Pedoman Pelayanan Ppi (autosaved).docx

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pedoman Pelayanan Ppi (autosaved).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,592
  • Pages: 33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel,transparan terhadap masyarakat, khususnya terhadap jaminan keselamatan pasien ( patient safety ) sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada resiko terjadinya infeksi atau infeksi nosokomial yaitu infeksi yang diperoleh di rumah sakit, baik karena perawatan atau berkunjung ke rumah sakit. Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi ( PPI ), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan pelatihan serta evaluasi. Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit sangat perlu karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit, dimana akhir – akhir ini muncul berbagai penyakit infeksi baru ( new emerging, emerging diseases dan re - emerging diseases ). Wabah atau Kejadian Luar Biasa ( KLB ) dari penyakit infeksi sulit diperkirakan datangnya, sehingga kewaspadaan melalui surveilans dan tindakan pencegahan serta pengendaliannya perlu terus ditingkatkan. Selain itu infeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat dikendalikan tetapi juga dapat dicegah dengan melakukan langkah – langkah yang sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga melindungi sumber daya manusia kesehatan, pasien dan masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait pelayanan

kesehatan. Sasaran Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan disusun untuk digunakan oleh seluruh pelaku pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan Khusus nya Rumah Sakit Dadi Keluarga Ciamis. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dadi keluarga ciamis melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen/ unit dengan meliputi kualitas pelayanan, management resiko, clinical governace, serta kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Tujuan Khusus 

Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab secara jelas.

 

Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lain secara efektif dan efisien.

 

Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna.



Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS dadi keluarga ciamis

 

C. Ruang Lingkup Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ini memberi panduan bagi Panitia Pengendalian dan Pencegahan Infeksi yang ada di Rumah Sakit Dadi Keluarga Ciamis dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi baik bagi tenaga kesehatan, pasien, pengunjung, karyawan dan masyarakat sekitar.

D. Batasan Operasional Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sebagai berikut: 1.Surveilens 2. Kebersihan Tangan 3. APD 4. CSSD 5. Dekontaminasi 6. Kewaspadaan Standart dan Berdasarkan Transmisi 7. Management RISK PPI 8. Kohorting 9. Pengelolaan Kebersihan lingkungan 10.Pengelolaan Linen 11.Antibiogram 12.Upaya Kesehatan Karyawan 13.Pemeriksaan Swab dan Kultur

E. Landasan Hukum a. Undang –undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3495). 4. Undang –undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ( Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 443 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001 tentang Pedoman Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit. 5. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit. 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 7. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

8. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan. 9. Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. 10. Surat Keputusan Menkes Nomor 270/Menkes/2007 tentang Pedoman Manajerial PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. 11. Surat Keputusan Menkes Nomor 382/Menkes/2007 tentang Pedoman PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. 12. Surat Keputusan Menkes Nomor 1165A/Menkes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi RS. 13. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 27 tahun 2017 tentang pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB II STANDAR KETENAGAAN Pemimpin dan petugas kesehatan dalam Komite dan Tim PPI diberi wewenang dalam menjalankan program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Berikut ini distribusi ketenagaan : 1. Tim PPI    

Tim PPI disusun minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota. Ketua sebaiknya IPCD (dokter yang sudah pelatihan PPI) , memiliki minat, kepedulian, dan pengetahuan, memahami masalah infeksi. Sekretaris sebaiknya seorang perawat (IPCN) yang disegani, berminat, mampu memimpin dan aktif. Anggota Tim PPI adalah karyawan yang memiliki minat dalam PPI Anggota dapat terdiri dari : - dokter -Laboratorium

-Radiologi - gizi - Laundry - K3 - Sanitasi - IPSRS - Instalasi kamar jenazah - Farmasi 1. Tim PPI terdiri dari IPCN dan IPCLN dan IPCO Tim PPI terdiri dari ketua Tim yaitu seorang Dokter /perawat yang sudah pelatihan PPI dan anggota Tim terdiri dari IPCO,IPCN DAN IPCLN yaitu perawat/ kepala unit yang menjadi perwakilan ditiap ruangan.

2. Tugas pokok ketua Tim PPI : Mengkoordinasi semua pelaksanaan kegiatan program PPI di RS. Uraian tugas : a. b. c. d. e. f.

g. h. i. j. k.

