Penelitian Mail.docx

  • Uploaded by: nurwahida
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penelitian Mail.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,129
  • Pages: 41
19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sekilas tentang Desa Takkalala Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara a. Sejarah desa Takkalala Desa Takkalala, Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara adalah sebuah desa yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam, dan bersuku Bugis, sehingga bahasa yang sering di Gunakan oleh masyarakat Takkalala ialah bahasa Bugis, Penduduk asli Takkalala di sebut Pakkampong yang artinya orang yang sudah lama tinggal di kampung itu. Pemerintah Kecamatan Malangke membawahi beberapa desa, di mana seluruh desa tersebut merupakan desa yang sangat subur. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Teluk Bone menjadikan kecamatan ini mempunyai 4 desa yang termasuk kategori desa pantai, yaitu Pombakka, Waelawi, Pengkajoang, dan Pao. Jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya, tingkat kepadatan penduduk di Malangke Barat tergolong tinggi. Dengan luas wilayah 93,75 km² dan jumlah penduduk sebanyak 26.490 orang, maka kepadatan penduduk di kecamatan ini sebanyak 283 orang/km².

Dengan kata lain setiap km² luas wilayah di Malangke luwu utara secara ratarata didiami oleh 283 orang. Pada tahun yang sama, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 13.142 orang dan jumlah penduduk perempuan 13.348 orang. Dengan demikian maka rasio jenis kelamin adalah sebesar 98 Yang artinya dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Selain itu laju pertumbuhan penduduk Malangke tahun 2010-2017 adalah sebesar 12,11%. Pada tahun 2017, di Malangke Barat terdapat 60 masjid, 8 mushalla, dan 13 gereja.1

Sarana pendidikan di Malangke khususnya Takkalala relatif sudah lengkap dari tingkat pendidikan TK sampai SD. Sarana pendidikan TK belum ada komputer,

1

Arsip Tata Usaha Takkalala. Desa Takkalala Tahun 2017

20

sarana pendidikan SD sebanyak 2 komputer, tersebar dihampir semua desa, kecuali di Desa Polejiwa. Untuk tingkat pendidikan SMP terdapat 3 komputer , yang terdapat di Desa Rampoang, Pao, Cenning, Wara, dan Baku-baku. Adapun sarana pendidikan SMAN sebanyak 4 unit. Kantor desa Takkalala sebanyak 5 komputer. Pada tahun ajaran 2017, jumlah murid TK, SD,

dan masing-masing sebanyak 310 orang.

Sebagian besar rumah di Malangke khususnya Takkalala masih berupa bangunan bukan permanen. Terdapat 3.945 bangunan rumah bukan permanen dan hanya 713 bangunan rumah yang permanen.2

Sebagian besar penduduk Malangke khususnya desa Takkalala belum mempunyai tempat pembuangan sampah. Masih banyak keluarga yang belum mempunyai jamban sebagai tempat buang air besar. Selain itu juga masih banyak desa yang belum memiliki saluran pembuangan limbah cair. Sampai dengan tahun 2017, tiga desa di Kecamatan ini belum dimasuki oleh PLN, yaitu Desa Pombakka, Desa Limbong Wara dan Desa Wara. Di kecamatan ini terdapat 1 unit Puskesmas, 7 unit Puskesmas Pembantu (Pustu), 1 tempat praktek dokter, 6 tempat praktik bidan Adapun tenaga medis yang melayani kesehatan penduduk terdiri dari 2 orang dokter, 8 bidan, 8 bidan desa.

Sektor perdagangan di Malangke desa Takkalala masih kurang berkembang. Sampai dengan tahun 2017, terdapat 227 toko/warung dan 7 rumah makan/kedai makan. Sementara itu keberadaan koperasi, yang diharapkan dapat menunjang kegiatan perekonomian penduduk masih belum ada. Kondisi sarana komunikasi di Malangke desa Takkalala masih sangat terbatas. Selain itu juga belum terdapat kantor pos di Malangke.

b. Sejarah Bahasa Bugis

Bahasa Bugis adalah salah satu dari rumpun bahasa yang digunakan oleh etnik Bugis di Sulawesi Selatan, yang tersebar di sebagian,Kabupaten luwu Utara, 2

juni 2017

Abd. Malik Rauf, Kepala Desa Takkalala “wawancara” Takkalala pada hari Sabtu, tanggal 22

21

Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Parepare, Kabupaten Pinrang, sebagian kabupaten Enrekang, sebahagian kabupaten Majene, Kabupaten Luwu, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, sebagian Kabupaten Bulukumba, dan sebagian Kabupaten Benteng.3

Bahasa Bugis terdiri dari beberapa dialek. Seperti dialek Pinrang yang mirip dengan dialek Sidrap. Dialek Bone (yang berbeda antara Bone utara dan Selatan). Dialek Wajo (juga berbeda antara Wajo bagian utara dan selatan, serta timur dan barat). dan sebagainya.4

Ada beberapa kosa kata yang berbeda selain dialek. Misalnya, dialek Pinrang dan Sidrap menyebut kata Loka untuk pisang. Sementara dialek Bugis yang lain menyebut Otti atau Utti, adapun dialek yang agak berbeda yakni kabupaten sinjai. Karya sastra terbesar dunia yaitu Lagaligo menggunakan Bahasa Bugis tinggi yang disebut bahasa ugie. Bahasa Bugis umum menyebut kata Menre untuk kata yang berarti ke atas/naik. Bahasa Bugis juga mempunyai aturan khusus. Jika orang biasa yang meninggal digunakan kata mate. Contoh angka dalam bahasa bugis :

Tabel 1.1

Bahasa

Bahasa Bugis

Indonesia Nol

Nolo

Satu

Si'di

Dua

Duwa

Tiga

Tellu

Empat

Eppa

Lima

Lima

3

Ibid Irwan. 2006. Karya Ilmiah: “Interferensi Bahasa Daerah Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia”. 4

22

Enam

Enneng

Tujuh

Pitu

Delapan

Aruwa'

Sembilan

Asera'

Sepuluh

Seppulo

AL – quran merupakan kitab suci yang mulia. kesuciannya tidak tercemari oleh campurtangan makhluk. Kemuliyaannya tidak mampu ditandingi oleh semua kitab yang ada dimuka bumi ini. walaupun semua makhluk berkumpul dan membuat rekayasa untuk membuat tandingan terhadap Al-qur’an niscaya mereka tidak akan mampu membuatnya walaupun satu ayat. Tidak semua orang mempunyai kemampuan untuk menafsirkan ayat-ayat al-qur’an yang luhur dan mulya. untuk dapat menafsirkan ayat-ayat al-qur’an, seseorang membutuhkan seperangkat ilmu yang cukup sehingga ia dapat menggali dan mengurai kandungan ayat-ayat tersebut.5

Karena itu, memahami bahasa dalam dakwah adalah sebuah keniscayaan bagi kita semua. Maka berdakwahlah dengan akhlaq yang telah diajarkan Rasulullah, ajarkanlah akhidah dengan tauhid yang telah dilakukan Rasulullah. Dan tanamkan bahasa yang indah dalam setiap ucapan dakwah yang kita lakukan. Karena semua berasal dari Bahasa dakwah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.

Menurut William A. Haviland bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu. Jadi sebagai Da’i untuk berdakwah bahasa sangat dibutuhkan karena bahasa itu sendiri adalah alat komunikasi antara Da’i dengan si Mad’u (penerima dakwah). Da’i harus menyampaikan dakwahnya dengan bahasa masyarakat sekitar khususnya di desa Takkalala mayoritas bersuku Bugis, sehingga da’i harus sedikit menggunakan bahasa Bugis, supaya si mad’u dapat menerima dakwahnya dengan baik dan benar pula.

5

Syukir, Asmuni. 1983. Dasar – Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya. Al – Ikhlas.

23

Kita ketahui, bahwa bahasa adalah momentum sebuah kata yang dapat membuat orang lain paham dan mengerti, atau bahkan sebaliknya. Dakwah adalah tanggung jawab kita bersama, didalamnya ada berbagai keindahan, kenikmatan, sabar, serta kesetiaan. Itulah dakwah Islam.

Namun apakah dakwah Islam harus dikuasai oleh orang-orang tertentu saja, Orang-orang yang kita anggap sebagai ustad ataupun kyai. Dakwah harus dilakukan semua elemen umat Islam. Namun dakwah juga harus menyesuaikan dengan lingkungan agar mendapat tempat disemua kalangan. Dakwah harus mempunyai bahasa yang bisa dapat menjadikan orang mengerti akan pentingnya dakwah. Dakwah yang menjadikan bahasa sebagai tolak ukur mengerti dan tidak seorang yang telah di dakwahi.Semua itu adalah,bahasa dakwah.6

Mungkin perlu kita ketahui, bahwa bahasa sangat penting dalam menjadikan kita diterima oleh masyarakat. Dalam Al-Quran Surat Al Kahfi ayat 93

              Terjemahnya : hingga apabila Dia telah sampai di antara dua buah gunung, Dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.

Maksudnya mereka tidak bisa memahami bahasa orang lain, karena bahasa mereka Amat jauh bedanya dari bahasa yang lain, dan merekapun tidak dapat menerangkan maksud mereka dengan jelas karena kekurangan kecerdasan mereka. Karena sungguh Allah menurunkan setiap Rasulnya dengan bahasa kaumnya, agar setiap kaum yang didakwahi Rasulullah mengerti tentang apa yang harus mereka lakukan dan mereka kerjakan. Jadi bahasa sangat penting dalam dakwah yang kita lakukan. Jangan sampai kita berdakwah dengan serampangan dan membabi buta tidak melihat kondisi lingkungan sekitar, apakah masyarakat sekitar paham dengan apa yang kita maksud atau tidak. Karena itu sama saja menghina dakwah Islam 6

Ibid Hal 24

24

sendiri. Jangan menganggap kebudayaan bahasa orang Arab sama dengan kebudayaan Bahasa orang Jawa, Sumatera, Sulawesi, dll. Tidak mereka semua berbeda. Mereka mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dalam bahasa. Ada kalanya kata-kata kasar yang kita ucapkan disuatu daerah, bisa jadi hanya kata-kata gurauan atau kata-kata yang biasa di daerah yang lainnya.7 Dan dalam bedakwah kita harus menggunakan cara yang baik. Dalam al – Qur’an surat an – Nahl ayat 125 – 126

                                        Terjemahnya :

serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

Hikmah ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Maksudnya pembalasan yang dijatuhkan atas mereka janganlah melebihi dari siksaan yang ditimpakan atas kita.

