PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RS ISLAM METRO
TAHUN 2016
DAFTAR ISI Surat Keputusan Direktur Tentang PPI ………………………………
3
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………...
6
A. Latar Belakang …………………………………………………..
6
B. Tujuan……………………………………………………………..
8
C. Ruang Lingkup ………………………………………………….
8
D. Batasan Operasional …………………………………………..
9
E. Jenis Penyakit Menular ……………………………………….
12
1. AIDS ………………………………………………….
12
2. SARS …………………………………………………
14
3. TBC …………………………………………………..
17
4. MRSA ………………………………………………..
19
F. Kegiatan PPIRS …………………………………………….
22
1. Surveilens ……………………………………………
22
2. Kebersihan Tangan ………………………………...
41
3. APD ……………………………………………………
45
4. CSSD ………………………………………………….
52
5. Dekontaminasi ……………………………………….
61
6. Kwaspadaan standart dan berdasarkan transmisi…….
61
7. Management RISK PPI ……………………………..
63
8. Kohorting ……………………………………………..
66
9. Pengelolaan Kebersihan lingk …………………….................
71
Pengelolaan linen ………………………………….........................
75
. Antibiogram …………………………………………..............
79
12. Upaya kesehatan karyawan ……………………….
79
13. Pemeriksaan swab dan kultur ……………………..
70
BAB II STANDART KETENAGAAN ………………………………
92
A. Kualifikasi Ketenagaan ……………………………………...
92
B. Uraian Tugas …………………………………………………….
93
C. Distribusi Ketenagaan ………………………………………….
98
BAB III STANDART FASILITAS ……………………………………….
99
A. Fasilitas bagi Petugas ……………………………………….
99
B. Fasilitas bagi Pelayanan ………………………………
107
.
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ………………………………
108
BAB V LOGISTIK ………………………………………………………..
109
BAB VI KESELAMATAN KERJA ………………………………………
112
BAB VII KESELAMATAN PASIEN …………………………………….
113
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ……………………………………
115
BAB IX PENUTUP …………………………………………………
122
Lampiran – lampiran Lamp 1. Gambar penanganan tumpahan darah Lamp 2. Tabel desinfeksi Lamp 3. Tabel cara membuat larutan clorin Lamp 4. Tabel ASA score Lamp 5. Tabel Daftar tilik penyakit menular Lamp 6. Tabel daftar tilik penggunaan APD
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS ISLAM METRO
NOMOR: ........ Tentang PEDOMAN PELAYANAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RS ISLAM METRO
DIREKTUR RS ISLAM METRO
Menimbang
:
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS ISLAM Metro maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi dari setiap gugus tugas/ unit pelayanan yang ada;
b.
bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan salah satu gugus tugas/ unit pelayanan di RS ISLAM METRO yang harus mendukung pelayanan rumah sakit secara keseluruhan maka diperlukan
penyelenggaraan
pelayanan
pencegahan
dan
pengendalian infeksi yang bermutu tinggi. c.
bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Surat Keputusan Direktur tentang Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS ISLAM METRO sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan.
d.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a, b dan c, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur RS ISLAM Metro
Mengingat
:
1.
Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN: Menetapkan
:
Pertama
:
KEPUTUSAN DIREKTUR RS ISLAM METRO Tentang PEDOMAN PELAYANAN
PENCEGAHAN
DAN
PENGENDALIAN
INFEKSI.RS ISLAM METRO Kedua
:
Pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS ISLAM METRO sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga
:
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh Direktur RS ISLAM METRO
Keempat
:
Kepala pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Kelima
:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Metro tanggal ........ RS ISLAM METRO
Dr. H. Amelius Ramli Direktur,
BAB I PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomia yang masih dijumpai di berbagai
rumah sakit merupakan indikator
pengukuran tentang seberapa besar upaya rumah sakit untuk mengendalikan infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di RS ISLAM Metro Purwodadi bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain. 2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi. 3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika yang lebih bijaksana 4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap resiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai. 5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.
II.
Tujuan 1. Tujuan umum . Meningkatkan mutu pelayanan RS ISLAM Metro melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan
meliputi
kualitas
pelayanan,management
resiko,clinical
governace,serta
kesehatan dan keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus
Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab secara jelas.
Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lain secara efektif dan efisien.
III.
Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS Islam Metro.
Ruang Lingkup Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
Pelayanan surveilens PPI
Hand Higiene sebagai bariier protection.
Penggunaan APD
Pelayanan CSSD
Penggunaan peralatan pasien
Pola penempatan pasien
Pengelolaan limbah dan benda tajam
Pelayanan Linen
Pelayanan Kesehatan karyawan
Pencegahan infeksi dari pemasangan infus,kateter,luka operasi
Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan IPSRS dan pemeriksaan kualitas udara
Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
Pelayanan management resiko PPI
Antibiogram dan pola kuman RS Islam
Penggunaan bahan single use yang di re-use
IV.
Batasan operasional. Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
a. Konsep dasar penyakit Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk indonesia ,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari( Community acquaired in fection)atau berasal dari( Hospital Acquired infektion). Karena seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured infeksi) diganti (HAIs) yaitu healthcare –assosiated infections dengan arti lebih luas tidak hanya terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat melakukan tindakan medis atau perawatan . Batasan a. Kolonisasi
:
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi,dimana organisme tersebut hidup,tumbuh dan berkembang biak,namun tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinis.Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam keadaan suspectibel pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman patogen tanpa mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang lain (sebagai carrier).
b. Infeksi Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme dimana terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik.
c. Penyakit infeksi Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
d. Penyakit menular Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
e. Inflamasi Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya dolor,kalor,rubor ,tumor dan fungsiolesa.
f. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma). Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium
yang
merupakan respon tubuh (imflamasi) yang bersefat sitemik.kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia sesuai usia,(3) takipneu sesuai usia,(4) leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang ) lebih dari 10 %.SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi
seperti luka bakar,
pankreatitis,atau gangguan metabolik.SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.
g. Health Associated Infection (HAIs) berdasarkan WHO 2007 yang dimaksud dengan HAIs adalah
Infeksi yang terjadi selama proses perawatan di RS atau di fasilitas kesehatan lain
Saat masuk pasien tidak ada infeksi atau tidak dalam masa inkubasi
Infeksi didapat di RS tetapi muncul setelah pulang
Juga infeksi yang terjadi pada petugas kesehatan karena pekerjaan
b. Rantai penularan . Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai penularan,apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia ,dapat berupa bakteri,virus,riketsia,jamur, dan parasit.ada 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : virulensi,patogenesis,jumlah dosis obat. b. Reservoir
atau
tempat
hidup
dimana
agen
infeksi
dapat
hidup,tumbuh,berkembang biak dan siap ditularkan pada orang lain,reservoir yang paling umum adalah manusia,binatang,tumbuhan,tanah,air dan bahan bahan organik.pada manusia sehat permukaan kulit,selaput lendir saluran napas,pencernaan dan vagina meripakan reservoir yang umum.
c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir ,pintu
keluar
meliputi
saluran
napas,pencernaan,saluran
kemih
dan
kelamin,kulit,membran mukosa,trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya. d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1) kontak; langsung dan tidak langsung,(2) droplet ,(3) airborne ,(4) Vehicle ;makan,minuman,darah,(5) vektor biasanya bnatang pengerat dan serangga. e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang supectibel) dapat melalui saluran pernapsan,pencernaan.perkemihan atau luka. f. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi ,faktor yang mempengaruhi umur,usia,status gisi,ekonomi,pekerjaan,gaya hidup,terpasang barrier (kateter,implantasi ),dilakukan tindakan operasi
c. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi. a. Peningkatan daya tahan pejamu. Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi kesehatan nutrisi yang adekuat.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi. Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi atau sterilisasi ataupun memasak makanan hingga matang.kalau kimia dengan pemberian clorin pada air dan desinfeksi .
c. Memutus rantai penularan. Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan isolasi dan kewaspadaan transmisi
d. Tindakan pencegahan paska pajanan. Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis B,C dan HIV.
V.
Konsep Penyakit Menular a. AIDS/HIV HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus RNA, famili retrovirus
dengan masa inkubasi (masa laten klinis) lama. HIV menghancurkan sistem
imun yang menyebabkan rentan terhadap berbagai penyakit dan akhirnya menimbulkan gejala & tanda AIDS. Sementara AIDS adalah
adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan
penurunan kekebalan tubuh akibat HIV HIV menular dari orang ke orang melalui kontak seksual yang tidak dilindungi, baik homo maupun heteroseksual, pemakaian jarum suntik yang terkontaminasi, kontak kulit yang lecet dengan bahan infeksius, transfusi darah atau komponennya yang terinfeksi, transplantasi organ dan jaringan. Sekitar 15-35 % bayi yang lahir dari ibu yang HIV(+) terinfeksi melalui placenta dan hampir 50% bayi yang disusui oleh ibu yang HIV(+) dapat tertular. Penularan juga dapat terjadi pada petugas kesehatan yang tertusuk jarum suntik yang mengandung darah yang terinfeksi. Masa inkubasi atau waktu terinfeksi bervariasi tergantung usia dan pengobatan antivirus. Waktu antara terinfeksi dan terdeteksinya antibodi sekitar 1-3 bulan namun untuk terjadinya AIDS sekitar < 1 tahun hingga > 15 tahun. Tanpa pengobatan efektif, 50% orang dewasa yang terinfeksi akan menjadi AIDS dalam waktu 10 tahun.
Klasifikasi HIV/AIDS pada orang dewasa menurut CDC ( Centers for Disease Control ) dibagi atas empat tahap, yakni: 1. Infeksi HIV akut. Tahap ini disebut juga se bagai infeksi primer HIV Keluhan muncul setelah 2- 4 minggu terinfeksi. Keluhan yang muncul berupa demam, ruam merah pada kulit, nyeri telan, badan lesu, dan limfadenopati. Pada tahap ini, diagnosis jarang dapat ditegakkan karena keluhan menyerupai banyak penyakit lainnya dan hasil tes serologi standar masih negatif.