Menyusun, merencanakan dan mengevaluasi program kerja PPI Memimpin , mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan PPI Bekerjasama dengan TIM PPI Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara pencegahan dan pengendalian infeksi. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI Mengusulkan pengadaan alat dan bahan kesehatan, cara proses alat, penyimpanan alat dan linen yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan. Mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan SDM dalam bidang PPI Bertanggungjawab terhadap koordinasi dengan bagian unit kerja lainnya Memberikan masukan tentang renovasi bangunan Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena potensi menyebarkan infeksi Menghadiri pertemuan managemen RS, jika diperlukan.

Tim PPI terdiri dari IPCN dan IPCLN dan IPCO Tim PPI terdiri dari ketua Tim yaitu seoran DOKTER /perawat yang sudah pelatihan PPI dan anggota Tim terdiri dari IPCO,IPCN DAN IPCLN yaitu dokter/ perawat/ kepala unit yang menjadi perwakilan ditiap ruangan. a. IPCN ( infection Prevention Controle Nurse) Kreteria:  

Perawat dengan pendidikan minimal D3 dan memiliki sertifikat pelatihan PPI Memiliki komitmen dibidang penegahan dan pengendalian infeksi



Memeiliki sertifikat pelatihan ppi dasar

b.IPCLN (Infection Prevention Controle link Nurse) Kreteria IPCLN:  Perawat dengan pendidikan minimal D3/sma/smk  Memiliki komitmen dalam pencegahan dan pengendalian infeksi  Memiliki kemampuan leadership  Memiliki sertifikat ppi dasar c. IPCO ( infection prevention controle officer) Kriteria: 

Dokter yang sudah memeiliki pengalaman kerja minimal satu tahun



Memiliki komiten dalam pencegahan dan pengendalian infeksi



memiliki kemampuan leadersip



memiliki sertifikat PPI dasar

B.DISTRIBUSI KETENAGAAN 1. IPCN ( infection Prevention Controle Nurse)

Uraian tugas: 



  

   

Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksiyang terjadi di lingkungan kerjanya, baik rumah sakit ataupun faskes lainnya. Memonitor dan melaksanakan surveillance PPI, penerapan SOP, kepatuhan karyawan dalam menjalankan kewaspadaan isolasi Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkannya pada ketua Komite PPI

Bersama TIM PPI memberikan pelatihan pada petugas rumah sakit Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi dari petugas ke pasien atau sebaliknya. Audit kepatuahan hand hygiene , pemakaian APD dan pembuangan limbah/sampah Memonitor kesehatan lingkungan rumah sakit Memonitor terhadap pemakaian antibiotik yang rasional Membuat laporan surveilans bulanan dan tahunan dan melaporkannya pada ketua Komite PPIRS

2.IPCLN (Infection prefention control link nurse) Uraian tugas : 

Mengisi dan mengumpulkan data indicator mutu di ruangan masing-masing dan menyerahkan pada IPCN.



Memberitahukan pada IPCN dan memberi laporan jika ada kecurigaan adanya HAIs pada pasien



Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam melaksanakan hand hygiene, APD dan pemilahan sampah.

3.IPCO (infection prefention control officer) 

Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar.



Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.



Mengidentifikasi dan melaporkan kuman pathogen dan pola resistensi antibiotika.



Bekerjasama

dengan

perawat

PPI

memonitor

kegiatan

surveilans infeksi dan mendeteksi serta menyelidiki KLB. 

Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan dengan prosedur terapi.



Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.



Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami pencegahan dan pengendalian infeksi.

C.

PENGATURAN JAGA 1.IPCN (infection prefention control nurse) Jadwal tugas IPCN masuk setiap hari purna waktu meng kordinir semua yang ada d rmh sakit. 2.IPCLN Jadwal tugas IPCLN masuk setiap pagi berdampingan dengan tugas kepala unit masing masing 3.IPCO Jadwal tugas IPCO menyesuai kan jadwal tugas dokter di unit nya masing masing dengan catatan tugas laporan perbulan selesai tepat waktu

BAB III STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

Gambar 3.1 Denah ruangan kantor Tim PPI

KETERANGAN:

1.

(Rak penyimpanan arsip PPI)

2.