7 Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2003. Polotik Bahasa. Rumusan Seminar Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

25

Allah ta’ala menyuruh Rasulullah saw, agar mengajak makhluk kepada Allah dengan hikmat,yakni dengan berbagai larangan dan perintah yang terdapat di dalam al-kitab dan as-sunnah, agar mereka waspada terhadap siksaan Allah. Firman Allah, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, berdialoglah dengan mereka dangan lembut, halus, dan sapaan yang sopan, sebagaimana hal inipun diperintahkan Allah kepada musa dan harun tatkala diutus menghadap Fir’aun, seperti yang difirmankan dalam surah Thahaa ; 44 yang berbunyi

         Terjemanhnya: Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".

Maksudnya kita berdakwah harus dengan kata – kata yang halus dan ucapan yang lemah lembut. Seseorang yang dihadapi dengan cara demikian, akan berkesan hatinya dan akan cenderung menyambut baik dan menerima dakwah dan ajakan yang diserukan kepadanya. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya,”yakni dia mengetahui siapa yang celaka diantara kamu sekalian.

Hal ini senada dengan firman Allah,asy-syura:40

                                      Terjemahnya: ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir'aun): "Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya? Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. dan kamu pernah membunuh seorang manusia lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan

26

beberapa cobaan; Maka kamu tinggal beberapa tahun diantara penduduk Madyan kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan.

Maksudnya ialah Yang dibunuh Musa a.s. ini ialah seorang bangsa Qibthi yang sedang berkelahi dengan seorang Bani Israil, sebagaimana yang dikisahkan dalam surat Al Qashas .Nabi Musa a.s. datang ke negeri Madyan untuk melarikan diri, di sana Dia dikawinkan oleh Nabi Syu'aib a.s. dengan salah seorang putrinya dan menetap beberapa tahun lamanya.Nabi Musa a.s. datang ke lembah Thuwa untuk menerima wahyu dan kerasulan.8

B. Hasil Penelitian

Seiring dengan perkembangan zaman, sentuhan teknologi modern telah menyentuh dan mempengaruhi masyarakat, namun kebiasaan yang merupakan budaya turun temurun bahkan yang telah menjadi budaya masih tetap bertahan. Kebiasaan- kebiasaan tersebut masih sering dilakukan oleh masyarakat Takkalala. meskipun dalam pelaksanaannya telah mengalami perubahan, namun nilai-nilai dan makna masih tetap terpelihara. Era digitalisasi merupakan ungkapan untuk menggambarkan kehidupan masa kini. Era ini menyentuh semua dimensi kehidupan termasuk dunia dakwah. Tidak ketinggalan beragam media (washilah) dan cara yang dilakukan para da’i dalam menyampaikan dakwah agar pesan yang disampaikan kepada mad’u berjalan efektif. Namun dengan perkembangan zaman tersebut, hal-hal yang secara turun temurun dalam masyarakat kadang kurang diberdayakan bahkan terabaikan misalnya suatu kebudayaan atau bagian dari budaya yang sering dikenal dengan adat istiadat. Berkaitan dengan penyampaian dakwah kepada masyarakat maka dapat dilakukan dengan beberapa metode. Dalam al-Qur’an Allah telah menjelaskan beberapa metode, sebagaimana dalam firmannya QS. An-Nahl/16: 125.

      8

Ibid. Hal 45

27

                    Terjemahnya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Maksudnya ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Bahasa daerah merupakan kebiasaan-kebiasaan sosial yang sejak dulu ada dalam masyarakat dengan maksud mengatur tatanan kehidupan sosial masyarakat. Keberadaan manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk berteknologi, juga merupakan makhluk berbudaya, mempertegas bahwa dalam kehidupan bermasyarakat kebudayaaan menjadi sarana untuk menyampaikan pesan. Faktor kebudayaan sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian manusia. Dalam kebudayaan itu terdapat norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat. Kepribadian tidak dapat dipahami terlepas dari nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan tersebut karena hakikatnya kepribadian adalah susunan daripada aturan tingkah laku dalam pola respon yang konsisten. 9 Olehnya itu kebudayaan dan masyarakat merupakan satu-kesatuan yang tidak mungkin dipisahkan, seperti pula gerak tangan tak mungkin dipisahkan dari gerak otak, tindakan tak mungkin dipisahkan dari pikiran. Bahasa daerah (bugis) berfungsi untuk

menegakkan

keseimbangan

(harmoni)

dalam

masyarakat

Takkalala.

Menyinggung tentang salah satu fungsi bahasa daerah ( Bugis), sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, tidak semua orang dapat memahaminya dengan baik dan benar. Hal ini terlihat jelas pada realitas yang terjadi dengan perkembangan zaman masa kini pada semua aspek kehidupan mulai dari masyarakat perkotaan sampai

9

Arifuddin, Acep. Pengembangan Metode Dakwah, Cet. I; Jakarta: Rajawali, 1998

28

pedesaan. Mengingat Indonesia sebagai negara yang luas, terdiri dari beberapa pulau baik pulau besar maupun pulau kecil, kepulauan yang memungkinkan setiap daerah memiliki latar belakang sosial, ekonomi, suku, budaya yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lain. 10 Letak geografis yang seperti ini dapat menjadikan budaya sebagai sarana untuk menyampaikan pesan. Dari sudut kepentingan dakwah, relasi keduanya dapat digambarkan pada pola relasi sebagai berikut: pertama, budaya lokal memiliki suatu kearifan yang mampu membimbing setiap peristiwa dakwah agar berjalan secara arif, bijaksana, dan mengenah sehingga memberikan hasil yang optimal bagi keseimbangan dan kemajuan masyarakat. Kedua, budaya lokal juga memiliki semacam “rambu-rambu” yang mesti ditaati oleh kegiatan dakwah, jika tidak ingin mendapat semacam resistensi dan hendak berjalan secara efisien dan efektif. Ketiga, budaya lokal menyediakan segudang bahan yang berpotensi besar bagi tingkat kualitas dakwah untuk memaksimalkan keberhasilan dakwah itu sendiri. Dari sudut kepentingan budaya lokal, relasi antara dakwah dan bahasa bugis dapat digambarkan setidaknya, pada pola relasi seperti berikut: pertama, dakwah itu sendiri, pada gilirannya, dapat memberikan sumbangan berharga bagi kelestarian dan kebernilaian budaya lokal itu sendiri. 11 Budaya lokal yang bernilai rendah dapat mengambil banyak pelajaran dari setiap kegiatan dakwah untuk mempertinggi nilai kebudayaannya. Kedua, dakwah dapat menjadi sumber inspirasi bagi budaya lokal dalam mempertahankan dan mengembangkan dirinya di tengah percaturan dan persaingan budaya global yang semakin ketat. Ketiga, dakwah juga memiliki relasi erat dengan budaya lokal dalam kaitannya dengan nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan, dan kewargaan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang memuliakan, menyelamatkan, dan membahagiakan umat manusia. 12

10

Agustina, Gina.bahasa daerah, Ujung Pandang: Cahaya Timur, 2008

11

Ibid hal.70 Ibid hal.45

12

29

Relasi dakwah dan budaya lokal tampak erat dalam bentuknya yang sinergis, saling mendukung eksistensi masing -masing. Budaya local khusunya bahasa Bugis mendukung keberlangsungan dan keberhasilan dakwah. Sementara itu, dakwah sendiri mendukung keberlangsungan dan kelestarian budaya lokal. Bahasa Bugis adalah bahasa masyarakat di desa Takkalala, tetapi yang uniknya masyarakat disana ketika memasuki atau pindah ke rumah baru terdapat serangkaian upacara adat yang harus dijalankan, akan tetapi sebelum serangkaian kegiatan yang mendahului, mulai saat persiapan bahan-bahan untuk membangun rumah, ketika rumah akan dibangun atau didirikan, juga ketika rumah tersebut siap untuk ditinggali, bahkan saat rumah tersebut sudah dihuni. Dalam penelitian ini penulis akan memperbanyak pada relevan dengan pokok masalah yang mau diteliti. Oleh karna itu, konsep penting dalam penelitian ini yaitu menemukan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam bahasa Bugis di desa Takkalala kabupaten luwu utara. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan pengirim kepada penerima. pesan tersebut bisa berbentuk ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau Sedangkan penyampaian pesan bisa secara lisan atau dengan menggunakan media. Dakwah adalah seruan atau ajakan untuk berpindah dari yang tidak baik kepada hal yang lebih baik. Dakwah merupakan usaha untuk mengajak orang lain meyakini dan mengamalkan aqidah dan syari’at Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.13 Senada dengan pandangan ini, Slamet Muhaimin Abda menyatakan bahwa dakwah adalah mengajak baik pada diri sendiri maupun kepada orang lain untuk berbuat sesuai dengan ketentuanketentuan yang telah ditentukan atau digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela. Budaya berasal dari kata kerja latin trader yang berarti menyampaikan, menterasmisikan menyarankan malalui waktu. Budaya menepati kedudukan khusus dalam dalam adat istiadat, konveksi dan cara hidup rakyat yang merupakan bagian

