PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA (TTG) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK OLAHAN PANGAN PADA USAHA KECIL MENENGAH*) Ade Chandra Iwansyah dan Taufik Rahman Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna – LIPI Jl. K. S. Tubun No. 5 Subang 41213; Telp. (0260) 411478, Fax (0260) 411239 Email:
[email protected] or
[email protected]
PENDAHULUAN Berbicara teknologi, terkadang terbesit dalam benak kita ialah sesuatu peralatan yang modern dan canggih. Jika ditelusuri, timbulnya teknologi adalah dikarenakan adanya kebutuhan manusia dan mempermudah manusia dalam mengerjakan sesuatu. Jadi inti kata teknologi adalah hal yang mempermudah manusia dalam mengerjakan sesuatu. Namun terkadang teknologi yang diciptakan kurang tepat atau tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Istilah
“Teknologi
Tepat
Guna”
merupakan
hal
yang
dapat
menggambarkan dimana suatu teknologi tepat (sesuai dengan waktu, tempat, user dan sebagainya) dan guna (sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga berguna untuk mempermudah untuk melakukan suatu pekerjaan).Teknologi tepat guna tidak lagi dibatasi pada teknologi sederhana, tapi telah mengalami perkembangan yang didasarkan pada konteks daya guna dan manfaat dari suatu teknologi. Teknologi memiliki dua dimensi, yaitu ilmu pengetahuan (sciences) dan rekayasa (engineering). Berdasarkan wujudnya, teknologi tidak hanya berupa peralatan (fisik), namun dapat pula berupa: teknik, metode atau cara berproduksi.
Permasalahan/ Kebutuhan
TEKNOLOGI
Memudahkan pekerjaan Praktis Sesuai dengan kebutuhan Waktu tepat Tempat Berguna “TTG”
Gambar 1. Teknologi tepat guna (TTG)
*) Disampaikan pada kegiatan “Pengembangan Produk KUKM melalui TTG di Kab. Ciamis, Jawa Barat”, 24 April 2009
1
Terkait mengenai penguasaan teknologi, upaya peningkatan kualitas produk
UKM,
dapat
dilakukan
melalui
pemanfaatan
teknologi
yang
mempertimbangkan permasalahan yang ada dalam UKM itu sendiri. Dengan kata lain, teknologi menjadi kata kunci dalam mengenal, memahami permasalahan dan kebutuhan UKM. Penguasaan teknologi yang sesuai (tepat guna) akan meningkatkan produksi dan kulitas produk UKM yang otomatis akan mendorong penguatan usaha.
USAHA MIKRO KECIL MENENGAH OLAHAN PANGAN Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor dominan (44% total kegiatan perekonomian) di provinsi Jawa Barat. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Tahun 2007, Jawa Barat memiliki 193.557 unit usaha kecil yang dapat menyerap tenaga kerja sebesar 2.088.011 (kompas 2008). Salah satu bentuk unit usaha kecil menengah ialah unit usaha kecil di bidang olahan pangan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), usaha kecil didefinisikan sebagai perusahaan/usaha industri pengolahan (baik yang berbadan hukum atau tidak) yang mempunyai pekerja 5-19 orang, sedangkan usaha rumah tangga ialah usaha yang mempunyai pekerja antara 1-4 orang. Usaha olahan pangan ialah kegiatan usaha yang mengolah komoditas pangan yang bersumber dari hasil pertanian (buah-buahan, sayuran, tepung, umbi-umbian, padi-padian, kacang-kacangan, daging, telur, hasil perikanan dan sebagainya) menjadi produk olahan (makanan dan minuman) hingga perdagangan dan distribusinya dikenal luas di masyarakat. (Hubeis 2000). Prospek usaha olahan pangan sangatlah menjanjikan dan kontinu sepanjang masa karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Menurut Apriyantono (2000), peluang usaha olahan pangan masihlah terbuka lebar. Hal ini dapat dilihat dari : 1) ketersediaan pasar domestik dan ekspor produk industri pangan yang masih terbuka lebar; 2) ragam dan tingkat teknologi proses telah dapat dikuasai sehingga banyak produk yang dapat dikuasai, 3) potensi hasil pertanian sebagai bahan baku lokal dan 4) permintaan produk olahan pangan.