(Meja petugas)

3

(Tempat cuci tangan Hands Wash)

4

(Hand Rub)

4

(Pintu)

B.STANDAR FASILITAS

1. RUANGAN KERJA PPI Untuk mengerjakan segala seuatu yang berhungan dengan ppi ter,asuk pengerjaan laporan harian bulanan dan tahunan 2. KOMPUTER Untuk pengimputan data data survalens perhari seperti kepatuhan cuci tangan

3. APD (alat pelindungan diri) Alat perindungan diri untuk diri kita supaya mengurangi resiko infeksi / tertular dari pasien ataw sebalik nya dari kita ke pasien a. Masker Masker adalah alat untuk melindungi kita dari factor infeksi airbon terutama pasien pasien dengan penyakit paru paru masker bias di bagi 3 bagian masker bedah , masker yang di cuci, masker kusus APD di ruangan isolasi b. Google Ualat untuk melindungi mata kita terhadap percikan darah pasien saat melakukan tidakn apapun contoh nya saat tindakan oprasi c. Jubah / apron Sebuah alat untuk melindungi diri kita dari percikan darah dan semua cairan tubuh pasien apron di bagi dua jenis yang pertama apron yang bias di cuci dengan catatan di cuci dengan tehnik DTT (desinfeksi tingkat tingi) dan dengan cairan yang tidak merusak kain apron menjadi sobek dan rusak dan menjadi butiran debu dan ada apron yang sekali pakai (disposable) d. Sepatu boot Di gunakan untuk melindungi diri kita terutama kaki dari percikan darah di ruang OK, VK,IGD dan TPS sampah B3 dan sampah domestic dan di tempat laundy dan cssd e. Baju kusus 1. CSSD Baju kusus ini di gunakan di tempat tempat kusus seperti d ruangan seteril (gudang stok alkes dan yang lainlain nya di CSSD) 2. IBS Baju kusus untuk para petugas di ibs meliputi (perawat,dokter,anestesi,cs yang bertugas di ibs) 3.HCU baju kusus petugas HCU di peruntukan untuk mengurangi yang mempengaruhi factor infeksi dan petugas hcu di batasi akses untuk keluar ruangan HCU nya 4.IGD baju khusus untuk petugas igd untuk mengurangi infeksi ke pasien dari luar rumah sakit

.

BAB III STANDAR FASILITAS

B. DENAH RUANGAN

KETERANGAN:

1.

(RAK PENYIMPANAN ARSIP PPI)

2.

(MEJA PETUGAS)

3

(TEMPAT CUCITANGAN HANDS WASH)

11

4

(HAND RUB)

12

B.STANDAR FASILITAS

4. RUANGAN KERJA PPI Untuk mengerjakan segala seuatu yang berhungan dengan ppi ter,asuk pengerjaan laporan harian bulanan dan tahunan 5. KOMPUTER Untuk pengimputan data data survalens perhari seperti kepatuhan cuci tangan 6. APD (alat pelindungan diri) alat perindungan diri untuk diri kita supaya mengurangi resiko infeksi / tertular dari pasien ataw sebalik nya dari kita ke pasien f. Masker Masker adalah alat untuk melindungi kita dari factor infeksi airbon terutama pasien pasien dengan penyakit paru paru masker bias di bagi 3 bagian masker bedah , masker yang di cuci, masker kusus APD di ruangan isolasi g. Google Ualat untuk melindungi mata kita terhadap percikan darah pasien saat melakukan tidakn apapun contoh nya saat tindakan oprasi h. Jubah / apron Sebuah alat untuk melindungi diri kita dari percikan darah dan semua cairan tubuh pasien apron di bagi dua jenis yang pertama apron yang bias di cuci dengan catatan di cuci dengan tehnik DTT (desinfeksi tingkat tingi) dan dengan cairan yang tidak merusak kain apron menjadi sobek dan rusak dan menjadi butiran debu dan ada apron yang sekali pakai (disposable) i. Sepatu boot Di gunakan untuk melindungi diri kita terutama kaki dari percikan darah di ruang OK, VK,IGD dan TPS sampah B3 dan sampah domestic dan di tempat laundy dan cssd j. Baju kusus 3. CSSD Baju kusus ini di gunakan di tempat tempat kusus seperti d ruangan seteril (gudang stok alkes dan yang lainlain nya di CSSD) 4. IBS Baju kusus untuk para petugas di ibs meliputi (perawat,dokter,anestesi,cs yang bertugas di ibs) 3.HCU baju kusus petugas HCU di peruntukan untuk mengurangi yang mempengaruhi factor infeksi dan petugas hcu di batasi akses untuk keluar ruangan HCU nya 4.IGD baju khusus untuk petugas igd untuk mengurangi infeksi ke pasien dari luar rumah sakit