13

Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1994

30

dari kultur manusia. Budaya atau Budaya biasanya diartikan sebagi adat yang punya akar di masa lalu dan mengandung aura sakral. bahasa Bugis adalah budaya lokal Bugis yang mana masyarakat Takkalala ketika menggunakan bahasa Bugis mengandung nilai- nilai budaya, norma, hukum, dan aturan yang satu dengan yang lain berkaitan Tentang Dakwah Islam adalah agama dakwah dan disebar luaskan kepada umat manusia melalui kegiatan dakwah, tidak melalui kekerasan atau kekuatan senjata. Islam tidak membenarkan bagi pemeluknya untuk melakukan pemaksaan kepada umat manusia agar mereka mau memeluk agama Islam dan sekaligus tidak membenarkan orang lain untuk menghalang-halangi kegiatan dakwah Islam. Sebab masuknya hidayah kepada kalbu setiap manusia dari Allah SWT. Islam merupakan ajaran yang universal dan mengatur semua segi kehidupan manusia. Islam selalu memberikan ketentraman dalam segala keadaan dan segi kehidupan dan meletakkan sistem yang pasti. Islam tampil dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan hidup dan sistem-sistem yang seharusnya diperbaiki oleh manusia. Sampai saat ini, sebagian orang memahami Islam secara salah, bahwa mereka menganggap Islam adalah agama yang mencakup berbagai macam ibadah dan bentuk–bentuk kerohaniaan saja. Pemahaman mereka hanya berkisar tentang hal tersebut, yakni pemahaman yang sangat dangkal.14 C. Pembahasan a. Pengertian Dakwah Kata dakwah sebagai suatu istilah yang telah memiliki pengertian secara khusus, berasal dari kata dalam bahasa arab. (‫دعوة‬- ‫ یدعو‬- ‫ ( دعا‬yang berarti seruan, panggilan, ajakan. Dakwah mendorong, memotifasi manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintah mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan mungkar, agar mereka memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. 14

Ibid hal.32

31

Menurut Amrullah Ahmad dalam bukunya Dakwah Islam dan Perubahan sosial menyatakan:“Pada hakekatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (Teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia yang beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka Mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu. beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli sebagaimana tersebut di atas, meskipun secara redaksionalnya terdapat perbedaan namun justru dengan perbedaan tersebut akan saling melengkapi yang pada prinsipnya menurut penulis tanpa bermaksud merubah definisi bahwa dakwah Islam merupakan proses transformasi nilai-nilai Islam yang bertumpu pada pelaksanaan kegiatan amar ma’ruf nahi mungkar yang

istilah untuk mewujudkan terbentuknya tatanan kehidupan

manusia yang Islami. Dakwah adalah sebuah istilah yang dipakai oleh Islam untuk menyebarkan dan memelihara serta mempertahankan ajaran-ajarannya. Istilah dakwah Islamiyah berarti mengajak orang lain untuk menyakini dan mengamalkann aqidah dan syari’at Islam terlebih dahulu diyakini dan diamalkan oleh da’i sendiri.

15

Dalam pengertian yang lebih luas dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok agar timbul dalam diri suatu pengertian kesadaran sikap dalam perilaku yang Islam. Dasar Kewajiban Dakwah Dasar perintah berdakwah sebagai salah satu tugas umat Islam adalah al- Qur’an dan Hadist, karena dakwah merupakan suatu usaha untuk menyeru memanggil dan mengajak manusia agar selalu berpegang pada ajaran –ajaran Allah SWT. Guna memperoleh kebahagian yang hakiki, maka hukum dasar pelaksanaan dakwah bagi orang muslim, bagi para ulama, telah sepakat bahwa hukumnya wajib., hal ini senada dengan Firman Allah SWT dalam AL- Quran surah Ali imran ayat 104 yang berbunyi

15

Ibid hal.70

32

                Terjemahnya : dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.

Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.Pendapat pertama mengenai hukum dakwah ialah fardhu ain, karena dakwah adalah wajib bagi setiap orang Islam yang telah baligh dan berakal melaksanakan dakwah. Pendapat kedua mengenai hukum berdakwah adalah fardhu, menunjukan pada hukum fardhu kifayah yaitu bahwa kewajiban dakwah adalah wajib untuk sebagian atau sekelompok orang Islam sesuai kemampuannya. b. Unsur-Unsur Dakwah Unsur-unsur dakwah adalah segala aspek yang ada sangkut pautnya dengan proses pelaksanaan dakwah, dan sekaligus menyangkut tentang kelangsungannya, agar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, intensif dan efisien serta agar tidak terlalu banyak hambatan yang dihadapi. Unsur dakwah yang dimaksud disini adalah menyangkut unsur-unsur yang pokok, dimana secara minimal harus ada pada pelaksanaan dakwah yang meliputi: 16 a. Da’i (Subyek Dakwah) Da’i adalah orang yang menganjurkan atau mengajak manusia untuk beramar ma’ruf nahi munkar karena tugas yang sangat mulia dan berat itu. Seorang da’i dituntut untuk menguasai berbagai hal. Syekh ali Mahfudz sebagaimana dikutib Aminudin Sanwar memberikan beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang da’i seperti:

16

Pengembangan Metode Dakwah, Op.cit., hal.70

33

1) Mengetahui secukupnya tantang Al-Qur’an, As-Sunnah, hukum hukum kehidupan Rasulullah dan jejak langkah Khalifah Rasyidin. 2)

Mengamalkan

ilmunya

sehingga

tidak

bertentangan

perkataan

dan

perbuatannya lahir dan batin 3) Penyantun dan lapang dada 4) Berani, tidak takut kepada siapapun dalam menyatakan, membela dan memperjuangkan yang baik 5) Perwira dan tidak mengharap apa yang ada pada orang lain. 6) Qona’ akhlak dalam harta benda dunia, puas dengan apa yang ada dan tidak tamak. 7) Mempunyai keterangan, hujjah yang menjadi alat kelengkapan dalam berdakwah. 8) Memiliki ilmu pengetahuan menjadi alat kelengkapan dalam berdakwah. 9) Mempunyai kepercayaan yang kuat kepada janji Allah SWT, optimis akan kemenangan betapapun sulitnya persoalan yang dihadapi dan hambatan- hambatan yang merintangi dakwah. 10) Tawadhu’ atau rendah hati. 11) Tidak Kikir atau tidak segan mengajarkan kebaikan 12) Sopan dan berbuat mulia 13) Keras kemauan dan kuat jiwa tidak berkecil hati menghadapi persoalanpersoalan yang berat. 14) Sabar dan tahan uji dalam melaksanakan dakwahnya.

34

15) Taat, amanah kepada Allah. Disamping itu seorang da’i dituntut mempunyai kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dan dapat diterima oleh masyarakt umum. c. Obyek Dakwah Suatu kegiatan dakwah tidak akan disebut dakwah apabila tidak ada obyek yang dijadikan sasaran kegiatan tersebut. Obyek dakwah atau mad’u adalah seluruh umat manusia tanpa terkecuali, baik pria maupun Wanita, beragama maupun belum beragama, pemimpin maupun rakyat biasa. Dengan kata lain obyek dakwah adalah penerima atau sasaran dakwah. maka untuk mencapai kegiatan dakwah yang sukses perlu hal-hal, maksudnya mendorong umat manusia untuk menolak dan meninggalkan hal-hal yang mungkar. Untuk itu da’i harus mengetahui situasi daerah yang dituju, agar pembicaraan dan perbuatanya berhasil dan berfaedah seperti di desa Takkalala yang kebanyakan masyarakat disana bersuku Bugis sehingga dai harus menyesuaikan dengan bahasa masyarakat disana.17 d. Materi Dakwah Materi dakwah adalah semua ajaran Islam secara tidak dipotong-potong. Ajaran Islam yang telah tertuang dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul Muhammad SAW. Sedang pengembangannya kemudian akan mencakup seluruh kultur Islam yang murni yang dari kedua sumber pokok ajaran Islam itu. Menurut Asmuni Syukir, Materi Dakwah diklasifikasikan dalam 3 hal pokok yaitu : 1) Masalah Keimanan (aqidah) 2) Masalah Keislaman (syar'i’ah) 3) Masalah Budi Pekerti (akhlaqul karimah) Mengenai penjelasan dari ketiga materi pokok tersebut adalah sebagai berikut;

17

Amin, M. Masyhur. Dinamika Islam, Yogyakarta: LPKSM, 1995 Ahmad, Amrullah. Dakwah Islam dari Perubahan Sosial, Yogyakarta: Prima Duta, 1993

35

a) Aqidah, yaitu materi yang menyangkut sistem keilmuan atau kepercayaan terhadap Allah SWT dan ini menjadi landasan yang fundamental bagi seluruh aktifitas seorang muslim. b) Syari’at yaitu serangkaian ajaran yang menyangkut aktifitas manusia muslim di dalam semua aspek hidup dan kehidupannya. Mana yang halal dan mana yang haram, mana yang mubah dan sebaginya. Dan ini menyangkut hubungan manusia dengan Allah. c) Akhlak yaitu, menyangkut tata cara berhubungan baik secara vertikal dengan Allah SWT, maupun secara horisontal dengan sesama manusia dan seluruh makhlukmakhluk Allah. e. Metode Dakwah Metode dakwah adalah apa yang ditempuh oleh subyek di dalam melaksanakan tugasnya (berdakwah), sudah barang tentu di dalam berdakwah diperlukan cara-cara tertentu agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Metode dan strategi pengembangan dakwah dapat dikembangkan dari prinsip berikut: 1) Di sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. 2) Di sesuaikan dengan kadar intelektual masyarakat. 3) Mencakup ajaran Islam secara kaffah dan universal, yakni aspek ajaran tentang hidup dan kehidupan. 4) Merespon dan menyentuh tantangan dan kebutuhan asasi dan kebutuhan sekunder. 5) Di sesuaikan dengan program umum syari’at Islam. Adapun dalam penerapan metode dakwah dapat dilakukan dalam bentuk sebagai berikut:

36

a) Tabligh, yaitu: Menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain baik perorangan atau dalam kelompok. b) Pendidikan yaitu: Mendidik/memberikan pelajaran agama di lembaga-lembaga pendidikan baik informal, di dalam rumah tangga yang dilakukan orang tua, pendidikan formal yang dilakukan oleh guru-guru di tingkat TK, SD, SMP, SMA atau perguruan tinggi dan juga pendidikan non formal yang terdapat di masyarakat oleh tokoh-tokoh masyarakat. c) Kegiatan sosial yaitu: Menyangkut kegiatan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat, seperti kegiatan zakat, ibadah, qurban, menolong anak yatim, khitaman dan sebagainnya. d) Uswatun Hasanah yaitu Berupa memberikan keteladanan dalam perbuatanperbuatan yang baik dengan demikian masyarakat nantinya bisa meniru. e) Dakwah bil hal yaitu Dakwah melalui kegiatan–kegiatan pembangunan yang bermanfaat dan berdaya guna untuk kepentingan umum, Dalam penerapan metode dakwah tersebut diatas di dalam operasionalnya hendaklah selalu mempertimbangkan kemampuan yang ada pada diri subyek, kemudian di sesuaikan dengan kebutuhan dari obyek dan juga perlu dipertimbangkan dengan situasi yang disekitarnya. 18 F. Media Dakwah Untuk menyampaikan dakwah islamiyah, diperlukan sebuah media, untuk mengimplementasikan tujuan dakwah. Dimana dengan media tersebut jalur komunikasi yang di pakai seorang da’i terhadap mad’unya akan bisa berjalan lancar. Media dakwah adalah pengantaran atau alat penghubung, alat yang digunakan untuk menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital yang merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah. Dr. Abdul Karim Zaidan membagi media dakwah ini menjadi 2 macam.

18

Ibid hal.22

37

a) Media Eksteren Dakwah yaitu media yang mempunyai hubungan langsung dengan penggunaan kesempatan yang lebih menguntungkan dalam melaksanakan dakwah. b) Media Interen Dakwah yaitu media yang berhubungan langsung dengan tugastugas yang berhubungan dengan penyampaian dakwah. c) Tidak ada satu mediapun yang baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan dakwah, sebab setiap media memiliki karakteristik (kelebihan dan keserasian) yang berbeda-beda. d) Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai. e) Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya. f) Media yang dipilih sesuai dengan sifat materi dakwahnya. g) Pemilihan media hendaknya di lakukan dengan cara obyektif. Artinya pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da’i. h) Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian i) Efektifitas dan efisiensi harus di perhatikan. Metode dan strategi pengembangan media dan metode dakwah dapat dikembangkan dari prinsip berikut :  Pengembangan metode bil al-lisan dan bil al-amal sesuai dengan tantangan dan kebutuhan  Mempertimbangkan metode dan media sesuai dengan tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Memilih metode dan media yang relevan, baik mimbar, panggung, media cetak atau elektronik (radio, TV, Komputer, dan Internet) d) Mengembangkan media atau metode kultural dan struktural, yakni pranata sosial, seni, karya budaya dan wisata alam.

38

 Mempertimbangkan struktur sosial dalam tingkatan kadar intelektual, yakni khawas, awam dan yang menantang.  Mempertimbangkan struktur dan tingkatan masyarakat dari segi kawasan, geografis, sosiologis, politis dan ekonomi.  Mengembangkan dan mengakomodasikan metode dan media seni budaya masyarakat setempat yang relevan seperti music rabbana, drama, lukisan dan sebagainya.  Mempertimbangkan dan mengkaji metode pendekatan spiritual antaralain melalui do’a dan shalat, sillaturrahmi dan sebaginya. Budaya atau kebiasaan pada dasarnya berarti segala sesuatu yang di warisi dari masa lalu. Budaya merupakan hasil cipta dan karya manusia objek material, kepercayaan, khayalan, kejadian, atau lembaga yang diwariskan dari sesuatu generasi ke generasi berikutnya.19 Seperti misalnya adat-istiadat, kesenian dan properti yang digunakan. Sesuatu yang diwariskan tidak berarti harus diterima, dihargai, atau disimpan sampai mati. Bagi para pewaris setiap apa yang mereka warisi tidak dilihat sebagai “ budaya ”. Budaya yang diterima akan menjadi unsur yang hidup di dalam kehidupan para pendukungnya. Ia menjadi bagian dari masa lalu yang di pertahankan sampai sekarang dan mempunyai kedudukan yang sama dengan inovasi- inovasi baru. Budaya merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang. Budaya yang telah membudaya akan menjadi sumber dalam berakhlak dan berbudi pekerti seseorang. Budaya atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari budaya adalah adanya

19

Ibid

39

informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu budaya dapat punah. Selain itu, budaya juga dapat diartikan sebagai kebiasaan bersama dalam masyarakat manusia, yang secara otomatis akan mempengaruhi aksi dan reaksi dalam kehidupan sehari-hari para anggota masyarakat itu . Tinjaun Tentang penggunaan bahasa bugis dalam berdakwah adalah sering ditemukan dalam masyarakat Bugis. 20 Menurut pengertian kata bahasa daerah , berarti bahasa sehari- hari masyarakat, istilah dalam budaya di kalangan masyarakat suku bugis di Sulawesi Selatan. Bahasa Bugis adalah kebudayaan masyarakat. Menurut Robinson (1993), bahasa daerah adalah sebuah budaya yang bertahan lama, budaya yang juga tersebar luas di dunia Melayu. Bentuk dasar bahasa adalah sebuah kerangka budaya yang harus kita pertahankan. Keanekaragaman bahasa daerah dalam dunia kontemporer. Keunikan bahasa Bugis di desa Takkalala adalah intonasinya agak keras. Bahasa Bugis mencerminkan sebuah budaya tersendiri yang menjadikannya obyek budaya indah. Bahasa Bugis mengacu pada kepercayaan bahwa budaya itu harus dilestarikan. Itulah sebabnya bahasa Bugis tetap eksis dalam kehidupan masyarakat di desa Takkalala Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara, bagi orang bugis khususnya masyarakat Takkalala dipandang sangat urgen untuk dilestarikan. Karena Semuanya murni dari nenek moyang. Bahasa bugis di desa Takkalala haruslah dibudayakan. Ini berhubungan dengan falsafat hidup bahwa bahasa daerah adalah bahasa nenek moyang. Bagi orang bugis bahasa adalah simbol kehidupan. Simbol itu mencerminkan harapan, kejayaan, masa depan, semangat dan harmoni, karena itu bahasa Bugis tidak boleh diabaikan sekaligus sebagai tanda kesyukuran atas anugrah bahasa yang telah dianugrakan. Dengan adanya bahasa Bugis tersebut, berarti salah satu kebutuhan telah terpenuhi. Sebagai suatu budaya dalam budaya, bahasa Bugis dengan makna dan nilai-nilai

20

Abdullah, Dzikron. Filsafat Dakwah, semarang, Fak. Dakwah IAIN Walisongo1997

40

kearifan lokal sebagaimana disebutkan di atas. Bahasa Bugis istilah masyarakat Takkalala tidak semata-mata untuk digunakan tetapi juga warga masyarakat harus bangga menggunakan bahasa daerahnya selain menganut konsep tentang alam kepercayaan tentang pusat dunia atas,bahasa Bugis yaitu salah satu bahasa daerah di Takkalala. Itu pula sebabnya mengapa dai harus bisa sedikit menggunakan bahasa Bugis. 21 Terkait arah rumah, boleh saja memilih salah satu diantara empat penjuru mata angin tetapi setelah pengaruh Islam masuk maka timbulnya anggapan baru bahwa arah rumah yang paling baik ,menghadap ke Timur yang berarti tampingnya berada disebelah utara Rumah yang menghadap ke selatan berarti tampinya berada di sebelah timur. Karena ada ketentuan dikalangan masyarakat bahwa tidur di rumah itu kepala harus ke bagian kanan rumah dan kaki mesti kearah bagian kiri dan tidak boleh kearah Ka’bah (kiblat shalat )dengan kata lain tidak boleh kearah barat Ka’bah. D. Tinjaun Budaya atau kebudayaan dalam islam Islam dan budaya lokal terjadi proses keseimbangan sehingga beberapa budaya lokal kemudian mengakumodasi nilai-nilai ajaran Islam, yang pada akhirnya membentuk satu corak budaya dan budaya baru dikalangan masyarakat suku bugis khususnya di desa Takkalala. Ritual Mabarazanji selalu menjadi bagian yang mudah ditemukan ketika ada orang yang Menre bola. Kenyataan ini menunjukan adanya intraksi antara symbol- symbol Islam dan budaya lokal. Kedatangan Islam dalam kehidupan

masyarakat

suku

bugis,

kemudian

terserap

dalam

kehidupan

masyarakatsecara baik. Seperti diuraikan sebelumnya bahwa bahasa adalah salah satu bentuk prestasi, dan itu harus disyukuri karena kemampuan berbahasa yang dianugraih oleh Tuhan. 22 Perwujudan rasa kesyukuran itu kemudian diterjemahkan dengan mengadopsi symbol-symbol Islam. Allah Menempatkan masyarakat dalam strata dan tingkatan

21 22

Ibid hal.8 Ibid

41

sosial yang berbeda satu dengan yang lainnya. Firman Allah dalam QS. al– Zukhruf/42: 32

                             Terjemahnya : Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

Ayat diatas menjelaskan bahwa kehidupan sosial masyarakat telah memiliki beragam secara ekonomi, status sosial, pendidikan dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan penggunaan bahasa Bugis , dikalangan masyarakat bugis, maka dapat dipahami sebagai satu hal yang wajar jika masyarakat merasakan bahwa bahasa daerah khususnya bahasa Bugis adalah symbol peningkatan status sosial dalam Masyarakat Bugis khususnya masyarakat Takkalala, melihatnya sebagai suatu prestasi, dan hal tersebut perlu diekpresikan. Membaca kitab Barazanji tentu saja bukan sesuatu yang dibudayakan oleh Nabi Saw. Ketika melakukan suatu kegiatan. Akan tetapi Mabarazanji kemudian menemukan bentuknya dalam budaya lokal masyarakat suku bugis di desa Takkalala, bahkan hal itu mengakar kuat disebagian besar orang bugis di desa Takkalala yang beragama Islam. Tidaklah mengherankan jika dalam banyak kegiatan adat suku bugis terselip symbol – symbol Islam termasuk di dalamnya membaca kitab Barazanji.23 Bagi penulis, ada beberapa hal yang dapat menjelaskan, mengapa barazanji dapat diterima dalam wilayah ajaran Islam. Pertama: Qitab barazanji adalah qitab yang layak dijadikan bacaaan yang bermanfaat karena isinya banyak bercerita tentang

23

Di beberapa daerah mayoritas beberapa penduduk suku bugis,ditemukan pembaca Barasanji dalam terjemahan bahasa bugis. seperti di kabupaten Sidrap, wajo, Maros, dan Bone.