2. Infeksi seropositif asimptomatik Pada tahap ini, tes serologi sudah menunjukkan hasil positif tetapi ge jala asimtomat is. Pada orang dewasa, fase ini berlangsung lama dan penderita bisa tidak mengalami keluhan apapun selama sepuluh tahun atau
lebih. Berbeda
dengan anak - anak, fase ini lebih cepat dilalui 3. Persisten Generalized Lymphadenopathy (PGL) Pada fase ini ditemukan pembesaran kelenjar limfe sedikitnya di dua tempat selain limfonodi inguinal. Pembesaran ini terjadi karena jaringan limfe berfungsi sebagai tempat penampungan utama HIV. PGL terjadi pada sepertiga orang yang terinfeksi HIV asimtomatis. Pembesaran
menetap, menyeluruh, simetri,
dan tidak nyeri tekan 4. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, yang tidak mendapat pengobatan, akan berkembang menjadi AIDS. Progresivitas infeksi HIV bergantung pada k arakteristik virus dan hospes. Usia kurang dari lima tahun atau lebih dari 40 tahun, infeksi yang menyertai, dan faktor genetik merupakan faktor penyebab peningkatan progresivi tas. Bersamaan dengan
progresifitas dan penurunan
sistem imun, penderita HIV lebih rentan terhadap infeksi. Beberapa penderita mengalami gejala konstitusional, seperti demam dan penurunan berat badan, yang tidak jelas penyebabnya. Beberapa penderita lain mengalami diare kronis dengan penurunan berat badan. Penderita yang mengalami infeksi oportunistik dan tidak mendapat pengobatan anti retrovirus biasanya akan meninggal kurang dari dua tahun kemudian
WHO menetapkan kriteria diagnosis HIV/AIDS apabila terdapat dua gejala mayor dan satu gejala minor di bawah ini a. Gejala Mayor
Penurunan berat badan > 10% berat badan
Diare kronis > 1 bulan
Demam > 1 bulan
Kesadaran menurun dan gangguan neurologis
Demensia
b. Gejala Minor
Batuk > 1 bulan
Pruritus Dermat itis menyelur uh
Infeksi umum yang rekuren
Kandidiasis Orofaringeal
Infeksi Herpes Simpleks yang meluas atau menjadi kronik progresif
Limfadenopati generalisata
Perilaku resiko tinggi : Pengguna narkoba suntik bergantian Senggama vaginal/anal tanpa kondom Kontak oral – anal
Kelompok resiko tinggi Pecandu obat bius I.V. Pria homoseksual Penerima transfusi darah Wanita/pria tuna susila Pria/wanita dengan banyak mitra seksual Mitra seksual dari kelompok diatas
Masa Penularan Tidak diketahui pasti Diperkirakan segera setelah terinfeksi pasien jadi infeksius seumur hidup Kerentanan dan kekebalan: Diduga semua orang rentan. Pada penderita PMS dan pria yang tidak dikhitan kerentanan akan meningkat
Pengobatan dirujuk ke RS tipe B atau yang menyediakan pelayanan untuk pasien HIV/AIDS
b. Hepatitis A Epidemiologi: Seluruh dunia, sporadik, kadang kadang KLB. Umumnya : anak usia sekolah dan dewasa muda. Etiologi Virus hepatitis A (HAV), family Picornaviridae dengan menggunakan manusia sebagai reservoir. Banyak pasien asimtomatis, gejala sangat ringan Cara Penularan Dari orang ke orang : fecal-oral. Virus pada tinja terutama 1-2 minggu sebelum gejala dimana sumber penularan berupa air minum/makanan terkontaminasi , makanan tidak diolah dengan baik
Masa inkubasi hepatitis A 15 sampai 50 hari, rata rata 28-30 hari dengan masa penularan
pada
akhir masa inkubasi
sampai beberapa hari setelah timbul
ikterus. Bayi dan anak : virus pada tinja sampai 6 bulan setelah sembuh.
Gejala Klinis •
Ringan : sembuh sendiri dalam 1-2 minggu
•
Berat : beberapa bulan.
•
Gejala: demam, malaise, anoreksia, nausea dan gangguan abdominal, diikuti timbulnya ikterus setelah beberapa hari
Pencegahan • Kebersihan diri • Kebersihan lingkungan • Perilaku hidup sehat • Kebersihan tangan • Kebersihan makanan/minuman
Pengobatan dengan pemberian hepatoprotector dan pengobatan simptomatik lainnya
c. Hepatitis B Etiologi Virus Hepatitis B (HBV) Virus DNA hepatotropik. Golongan Hepadnaviridae. Terdiri atas 6 genotipe (A-H). Inti HBV mengandung : Protein polimerase dengan aktivitas reverse transcriptase, HBcAg, dan HBeAg. Selubung lipoprotein mengandung HBsAg.
Transimisi melalui Terutama melalui darah Hubungan seksual Penetrasi jaringan atau mukosa Transmisi maternal-neonatal Tidak ada bukti penyebaran fekal-oral
Pencegahan Vaksinasi Hepatitis B Setia pada satu pasangan Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HBV+ diberikan HBIg Hati-hati menggunakan peralatan yang mungkin terkontaminasi darah Gunakan jarum suntik sekali pakai
Vaksin Immunoprofilaksis sebelum paparan : Vaksin Hepatitis B Immunoprofilaksis pasca paparan Vaksin Hepatitis B dan HBIg
Untuk bayi yang lahir dari ibu yang mengidap hepatitis B atau HbsAg (+) diakukan pemberian vaksinasi aktif (HBIg) maupun pasif dalam 12 jam pertama setelah kelahiran bayi
Untuk bayi lahir sehat atau berat badan diatas 2000 gr diberikan vaksin hepatitis B dan juga
HBIg secara IM pada paha yang berlawanan dari
pemberian vaksin hepatitis B pasif. Vaksin hepatitis B disini merupakan bagian dari serial vaksin hepatitis B pada 0,1 dan 6 bulan
Pada bayi dengan berat kurang dari 2000 gr diberikan vaksin hepatitis B dan juga HBIg secara IM pada paha yang berlawanan dari pemberian vaksin hepatitis B pasif. Vaksin hepatitis B disini merupakan tambahan tidak termasuk dalam serial dari vaksin hepatitis B pada usisa 0,1, dan 6 bulan
Pengobatan untuk dewasa (ibu melahirkan) dirujuk ketempat pelayanan yang leih lengkap (Rumah Sakit Type B)
d. Demam Typhoid Infeksi bakterial yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi yang menggunakan manusia sebagai reservoir dengan cara penularan fecal-oral Gejala Klinis Sakit Perut Mencret atau konstipasi Sakit Kepala Gangguan kesadaran Demam tinggi terutama malam Bingung Temp. >39 Lidah Kotor Perut tegang
Masa Inkubasi Masa inkubasi sekitar 12 - 36 jam. Masa penularan selama sumbernya sakit beberapa hari-minggu. Carrier beberapa bulan - >1 tahun setelah sembuh. Diagnosis Klinis Diagnosis klinis : Possible case Didapat gejala demam, gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan hepato/spenomegali. Sindrom demam tifoid yang didapat belum lengkap. Possible case hanya pada pelayanan kesehatan dasar. Probable case Didapat gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta didukung oleh gambaran laboratorium yang menyokong demam tifoid (titer widal O >1/160 atau H >1/160 pada satu kali pemeriksaan)
Definite case Diagnosis pasti, ditemukan S.typhi pada pemeriksaan biakan atau positif S.typhi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titer Widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer Widal O >1/320, H >1/640 (pada pemeriksaan sekali). Pemeriksaan Laboratorium Darah o Leukopeni o Limfositosis relatif o Aneosinofilia o Trombositopenia
Kultur (darah, faeces, urine, sumsum tulang, rose spot) Serologi (Widal, Tubex, Typhidot, dipstick test) Tehnik Molekuler
Penatalaksanaan Tirah baring Makan kurang serat Pengobatan : Cotrimoxazole , Ciprofloxacine (untuk pengobatan dewasa), Ceftriaxone, dll Pencegahan Kebersihan sebelum makan Perlindungan makanan Air Minum yang baik Pembuangan yang baik Vaksinasi:
Parenteral VICPS ( capsular polisaccharide typhoid vaccine –Typhim Vi)
Ty21a-live oral vaccine ( Vivotif Berna)
e. Tuberculosis Penyebab TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni micobactpi derium tuberkulosis.Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa
jenis micobakterium lainjuga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik).Hampir semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini seperti kulit,otak,ginjal,tulang dan paling sering paru. Epidemiologi Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB setelah India dan Cina,diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb secara laten.Di indonesia diperkirakan terdapat 583 000 kasus baru dengan 140 000 kematian setiap tahun. Cara penularan. Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak pada orang dewasa atau dewasa ke anak Masa Inkubasi Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes tuberculosis positif memerlukan waktu antara 2 -10 minggu .Resiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan kedua.Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup.Pada pasien dengan imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi bisa lebih pendek.
Masa penularan Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung BTA,penularan berkurang apabila pasien menjalani pengobatan adekuat selama min 2 minggu,sebaliknya pasien yang tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan persisten AFB positif dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama. Sedangkan TB pada anak tidak menular Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan,virulensi kuman,terjadinya aerosolisasi waktu batuk/bersin,dan tindakan medis beresiko tinggi seperti intubasi dan bronkoskopi Gejala klinis : Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.