7. HAND RUB Jelly alcohol yang bias mematikan kuman kuman di tangan dan di gunakan dengan perinsip kalo tangan tidak terihat kotor dan di seuai kan PMK no 27 tentang setandar pembuatan hand rub 8. Hand wash

13

Sabun antiseptic untuk membersihkan tangan kita ketika tangan kita terlihat kotor dengan perinsip 6 langkah cuci tangan harus ada di setiap wastafel 9. Wastafel Tempat cuci tangan petugas rumh sakit harus ada di setiap tempat yang terjangkaw oleh petugas , dan di setiap ruangan rawat minimal ada satu wastafel dengan tersedia poster poster 6 langkah cuci tangan 10. Spell kit Sebuah box kusus untuk menangani tumpahan darah yang di dalam nya ada APD tempat samapah infeksius , clorin dan yang lain lain. 11. Ruangan isolasi Ruangan isolasi perinsip nya negative , karna d rmah sakit dadi keluarga saat ini pasien dengan TB paru lumayan banyak dan dan rs dadi keluarga saat ini belum mem fasilitasi dengan pasien ganguan imunitas dan kalo ada pasien dengan diagnose tersebut d rujuk ke rmh sakit yang mempunyai fasilitas tersebut. 12. Tempat sampah Tempat sampah medis di bagi jenis yaituh sampah medis dengan mtanda /keresek warna kuning dan sampah rumahtangan dengan sampah dan itu semua tempat sampah harus setandar yang di mengunakan pijakan untuk membuka nya. 13. TPS Tempat pembuangan sementara di bagi menjadi 2 bagian TPS khusus B3 dan TPS kusu untuk sampah rumah tangga dan untuk pemusnahan harus ada MOU dengan pihak ke tiga yang sudah terakreditasi oleh pihak yang berhubungan dengan hal tersebut 14. Safty box Tempat pembuangan sampah medis medis kusu untuk jarum jarum dan ampul ampul terutama bnda tajam .

14

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN Tatalaksana kegiatan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi di unit pelayanan adalah sebagai berikut: 1. Surveilans Infeksi di unit rawat inap : a. SSI ( Site Surgical Infection ) / IDO a) Unit kamar bedah mengisi form pemantauan infeksi daerah operasi yang sudah disediakan yang meliputi : identitas pasien, diagnosa medis, ruang rawat, tanggal operasi, nama operasi, nama operator,, jenis anestesi, ruang operasi, lama pembedahan b) Unit rawat inap mengisi form pemantauan infeksi daerah operasi yang meliputi jenis dan antibiotika, tanggal diberikan dan selesai diberikan, jenis profilaksis tanggal dan jam diberikan, kortikosteroid yang diberikan, penyakit yang menyertai, tanggal masuk dan keluar RS, tanggal perkiraan kontrol, hasil kultur, jenis operasi c) Apabila pasien sudah pulang form pemantauan infeksi daerah operasi akan di ambil oleh IPCN dan diberikan ke unit rawat jalan. d) Di unit rawat jalan form diisi tentang skala keadaan luka operasi pada saat pasien kontrol ke dokter. e) Setelah form terisi diserahkan ke Tim PPI untuk dilakukan pencatatan dan dibuat sebagai laporan. b.