42

sejarah kehidupan dan perjuangan Rasullulah SAW. Kedua Adalah kitab barazanji adalah kitab yang ditulis dengan ciri yang khas didalamnya banyak ditemukan bacabacaan Salawat dan doa-doa bukankan membaca shalat dan memperbanyak membaca adalah ibadah. Kitab Barasanji ditulis oleh Syekh Ja’far al-Barasanji al-madani, seorang Khatib di Masjid al-Haram dan mufti dari kalangan Safii’iyah. Wafat di Madina tahun 63 M. Di beberapa daerah mayoritas beberapa penduduk suku bugis,ditemukan pembaca Barasanji dalam terjemahan bahasa bugis. seperti di kabupaten Sidrap,wajo.dan Bone. Walaupun dalam wacana teologi, Islam adalah ajaran yang Normative.24 menurut Kuntowijoyo Islam memiliki ukuran-ukuran tersendiri dalam menilai setiap aspek perkembangan budaya,itu tidak berarti bahwa Islam harus secara kaku menerjemahkan realitas budaya dalam masyarakat, walaupun disadari bahwa semua aspek budaya dalam masyarakat tetapi harus melewati Vilter Normative Islam. Menurut penulis, Vilter tersebut tentu saja harus mengakar pada pemurnian Tauhid dan Aqidah. Jika sebuah budaya lokal dapat di kontrol dalam konteks Tauhid dan Aqidah yang murni, maka proses ini dapat ditolerir. Kedatangan Islam, seperti telah disebutkan di atas tidak untuk menyeragamkan masyarakat atau mengubah masyarakat secara revolusiyoner. Islam mengubah masyarakat melalui proses yang arif dan bijak. Suatu peroses yang secara real mengarahkan masyarakat kepada nilai nliai pokok yaitu Tauhid. 25 Oleh Lutfi Mustafa, disebut sebagai semabagai Tauhid. Presentuhan Islam dengan budaya lokal seyogianya menjadi simbiosis yang bersifat mutual. Di satu sisi Islam dapat di terima sebagai ajaran, di sisi lain, masyarakat tetap berada dalam lokal budaya dan menerima islam melalui budaya- budaya yang telah mereka anut secara turun temurun. Kenyataannya , islam kemudian menemukan bentuknya dan merekrut budaya lokal menjadi satu corak budaya sendiri. Model seperti inilah yang kemudian melahirkan penggunaan bahasa Bugis dalam berdakwah

24

25

Ibid Filsafat Dakwah, semarang, Op.cit.,h.60

43

dan ritual mabarasanji pada berbagai kegiatan budaya lokal seperti menre bola, mapacci, dan sebagainya. Namun, kehadiran budaya baru kedalam budaya yang sudah ada tidak meruntuhkan nilai tampak, menghilangkan jatih diri asal. Islam tidak melakukan rekonstruksi terhadap praktek budaya masyarakat, tetapi Islam menempatkan budaya dalam konteks Islam yang berisi nilai Tauhid, karena Tauhid adalah ruh semua bentuk aktifitas yang harus ditegakkan. Kebudayaan khususnya bahasa Bugis dipahami sebagai kultur yang menggambarkan harmoni Islam dan budaya. Penggunaan bahasa Bugis tetap berada dalam lintas budaya sebagaimana yang dikehendaki oleh budaya itu sendiri, dan Islam hadir Melacak akar-akar Integrasi ilmu dan Agama, menempatkan hal tersebut dalam lintasan nilai-nilai Islam. Dapat dikatakan bahwa Islam bugis adalah praktek Islam dalam bentuknya yang khas. Dari penjelasan di atas, yang terkait dengan penggunaan bahasa Bugis dalam berdakwah kehidupan masyarakat Takkalala dapat dilihat dari segi pesan yang disampaikannya, yaitu tidak terlepas atau tidak ada yang menyimpang dari nilai moral yang ada ditengah masyarakat, dan nilai Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dalam penggunaan bahasa Bugis dalam berdakwah sesungguhnya memang dibuat berdasarkan dari sumber ajaran Islam yang dibawah oleh wali-wali terdahulu, ini terlihat dari begitu banyaknya nilai-nilai tersebut sangat relevan atau sama dengan apa yang telah dijelaskan dalam Al-qur’an dan Al-hadis. 26 Masyarakat jauh lebih mapan dibandingkan dahulu. meningkatkan jumlah hasil pertanian yang secara otomatis menambah pundi-pundi keuangan mereka. Menurut pengakuan dari beberapa informan, dulu sebelum bertani, jangankan cukup untuk kebutuhan sekunder, hasil Pertanian mereka pun terkadang tidak cukup untuk makan dan minum. Terkadang mereka makan cuma sekali sehari dan terkadang pula dalam sehari mereka mengganjal perut hanya dengan air putih. Dan saat ini ekonomi 26

Ibid

44

keluarganya pun berangsur-angsur stabil. Tidak hanya cukup untuk kebutuhan makan dan minum, saat ini warga juga telah banyak merenovasi rumah-rumah mereka, bahkan membeli kebutuhan sekunder seperti televisi, radio, sepeda motor, dan yang lainnya. c. Sarana dan Prasarana Alat tranportasi yang umum di gunakan adalah sepeda motor dan mobil untuk ke kota. Selain sarana pendidikan, memiliki Sarana Ibadah. Karena kebanyakan masyarakat Takkalala memeluk agama Islam, maka sarana ibadah yang dibangun di Takkalala ini adalah sebuah mesjid. Mesjid ini terletak di bagian tengah dengan ukuran kira-kira 15 m X 10 m, Dan dibangun secara permanen.27 Ornamen di dalam mesjid kental dengan nuansa Islam karena terdapat tulisan-tulisan kaligrafi arab yang melambangkan Allah dan Nabi Muhammad. Kondisi mesjid pun senantiasa bersih, dan saat ini lantai mesjid pun sudah dibuat berubin agar tampak lebih mewah. Sarana penunjang lainnya, yaitu mikrofon yang ada merupakan bantuan dari Pemerintah setempat. terdapat 2

kamar mandi dan 1 buah sumur. Walaupun Takkalala

merupakan kampung yang berdekatan dengan laut, namun air bersih tidak susah diperoleh. 28 Masyarakat Takkalala menggunakan air sumur untuk aktifitas mencuci, mandi maupun untuk di konsumsi. Kualitas air yang ada memang masih kurang masyarakat Takkalala menanam pohon jati di bebarapa titik, terutama di dekat beberapa tempat yang mereka yakini sebagai mata air. Pengetahuan lokal mereka membuat mereka meyakini bahwa akar-akar dari pohon mampu menyaring, hingga air yang sampai di sumur-sumur mereka dapat bersih. Dilihat dari segi fisik jalan yang ada di desa Takkalala hampir semua depan rumah warga sudah di kerikil sehingga di sekitar rumah warga kelihatan lebih rapi dan nyaman buat dilalui. 2. Kondisi Sosial Budaya

27

Takka,Pedagang Coklat,Wawancara,desa Takkkalala pada hari Sabtu, tanggal 2 Agustus 2017 Khairunnisa, Warga desa Takkalala,Wawancara, di Takkalala pada hari Jumat tanggal 22 Agustus 2017 28

45

Seluruh penduduk Takkalala tercatat di kantor Desa Takkalala memeluk agama Islam. Masyarakat Takkalala juga mengenal adanya kepercayaan-kepercayaan terhadap hal-hal gaib, dan kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang. Akibatnya, di masyarakat terdapat larangan-larangan, ataupun pemali-pemali yang berlaku. Larangan-larangannya misalnya seperti mendatangi salah satu tempat dimana ditempat tersebut terdapat rumah di tengah-tengah sungai Takkalala karena diyakini, terdapat kekuatan gaib, yang apabila di pindah tempatkan, maka akan mendatangkan bahaya bagi yang memindahkannya. Namun secara berangsur-angsur, kini kondisi di lapangan memperlihatkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal gaib ataupun roh nenek moyang perlahan memudar bahkan suatu saat menurut tokoh adat, bisa menghilang. Hal ini disebabkan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan ilmu agama islam yang sangat pesat. Masyarakat mulai mengenal konsep syirik yang berarti mengakui 40 adanya kekuatan lain selain kekuatan Allah SWT, yang apabila dipercayai atau bahkan dilakukan, akan mendapatkan ganjaran dosa besar . penelitian yang saya lakukan mengenai penggunaan bahasa Bugis bahwa bahasa Bugis itu bahasa keseharian masyarakat Takkalala dan suatu kebiasaan yang tidak bisa di ubah.. Dan penggunaan bahasa Bugis di Desa Takkalala memiliki pesan pesan dakwah yang terkandung di dalamnya. Ciri menonjol pada sebagian besar orang bugis adalah bahwa mereka selalu akan menetap dan menjadi penduduk asli di suatu tempat dimana mereka akan menggatungkan hidupnya. 29 Mereka akan membangun disitu akan meninggal pula disitu. Hal ini sangat berhubungan dengan mata pencarian mereka, seperti seorang petani akan bermukim atau membangun rumahnya dekat dengan lahan atau kawasan pertanian mereka. Petambak akan cenderung membangun rumahnya pada suatu lokasi yang tidak terlalu jauh dari kawasan empangnya. 30

