menyembuhkan diri sendiri, detak nadi menurun 4-5x/menit pada individu yang diberikan terapi musik. Sedangkan pada variabel frekuensi pernafasan rerata frekuensi pernafasan pada kedua kelompok sama yakni 21 x/mnt, sehingga tidak ditemukan adanya perbedaan frekuensi pernafasan antar kedua kelompok. Pernafasan merupakan indikator tanda vital yang paling mudah dikaji yakni dengan mengamati gerakan dinding dada selama 1 menit, namun frekuensi gerakan dinding dada ini dapat dengan mudah diubah pasien sesuai keinginannya apalagi jika pasien merasa sedang diamati atau diperhatikan oleh perawat, Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya perbedaan frekuensi pernafasan antar kedua kelompok, apalagi waktu pengukuran dilakukan saat musik sudah dihentikan dan ibu bersalin tidak ada his maupun rasa nyeri sehingga ibu bersalin dengan mudah mengatur pola kedalaman maupun frekuansi pernafasannya. Kenyataan ini tidak sesuai dengan pendapat Campbell (2002) bahwa pernafasan bersifat ritmis, laju pernafasan yang dalam atau lebih lambat sangat baik, menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih mendalam dan metabolism yang baik. Dengan memperlambat tempo musik, orang lazimnya oaring mampu memperdalam dan memperlambat pernafasannya.
Perbedaan Nilai Visual Analog Scale (VAS)
Antara
Kelompok
Yang
Mendapatkan Terapi Music Dengan Kelompok Kontrol
Menurut tabel menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata perubahan nilai VAS
antara kelompok yang mendapatkan intervensi musik dengan kelompok yang tidak mendapatkan musik, dimana kelompok yang mendapatkan terapi musik memiliki rerata skala VAS lebih rendah (7.1) dari pada yang tidak mendapatkan terapi musik (8.8), meskipun secara statistik ada perbedaan namun Jika kita merujuknya pada skala deskripsi, maka kedua kelompok sama-sama memiliki kategori nyeri berat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah paritas. Semua subyek penelitian ini adalah ibu primipara, intensitas nyeri perimipara seringkali lebih berat dari pada multipara. Pada primipara proses effacement biasanya terjadi lebih dahulu daripada dilatasi serviks. Proses ini menyebabkan intensitas kontraksi yang dirasakan primipara lebih berat daripada multipara, terutama pada kala I persalinan. Selain itu Primipara juga mengalami proses persalinan lebih lama daripada proses persalinan pada multipara sehingga primipara mengalami kelelahan yang lebih lama. Kelelahan berpengaruh terhadap peningkatan persepsi nyeri. Hal itu menyebabkan peningkatan nyeri seperti suatu lingkungan setan (Simavli, 2014). Selain paritas waktu dimulainya pemberian terapi musik juga mempunyai pengaruh yang besar Pada penelitian ini musik easy birthing diberikan saat ibu bersalin memasuki fase aktif, dengan demikian kemungkinan ibu bersalin mengalami kecemasan terlebih dulu menjadi besar, hal ini akan memperberat rasa nyeri yang dimilikinya.Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (sistem limbik). Untuk itulah ketika musik diperdengarkan, musik ini mampu menjadi distraksi dan kebutuhan akan kenyamanan yakni ease dan trasendence akan dapat labih di terima dan dirasakan klien. Oleh karenanya tidak mengherankan jika pada saat pengambilan data ada hal yang menarik ketika terapi musik diberikan, ibu bersalin tampak begitu rileks dan menikmati musik. Perilaku yang sebelumnya tampak gelisah, sering mengadu kesakitan berubah menjadi tenang, diam tidak banyak mengadu seakan akan mereka sedang berkonsentrasi terhadap musik. Ketika his muncul mulai tampak wajah yang menahan sakit sambil mengernyitkan dahi namun tidak sampai membuat ibu gelisah. Meskipun respon perilaku tidak diteliti dalam penelitian ini namun temuan ini sudah cukup membuktikan bahwa pemberian musik mampu ibu bersalin lebih rileks.
DAFTAR PUSTAKA 1. American music therapy association (2009). Definition And Quates About Music terapy. http.//www.music theraapy.org/quates html. 2. Bernason, (2005). http:www.encognitive.com/node/13752 . The Effects of Guided Imagery and Music on Depresion and Beta Endorphin Level 3. Campbell, D. (2002). Efek Mozart ; memanfaatkan kekuatan musik untuk mempertajam pikiran, meningkatkan kreatifitas dan menyehatkan tubuh. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 4. Bobak,(2005).Bukuajar keperawatan maternitas. jakarta:EGC 5. Erwin. (2011). http://www.Terapi Musik.Com. Persalinan Tanpa Rasa Sakit dengan Easy Birthing 6. Haruyama, Shigeo. DR (2011). The Miracle of Endorphine. Jakarta : PT Mizan Pustaka 7. O’Donanel L. (2005). Music & the Brain Wave Cere Bromento.org.br/nis/mental music. 8. Potter dan Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan volume I Edisi 4. Jakarta : EGC 9. Phumdoung (2003). Journal of nursing / Midwifery. Music reduces sensation and distress of labor pain. www.medscape.com