CAUTI (Catheter Assosiated Urinary Tract Infection)/ ISK a)

IPCLN atau perawat ruangan setiap hari melakukan pencatatan jumlah pemasangan kateter urine dan kejadian infeksi karena kateter urine pada form indikator mutu pelayanan

b)

IPCN setiap hari melakukan monitoring ke pasien mencatat meliputi identitas pasien, tanggal dipasang dan dilepas, lokasi insersi, total hari perawatan, hasil lab yang mendukung, pemakaian antibiotika, hasil kultur urin c) Apabila ada kejadian infeksi maka IPCLN melaporkan kepada IPCN d) IPCN akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan investigasi dan apabila di perlukan

15

RCA e)

Setiap akhir bulan IPCLN menyerahkan form indikator mutu pelayanan kepada IPCN

untuk dibuat laporan c. IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) / infeksi karena pemasangan infus a) IPCLN atau perawat ruangan setiap hari melakukan pencatatan jumlah pemasangan infus dan kejadian infeksi karena pemasangan infus pada form indikator mutu pelayanan b) IPCN setiap hari melakukan monitoring ke pasien meliputi identitas pasien, tanggal dipasang dan dilepas, lokasi insersi, total hari perawatan, hasil lab yang mendukung, pemakaian antibiotika, hasil kultur darah c) Apabila ada kejadian infeksi maka IPCLN melaporkan kepada IPCN d) IPCN akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan investigasi

dan

apabila diperlukan dilakukan RCA (Root Cause Analyse). e) Setiap akhir bulan IPCLN menyerahkan form indikator mutu pelayanan kepada IPCN untuk dibuat laporan

d. VAP (Ventilator Associated Pneumonie) a) IPCLN atau perawat ruangan setiap hari melakukan pencatatan jumlah pemasangan ventilator dan kejadian infeksi karena pemasangan infus pada form indikator mutu pelayanan b) IPCN setiap hari melakukan monitoring ke pasien mencatat meliputi identitas pasien, diagnosis awal, pindah ruangan, jenis tindakan (intubasi atau trakeostomie), tanggal dipasang dan dilepas, total hari perawatan, hasil lab yang mendukung, foto thorax, anti biotika yang diberikan, hasil kultur sputum c) Apabila ada kejadian infeksi maka IPCLN melaporkan kepada IPCN d) IPCN akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan investigasi Dan apabila diperlukan dilakukan RCA (Root Cause Analyse). Setiap akhir bulan IPCLN menyerahkan form indikator mutu pelayanan kepada IPCN untuk dibuat laporan

16

2. PPI di unit Dietary a. Memantau suhu penyimpanan bahan makanan setiap hari dicatat pada form pemantauan suhu b. Memantau kepatuhan pemakaian APD c. Melakukan uji mutu alat makan setiap 6 bulan sekali d.Melakukan uji mutu bahan makanan setiap 6 bulan sekali e. Melakukan uji mutu makanan siap saji setiap bulan sekali

f. Setiap akhir bulan membuat laporan dan menyerahkan kepada tim PPI 3. PPI di unit Housekeeping a. Memantau kepatuhan pemakaian APD b. Memastikan pemilahan limbah sudah dilakukan oleh unit pelayanan yang menghasilkan limbah c. Monitoring pengangkutan sampah sesuai dengan ketentuan yang berlaku d. Memastikan pengelolaan limbah oleh pihak ketiga sesuai peraturan dan kesepakatan yang telah dibuat e. Memantau kepatuhan pembuangan sampah. 4. PPI di unit Sanitasi a. Penyediaan, Pengelolaan dan Pengawasan Air Minum dan Air Bersih. b. Menjamin pemenuhan kebutuhan air minum dan air bersih yang memadai c. Menjamin kualitas air minum dan air bersih yang sesuai persyaratan kesehatan yang berlaku dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan. d. Melakukan kegiatan pengawasan kualitas air minum dan air bersih yang meliputi : inspeksi sanitasi terhadap sarana, pengambilan-pengiriman-pemeriksaan sampel air minum dan air bersih, melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan hasil pemeriksaan laboratorium, melakukan tindak lanjut berdasarkan analisis. e. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih minimal 1 (satu) tahun sekali.