Batuk berdahak sesak napas nyeri dada Sering demam nafsu makan menurun. penurunan berat badan . BTA (+)
Pengobatan : Pengobatan spesifik pada pasien dewasa dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT) dengan metoda DOTS (directly observed treatment shourtcore ) diawasi poleh pengawas minum obat. Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat setiap hari selama 2 bulan berturut terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol diikuti inh dan rif 3 kali seminggu selama 4 bulan. Pencegahan. Penemuan dan pengobatan TB Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi. Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi.
f. MRSA Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada kulit dan hidung dan kebal
terhadap antibiotika.jumlah kematian MRSA lebih banyak
dibandingkan AIDS Saat ini ada 2 tipe : 1. Health care asosiated (HA –MRSA) infeksi MRSA terjadi pada orang yang pernah dirawat di rumah sakit, tinggal di rumah perawatan kesehatan atau pernah mendapatkan perawatan kesehatan seperti di pusat dialisis 2. Community asosiated (CA-MRSA)
Jika terjadi infeksi MRSA pada orang yang sering berhubungan dengan orang lain dan ia tidak dirawat di rumah sakit, tinggal di rumah perawatan kesehatan, atau tidak mendapatkan prosedur medis dalam kurun waktu 1 tahun yang lalu sebelum munculnya gejala, maka disebut infeksi MRSA yang Berhubungan dengan Publik (CA-MRSA Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah,jika daya tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala .Bakteri yang dibawa pasien menyebar dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit dan menyentuh barang yang terkontaminasi . Stapylococcus menimbulkan gejala seperti infeksi kulit,jerawat,bisul,abses atau gigitan serangga,ini biasa menyebabkan bengkak,merah dan nyeri.bakteri ini dapat menembus kulit sampai dengan menimbulkan infeksi ditulang,sendi,aliran darah,jantung dan paru yang bias mengancam jiwa. Penyebaran MRSA. 1. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA 2. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan rumah tangga yang MRSA 3. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersin 4. Menyentuh hidung dari penderita MRSA
Tanda dan gejala : MRSA biasanya menyebabkan infeksi pada kulit dan jaringan lunak seperti jerawat, bisul, abses, impetigo atau infeksi luka akibat gigitan serangga. Kadang, dapat terjadi infeksi yang lebih serius pada aliran darah, saluran kencing atau paru-paru, dan juga keracunan makanan. Diagnose : Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat dan dikultur untuk S aureus. Juka S aureus yang diisolasi (tumbuh dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian terkena antibiatikyang berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di Meticilindalam kultur yang disebut
MRSA. Prosedur ayng sama juga dilakukan untuk menentukan apakah seseorang merupakan pembawa MRSA(Screning untuk carrier) tetapi sample kulit atauselaput lender hanya diswab tidak dibiopsi Pengobatan MRSA : Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi serius seperti menyebar infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap antibiotic banyak akan sulit untuk mengobati namun beberapa antibiotic berhasil mengendalikan infeksi tapi jarang. Tindakan pencegahan : 1. Kebersihan tangan sesering mungkin terutama setelah menyentuh hidung anda. 2. Bila batuk terapkan etika batuk 3. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi dengan ditutup kain kasa, ganti ferban sesering mungkin terutama jika basah. 4. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda melalui feces dan urine 5. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk penderita MRSA. 6. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi yang lainnya. 7. Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien dengan sabun dan clorin 0,5%.
Penanganan Luka yang Benar
Hindari menyentuh luka atau kontak langsung dengan benda yang terkena cairan dari luka
Segera bersihkan lecet pada kulit dan tutupi dengan perban atau plester yang tahan air
Hindari olahraga yang bersentuhan dengan orang lain dan jangan menggunakan kamar mandi umum jika Anda memiliki luka yang terbuka
VI.
Kegiatan Pelayanan PPIRS a. Surveillance RS Surveilans IRS adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus-menerus, dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi dari data kesehatan yang penting pada suatu populasi spesifik yang didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare associated infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di RS atau fasilitas pelayanan kesehatan lain, yang tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk RS. IRS juga mencakup infeksi yang didapat di RS tetapi baru muncul setelah keluar RS dan juga infeksi akibat kerja pada tenaga kesehatan.
Surveillance juga merupakan suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya penyebaran penyakit : 1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut. 2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat dirumah sakit apabila tandatanda infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat ,maka perlu diteliti masa inkubasi dari infeksi tersebut. 3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda. 4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.
Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial. 1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada pada waktu masuk rumah sakit.
2. Infeksi
pada
bayi
baru
yang
penularannya
melalui
placenta
(mis
toxoplasmosis,sifilis) dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .
Adapun tujuan surveilans infeksi rumah sakit terutama adalah : 1. Mendapatkan data dasar Infeksi Rumah Sakit. 2. Menurunkan Laju Infeksi RS. 3. Identifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi Rumah Sakit. 4. Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah yang memerlukan penanggulangan. 5. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI di RS. 6. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan. 7. Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi RS
JENIS-JENIS INFEKSI RUMAH SAKIT Jenis-jenis IRS sangat banyak, tergantung dari jenis perawatan dan tindakan yang kita lakukan terhadap pasien (saluran pernapasan, pencernaan, kemih, sistem pembuluh darah, sistem saraf pusat dan kulit). Diantara jenis-jenis IRS, ada 4 jenis yang paling sering terjadi, yaitu Infeksi Aliran Darah Primer (IADP), Infeksi yang berhubungan dengan pemasangan ventilator atau Ventilator Associated Infection (VAP), infeksi akibat pemasangan kateter urin atau Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan akibat tindakan pembedahan (SSI).
i. Pneumonia Pneumonia merupakan peradangan jaringan atau parenkim paru-paru. Dasar diagnosis pneumonia dapat berdasarkan 3 hal, yaitu gejala klinis, radiologis dan laboratorium. Ada 2 jenis Pneumonia yang berhubungan dengan IRS, yaitu Pneumonia yang didapatkan akibat perawatan yang lama atau sering disebut sebagai Hospital Acquired Pneumonia (HAP) dan Pneumonia yang terjadi akibat pemakaian ventilasi mekanik atau sering disebut sebagai Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Untuk selanjutkan yang akan dibahas mengenai HAP karena RS ISLAM METRO tidak pernah menggunakan ventilator
Hospital Acquired Pneumonia (HAP) HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien dirawat di rumah sakit > 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita infeksi saluran napas bawah. HAP dapat diakibatkan tirah baring lama (koma/tidak sadar, trakeostomi, refluk gaster, Endotracheal Tube/ETT).
Dasar diagnosis Pneumonia Pneumonia (PNEU) ditentukan berdasarkan kriteria klinis, radiologi dan laboratorium.
Tanda dan Kriteria Klinis Bukti Klinis Pneumonia adalah bila ditemukan minimal 1 dari tanda dan gejala berikut: o Demam (≥38oC) tanpa ditemui penyebab lainnya. o Leukopenia (<4.000 WBC/mm3) atau Leukositosis (≥12.000 SDP/mm3). o Untuk penderita berumur ≥ 70 tahun, adanya perubahan status mental yang tidak ditemui penyebab lainnya. Serta minimal disertai 2 tanda berikut: o Timbulnya onset baru sputum purulen atau perubahan sifat sputum. o Munculnya tanda atau terjadinya batuk yang memburuk atau dyspnea (sesak napas) atau tachypnea (napas frekuen). o Rhonci basah atau suara napas bronchial. o Memburuknya pertukaran gas, misalnya desaturasi O2 (PaO2/FiO2 ≤240), peningkatan kebutuhan oksigen, atau perlunya peningkatan ventilator.
Keterangan: o Sputum purulen adalah sekresi yang berasal paru-paru, bronchus atau trachea
yang
mengandung ≥25
netrofil
dan
≤
10
sel
epitel
squamus/lapangan mikroskop kekuatan rendah (x100) atau LPK. o Perubahan sifat sputum dapat dilihat dari warna, konsistensi, bau, dan jumlah. o Data ulangan tentang sputum purulen atau perubahan sifat sputum yang yang terjadi dalam waktu lebih dari 24 jam, lebih mempunyai arti untuk menunujukkan adanya onset proses infeksi, dibandingkan data sputum tunggal.
o Tachypnea adalah peningkatan frekuensi napas/menit (RR) yang pada orang dewasa > 25, bayi premature umur kandungan kurang dari 37 minggu >75, bayi aterm (umur kehamilan 40) >60, anak berumur < 2 bulan >50, anak berumur 2 – 12 bulan >30.
Radiologi Bukti adanya Pneumonia secara Radiologis adalah bila ditemukan ≥2 foto serial didapatkan minimal 1 tanda berikut: - Infiltrat baru atau progresif yang menetap. - Konsolidasi. - Kavitasi. - Pneumatoceles pada bayi berumur ≤ 1 tahun.
Catatan: Pada pasien yang tanpa penyakit paru-paru atau jantung (respiratory distress syndrome,bronchopulmonary dysplasia, pulmonary edema, atau chronic obstructive pulmonary disease) yang mendasari, 1 bukti radiologis foto thorax sudah dapat diterima. Ada 3 tipe spesifik pneumonia: 1. pneumonia klinis (PNU1), 2. pneumonia dengan gambaran laboratorium spesifik (PNU2), dan 3. pneumonia pada pasien imunokompromis (PNU3).
Pneumonia Klinis (PNU1) Dapat diidentifikasi sebagai PNU 1 bila didapatkan salah satu kriteria berikut: Kriteria PNU1 – 1: untuk semua umur - Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia - Tanda Radiologis Pneumonia Kriteria PNU1 – 2: untuk bayi berumur ≤ 1 tahun -
Buruknya pertukaran gas dan, minimal disertai 3 dari tanda berikut:
-
Suhu yang tidak stabil, yang tidak ditemukan penyebab lainnya.