29

Thamrin,Kepala Dusun Takkalala, desa Takkalala,Wawancara,di Takkalala pada hari Kamis, tanggal 23 Agustus 2017 30 Aldi, Warga desa Takkalala,Wawancara, di Takkalala pada hari minggu, tanggal 20 Agustus 2017

46

Ruang dan simbolisme yang terlihat pada rumah budaya lokal merupakan fokus spiritual dan fisik bagi penghuninya dengan asosiasi metafisik yang mencari vitalitas, perlidungan dan harmoni sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ruang hunian, terutama rumah merupakan alat prinsipil dalam mengartikulasikan dan memahami stuktur sosial. Pada rumah Bugis sentralitas ditandai oleh alliri, posii, atau tiang pusat yang menandai sumber sumange dan dihormati dalam ritual sebagaimana totalitas pusat dan pinggir dimana setiap sudut rumah ditandai dengan sesajen dan do’a kehadiran ruh penjaga pada tiang pusat juga terdapat dalam La Galigo dimana tiang pusat istana Raja kerap menjadi kegiatan dalam kisah tersebut. Tiang ini dihiasi saat ada upacara-upacara tarian-tarian disajikan disekitarnya, dan ketika dilakukan pelayanan antara dunia tengah dan dunia atas, muncul pelangi ditiang tersebut pada saat perayaan dilakukan, sehingga menghubungkan dunia syurgawi dan dunia materi hingga sekarang, ketika berada diluar rumah adalah hal lazim bagi orang-orang untuk mendapatkan perlindungan diri melalui penggunaan jimat–jimat yang dipakai atau dibawa untuk menghindari malapetaka. Menurut Abd. Rahman S.E. mengatakan simetri dan keseimbangan dari pengaruh pencarian tatanan dan harmoni yang terdapat pada makna tersebut dan skema fundamental lainnya yang dikaitkan terus menerus oleh masayarakat bugis. Bugis (Ogi) adalah salah satu suku dan bahasa yang ada di Indonesia, tepatnya berasal dari wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Suku Bugis atau sebutan lainnya To Ogi, Tau Ugi, To Ugi, Tau Ogi (berdasarkan Dialek Bahasa Masing-masing), adalah salah satu suku dengan pola penyebaran yang sangat tinggi dan masuk dalam kelompok Suku Melayu. Hampir di seluruh Wilayah Indonesia dapat ditemukan perkampungan-perkampungan Bugis. Bahkan penyebaran suku bugis bukan hanya di nusantara saja, melainkan sudah sampai ke sebagian wilayah di Asia seperti Malaysia, Cina, Brunei, Arab Saudi, Mesir, Australia dan beberapa wilayah di Eropa dan Amerika.31

31

1994

Abu Hamid, Tradisi Tradisi masyarakat Bugis, Makassar, Ujung Pandang; Usaha Nasional,

47

Asal usul orang bugis hingga saat ini masih belum jelas. Hal ini disebabkan oleh kurangya bukti otentik baik berupa prasasti atau dokumen-dokumen sejarah yang dapat mendukung penelusuran sejarah orang Bugis. Sumber tertulis setempat yang dapat diandalkan hanya berisi informasi abad ke 15 dan sesudahnya. Akan tetapi, Orang Bugis zaman dahulu, menganggap nenek moyang mereka adalah pribumi yang telah didatangi titisan langsung dari dunia atas yang turun (Menurut riwayat kuno bahwa orang Bugis pertama yang menginjakkan kakinya di dataran Sulawesi adalah Tamboro Langi’. Dia berdiri di puncak Gunung Latimojong. Ketika itu, daerah sulawesi tergenang air dan hanya puncak Gunung Latimojong bagian selatan dan bagian tengah yang masih kering. Tamboro Langi kemudian menikah dengan

Tande Bili, seorang dewi yang muncul dari sungai Saddang. Mereka

memiliki putra yang bernama Sandaboro yang selanjutnya melahirkan La Kipadada. La Kipadada inilah yang membangun tiga kerajaan besar yaitu, Rongkong (asal mula kerjaan Toraja), Luwu (asal mula kerjaan bugis) dan Gowa (asal mula kerjaan Makassar. Banyak nash syariat yang memuat kata atau yang berkaitan dengan shilah arrahim. Maknanya bersesuaian dengan makna bahasanya, yaitu hubungan kekerabatan. Syariat memerintahkan agar kita senantiasa menyambung dan menjaga hubungan kerabat . Sebaliknya, syariat melarang untuk memutuskan silaturahim.32 Abu Ayub al-Anshari menuturkan, Pernah ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Saw. “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku perbuatan yang akan memasukkan aku ke dalam surga.” Namun, dalam perjalanan yang dilaluinya penuh dengan masalah yang harus dihadapi bersama. Mulai dari persoalan intern hingga ekstern. Bila semua itu bisa dihadapi, kesetian akan melekat, hidup di rumah serta bermasyarakat terus berjalan dengan baik. Untuk menciptakan keluarga yang harmonis setidaknya harus mempunyai prinsip-prinsip “Sakina, Mawaddah, Wa Rahmah”. Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang sangat penting. Mawaddah adalah perasaan cinta yang muncul dengan dorongan nafsu kepada pasangan jenisnya, atau muncul karena adanya sebab- sebab yang bercorak fisik, seperti kecantikan, ketampanan dan sebagainya. Dan setiap makhluk Allah kiranya di berikan sifat kasih sayang ini. Warahmah berasal dari bahasa Arab, yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih juga rezeki. Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, Sebab pendidik merupakan suatu 32

Ibid hal 30

48

perbuatan sosial yang mendasar untuk petumbuhan atau perkembangan anak didik menjadi manusia yang mampu berfikir dewasa dan bijak. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan masyarakat kita adalah lingkungan yang paling utama dalam kehidupan kita, karakter kita,dibentuk oleh lingkungan. Menurut Hasbullah dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak dirumah. Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah: a. kehidupan emosional masyarakat b.Menanamkan dasar pendidikan moral masyarakat c.Memberikan dasar pendidikan social d.Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama c.bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan masyarakat d.memberikan kesempatan dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi masyarakat mandiri. 8. Menjaga keamanan sehingga nyaman menjalankan proses belajar yang utuh. 9. Memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sebagai tujuan akhir manusia. Sebenarnya ada banyak peristiwa-perstiwa keseharian yang merupakan pintu masuk seluruh unsur pendidikan yang ingin diberikan. Karenanya kita harus berusaha agar semua tidak terlewatkan begitu saja. Kita perlu mengetahui dan menerapkan berbagai macam metode sehingga dakwah yang kita lakukan bisa semaksimal mungkin. setiap waktu kita harus perhatikan perkembangan masyarakat kita. Dengan terkumpulnya metode- metode dakwah tersebut diharapkan proses dakwah akan

49

berlangsung setiap waktu, tanpa merasa terus digurui dan tidak merasa terbebani. Dengan mengharapkan pertolongan Allah Swt. 33 d. Metode Keteladanan Keteladanan yang baik lagi shalih adalah sarana terpenting dalam dakwah. Ia memiliki pengaruh yang sangat besar. kita adalah contoh paling tinggi bagi masyarakat. masyarakat tetap akan mengikuti perilaku dan akhlaknya, baik sengaja atau pun tidak. Bila ia selalu jujur dalam ucapan dan dibuktikan dengan perbuatan niscaya masyarakat akan tumbuh dengan semua prinsip-prinsip islam yang tertancap dalam pikirannya. Dengan adanya teladan, masyarakat akan belajar dengan sesuatu yang nyata. Ini akan lebih mudah diserap oleh jiwa. Dengan adanya teladan, seorang belajar dan menekuninya ketika melihat kita tekun menunaikannya disetiap waktu, demikian juga ibadah-ibadah lainnya. Dengan adanya teladan, seorang anak akan tumbuh dengan sifat-sifat terpuji dan baik yang didapatnya dari orangtua atau gurunya. Sebaliknya ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan akan menjadi racun dalam pendidikan. Sebagai contoh, kita sering melihat orang lain berdusta tidak akan dapat mempelajari kejujuran darinya. Sebagaimana seorang anak perempuan yang melihat ibunya tak mempan dengan nasehat, maka jangan harap ia tumbuh menjadi masyarakat yang mudah diberi nasehat.34 e. Bimbingan dan Nasehat Nasehat yang baik termasuk sarana yang menghubungkan jiwa seseorang dengan cepat. Apalagi nasehat yang kita ucapkan tulus dari dasar hati kita yang paling dalam. Niscaya akan memberikan pengaruh yang yang langsung menghujam di hati masyarakat. Agar nasehat membawa perbaikan maka perhatikanlah hal-hal berikut : Ulang-ulangilah nasehat, karena tabiat manusia adalah lupa, namun jangan berlebih-lebihan sehingga membuat jiwa menjadi bosan. Pilihlah waktu yang tepat, yaitu waktu ketika kondisi kejiwaannya dalam keadaan kondusif. Gunakanlah kata33