*) Disampaikan pada kegiatan “Pengembangan Produk KUKM melalui TTG di Kab. Ciamis, Jawa Barat”, 24 April 2009
2
Diversifikasi dan pangan merupakan kebutuhan yang mendasar manusia. Selain itu terdapat pula tantangan dan hambatan yang dihadapi UKM. Secara umum masalah sumberdaya manusia dan teknologi adalah faktor yang sangat dominan diluar faktor modal atau pendanaan (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Prospek peluang, tantangan dan hambatan dalam industri/usaha olahan pangan Peluang 1) ketersediaan pasar domestik
Tantangan 1) pasokan bahan baku yang
Hambatan 1) kualitas sumberdaya
dan ekspor produk industri
tidak kontinu baik kuantitas
manusia umumnya
pangan yang masih terbuka
maupun kualitas;
rendah
lebar;
2) beberapa industri pangan
2) ragam dan tingkat teknologi
2) teknologi dan proses
kurang/belum memenuhi
masih sangat
proses telah dapat dikuasai
persyaratan mutu yang
tradisional
sehingga banyak produk yang
ditetapkan;
dapat dikuasai, 3) potensi hasil pertanian sebagai bahan baku lokal 4) permintaan produk olahan pangan. Diversifikasi dan
3) dukungan teknologi budidaya 4) skema pendanaan yang mendukung belum memadai;
3) lemahnya akses UKM olahan pangan terhadap pendanaan, teknologi, pasar dan informasi.
5) ketergantungan produsen
pangan merupakan
terhadap distribusi dan
kebutuhan yang mendasar
pemasaran,.
manusia. Sumber: Apriyantono (2000)
PEMANFAATAN TTG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK USAHA KECIL MENENGAH OLAHAN PANGAN Saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa derajat penguasaan dan pengembangan teknologi oleh usaha kecil menengah masih sangat rendah. Padahal di era globalisasi dan perdagangan bebas ini, faktor dominan dalam menentukan tingkat daya saing suatu produk atau perusahaan ialah teknologi dan sumberdaya manusianya. Seperti telah dikemukakan, bahwa teknologi merupakan kata kunci dalam mengenal, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
*) Disampaikan pada kegiatan “Pengembangan Produk KUKM melalui TTG di Kab. Ciamis, Jawa Barat”, 24 April 2009
3
dialami oleh UKM. Pemanfaatan teknologi diharapkan bisa selaras dengan kebutuhan dan permintaan dari UKM sendiri (UKM sebagai motor penggerak serta pengguna dari teknologi proses yang ada). Pada saat ini UMKM masih memiliki keterbatasan dalam pengembangan usahanya, termasuk dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi. Padahal penguasaan dan pemanfaatan teknologi akan meningkatkan kualitas produk dan jasa pada akhirnya memberikan nilai tambah. Tanpa dukungan kemampuan penguasaan dan pemanfaatan teknologi yang andal, maka produk UKM akan kalah bersaing dipasaran dan
semakin jauh tertinggal dengan usaha
besar/perusahaan. Teknologi proses produksi merupakan suatu cara untuk merubah bahan mentah menjadi suatu produk yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Teknologi ini tidak hanya menyangkut pada pengolahaan pada saat proses melainkan juga melibatkan hal-hal seperti: a) bagaimana penanganan dari bahan baku (seperti mutu bahan baku yang akan diolah, b), proses produksi yang efisen dan efektif dalam penggunaannya dan c) Penanganan produk yang dihasilkan (pengemasan produk) sehingga produk yang dihasilkan bisa diterima oleh masyarakat. Proses pengolahan pangan pada prinsipnya dapat kita bedakan menjadi dua bagian yaitu (1) penanganan secara fisik dan (2) penanganan secara kimiawi. Penangan fisik meliputi pemanasan, pembekuan, pengeringan, pengawetan dengan garam, gula ataupun asam. Sedangkan penanganan kimiawi dilakuakan dengan melibatkan penambahan enzim dan bahan-bahan kimia (Bahan Tambahan Pangan).