Lekopeni (<4.000/mm3) atau lekositosis (≥15.000/mm3) dan gambaran
-
darah tepi terlihat pergeseran ke kiri (≥ 10% bentuk netrofil bentuk batang). -
Munculnya onset baru sputum purulen atau perubahan karakter sputum
-
atau adanya peningkatan sekresi pernapasan atau peningkatan keperluan
-
pengisapan (suctioning).
-
Apneu, tachypneu, atau pernapasan cuping hidung dengan retraksi dinding dada.
-
Rhonci basah kasar maupun halus.
-
Batuk.
-
Bradycardia (< dari 100x/menit) atau tachycardia (> 170x/menit)
Kriteria PNU1 – 3: untuk anak berumur lebih dari > 1 tahun atau berumur ≤ 12 tahun, minimal ditemukan 3 dari tanda berikut: -
Demam (suhu >38,4oC) atau hypothermi (<36,5oC), yang tidak ditemukan penyebab lainnya.
-
Lekopeni (<4.000/mm3) atau lekositosis (≥15.000/mm3).
-
Munculnya onset baru sputum purulen atau perubahan karakter sputum atau adanya peningkatan sekresi pernapasan atau peningkatan keperluan
-
pengisapan (suctioning).
-
Onset baru dari memburuknya batuk, apneu, tachypneu.
-
Wheezing, rhonci basah kasar maupun halus.
-
Memburuknya pertukaran gas, misalnya pO2 <94%.
Pneumonia dengan Gambaran Laboratorium Spesifik (PNU2) Kriteria PNU2 – 1: Pneumonia dengan hasil Laboratotrium yang spesifik untuk infeksi bakteri dan jamur berfilamen Dapat diidentifikasi sebagai PNU2 – 1, bila ditemukan bukti-bukti berikut - Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia - Tanda Radiologis Pneumonia - Minimal 1 dari tanda laboratorium berikut:
Kultur positif dari darah yang tidak ada hubungannya dengan sumber infeksi lain.
Kultur positif dari cairan pleura.
Kultur kuantitatif positif dari spesimen Saluran Napas Bawah (BAL atau sikatan bronkus terlindung)
≥5% sel yang didapat dari BAL mengandung bakteri intraseluler pada pemeriksaan mikroskopik langsung.
Pemeriksaan histopatologik menunjukkan 1 dari bukti berikut: Pembentukan abses atau fokus konsolidasi dengan sebukan PMN yang banyak pada bronchiolus dan alveoli. Kultur kuantitatif positif dari parenkim paru-paru. Bukti adanya invasi oleh hifa jamur atau pseudohifa pada parenkim paru-paru.
Kriteria PNU2 – 2 : Pneumonia dengan hasil Laboratorium yang spesifik untuk infeksi virus,Legionella, Chlamydia, Mycoplasma, dan patogen tidak umum lainnya. Dapat diidentifikasi sebagai PNU2 – 2, bila ditemukan bukti-bukti berikut - Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia - Tanda Radiologis Pneumonia - Minimal 1 dari tanda laboratorium berikut:
Kultur positif untuk virus atau Chlamydia dari sekresi pernapasan
Deteksi antigen atau antibody virus positif dari sekresi pernapasan
Didapatkan peningkatan titer 4x atau lebih IgG dari paired sera terhadap patogen (misalnya influenza virus, Chlamydia)
PCR positif untuk Chlamydia atau Mycoplasma.
Tes micro-IF positif untuk Chlamydia.
Kultur positif atau visualisasi micro-IF umtuk Legionella spp., dari sekresi pernapasan atau jaringan.
Terdeteksinya antigen Legionella pneumophila serogrup I dari urine dengan pemeriksaan RIA atau EIA
Pada pemeriksaan indirect IFA, didapatkan peningkatan titer 4x atau lebih antibody dari paired sera terhadap Legionella pneumophilia serogrup I dengan titer ≥1:128
Pneumonia pada Pasien Imunocompromise (PNU 3) Dapat diidentifikasi sebagai PNU3, bila ditemukan bukti-bukti berikut Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia
-
ditambah dengan kemungkinan
gejala dan tanda:
Hemoptysis
Nyeri dada pleuritik
-
Tanda Radiologis Pneumonia
-
Minimal 1 dari tanda laboratorium berikut:
Kultur pasangan positif dan cocok dari kultur darah dan sputum terhadap Candida spp.
Bukti adanya jamur atau Pnemocystis carinii dari spesimen terkontaminasi minimal SNB (BAL atau sikatan bronchus terlindung) dari 1 cara berikut: Pemeriksaan mikroskopik langsung Kultur jamur positif
Keterangan : Yang tergolong dalam pasien immunocompromised antara lain: penderita neutropenia (hitung netrofil absolute <500/mm3), leukemia, lymphoma, HIV dengan CD4<200, atau splenectomy, post transplantasi, kemoterapi cytotoxic, atau pengobatan steroid dosis tinggi: >40mg pednisolone atau ekivalennya (hidrokortison 160mg, metal-prednisolon 32mg, deksametason 6mg, kortison 200mg)/hari untuk > 2 minggu
Pencegahan HAP Menerapkan Bundle HAP -
Kebersihan tangan dengan handrub atau handwash dan sesuai dengan five moments
-
Posisi pasien : Posisi kepala pasien 30º – 45º setiap saat, kecuali ada kontra indikasi
-
Kebersihan mulut oral hygiene pasien, bersihkan rongga mulut bayi setiap 2-4 jam sekali
-
Manajemen sekresi oropharingeal dan trakheal termasuk pengisapan lendir jika diperlukan
Pendidikan staf mengenai bundle HAP dan tekhnik penghisapan lendir dan penggunaan APD Kebersihan lingkungan sekitar pasien,kebersihan inkubator dan peralatan perawatan pasien Dekontaminasi peralatan sesuai dengan SOP Peptic Ulcer Prophylaxis seperti H2 blocker dan antasida atau sukralfat Surveilans
Populasi berisiko HAP adalah pasien tirah baring lama yang dirawat di rumah sakit, sehingga yang digunakan sebagai numerator adalah jumlah kasus HAP per periode tertentu (1 bulan, 6 bulan, 1 tahun), sedangkan denominatornya adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring per periode tertentu (1 bulan, 6 bulan, 1 tahun).
Populasi beresiko HAP . 1.
Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit.
2.
Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan.
3.
Denominator adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring perbulan.
Infeksi rate HAP = Numerator x 1000=.....% Denominator kasus HAP perbulan
x 1000=.......%
Hari rawat tirah baring perbulan.
ii. Infeksi Saluran Kemih Infeksi yang terjadi pada saluran kemih akibat pemasangan kateter urine menetap setelah 2 X 24 jam.Terjadi setelah pemasangan urine atau Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien masuk rumah sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat atau sesudah dirawat.
Untuk itu, dalam menentukan jenis ISK, perlu pengelompokan sabagai berikut: 1. Infeksi Saluran Kemih Simptomatis 2. Infeksi Saluran Kemih Asimptomatis 3. Infeksi Saluran Kemih lainnya
Tanda dan gejala klinis ISK Tanda dan gejala ISK: - Demam ( > 38oC ) - Urgensi - Frekuensi - Disuria, atau - Nyeri Supra Pubik Tanda dan gejala ISK anak ≤1 tahun: - Demam > 38 C rektal - Hipotermi < 37 C rektal - Apnea - Bradikardia - Letargia - Muntah-muntah
Tes Konfirmasi ISK Tes konfirmasi merupakan tes-tes yang membantu memastikan adanya ISK.
o Tes konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur kuantitatif yang menghasilkan jumlah koloni yang sedikit kemungkinan terjadi akibat kontaminasi o Tes konfirmasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti ISK dengan keakuratan yang kurang sebagai tanda adanya ISK.. Tes komfirmasi minor dapat berupa: tes-tes kultur kuantitatif dengan jumlah koloni yang meragukan adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat adanya kemungkinan ISK tanpa melakukan kultur, dan diagnosis dokter yang merawat.
Tes konfirmasi ISK mayor: Hasil biakan urin aliran tengah (midstream) >105 kuman per ml urin dengan jumlah kuman tidak lebih dari 2 spesies.
Tes Konfirmasi ISK minor o Tes carik celup (dipstick) positif untuk lekosit esterase dan/atau nitrit. o Piuri (terdapat 10 lekosit per ml atau terdapat 3 lekosit per LPB (mikroskop kekutan tinggi/1000x) dari urin tanpa dilakukan sentrifugasi). o Ditemukan kuman dengan pewarnaan Gram dari urin yang tidak disentrifugasi o Paling sedikit 2 kultur urin ulangan didapatkan uropatogen yang sama (bakteri gram negatif atau S. saprophyticus) dengan jumlah ≥102 konon per ml dari urin yang tidak dikemihkan (kateter atau aspirasi suprapubik). o Kultur ditemukan ≤105 koloni/ml kuman patogen tunggal (bakteri gram negatif atau S.saprophyticus) pada pasien yang dalam pengobatan antimikroba efektif untuk ISK. o Dokter mendiagnosis sebagai ISK. o Dokter memberikan terapi yang sesuai untuk ISK.
Kriteria ISK : ISK SIMPTOMATIS Kriteria 1 ISK Simptomatis -
ISK Simptomatis harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut ini : o Ditemukan paling sedikit satu simtom ISK o Tes konfirmasi mayor positif
Kriteria 2 ISK simtomatis. o Ditemukan paling sedikit dua simtom ISK ,dan o Satu tes konfirmasi minor positif Kriteria 3 ISK simtomatis anak usia 1 tahun. o Ditemukan paling sedikit satu tanda ISK, dan o Tes konfirmasi mayor positif Kriteria 2 ISK simtomatis anak usia 1 tahun. o Ditemukan paling sedikit dua simtom ISK anak usia 1 tahun ISK ,dan o Satu Tes konfirmasi minor positif
ISK ASIMPTOMATIS ISK asimptomatik harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut : Kriteria 1 ISK Asimptomatik: o Pasien pernah memakai kateter urine dalam waktu 7 hari sebelum biakan urine, dan o Tes konfirmasi mayor ISK positif, dan o Simtom ISK negatif Kriteria 2 ISK Asimptomatik: o Pasien tanpa kateter urine menetap dalam 7 hari sebelum biakan pertama positif, dan o Tes konfirmasi mayor positif dari hasil kultur urine yang dilakukan 2x berturut-turut, dan o Simtom ISK negatif..