Asep, Muhyidin. Metode Pengembangan Dakwah, Jakarta: CV.Pustaka setia1998

34

Ibid hal.42

50

kata yang mudah dan dapat dipahami sesuai dengan bahasa masyarakat sekitar serta daya tangkap. f. Metode Pembiasaan Biasakan masyarakat Melakukan kebaikan. Sebab bila masyarakat terbiasa mengerjakannya secara teratur, maka ia akan menjadi sebuah kebiasaan. Dengan pembiasaan maka urusan yang banyak akan menjadi mudah. Tanamkan kepada mereka kebiasaan melakukan sesuatu yang baik dan membawa keberuntungan baginya dalam urusan dunia maupun agama. Baik itu ibadah, adab, tutur kata, sopan santun, rutinitas keseharian. Menurut Andi Syamsul “hakekana mabaggunge yanaritu mampancaji sedie keluagga mancaji keluarga Sakina, Mawaddah, Warahma” Artinya: Hakikat dalam membagun rumah yaitu menjadikan keluarga menjadikan keluarga yang Sakina, Mawaddah, Warahma . Jadi penulis berpendapat yang terkandung dalam pesan-pesan dakwah dalam penggunaan bahasa bugis dalam berdakwah adalah salah satu bentuk kesyukuran kepada Allah Swt sehingga dapat membangun masyarakat, menjadikanya sebagai alat dakwah sekaligus menjalin Silahturahmi antar keluarga, dan bahasa Bugis sebagai tempat pembinaan masyarakat Takkalala sehingga terciptanya masyarakat yang memiliki ilmu pengetahuan Agama. Penggunaan bahasa Bugis dalam berdakwah adalah trem yang akrab ditemukan dalam sosial masyarakat Bugis. Menurut pengertian kata bahasa bugis, berarti kultur masyarakat Takkalala, atau budaya masyarakat Takkalala, tetapi secara kultural bahasa bugis adalah istilah dalam budaya menempati ruang di kalangan masyarakat suku bugis di Sulawesi Selatan. Bagi orang bugis di desa Takkalala bahasa bugis adalah simbol kehidupan. Simbol itu mencerminkan harapan, kejayaan, masa depan, semangat dan harmoni, karena itu, penggunaan bahasa bugis dalam berdakwah tidak boleh diabaikan sekaligus sebagai tanda kesyukuran atas anugrah yang telah dianugrakan. Dengan adanya penggunaan bahasa daerah tersebut tersebut, berarti salah satu kebutuhan pokok telah terpenuhi. Masyarakat yang mengenal bahasa Bugis merupakan budaya

51

yang sebenarnya sudah melekat di dalam kehidupan masyarakat bugis ksususnya masyarakat Takkalala sejak dulu.35 ada beberapa aktivitas atau hal yang masyarakat Takkalala kerjakan. 1. Kehadiran Islam di tengah tengah masyarakat Takkalala bersuku bugis dengan segala betuk budaya dan budayanya adalah suatu bentuk alkulturasi yang khas dan unik. Alkulturasi Islam dan nilai nilai kearifan lokal masyarakat Takkalala bersuku bugis bentuk simbolis mutual. Islam menyatu di dalam budaya masyarakat. Masyarakat suku bugis tidak kehilangan budaya dan budayanya, dan Islam dapat ditegakkan di tengah- tengah mayarakat Takkalala. 2. Berbicara tentang Pesan-Pesan Dakwah yang terkandung dalam penggunaan bahasa bugis dalam berdakwah,tentunya hal ini mengacu pada nilai-nilai Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Pengungkapan nilai-nilai yang terdapat dalam penggunaan bahasa bugis dalam berdakwah di desa Takkalala akan menggambarkan perilaku masyarakat yang sesuai dengan nilai ajaran Islam. Adapun nilai yang dimaksud adalah kadar isi yang memiliki sifat-sifat atau hal-hal yang penting dan berguna dalam tatanan kehidupan kemanusiaan yang tidak menyimpang dalam syari’at Islam. Pesan-pesan Dakwah atau Nilai-nilai Islam yang dan ajaranajaran yang mengandung nilai Tauhid, Syari’at, dan Ibadah dalam penggunaan bahasa Bugis yang ada dalam kultur Bugis. Secara konseptual ketiga nilai yang dimaksudkan tersebut terdapat dalam penggunaan bahasa Bugis. Disamping itu, secara garis besarnya bahasa Bugis di Sulawesi Selatan hampir memiliki kesamaan penggunaannya sebagai bahan informasi selanjutnya.36 Dakwah sangat penting kita lakukan supaya umat islam senantiasa berada dalam ketetapan iman dan senantiasa yakin dengan ‘the right way of Islam’. Sebab hakikatnya, dakwah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi penyebaran islam. Apabila kita kaitkan dengan urgensi komunikasi dalam dunia 35

Abu Hamid, Tradisi Tradisi masyarakat Bugis, Makassar, Ujung Pandang; Usaha Nasional,

1994

36

Ibid hal.34

52

dakwah, ini berarti bahwa peranan komunikasi begitu signifikan dalam dunia dakwah. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang banyak digunakan dalam usaha dakwah ialah melalui komunikasi efektif, sehingga pokok atau tujuan dakwah kita sesuai dengan apa yang kita harapkan. Maksudnya, ada kesesuaian pemahaman antara mubaligh atau penyampai dengan pendengar. sejauh mana wawasan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut. Orang yang luas wawasan pengetahuan dan pergaulannya cenderung mudah melakukan komunikasi, adaptasi, dan sosialisasi. Sebaliknya orang yang sempit baik wawasan pengetahuan maupun pergaulannya cenderung sulit dalam menyampaikan suatu ide atau gagasan apalagi ketika ia bersosialisasi dengan orang lain. bahwa urgensi komunikasi dapat dilihat dari fungsi komunikasi tersebut, dimana fungsi komunikasi ialah : a. menyampaikan informasi pengetahuan dari satu orang kepada orang lain, sehingga akan terbentuk tindakan kerjasama. b. komunikasi membantu mendorong dan mengarahkan orang-orang untuk melakukan sesuatu. c. komunikasi membentuk sikap dan menanamkan kepercayaan ntuk mengajak, meyakinkan, dan mempengaruhi perilaku. Dari uraian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa urgensi komunikasi berhubungan dengan informasi yang tersampaikan, menanamkan suatu kepercayaan dalam melakukan sesuatu. Urgensi komunikasi dan dakwah sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa tidak dapat dipisahkan dari komunikasi. Karena bahasa merupakan alat komunikasi yang mempunyai fungsi-fungsi yang dapat dipahami komunikator dan komunikan. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan manusia yang digunakan dalam proses sosialisasi yang tentunya melibatkan komunikasi dan interaksi. Seseorang dapat mengenal orang lain karena adanya bahasa sebagai media atau wahana pengenal. Sejarah mencatat bahwa setiap bangsa mempunyai karakteristik bahasa tersendiri yang tentunya menunjukkan keunikan suatu bangsa,

53

misalnya bahasa thai untuk Thailand, bahasa Tagalog di Fhilipina, bahasa Melayu di Indonesia atau di Malaysia, dll. Bahkan ragam bahasa tersebut telah tercipta sejak jutaan tahun yang lalu, lingkup bahasa tersebut tercipta secara lokal di berbagai penjuru dunia. 37 Di Indonesia sendiri sekitar 376 bahasa daerah tersebar di seluruh pelosok nusantara, yang terbentang mulai dari kepulauan Sumatera sampai dengan Kepulauan Papua. Sudah menjadi sunatullah bahwa setiap daerah mempunyai bahasa tersendiri, hal ini dikarenakan Allah telah menciptakan kita sebagai manusia dari berbagai golongan, suku, dan berbagai bangsa. Sehingga tidak menutup kemungkinan adanya keseragaman dalam hal bahasa.38 Adapun mengenai fungsi bahasa dalam proses komunikasi, ada tiga fungsi bahasa yang utama, yaitu :

1. bahasa sebagai media pengenal 2. bahasa sebagai wahana interaksi sosial 3. bahasa sebagai wahana untuk menyalurkan pikiran dan perasaan39

ketiga fungsi bahasa tersebut kita rasakan begitu signifikan dalam proses komunikasi yang kita jalankan. Sebagaimana kita ketahui bersama, tentunya pengaruh bahasa terhadap komunikasi sangat signifikan sekali, sebab bahasa merupakan hasil dari budaya. Dan dengan adanya bahasa terciptalah sebuah komunikasi sehingga adanya interaksi, adaptasi, dan sosialisasi antarberbagai pihak. Dan bahasa merupakan media pengenal dalam berinteraksi. Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang tepat dan cermat dalam menyampaikan pesan atau informasi sesuai sasaran, sehingga adanya kesesuaian pemahaman antara komunikator dan komunikan.

37

Kriyantono,Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, dengan kata pengantar oleh Burhan Bungin, Edisi Pertama, Cet. IV; Jakarta: Kencana, 2009 38 39

ibid Ibid hal.5

54

Menurut Pitfield, komunikasi yang efektif berarti bahwa maksud dan tujuan yang terkandung dalam komunikasi yang disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat dimengerti oleh kedua pihak. Komunikasi efektif bisa terjalin apabila kita sebagai pelaku komunikasi tersebut senantiasa menggunakan kalimat efektif dalam penyampaian informasi tersebut. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat mewakili secara tepat isi pikiran komunikator. Kalimat efektif merupakan kalimat yang disusun secara singkat tetapi mempunyai daya informatif secara tepat. Ada beberapa ciri dari komunikasi efektif tersebut, di antaranya :

a. penerangan ringkas yang cukup dari penerima. Artinya, komunikator harus menyadari bahwa pesan tersebut harus mudah diterima dan dimengerti oleh komunikan. b. Penggunaan bahasa yang sesuai. Artinya bahasa yang dipilih harus koheren, logis, dan mudah dicerna serta dipahami. c. Adanya kejelasan makna. d. Penggunaan media komunikasi yang tepat.