17

f. Melakukan monitoring dan pengambilan sampel air minum untuk pemeriksaan parameter mikrobiologik minimal seminggu sekali yang jumlah sampel setiap bulan sesuai peraturan yang berlaku. g. Melakukan monitoring dan pengambilan sampel air minum dan air bersih untuk pemeriksaan parameter kimia dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam setahun dan titik pengambilan sampel minimal pada tempat penampungan (reservoir air bersih dan penampung produk air minum) dan kran air bersih / distribusi air minum terjauh dari penampung. h.Monitoring dan pengambilan sampel air minum untuk pemeriksaan mikrobiologik terutama pada lokasi / ruang : Gizi / dapur, Bersalin, Bayi, ruang makan, Hemodialisa, Rawat Inap, ICU, UGD, Poli Gigi, tempat penampungan, secara acak pada kran-kran sepanjang distribusi, pada sumber air dan titik-titik lain yang rawan pencemaran. i. Membuat analisa dan tindak lanjut apabila terdapat penyimpangan terhadap mutu air j. Membuat laporan kepada tim PPI pada akhir bulan

5. PPI di unit Loundry a.Menjamin kualitas linen bersih yang tersedia sesuai persyaratan kesehatan yang berlaku dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan. b.

Menetapkan pengelolaan linen kotor pada sumber linen kotor (Rawat Inap,

Rawat Jalan dan unit lainnya) secara hygienis, mencegah kontaminasi dan aman bagi pasien,pengunjung dan petugas rumah sakit. c. d.

Memastikan pengelolaan linen bersih dan kotor sesuai standar yang berlaku. Melakukan monitoring dan pengambilan sampel (swab) linen bersih untuk pemeriksaan parameter mikrobiologik minimal sebulan sekali yang jumlah sampel setiap bulan sesuai peraturan yang berlaku. e.Monitoring dan pengambilan sampel (swab) linen bersih untuk pemeriksaan

mikrobiologik terutama pada lokasi / ruang : Rawat Inap , R. Operasi, Bersalin / Bayi, ICU, RU, UGD, Poli Spesialis, ruangan / unit lain yang menerima pelayanan laundry. f. Mengambil sampel (swab) linen bersih berkoordinasi dengan pihak ketiga

18

yang berkompeten dan dibawah koordinasi Unit Sanitasi. g.

Melakukan analisa

dan evaluasi apabila dari

pemeriksaan kualitas linen

bersih terdapat parameter

hasil monitoring dan yang menyimpang dari

standar. h.

Memastikan pengelolaan linen oleh pihak ketiga sesuai dengan kesepakatan

Bersama melalui kunjungan secara periodik

6. PPI di unit rawat jalan, diagnosting dan penunjang lainnya a. Audit kepatuhan cuci tangan b. Dilakukan setiap 3 bulan menggunakan form audit cuci tangan b.Audit kepatuhan penggunaan APD c. Dilakukan setiap 3 bulan menggunakan form audit APD c. Audit kepatuhan pembuangan sampah Dilakukan setiap 3 bulan menggunakan form audit kepatuhan pembuangan sampah 7. Kegiatan kampanye Hand Hygiene Kegiatan kampanye Hand Hygiene dilakukan setiap enam bulan pada bulan Juni dan bulan Desember yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalam mencuci tangan serta sebagai upaya PPI dalam meminimalisasi angka kejadian infeksi di Rumah Sakit. a.

Penanggung jawab PPI membuat proposal kampanye cuci tangan

b.

Mengajukan proposal kampanye cuci tangan kepada Direktur Rumah Sakit.

c.

Membentuk kepanitiaan kampanye cuci tangan

d.

Menyiapkan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan kampanye cuci tangan

e.

Menentukan tempat untuk kampanye cuci tangan

f.

Memasang banner cuci tangan pada tempat kampanye cuci tangan

g.

Memberitahu semua karyawan lewat email

h.

Memasang pengumuman pada tempat absensi

19

i.

Pada hari pelaksanaannya petugas edukasi yang bertugas kampanye cuci tangan mengajak semua karyawan untuk melakukan cuci tangan dengan 6 langkah benar, apabila belum benar sekaligus dilakukan edukasi dan evaluasi.

j.

Panitia membuat laporan tertulis yang diketahui oleh ketua PPI, Quality & Assurance Manager dan direktur Utama serta dilaporkan kepada seluruh supervisor unit terkait sebagai masukan untuk ditindaklanjuti.

8. Membuat laporan bulanan a.

Laporan bulanan dibuat setelah mendapat data dari rawat inap,

dilakukan rekapitulasi b.

Dibuat analisa dan tindak lanjut

c.