Studi Kasus Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Studi kasus pemanfaatan teknologi dalam proses produksi dan peralatan, misalkan anda ingin mengolah buah pisang. Anda memiliki beberapa pilihan cara untuk mengolah pisang dengan memanfaatkan bagian dari buah pisang tersebut. Buah pisang terdiri dari kulit pisang dan daging buah. Kulit pisang dapat diolah menjadi minuman anggur kulit pisang atau kompos. Sedangkan daging buah dapat
*) Disampaikan pada kegiatan “Pengembangan Produk KUKM melalui TTG di Kab. Ciamis, Jawa Barat”, 24 April 2009
4
diolah menjadi : tepung pisang (dapat diaplikasikan kedalam kue atau produk lainnya), dodol pisang, keripik pisang, selai pisang, pasta pisang dan sale pisang. Pada makalah ini yang akan dibahas yaitu teknologi tepat guna pada proses pengolahan sale pisang. Sale merupakan produk olahan pisang dimana buah pisang telah mengalami pencucian, pensortiran, perendaman, dan penjemuran. Berdasarkan porses, pembuatan sale pisang dapat dibedakan menjadi tiga: 1) cara pengasapan kayu (tradisional) 2) cara pengasapan dengan belerang 3) cara basah dengan perendaman dalam natrium bisulfit.
Secara umum, dapat kita lihat proses pembuatan sale pisang dan letak introduksi teknologi peralatan yang mendukung pada Gambar 2 berikut:
1
2 3
4 Gambar 2. Proses pembuatan sale pisang dan letak teknologi peralatan3 yang dapat mendukung 1. 2. 3. 4.
teknologi peralatan perajang atau pengupas teknologi proses kimia teknologi pengeringan teknologi pengemasan
*) Disampaikan pada kegiatan “Pengembangan Produk KUKM melalui TTG di Kab. Ciamis, Jawa Barat”, 24 April 2009
5
PENUTUP Kualitas produk merupakan syarat mutlak bagi konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya. Dalam produk pangan, ada beberapa indikator yang dapat dijadikan pertimbangan kualitas produk selain kandungan produk seperti perijinan Departemen Kesehatan (P-IRT) dan Label Halal dari MUI. Penguasaan dan pemanfaatan teknologi tepat guna baik di bidang proses pengolahan pangan maupun peralatan dapat meningkatkan kualitas produk dan jasa pada akhirnya memberikan nilai tambah produk dari UMKM. Dengan peningkatan kualitas produk, maka produk UKM akan dapat bersaing dipasaran dan meningkatkan pendapatan UMKM..
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2008. IKM Penopang utama sektor Industri. Media cetak Kompas, 22 Oktober 2008. Apriyantono, A. 2000. Kumpulan Materi Pelatihan Industri Pengolahan Pangan untuk Daerah Pedesaan. Materi: Kebijakan Pengembangan Industri Pangan di Indonesia. Kerjasama B2PTTG-LIPI dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), Subang Hubeis, M. 2000. Kumpulan Materi Pelatihan Industri Pengolahan Pangan untuk Daerah Pedesaan. Materi: Manajemen Industri Pangan. Kerjasama B2PTTG-LIPI dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), Subang. Iwansyah, A. C., & T. Rahman. 2008. Strategi dan Peranan Teknologi Tepat Guna dalam Pengembangan Industri Makanan Tradisional. Makalah disampaikan pada acara “Pelatihan Pengembangan Produk KUKM Melalui TTG di Kabupaten Bandung”, Tanggal 19 November 2008. Kerjasama Dinas Koperasi Provinsi Jawa Barat – B2PTTG LIPI – Universitas Pasundan dan CV. Annisa.
*) Disampaikan pada kegiatan “Pengembangan Produk KUKM melalui TTG di Kab. Ciamis, Jawa Barat”, 24 April 2009
6