Pemberdayaan Ekonomi Mikro Sebagai Solusi Mengatasi Kemiskinan

  • Uploaded by: dian ratnasari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemberdayaan Ekonomi Mikro Sebagai Solusi Mengatasi Kemiskinan as PDF for free.

More details

  • Words: 846
  • Pages: 3
Pemberdayaan Ekonomi Mikro sebagai Solusi Mengatasi Kemiskinan Oleh: Dian Ratnasari Ilmu   ekonomi   mikro  (sering   juga   ditulis  mikroekonomi)   adalah   cabang   dari  ilmu  ekonomi  yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga­ harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi  mikro   meneliti   bagaimana   berbagai   keputusan   dan   perilaku   tersebut   mempengaruhi  penawaran   dan   permintaan  atas   barang   dan   jasa,   yang   akan   menentukan   harga;   dan  bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan  jasa selanjutnya. Masalah pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang selalu melekat  dan   menjadi   ciri   khas   Negara   Indonesia,   masalah   ini   juga   merupakan   masalah   yang  paling   klimaks   dihadapi   oleh   negara   ini,   sebab   proses   penyelenggaraan   negara   yang  begitu   panjang   akan   membayangkan   adanya   pengurangan   angka   pengangguran   dan  kemiskinan,   karena   hal   tersebut   merupakan   mainstream   dari   sebuah   pembangunan.  Konsep   yang   amat   dekat   dengan   konsep   kemiskinan   adalah   impoverishment   (hal­hal  menyebabkan   seseorang   atau   sesuatu   menjadi   lebih   miskin).   Proses   impoverisment  adalah   sebuah   proses   aktif   menghilangkan   akses   dan   hak­hak   dasar   yang   secara  sistematik   direproduksi   dan   diciptakan   oleh   sejumlah   mekanisme   global   seperti  kerusakan lingkungan hidup, kehancuran sumberdaya rakyat, inflasi, pengangguran dan  politik   utang   luar   negeri.   Proses   inilah   yang   dikenal   sebagai   proses   pelemahan  (disempowerment)   ekonomi,   ekologi,   sosial,   politik   dan   kebudayaan   khususnya   bagi  kelompok­kelompok masyarakat minoritas dan terpinggirkan. Permasalahan   yang   ada   dalam   Upaya   Pengentasan   Kemiskinan   Melalui   Proses  Pemberdayaan Ekonomi Mikro Defenisi Usaha mikro menurut ADB, adalah usaha­usaha  non­pertanian yang mempekerjakan kurang dari 10 orang termasuk pemilik usaha dan  anggota keluarga. Sedangkan USAID mendefinisikan Usaha mikro adalah kegiatan bisnis  yang mempekerjakan maksimal 10 orang pegawai termasuk anggota keluarga yang tidak  dibayar. Kadangkala hanya melibatkan 1 orang, yaitu pemilik yang sekaligus menjadi  pekerja.   Usaha   mikro   adalah   merupakan   usaha   gabungan   (partnership)   atau   usaha  keluarga dengan tenaga kerja kurang dari 10 orang, termasuk di dalamnya usaha yang  hanya   dikerjakan   oleh   satu   orang   yang   sekaligus   bertindak   sebagai   pemilik   (self­ employed).   Usaha   mikro   sering   merupakan   usaha   tingkat   survival   yang   kebutuhan  keuangannya dipenuhi oleh tabungan dan pinjaman berskala kecil. Ekonomi mikro sudah  sejak lama sebenarnya menjadi tulang punggung negara kita. Dengan melihat beberapa defenisi tentang usaha mikro, maka hal yang perlu di garis  bawahi  adalah bagaimana kekuatan usaha mikro bisa di jadikan sebagai alternatif dalam  mengurangi   pengangguran,   karena   pengurangan   pengangguran   secara   otomatis   akan  memberikan   dampak   positif   untuk   bisa   mengurangi   kemiskinan   di   Indonesia,   tetapi  alternatif   tersebut   tidak   bisa   jalan   begitu   saja   tanpa   mendapatkan   dukungan   secara 