Laporan diketahui dan dilaporkan oleh ketua komite PPI dan Direktur

9. Membuat laporan Tri Wulan a. Laporan Triwulan dibuat berdasarkan laporan bulanan kemudian dilakukan rekapitulasi b.

Dibuat analisa , dibandingkan dengan data Triwulan sebelumnya dan

dibuat tindak lanjut 10. Laporan diketahui dan dilaporkan oleh ketua Komite PPI dan Direktur,

Kepala bagian

11. Membuat laporan tahunan a.

Laporan Tahunan dibuat berdasarkan laporan Triwulan kemudian dilakukan rekapitulasi

b.

Dibuat analisa , dibandingkan dengan data Tahunan sebelumnya dan dibuat Tindak lanjut

c.

Laporan diketahui dan dilaporkan oleh ketua komite PPI dan Direktur, kepala bagian terkait

20

BAB V LOGISTIK a. Pengertian Managemen pelayanan logistik merupakan penyelenggaraan pengurusan bahan dan barang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan PPI di rumah sakit atau institusi secara teratur dalam kurun waktu tertentu secara cermat dan tepat dengan biaya seefisien mungkin. b. Tujuan 1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat dan kualitas yangbaik pada waktu yang dibutuhkan 2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional tersebut di atas tercapai. Maksudnya dengan biaya yang rendah. 3.

Tujuan Keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang

menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akutansi. c. Syarat Managemen Logistik 1.

Sirkulasi pengeluaran bahan atau barang berdasar metode FIFO ( First In First

Out ) 2.

Fasilitas penyimpanan terstandar ( bersih dan suhu sesuai )

3.

Stok bahan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu

4.

Menjaga kualitas bahan dan barang tetap terjamin

5. Adanya sistem pencatatan. d. Kegiatan Logistik di Pencegahan dan pengendalian Infeksi 1. Penyediaan APD Rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan alat pelindung diri yang disesuaikan dengan spesifikasi dan sesuai standar RSU DADI KELUARGA CIAMIS a.

Alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, topi, safety shoes, kacamata, kebutuhan

b.

schort di sediakan oleh unit masing-masing sesuai dengan

Alat pelindung diri untuk Housekeeping dan Loundry disediakan oleh pihak 21

ketiga c. Plastik untuk tempat sampah disediakan oleh pihak ketiga

2. a.

Penyediaan cairan untuk cuci tangan, desinfektan

Penanggung jawab PPI mencari sedikitnya 3 vendor berkoordinasi dengan bagian purchasing / pengadaan barang

b.

Vendor yang ada melakukan presentasi yang di ikuti oleh semua unit pengguna.

c.

Penanggung jawab PPI memberikan rekomendasi kepada bag pengadaan barang vendor yang terpilih.

d.

Penanggung jawab PPI mengajukan permintaan cairan untuk cuci tangan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan diseluruh runah sakit

e.

Administrasi unit membuat permintaan ke unit logistik sesuai dengan kebutuhan

f.

Kepala bagian unit menandatangani permintaan barang tersebut

g.

Lembar permintaan barang diserahkan ke bagian logistik

h. Bagian Pembelian menghubungi supplier melalui telepon berdasarkan pesanan yang diotorisasi oleh pihak yang berwenang

3.

Penyediaan Banner,stiker, Leaflet

a. Mengidentifikasi kebutuhan banner Hand Hygiene b. Mengidentifikasi kebutuhan stiker Hand Hygiene untuk Wastafel yaitu cara mencuci tangan dengan 12 langkah c. Mengidentifikasi kebutuhan stiker cuci tangan dengan 6 langkah d. Melakukan koordinasi dengan bagian pengadaan barang tentang kebutuhan tersebut e. Bagian pengadaan

barang menghubungi

pihak

percetakan

melalui

telepon

berdasarkan pesanan dari unit PPI f. Pesanan banner, stiker atau leaflet diberikan langsung dari percetakan kepada unit

PPI

g. Kwitansi sesuai barang pesanan di otorisasi oleh Quality Assurance dan diberikan kepada pengadaan barang yang akan diteruskan kepada unit Finance

22

BAB VI KESELAMATAN PASIEN A. Pengertian Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi. B. Tujuan Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar terciptan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. C. Tata Laksana Keselamatan Pasien Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah: 1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.