Catatan: Kultur positif dari ujung kateter tidak dapat digunakan untuk tes diagnostik ISK.. untuk tes diagnostik ISK.Spesimen untuk kultur urin harus didapatkan sengan tehnik yang benar, misalnya clear catch collection untuk spesimen urin pancar tengah, atau kateterisasi. Sementara pada bayi, spesimen diambil dengan cara kateterisasi kandung kemih atau aspirasi suprapubik.
Infeksi Saluran Kemih yang lain (Ginjal, Ureter, Kandung Kemih, Uretra dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga perinefrik) Harus memenuhi sekurang-kurangnya satu kriteria terkait organ diatas sebagai berikut : Kriteria 1 ISK Lain: Ditemukan kultur kuman yang positif dari cairan (selain urin) atau jaringan terinfeksi. . Kriteria 2 ISK Lain: Ditemukan abses atau tanda infeksi lain yang ditemukan baik pada pemeriksaan langsung, selama pembedahan atau dengan pemeriksaan histopatologis. Kriteria 3 ISK lain: o Ditemukan paling sedikit dua dari tanda atau gejala sebagai berikut : o Demam ( > 38 C ) o Nyeri lokal o Nyeri tekan pada daerah yang dicurigai terinfeksi, dan sekurang-kurang terdapat paling sedikit satu hal berikut : -
Drainase pus dari tempat yang dicurigai terinfeksi.
-
Kuman yang tumbuh pada kultur darah sesuai dengan kuman dari tempat yang diduga infeksi.
-
Terdapat bukti adanya infeksi pada pemeriksaan radiologi (USG, CT Scan, MRI, Radiolabel Scan).
-
Diagnosis infeksi oleh dokter yang menangani.
-
Dokter yang menangani memberikan pengobatan antimikroba yang sesuai untuk jenis infeksinya.
Kriteria 4 ISK lain pasien berumur 1 tahun: Pada didapatkan paling sedikit satu tanda atau gejala berikut tanpa penyebab lain : o Demam >38 C rektal o Hipotermi <37 C rektal o Apnea o Bradikardia o Letargia
o Muntah-muntah, dan sekurang-kurang terdapat paling sedikit satu hal berikut : -
Drainase pus dari tempat yang dicurigai terinfeksi.
-
Kuman yang tumbuh pada kultur darah sesuai dengan kuman dari tempat yang diduga infeksi.
-
Terdapat bukti adanya infeksi pada pemeriksaan radiologi (USG, CT
-
Scan, MRI, Radiolabel Scan).
-
Diagnosis infeksi oleh dokter yang menangani.
-
Dokter yang menangani memberikan pengobatan antimikroba yang sesuai.
Faktor risiko ISK Faktor risiko untuk terjadinya ISK adalah penderita yang terpasang kateter, sedang faktor-faktor lain berkaitan dengan: o Kondisi pasien (faktor intrisik): komorbiditas penderita (misalnya DM), kondisi penurunan daya tahan tubuh (misalnya malnutrisi), kondisi organik (misalnya: ostruksi, disfungsi kandung kemih, refluks). o Prosedur pemasangan: teknik pemasangan, ukuran kateter. o Perawatan:Perawatan meatus urethra, jalur kateter, pengosongan kantong urin, manipulasi (pengambilan sampel urin)
Cara Penampungan Urine Kateter o Urin diambil secara aspirasi dari keteter urine (bagian karet) bukan selang o Kelm kateter dibawah tempat fungsi, lindungi terlebih dahulu dengan kassa steril o Desinfeksi daerah yang dipungsi dengan alkohol 70% o Pungsi dengan jarum ukuran 28G pada bagian tersebut o Tidak diperkenankan -
Menampung dari urine bag
-
Menampung dari sambungan selang dari uirne bag
-
Aspirasi dari tempat sambungan kateter dengan selang
o Lakukan desinfeksi daerah pungsi seperti akan melakukan pemasangan infus atau pengambilan darah
Infeksi Saluran Kemih pada Anak o Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas. Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang – kadang diare atau kencing yang sangat berbau. Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering kencing dan ngompol. Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti ngompol, sering kencing, sakit waktu kencing atau nyeri pinggang. o Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli – buli. o Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda.
Diagnosis : Klinik dan laboratorik Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif apabila jumlah kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin pancaran tengah atau kateterisasi kandung kemih maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau lebih/ml urin. Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria.
Populasi ISK adalah semua yang terpasang kateter urine menetap dan masuk dalam kategori definisi ISK Cara penghitungan :
Numerator x 1000 = ..........% Denominator Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ % Jumlah hari pemakaian alat kateter urine dalam kurun waktu tertentu Bundle UTI 1. Kaji Kebutuhan o Hati – hati dalam menentukan pemasangan kateter o Pertimbangkan untuk pemakaian kondom atau pemasangan intermitten
o Pemasangan kateter hanya jika betul- betul diperlukan seperti pada retensi urine, obstruksi kemih, kandung kemih neurogenik, pasca bedah urologi, untuk memonitor output yang ketat Segera lepas kateter jika sudah tidak diperlukan
2. Hand hygiene Dengan menggunaan handrub atau handwash sesuai indikasi dan five momen serta sebelum menggunakan APD
3. Insertion Technique
Gunakan teknik aseptik saat pemasangan kateter, ( sarung tangan steril, tirai, cairan antiseptik yang tepat, dan membersihkan bagian meatus uretra).
Kembangkan Balon dengan jumlah air yang direkomendasikan pabrik.
4. Catheter Maintenance •
Fiksasi Kateter untuk mencegah gerakan dan trauma pada meatus.
•
Selalu meletakan urine bag lebih rendah dari kandung kemih.
•
Tidak meletakan urine bag dilantai
•
Periksa slang sesering mungkin jangan sampai terlipat( kingking).
•
Menjaga sistem drainase tertutup.
•
Gunakan penampung pembuangan urine untuk satu pasien satu alat
•
Gunakan teknik aseptik untuk mendapatkan spesimen.
5. Catheter Care o Pertahankan indwelling kateter sistem drainage tertutup o Letakkan urine bag > rendah dari kandung kemih dan buang tiap 8 jam (per shift)/ bila penuh o Tekhnik aseptic dalam pengambilan spesimen o Lakukan perawatan perineal sehari-hari dan setiap selesai buang air besar. o Gunakan kateter terkecil yang mencapai drainase o Tidak ada penggunaan krim atau serbuk di daerah perineum o Irigasi kandung kemih & pemakaian antibiotika tidak dapat mencegah infeksi saluran kemih
6. Catheter Removal
Kateter segera lepas jika tidak diperlukan. Lepas atau ganti semua kateter dalam waktu 24 jam masuk ke rumah sakit.
Lepas atau ganti kateter jika pasien timbul gejala
iii. Infeksi Luka Operasi Infeksi yang terjadi pada daerah operasi terkait dengan adanya pembedahan yang terjadi dalam 30 hari setelah tindakan bedah tanpa implant atau dalam satu tahun setelah pembedahan dengan implant, dapat mengenai berbagai lapisan jaringan tubuh,superfisial atau dalam Diklasifikasikan menjadi: •
Infeksi insisional superfisial Yaitu Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan), terjadi dalam 30 hari pasca bedah dan memenuhi kriteria dibawah ini :
Keluar cairan purulen dari luka insisi Kultur positif dari cairan yang keluar atau jaringan yang diambil secara aseptik Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri, bengkak lokal, kemerahan, kecuali bila hasil kultur negatif Dokter yang menangani menyatakan infeksi.
•
Infeksi insisional dalam Yaitu jika Infeksi pada luka insisi, terjadi dalam 30 hari pasca bedah atau sampai 1 tahun bila ada implant dan terdapat paling tidak satu keadaan dibawah ini : Keluar cairan purulen dari luka insisi, tapi bukan berasal dari rongga / organ
secara spontan mengalami dehisens atau dengan sengaja dibuka oleh ahli bedah dan paling sedikit satu dari tanda berikut : demam (>38 ˚C), nyeri lokal,kultur ( + ) Dokter menyatakan luka infeksi
•
Infeksi organ/ rongga Infeksi yang terjadi dalam 30 hari pasca bedah apabila tidak ada implant Infeksi terjadi dalam 1 tahun pasca bedah apabila terdapat implant Paling sedikit menunjukkan satu gejala berikut : Drainase purulen dari drain yang dipasang melalui luka insisi kedalam organ / rongga Ditemukan organisme melalui aseptik kultur dari organ / rongga. Dokter menyatakan infeksi pada organ tsb
Kategori Operasi 1. Operasi Bersih : Operasi dilakukan pada daerah/ kulit yang pada kondisi pra bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius, traktus gastrointestinal, orofaring, traktus urinarius atau traktus biller Operasi berencana dengan penutupan kulit primer, dengan atau tanpa pemakaian drain tertutup
2. Operasi Bersih Tercemar : Operasi membuka traktus digestivus, traktus biller, traktus urinarius, traktus respiratorius sampai dengan orofaring, atau traktus reproduksi kecuali ovarium Operasi tanpa pencemaran nyata (gross spillage), contohnya operasi pada traktus billier, apendiks, vagina atau orofaring
3. Operasi Tercemar : Operasi yang dilakukan pada kulit yang terbuka, tetapi masih dalam waktu emas (Golden periode )
4. Operasi Kotor atau dengan Infeksi : Perforasi traktus digestivus, traktus urogenitalis atau traktus respiratorius yang terinfeksi Melewati daerah purulen (Inflamasi Bakterial) Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian , terdapat jaringan luas atau kotor Dokter yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka operasi kotor/ terinfeksi
Faktor Resiko Intrinsik o Usia o Status Gizi o Diabeter o Perubahan respon imunitas o Infeksi di tempat lain o Lama rawat inap preoperatif o Obesitas o Merokok o Kolonisasi mikroorganisme
Faktor resiko Ekstrinsik Petugas Teknik pembedahan Lingkungan Alat
Kondisi Pasien berdasarkan ASA Score ASA 1
: Pasien sehat
ASA 2
: Pasien dg gangguan sistemik ringan – sedang
ASA 3
: Pasien dg gangguan sistemik berat
ASA 4
: Pasien dg gangguan sistemik berat yg mengancam kehidupan
ASA 5
: Pasien tdk diharapkan hidup walaupun dioperasi atau tidak.