maksimal oleh pemerintah  dan swasta dengan memberikan  akses keadilan bagi usaha  tersebut. Dengan melihat realitas permasalahan yang ada dalam upaya pengentasan kemiskinan  melalui proses pemberdayaan ekonomi mikro sebagai pilar pembangunan, maka strategi­ strategi yang harus di gunakan adalah sebagai berikut : 1. Adanya   kerjasama   yang   mutalisme   antara   pemerintah,   swasta   serta   elemen  masyarakat menengah (LSM, Akademsi, Wartawan, Profesional dll) untuk bisa  mendorong   ekonomi   mikro   untuk   bisa   menjadi   salah   satu   tembok   dalam  menghindari   kemiskinan.   Strategi   itu   bisa   dilakukan   apabila   ketiga   elemen  tersebut memiliki kesamaan visi dan misi dalam pembangunan, misalnya dalam  pembinaan pemberdayaan ekonomi mikro. 2. Pemerintah harus bisa menciptakan regulasi yang pro terhadap ekonomi mikro,  misalnya   dalam   era   otonomi   daerah   ini   pemerintah   daerah   yang   sangat  mengedepankan   peraturan   daerah,   maka   peraturan   daerah   tersebut   harus   bisa  mendorong   kekuatan   ekonomi   lokal,   bukan   malah   sebaliknya   mendorong  ekonomi sebagian kelompok orang saja yang nota benenya dari kalangan ekonomi  besar. Oleh karena itu jangan ada peraturan daerah yang mendorong resistensi  masyarakat terhadap pemerintah daerah seperti penggusuran pedagang kaki lima  tanpa memberikan solusi yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak,  hal­hal   tersebut   harus   di   hindari   oleh   pemerintah   daerah   apabila   ingin  menciptakan   kekuatan   ekonomi   mikro   sebagai   pilar   untuk   upaya   dalam  mengentaskan kemiskinan di daerah. 3. Pemerintah, swasta, dan elemen masyarakat yang diwakili oleh LSM harus bisa  membuat   lembaga­lembaga   keuangan   mikro   yang   kuat   serta   mengedepankan  distribusi   keadilan   dalam   prosesnya.   Hal   tersebut   supaya   usaha   mikro   bisa  terhindar   dari   rentenir   yang   nota   benenya   akan   mengeksploitasi   usaha   mikro  dengan bunga yang tinggi. 4. Lembaga   keuangan   mikro   harus   bisa   berkompetisi   dengan   lembaga   keuangan  yang informal dengan mengedepankan pelayanan yang pro terhadap usaha mikro,  sehingga usaha mikro akan tertarik serta nyaman dalam melakukan pinjamannya,  hal yang terpenting dan merupakan indikator pelayanan adalah proses pelayanan  yang tidak berbelit­belit. 5. Dan yang terakhir adalah bagaiman ketiga elemen tersebut mempunyai komitmen  dalam bekerjasama untuk bisa merealisasikan visi dan misi dalam melenyapkan  kemiskinan di Indonesia. Kesimpulan Kebijakan ekonomi mikro memang lebih tidak popular ”diperhatikan” oleh pemerintah.  Padahal   kebijakan   ekonomi   makro   adalah   kumpulan   dari   pembangunan   ekonomi­ ekonomi mikro. Indonesia yang punya predikat negara ke­4 dunia (data tahun 2008) dan  hutan terluas ketiga di dunia (data tahun 2008), adalah negara yang sangat komplek. Dan  kekomplekan berasal dari ”puing­puing” yang kecil. ”Puing­puing” ekonomi Indonesia  adalah   ekonomi   mikro;   BPR,   BMT,   Koperasi   Simpan   Pinjam,   UKM   dan   sejenisnya. 

Keterpurkan impor­impor komoditas pangan (padahal Indonesia adalah negara dengan  julukan gemah ripah loh jinawi), seperti kedelai (impor tahun 2008 diperkirakan 800 ribu  ton, dengan kebutuhan 2 juta ton), dan beras (impor tahun 2008 bisa mencapai 400 ribu  ton, dengan kebutuhan kurang lebih 2 juta ton); sudah saatnya diakhiri.  Dibutuhkan   semua   pihak   untuk   membantu.   Membeli   hasil   pangan   dari   rakyat.  Pemberdayaan lembaga keuangan mikro, UKM bekerjasama dengan lembaga keuangan  mikro (BMT, BPR, Kospinjasa, Koperasi Karyawan, dll), dan kebijakan ekonomi mikro  yang   selalu   ”mendukung”   pemberdayaan   ekonomi   makro.   Tidak   ”seolah­olah  membiarkan” keuntungan terbesar perekonomian berada di investor asing.

Related Documents


More Documents from "ARIF EFENDI"