23

2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien. 3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan pengkajian hal potensial bermasalah. 4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit). 5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. 6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul. 7.

Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan

informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada system pelayanan. Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut: 1. 2. 3.

Hak pasien Mendidik pasien dan keluarga Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

5. 6. 7.

Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai

keselamatan pasien. Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit: 1. Menetapkan Instalasikerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan pasien rumah sakit. 2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun 3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit

24

4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan karyawan 5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien) 6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut diatas 7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit 8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit 9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.

 

Sasaran Keselamatan Pasien Di Tim PPI RS DADI KELUARGA CIAMIS 1.

Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Infeksi sehubungan dengan pembedahan. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksiinfeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

2.

Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan limbah termasuk limbah B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun).

3. 4. 5.

Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan sanitasi dan lingkungan Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan linen Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan makanan

25

BAB VII KESELAMATAN KERJA Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Gizi dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin: a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat. b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien. c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan. Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu : a.Kondisi dan lingkungan kerja b. Kesadaran dan kualitas pekerja

26

c. Peranan dan kualitas manajemen Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila : -

Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus

-

Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi

-

Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau terlalu dingin.

-

Tidak tersedia alat-alat pengaman

-

Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.

Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan 

Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.

 

Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.

 

Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.

  Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan 

Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.

  

Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit menular yang sedang dihadapi.

27



Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di Instalasi Perawatan Intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.

Alat pelindung kerja 1. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai seperti topi, masker sarung tangan, schort, kaca mata gogle, safety shoes. 2. Menggunakan sandal / safety shoes yang tidak licin bila berada di lingkungan kerja yang basah 3. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dan sebagainya. 4. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah

dijangkau.

28

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, maka saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Pengendalian mutu di Pencegahan dan Pengendalian Infeksi harus dilakukan demi kepentingan dan keselamatan pasien sehingga nantinya dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di Rumah Sakit RS DADI KELUARGA CIAMIS Indikator Mutu Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mengacu pada Pedoman Indikator Mutu unit pelayanan Rumah Sakit RSU DADI KELUARGA CIAMIS yaitu : 1. Surveilans Infeksi di unit Rawat Inap / Rawat Jalan yang meliputi : a. b. c. d. e. f. g. h.

Infeksi karena jarum infus Infeksi karena penggunaan kateter urine / CAUTI/ ISK Infeksi karena tindakan pembedahan atau operasi / SSI/IDO Infeksi karena penggunaan ventilator mekanik / VAP Infeksi karena tindakan CVC/IADP Pemantauan Decubitus Screening MRSA Pemantauan mutu udara di ruang khusus (OK,ISOLASI, ICU) 2. Unit Pelayanan Gizi

a. b. c. d.

Pemantauan suhu ruangan penyimpanan bahan makanan Pemantauan mutu bahan makanan dan makanan siap saji Pemantauan mutu alat makan Pemantauan kesehatan penjamu makanan

3. Unit Pelayanan Sanitasi a. Pemantauan mutu air minum, air bersih dan air cadangan b. Pemantauan mutu udara di saat pembangunan 4. Unit Pelayanan Housekeeping a. Pemantauan pembuangan sampah b. Pemantauan kepatuhan pengelompokan sampah c. Pemantauan pembuangan limbah B3

29

5. Unit Pelayanan CSSD a. Pemantauan mutu sterilisasi b. Pementauan kepatuhan penggunaan APD 6. Unit Pelayanan Loundry a. Monitoring kepatuhan pemakaian APD b. Monitoring uji mutu linen bersih c. Monitoring pengelolaan linen infeksius

30

31

BAB IX PENUTUP Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit, yang terkait dengan keenam dasar fungsi rumah sakit, yaitu peningkatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, pendidikan dan penelitian. Pencegahan

dan

Pengendalian

Infeksi

yang

berhasil

akan

mempercepat

penyembuhan, mencegah terjadinya komnplikasi penyakit, memperpendek hari rawat pasien dan merupakan indikasi mutu pelayanan Rumah Sakit. Buku Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan tim PPIRS yang diselenggarakan di Rumah Sakit RSU DADI KELUARGA CIAMIS . Dengan ini, diharapkan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit dapat terlaksana dengan baik dan dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan Rumah Sakit.

32

33

Related Documents