Ciri-ciri komunikasi efektif tersebut harus terpenuhi sehingga akan menciptakan komunikasi yang baik antara berbagai pihak yang berkomunikasi. Komunikasi efektif sangat penting dilakukan dalam dunia dakwah. Kadang-kadang dakwah yang dilakukan dalam prakteknya tujuan yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini dikarenakan belum terciptanya komunikasi yang efektif. Sehingga pesan yang tersampaikan tidak fiix dan tidak sesuai dari tujuan semula. Banyak mubaligh profesional yang berdakwah dengan menggunakan cara atau metode yang unik. Contohnya, K.H Jujun Junaedi yang berdakwah dengan menyisipkan humor menarik dan sisipan musik yang bisa menarik perhatian para audiens. Hal demikian tidak salah digunakan, namun kadang-kadang pesan yang disampaikan dalam berdakwah tersebut kapasitasnya lebih banyak banyolannya

55

kitimbang materi pokok bahasan dakwah tersebut., artinya esensi dakwah tidak final dilakukan.40 Hal yang dapat saya cerna dalam materi di atas ialah bahwa komunikasi efektif dalam dunia dakwah penting dilakukan, karena komunikasi yang efektif lebih memudahkan kita sebagai komunikator untuk menyampaikan materi kepada para komunikan. Selain itu, komunikasi efektif berhubungan dengan bahasa yang kita gunakan. Alhasil, informasi tersebut mudah untuk diterima, dicerna, dan diamalkan. Hakikatnya, dalam berkomunikasi pemilihan kata dan bahasa berperan sangat penting .Sebab kata merupakan unsur utama untuk pembentukan bahasa dan bahasa merupakan unsur verbal terbentuknya komunikasi dalam kehidupan kita. Sehingga dengan adanya komunikasi memudahkan kita untuk berinteraksi dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Inti dari apa yang saya maksud dari materi

ini ialah antara bahasa dan

komunikasi dakwah mempunyai keterkaitan dalam memahaminya yang mana tidak bisa di pisahkan antara keduanya.

kemudian tentang komunikasi dakwah

Sebenarnya dakwah itu sendiri adalah komunikasi, dakwah tanpa komunikasi tidak akan mampu berjalan menuju target-target yang diinginkan, demikian komunikasi tanpa dakwah akan kehilangan nilai-nilai Ilahi dalam kehidupan. Maka dari sekian banyak definisi dakwah ada sebuah definisi yang menyatakan, bahwa dakwah adalah proses komunikasi efektif dan kontinyu, bersifat umum dan rasional, dengan menggunakan cara-cara ilmiah dan sarana yang efesien, dalam mencapai tujuan-tujuannya. semoga dengan adanya ilmu komunikasi dakwah ini dapat memberikan perubahan yang positif bagi umat manusia . Bahasa Bugis sampai saat ini masih tetap merupakan alat komunikasi seharihari yang penting di Sulawesi Selatan khususnya di desa Takkalala Kabupaten Luwu Utara. Bagi masyarakat Takkalala, bahasa Bugis merupakan sarana pendukung kebudayaan, lambang kebanggaan daerah, dan lambang identitas daerah. Wilayah 40

Sholeh, Abd. Rosyad. Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977

56

pemakaian bahasa Bugis meliputi seluruh Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu, bahasa Bugis juga dipakai sebagai bahasa komunikasi di antara para perantau Bugis di beberapa daerah, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Irian Jaya, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Jambi, dan sepanjang pantai di Provinsi Riau, dan Sumatra bahkan di luar wilayah Indonesia, misalnya di Johor, dan Tawao Malaysia .41 dalam masyarakat Bugis khususnya di desa Takkalala sangat dominan sifat apinya. Sifat api memang baik karena penuh semangat tanpa kenal putus asa (pantang mundur). Hal ini biasa dilukiskan sebagai semangat pelaut Bugis dengan tekad pantang mundur dalam syair Bugis: Pura babbara sompekku Pura gucciri gulingku Ulebbirenngi tellenngé na towalié Artinya: Layarku sudah terkembang Kemudiku sudah terpasang Kupilih tenggelam daripada kembali Besarnya nilai-nilai budaya yang diemban oleh bahasa Bugis tersebut sebagaimana yang tersirat dalam huruf-huruf lontarak, maka sangat disayangkan jika gejala kemunduran bahasa daerah berlangsung terus-menerus. Oleh karena itu, perlu adanya upaya nyata dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Bugis di Sulawesi Selatan. Analisis tentang pola pemakaian bahasa Bugis di Sulawesi Selatan telah dilakukan oleh Kamaruddin . Hasil survai menunjukkan bahwa 98 persen di antara responden yang mengatakan bahwa anak di desanya mempelajari bahasa daerah sebagai bahasa pertama dan hanya 2 persen yang menyatakan bahasa Indonesia yang pertama dipelajari oleh anak-anak.42 41 Abd. Malik Rauf, Guru SMAN 1 Malangke,Wawancara, di Sekolah pada hari Sabtu, tanggal 26 Agustus 2017 42 Kamaruddin, Guru Sejarah SMAN 1 Malangke, Wawancara, di Sekolah, pada hari Senin 28 Agustus 2017

57

Hasil survei menunjukkan pula bahwa 60,5% di antara responden yang menyatakan bahwa anak muda masih menggunakan bahasa daerahnya dengan baik, hanya 9% di antara responden menyatakan bahwa anak muda menggunakan bahasa daerahnya dengan kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa daerah di kalangan penduduk di Sulawesi Selatan masih sangat kuat. Hal ini pun didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Taha (1996) yang menunjukkan bahasa daerah di kalangan penduduk di Sulawesi Selatan masih sangat kuat. Data tersebut memperlihatkan bahwa penelitian terhadap bahasa Bugis telah lama dilakukan, Dan beberapa tahun terakhir, penelitian bahasa Bugis mengalami kemajuan pesat. Dengan adanya beberapa hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa minat para sarjana dan peneliti bahasa untuk mengkaji bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Selatan semakin tinggi. Namun, apabila dicermati penelitian bahasa Bugis yang telah dilakukan, terutama dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan. Pengembangan di bidang fungsi-fungsi kemasyarakatan yang menjadi sarana pemasyarakatan hasil-hasil pengembangan bahasa daerah yang masih tetap penting sampai saat ini adalah bidang pendidikan dan bidang agama. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Taha (1996) bahwa pemakaian bahasa Bugis dalam ranah pendidikan, terutama pendidikan dasar sampai saat ini masih menjadi bahasa pengantar di sekolah Dasar di samping bahasa Indonesia. Bahkan, saat ini bahasa daerah telah menjadi mata pelajaran muatan lokal pada jenjang pendidikan dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SD dan pada Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin terdapat Jurusan Bahasa Daerah, dan pada Fakultas IKIP Ujung Pandang (Sekarang UNM) juga pernah dibuka Program Studi Bahasa Daerah Bugis dan Program Studi Bahasa Makassar, dan sekarang ini pada Universitas Negeri Makassar, jurusan Bahasa Daerah masih tetap eksis, Namun disatukan dengan jurusan Bahasa Indonesia yang menjadi jurusan Bahasa Indonesia dan Daerah.43 Pemakaian bahasa daerah Bugis sebagai bahasa pengantar di bidang keagamaan, khususnya agama Islam masih tetap tinggi. Madrasah dan pesantren di

43

http//Bahasa Bugis.com. diunduh januari 2017

58

daerah masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di samping bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Khotbah dan dakwah keagamaan masih sering disampaikan dengan bahasa Bugis di samping bahasa Indonesia. Bahan pustaka agama berupa terjemahan Kitab Suci Al-Qur`an atau hadis juga kebanyakan ditulis dalam bahasa daerah Bugis. Pembinaan dan pengembangan bahasa Bugis di Sulawesi Selatan sangat mendesak, melihat pemakaian bahasa Bugis dewasa ini, dalam ranah tertentu masih memperlihatkan intensitas yang cukup tinggi. Meskipun secara umum dapat dikatakan mengalami kemunduran. Untuk mengantisipsi hal ini, berbagai upaya pembinaan dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain; (1) pengajaran Bahasa Bugis sebagai Muatan Lokal (2) pemasyarakatan Bahasa Bugis.

Adapun langkah-langkah strategis yang

dilakukan, antara lain; (a) penerbitan berbahasa daerah Bugis (b) pembacaan berita dalam bahasa Bugis, baik melalui TVRI maupun RRI (c) siaran radio swasta dengan menggunakan pengantar bahasa Bugis dan (d) penulisan nama-nama jalan dengan menggunakan huruf lokal.44 Namun, yang diharapkan bukan hanya sebatas hal demikian, tetapi kalau perlu setiap lembaga atau instansi, nama-nama hotel, restoran, dan tempat-tempat strategis lainnya, sebaiknya mengganti nama-nama asing dengan nama-nama daerah yang dianggap cocok dan sesuai dengan jati diri masyarakat Sulawesi Selatan sehingga ciri kedaerahan dan jati diri masyarakat Sulawesi Selatan dapat dipertahankan.45 Dalam upaya pengembangan bahasa Bugis, telah dilakukan berbagai aspek, Berdasarkan kenyataan terebut, pada kesempatan ini penulis menyarankan perlunya penyebarluasan hasil-hasil penelitian dan hasil-hasil seminar melalui berbagai media sehingga bahasa daerah pun bisa mengikuti arus globalisasi. Sedangkan untuk memelihara kelestarian bahasa Bugis, perlu adanya komitmen

44

Zaidan, Abdul Karim. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1993 Ibid hal.20

45

59

bersama antara pemerintah dan para pakar bahasa serta seluruh masyarakat daerah Sulawesi Selatan.

Related Documents

Penelitian
October 2019 73
Penelitian
December 2019 75
Penelitian
June 2020 43
Penelitian
December 2019 60
Penelitian Sosial.docx
October 2019 16
Jenis Penelitian
May 2020 11

More Documents from ""

Analisis Semiotika 3.docx
November 2019 22
198101049.pdf
November 2019 15
Materi Palopo Pos.docx
November 2019 17
Penelitian Mail.docx
November 2019 14
Abstrak Perbaikan Mail.docx
November 2019 14