Stratifikasi
Berdasarkan
Indeks
Risiko
Menurut
National Nosocomial Infection Surveilance ( NNIS ) Klasifikasi jenis operasi (kategori operasi) Bersih Bersih tercemar Tercemar Kotor} Klasifikasi kondisi pasien ASA : 1 ASA : 2 ASA : 3 ASA : 4 ASA : 5 Durasi operasi Sesuai dgn waktu yg ditentukan nilai } 0 Lebih dari waktu yg ditentukan nilai } 1
Pencegahan ILO : 1. Pra bedah. a. Persiapan pasien sebelum operasi.
Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari operasi elektif dan jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.
Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi terdapat rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakukan 1 jam sebelum operasi dengan menggunakan alat cukur elektric.
Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula darah yang terlalu rendah sebelum operasi.
Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.
Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2 % min 1 jam sebelum operasi.
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.
Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan tangan tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air mengalir dari ujung jari menuju siku,keringkan tangan dengan handuk steril ,pakai saung tangan dan gaun steril.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan pengobatan.
d. Profilaksis anti mikroba .
Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif terhadap patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut yang direkomendasikan.
Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.
2. Intra Bedah. a. Ventilasi .
Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .
Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk mencegah ILO.
Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya peralatan bedah.
Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.
Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10 menit kemudian bersihkan cairan tadi .
Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi kotor.
Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.
c. Sterilisasi instrumen bedah.
Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.
Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera seperti instrumen jatuh saat operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .
Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah saat operasi berjalan .
Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.
Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila tampak kotor dan terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi spinal / epidural/ dan bila menyiapkan obat- obatan steril.
Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.
Perlakukan
jaringan
dengan
lembut
dan
lakukan
homeostasis
yang
efektif,minimalkan jaringanyang mati atau ruang kosong (dead space) pada lokasi operasi.
Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pd lokasi tubuh yang terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera mingkin bila sudah tidahk dibutuhkan.
3. Paska Bedah;
Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan penggantian verban.
Lakukan mobilisasi sedini mungkin.
Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan bergizi.
4.Petugas Pendidikan dan pelatihan
Motivasi
5. Pasien dan Kelaurga o Berikan pendidikan: o
Cara merawat luka
o
Menjaga kebersihan diri
o
Makan Makanan bergizi
Planning surveillance 1. Mengkaji populasi pasien yang Operasi/tindakan bedah o Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan. o Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey. o Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi. 2. Menetapkan definisi IDO sesuai yang sudah ditetapkan
Insiden Rate ILO Jumlah ILO ( Numerator) ----------------------------------------- X 100 Jumlah kasus operasi dalam kurun waktu tertentu ( Denominator)
Mengintrepretasi insiden rate -
Bandingkan dengan “ BENCHMARK”
-
NHSN/NNIS
-
Data sebelumnya
iv. IADP dan Phlebitis Adalah ditemukannya organisme dari hasil kultur darah semikuantitatif/ kuantitatif disertai tanda klinis yang jelas serta tidak adahubungannya dengan infeksi ditempat lain dan/atau dokter yang merawat menyatakan telah terjadi infeksi. Seringkali Phlebitis dilaporkan sebagai IADP. IADP berbeda dengan Phlebitis (Superficial & Deep Phlebitis). Perbedaan antara IADP dengan Phlebitis, adalah:
o Phlebitis, merupakan tanda-tanda peradangan pada daerah lokal tusukan infus. Tanda-tanda peradangan tersebut adalah merah, bengkak, terasa seperti terbakar dan sakit bila ditekan. o IADP adalah keadaan bakteremia yang diagnosanya ditegakkan melalui pemeriksaan kultur.
Keterangan : surveilance IADP dilakukan pada neonatus yang terpasang kateter vena umbilical.
CSEP (Clinical SEPSIS)/SEPSIS Klinis CSEP hanya dapat dipakai untuk melaporkan IADP pada neonatus dan bayi. Tidak dipakai untuk pasien dewasa dan anak. Kriteria CSEP -
Pasien berumur < 1 tahun menunjukkan minimal 1 tanda atau gejala klinis tanpa ditemukan penyebab lain: demam (suhu rektal >38oC), hipotermi (suhu rektal<37oC), apnoe atau bradikardia, dan
-
Tidak dilakukan kultur darah atau kultur darah negatif, dan
-
Tidak ditemukan infeksi ditempat lain, dan
-
Klinisi melakukan terapi sebagai kasus sepsis
Faktor Resiko IADP Risiko IADP tentunya adalah semua pasien yang dipasang kateter vaskuler. Sedangkan risiko infeksi dan hasil pemeriksaan tergantung dari: -
Lama pemasangan: berapa hari peralatan dipasang.
-
Jenis jalur intravascular (vena sentral, vena perifer, dialisa, dan sebagainya) yang dipasang.
-
Lokasi pemasangan: subclavian, femoral, internal jugular, perifer.
-
Tehnik pemasangan: keahlian petugas, teknik aseptik, jenis antiseptik,
-
jenis dan bahan peralatan terpasang (polyethylene, polyurethane, silikon.
-
Perawatan: ruang perawatan, perawatan peralatan, frekuensi manipulasi.
-
Kondisi pasien: usia, penyakit yang mendasari.
-
Teknik kultur.
Populasi
-
Untuk IADP populasinya adalah neonatus yang terpasang kateter vena umbilical
-
Untuk phlebitis seluruh pasien yang terpasangan infus namun tidak termasuk infus yang dipasang di luar RS ISLAM METRO
-
Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.
-
Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah ,setiap 3 bulan sekali dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.
Cara menghitung ILI (phlebitis) dan IADP
Numerator x 1000 = ..........% Denominator Jumlah kasus ILI/IADP x 1000 = ........ % Jumlah hari pemakaian alat
Populasi beresiko ILI (phlebitis) : 1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam. 2) Lama
penggunaan
kateter
,lama
hari
rawat
,pasien
dengan
immunocompromise,malnutrisi,luka bakar atau lukaoperasi tertentu.
Populasi beresiko IADP : 1) Semua pasien yang menggunakan CVP dengan kurun waktu 2x24 jam. 2) Lama
penggunaan
kateter
,lama
hari
rawat
,pasien
dengan
immunocompromise,malnutrisi,luka bakar atau lukaoperasi tertentu.
Pencegahan ILI dan IADP : 1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan. 2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan. 3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab atau kotor ) 4) Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika tidak diperlukan lagi.
b. Kebersihan Tangan Kebersihan Tangan adalah proses pembersihan kotoran dan mikroorganisme pada tangan yang di dapat melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain dan permukaan lingkungan (flora transien) dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau menggunakan hand rub berbasis alkohol. 1. Pembersihan Tangan dengan Cairan Antiseptik (Handrub) adalah Mencuci tangan dengan menggunakan cairan antiseptik yg berbahan dasar alkohol gel di seluruh permukaan tangan untuk meminimalkan pertumbuhan mikroorganisme tanpa menggunakan air dan handuk (pada tangan yang bersih). 2. Pembersihan Tangan dengan Sabun Antiseptik/Cairan/Larutan dan Air Mengalir (Handwash) adalah Mencuci tangan dengan air mengalir dengan menggunakan sabun/cairan antiseptik yg bertujuan membersihkan tangan dari transien mikroorganisme di tangan (pada tangan yang kotor). 3. Pembersihan Tangan Bedah (Surgical Handwash) pada tindakan operasi adalah : a. Proses menghilangkan atau menghancurkan mikroorganisme transien dan mikroorganisme yang tinggal di lapisan kulit yang lebih dalam serta di dalam folikel rambut yang tidak dapat di hilangkan seluruhnya (flora residen). b. Membersihkan tangan dengan menggunakan sikat dan sabun di bawah air mengalir dengan prosedur tertentu agar tangan dan lengan bagian bawah bebas dari mikroorganisme Flora transien dan flora residen pada kulit . Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien ,petugas lain,atau permukaan lingkungan (meja,tensi,stetoskop atau toilet),organisme ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat saat kebersihan tangan.Flora residen
tinggal
dilapisan kulit yang lebih dalam serta didalam folikel rambut dan tidak hilang seluruhnya saat dilakukan pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air mengalirUntungnya pada sebagian kasus ,flora residen kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi menular melalui udara seperti flu burung .Tangan atau kuku petugas kesehatan dapat terkolonisasi pada lapisan dalam oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti S .Aureus,batang gram negatif.
WHO menetapkan 5 moments kebersihan tangan yang meliputi
Sebelum kontak dengan pasien
Sebelum tindakan asepsis
Setelah kontak dengan pasien
Setelah terkena cairan tubuh pasien
Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Selain itu kebersihan tangan juga dilakukan pada saat
Segera setelah tiba ditempat kerja
Saat meninggalkan rumah sakit
Sebelum dan sesudah memakai APD
Mempersiapkan makanan
Kebersihan Tangan dengan Handwash Langkah – langkah : 1. Buka perhiasan yang digunakan, basahi tangan dengan air mengalir 2. Tuangkan sabun ke telapak tangan 3 – 5 cc 3. Ratakan dengan kedua telapak tangan 4. Gosok punggung dan sela-sela jari jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya 5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari 6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan 7. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya 8. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan dan sebaliknya 9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir 10. Keringkan kedua tangan dengan tissue sekali pakai 11. Gunakan bekas tissue tersebut untuk menutup kran air 12. Sekarang tangan sudah aman ( Prosedur dilakukan 40 – 60 detik )
Kebersihan Tangan dengan Handrub Langkah – langkah : 1. Tuangkan larutan antiseptik bebasis alkohol ke telapak tangan sebanyak 3 - 5 cc
2. Gosok kedua telapak tangan hingga merata 3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya 4. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari 5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan 6. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan
kanan dan
lakukan sebaliknya 7. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan dan sebaliknya 8. Sekarang tangan sudah aman ( Prosedur dilakukan 20 – 30 detik )
Kebersihan Tangan Surgical Langkah – langkah : 1. Buka semua perhiasan yang digunakan, termasuk cincin, gelang dan jam tangan 2. Basahi tangan dengan air mengalir. 3. Gunakan cairan antiseptik 4. Cuci tangan dan lengan bawah secara menyeluruh dan bilas dengan air mengalir. 5. Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan ke seluruh permukaan tangan dan lengan bawah 6. Mulai dengan tangan, gunakan pembersih kuku untuk membersihkan daerah bawah kuku kedua tangan 7. Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian
jari- jari, sela-sela jari, telapak
tangan dan punggung tangan 8. Cuci tiap jari seakan – akan mempunyai empat sisi 9. Berikutnya scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan 10. Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian lengan bawah juga di scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju siku 11. Ulangi pada lengan satunya, dari lengan bawah menuju siku 12. Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan tangan di tahan lebih tinggi dari siku 13. Biarkan sisa air menetes melalui siku 14. Keringkan dengan handuk steril 15. Sekarang tangan sudah aman ( Prosedur dilakukan 2 – 5 menit )
c. Alat Pelindung Diri Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu unit perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi sangat penting untuk melindungi staf . Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Macam APD : 1. Masker Jenis masker: a. Masker bedah
Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi, poli bedah, VK
Di ganti bila basah atau selesai pembedahan
Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua rambut muka
Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu bekerja ,bicara, batuk atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut.
b. Masker khusus (masker N95)
Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang mendapatkan imunosupresan atau petugas atau pasien yang sakit batuk.
2. Sarung tangan Tujuan memakai sarung tangan :
melindungi
tangan
dari
tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit
kontak yang
utuh
dengan dan
darah,cairan
benda-benda
yang
terkontaminasi.
Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang berat (saat akan menyentuh cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa membran dan kulit yang tidak utuh.
Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada pasien (saat akan melakukan tindakan aseptik atau menangani benda – benda yang terkontaminasi .
Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien lain(saat penggunaan sarung tangan yang benar,krn sarung tangan belum tentu tidak berlubang walaupun kecil Jenis sarung tangan :
a. Sarung tangan steril:
Digunakan di OK, poli gigi atau tindakan bedah minor
Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif
Penggunaanya sekali pakai.
b.
Sarung tangan tidak steril
Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan
Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau bahan berbahaya
c. Sarung tangan rumah tangga
Digunakan di linen, gizi, IPAL
Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan perlakuan khusus (piring yg licin, mencuci linen yang tebal, dll) Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan; -
Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.
-
Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .
-
Hindari jamahan pada benda-benda lain.
-
Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami.
3. Kaca mata
Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih, kacamata pengaman, pelindung muka dan visor.
Digunakan untuk prosedur bedah dan kemoterapi,mengosongkan drinage.
4. Topi 5. Gaun/Apron/celemek Digunakan untuk melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju -
Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko terjadi cipratan atau kontak dengan cairan tubuh pasien.
-
Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang linen , dapur, IPAL, Laboratorium, VK.
-
Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien (instrumen,urinal,pispot,bemgkok dll)
-
Gaun digunakan untuk tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran /kontaminasi pada pakaian petugas seperti membersihkan luka bakar,tindakan drainage,menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau Toilet,menangani pasien perdarahan masif dan tindakan bedah.
6. Pelindung kaki
Tujuan : - Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhann alkes. - Digunakan dalam operasi dan menolong persalinan serta dalam melakukan pekerjaan setiap hari - Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan untuk melindungi kaki dari: a. Cairan atau bahan kimia yang berbahaya b. Bahan atau peralatan yang tajam
7. Topi (penutup Kepala)
Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan berbahaya.
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindingi kepala petugas dari bahan – bahan berbahaya dari pasien.
Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas (operasi,pemasangan kateter vena sentral.)
8. Helm
Terbuat dari plastik
Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang berhubungan dengan bangunan.
9. Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung dilakukan ? No.
Kegiatan
Cuci tangan
Sarung Jubah/ Masker/ tangan Celemek Google Steril biasa
Perawatan umum 1.
Tanpa luka Memandikan bedding Reposisi
/
√
K/P
√
√
2.
Luka terbuka Memandikan bedding Reposisi 3. Perawatan perianal 4. Perawatan mulut 5. Pemeriksaan fisik 6. Penggantian balutan Luka operasi Luka decubitus Central line Arteri line Cateter intravena Tindakan Khusus.
/
√
√
K/P
√ √ √ √
√ √ √ K/P
K/P √ K/P
K/P
K/P K/P K/P K/P K/P
K/P K/P K/P K/P K/P
K/P K/P K/P
K/P K/P K/P K/P
√ √ √ √ √
√ √ √ √
7. Pasang cateter urine 8. Ganti bag urine / ostomil 9. Pembilasan lambung 10. Pasang NGT 11. Mengukur suhu axilia 12. Mengukur suhu rectal Perawatan saluran nafas
√ √ √ √ √ √
√
15. Tubbing ventilator 16. Suction 17. Mengganti plaster ETT 18. PF dengan stethoscope 19. Resusitasi 21. Airway management Perawatan Vasculer
√ √ √ √ √ √
22.
Pemasangan infuse
√
23.
Pengambilan darah vena
√
24.
Punksi arteri
√
25. 26. 27.
Penyuntikan IM / IV / SC Penggantian botol infuse Pelesapan dan penggantian selang infuse Percikan darah / cairan tubuh Membuang sampah medis Penanganan alat tenun.
√ √ √
√
√ √ √
√ √ √
28. 29. 30.
√
√ √ √ K/P √
Lebih baik Lebih baik Lebih baik
√ √ √ K/P √ √
K/P K/P K/P K/P √
K/P
√
K/P
K/P
√
K/P
K/P
√
K/P
K/P
√ √ √
K/P
√ K/P
√
d. Sterilisasi / Penggunaan dan Perawatan Peralatan Pasien
RS ISLAM METRO belum memiliki Pusat Sterilisasi Sentral dan hal tersebut masuk kedalam salah satu program PPIRS, sehingga instalasi atau unit sterilisasi masih berada 1 gedung dengan ruang operasi.
Pegawai yang berada di Instalasi sterilisasi harus menggunakan APD yang lengkap seperti sarung tangan, apron, masker, pelindung mata dan pelindung kaki serta sudah mendapatkan vaksinasi hepatitis B. Secara umum peralatan pasien dibagi menjadi kritikal, semi kritikalataupun non kritikal a. Peralatan non kritikal
Adalah peralatan yang kontak dengan kuli yang utuh dan tidak mengenai membran mukosa dan lingkungan secara tidak langsung seperti stetoskop, tensimeter, linen bedpan, alat makan, tempat tidur
Untuk peralatan non kritikal beberapa cukup swab dengan alkohol 70% atau desinfektan tingkat rendah dengan chlorin 0,05% dikeringkan dan disimpan agar tidak terkontaminasi ulang
b. Peralatan semikritikal
Merupakan peralatan yang kontak dengan membran mukosa yang utuh atau mudah terkontaminasi dengan mikroba seperti ETT, termometer rectak
Peralatan ini harus dibersihkan dengan desinfektan tingkat tinggi yaitu proses membersihkan dari jamur, bakteri, virus kecuali endospora
Cara melakukan DTT dibagi menjadi 2
a. Rebus dalam air mendidih selama 20 menit mulai dari alat dimasukkan b. Rendam dalam larutan kimiawi yaitu chlorin 0,5% selama 10-15 menit, kemudian lakukan pemberrsihan dengan cara manual
Prosedur Pembersihan Manual meliputi proses untuk menghilangkan kotoran yang terlihat atau tidak terlihat pada peralatan medis setelah dilakukan perendaman dengan menggunakan air mengalir, sikat detergen sehingga kotoran dan bahan organik hilang dari permukaan dan kemudian dilakukan pengemasan.
c. Peralatan Kritikal
Merupakan peralatan yang kontak dengan jaringan steril dan sistem peredaran darah seperti alat alat pemrosesan luka di kamar operasi, instrumen yang digunakan dalam sectio caesaria
Peralatan ini harus dibersihkan dengan sterilisasi dengan menggunakan sterilsiasi uap dengan suhu harus berada pada 121ºC; tekanan harus berada pada 106 kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada 132ºC, tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat terbungkus.
Ruangan dalam instalasi sterilisasi dibagi kedalam beberapa bagian 1. Ruangan precleaning/dekontaminasi Ruangan dengan ventilasi baik, tekanan negatif, suhu 180 - 220C, kelembaban 35 - 75%, dan dalam ruangan ini terjadi proses penerimaan alat alat yang kotor dari trolley alat kotor dan terjadi proses
pembersihan manual setelah alat alat
direndam dengan cairan enzimatic.
2. Ruangan pengemasan,pelabelan dan sterilisasi •
Ruangan dengan tekanan positif, ventilasi baik, suhu 180-220, kelembaban 3575%, bebas debu, terpisah dari ruangan pre-cleaning/cleaning
•
Pastikan instrumen bersih dan kering sebelum pengemasan
•
Periksa adanya karat, goresan, korosif, torehan, retak, kotor dipermukaan plate. Pemeriksaan menggunakan kaca pembesar
Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga sterilitas. Pembungkus datar dapat disegel dengan indikator tape atau diikat dengan tali kain. Kantong terbuat dari plastik, kombinasi plastik dan kertas, atau kertas saja harus disegel dengan segel panas atau tape. Kantong bersegel harus disegel sesuai instruksi produsen. Kotak kontainer sterilisasi biasanya disegel dengan pengunci tahan hancur. Saat membuka kemasan, semua metode segel harus rusak dan tidak dapat dipakai lagi untuk menghindari kesalahan. Tipe pembungkus untuk pengemasan
1. Kertas Kertas dapat dipakai sebagai bahan kemasan untuk proses sterilisasi uap.Tipe kertas yang boleh dipakai untuk kemasan sterilisasi: - Kertas kraft yang medical grade - Kertas berlaminasi: terdiri dari tiga lapisan, lapisan kedua mencegah penyerapan uap terapi berpori untuk udara, sehingga harus dilipat sedemikian rupa agar proses sterilisasi berlangsung dengan baik. - Kertas mentega yang non-glaze (7,2 kg/rim) bisa dipakai untuk sterilisasi uap tetapi mudah robek. - Kertas krep : menggantung dengan baik dan tidak mudah robek. Bisa dipakai untuk membungkus sekaligus sebagai area steril (duk).
Jika menggunakan kertas maka Kriteria kertas yang dapat dipakai: - Harus tidak tembus air - Harus memiliki kekuatan tensile yang tinggi (sangat sukar dirobek) - Harus merupakan penahan bakteri yang baik - Harus bebas dari bahan beracun
2. Linen Linen adalah bahan tradisional untuk membungkus nampan-nampan operasi. Kelebihannya adalah bisa dipakai ulang, murah, kuat, pelindung yang cukup yang baik, mudah digunakan, dan sangat baik untuk duk. Kelemahannya: - Bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air. - Suhu panas menyebabkan mudah robek. Sebaiknya memakai kain yang baru di laundry - Perlu diperiksa jika ada lubang, sobekan, dan kerusakan lainnya - Pembungkus kain harus bahan muslin berkualitas tinggi dengan spesifikasi 140 thread count, dan harus dipakai 2 lembar. - Muslin yang tidak di bleach lebih baik karena 10 % lebih kuat dari muslin yang di bleach. - Kain yang tebal seperti kanvas tidak boleh dipakai karena sulit menyerap uap. - Kain dapat dipakai untuk sterilisasi uap dan EO
3. Kain campuran Campuran katun dan plastik memperbaiki kemampuan menghalangi bakteri dan air. Tetapi karena sering dicuci, menjadi kurang baik. Bahan ini sesuai untuk sterilisasi uap dan EO. 4. Film Plastik Film plastik tidak dapat menyerap air baik berupa cairan atau uap, karenanya film plastik tidak dapat dipakai sebagai kemasan untuk sterilisasi uap. Kantong biasanya didisain dengan kertas di salah satu sisinya untuk penetrasi uap. Polyethylene (PE) dapat menyerap EO dan dapat dipakai sebagai tas plastik dengan disain khusus, tetapi biasanya kantong plastik untuk EO juga dikombinasikan dengan kertas. Polyvinyl Chloride (PVC) tidak boleh dipakai karena tidak dapat menyerap EO dengan baik
dan menyimpan gas untuk waktu yang cukup lama. Nylon atau
polyamide juga tidak direkomendasikan untuk uap dan EO. Ketebalan film plastik biasanya 1-3 milimikron untuk porositas terhadap EO. Film plastik sering dipakai setelah proses sterilisasi untuk menjaga kelembaban dan pelindung terhadap debu.
Prosedur dan Langkah-langkah pengemasan Prosedur pengemasan harus mencakup: - Nama alat-alat yang akan dikemas - Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat, sesuai instruksi produsen dan spesifikasinya. - Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai - Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas - Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan - Tipe dan penempatan yang tepat indikator kimia - Metoda atau teknik mengemas. (Lihat Lampiran 5 pada pedoman instalasi pusat sterilisasi) - Metoda pemberian segel pada setiap kemasan (Lihat Lampiran 6 pada pedoman instalasi pusat sterilisasi)
- Metoda dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan - Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, seperti nomor lot, tanggal, dan identifikasi pekerja yang menyiapkan •
Sterilisasi menggunakan sterilisasi uap pada suhu 121 C selama 20 menit untuk alat tidak terbungkus dan 30 menit untuk alat terbungkus.
•
Tape indikator kimia harus dilekatkan
3. Ruang penyimpanan •
Suhu ruang penyimpanan kurang dari 240C dan kelembaban relative 35-75% serta bertekanan positive
•
Produk steril disimpan pada jarak 19 – 24 cm diatas lantai, 43 cm dibawah plafond dan 5 cm dari dinding
•
Terdapat masa kadaluarsa produk harus disterilkan kembali
•
Alat/bahan yang sudah disterilkan oleh petugas kamar operasi kemudian disimpan di lemari penyimpanan alat steril dan di distribusikan ke unit-unit yang membutuhkan alat/bahan dalam kondisi yang steril.
Pencatatan dan Pelaporan Alat/bahan yang disterilkan di catat jumlah set nya, berat alat, tanggal dan petugas/perawat yang mensterilkan di dalam buku pencatatan dan pelaporan sterilisasi. Limbah dari instalasi sterilisasi dibuang sesuai dengan pedoman dan kebijakan pengelolaan limbah Setelah itu dilakukan monitoring kontrol dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut 1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan. Setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas berupa nomor lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi. Pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah terdistribusikan.
2. Data mesin sterilisasi. Untuk
setiap
siklus
sterilisasi
yang
dilakukan
informasi
berikut
harus
didokumentasikan : -
Nomor lot
-
Informasi umum kemasan (misal : kemasan linen, atau kemasan instrument)
-
Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)
-
Nama operator
-
Data respons terhadap indikator kimia
-
Data hasil dari uji Bowie-Dick
Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan memastikan bahwa parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah tercapai sehingga akuntabilitas proses terjamin. Dengan melakukan dokumentasi ini maka apabila ada barang yang harus ditarik ulang akan menjadi lebih mudah.
e. Linen dan Laundry Untuk penanganan linen laundry RS ISLAM METRO mengadakan kerjasama dengan instalansi laundry yang terletak di luar rumah sakit dengan SOP yang sudah ditetapkan.
Persyaratan Ruang Laundry Lantai terbuat dari beton, tidak licin. Ada saluran pembuangan air kotor Mempunyai pintu terpisah untuk penerimaan linen bekas pakai dan pintu tempat pendistribusian Ada keran air bersih dengan kualitas dan tekanan yang memadai. Ada ruangan-ruangan yang terpisah sesuai kegunaannya. Mempunyai WC untuk petugas. Ruangan tempat penyortiran harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (pertukaran udara 10x/jam). Harus ada tempat limbah benda tajam. Sarana cuci tangan.
Tidak perlu kultur ruangan. Petugas harus memakai alat pelindung diri (sarung tangan, masker, gaun). Mempunyai mesin yang beda untuk mencuci linen kotor dan linen infeksius
Petugas penanganan linen laundry harus mengikuti imunisasi/vaksinasi hepatitis B yang diselenggarakan rumah sakit.
Alur penanganan linen laundry meliputi 1. Pemisahan dan pengumpulan Pemisahan antara linen kotor infeksius (tercemar) dan non infkesius (tidak tercemar) disetiap ruangan perawatan, igd dan
ruang perkantoran dengan
menggunakan ember bertuliskan linen infeksius dan non infeksius oleh cleaning service
masing
masing
gedung.
Setelah
proses
pemisahan
dilakukan
penghitungan dan pengumpulan setiap harinya untuk diangkut atau diantar ke instalansi laundry.
2. Transportasi Setelah linen dihitung dan dikumpulkan,ember yang berisi
linen kotor baik
infeksius maupun non infeksius diantar ke instalansi laundry oleh petugas dari RS ISLAM METRO dan dilakukan penghitungan ulang oleh petugas laundry dan penandatanganan bukti serah terima.
3. Penanganan linen di instalansi laundry
Pemilahan Pemilahan adalah kegiatan memisahkan linen yang sudah diterima dari seluruh satuan kerja berdasarkan beberapa kriteria : 1.1. Linen putih non infeksius & Infeksius 1.2. Linen berwarna non infeksius &Infeksius 1.3. Linen bayi non infeksius & Infeksius
Penimbangan Dilakukan untuk menyesuaikan kapasitas mesin cuci dan penyesuaian dosis chemical dan detergen yang digunakan
Pencucian
Pemerasan dan pengeringan Linen tebal perlu pengeringan selama 10 menit dengan suhu 70OC, dan linen tipis
hanya
perlu
pemerasan
dengan
menggunakan
mesin
pemerasan(extractor) selama 5-8 menit. Yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan Pengeringan ke mesin pengering dengan menggunakan trolley bersih Jangan mengeringkan terlalu kering Perhatikan linen yang sobek, kancing hilang, tali putus dll, lakukan perbaikan penjahitan Pisahkan linen yang perlu dicuci ulang Debu benang pada mesin sering dibersihkan Pengeringan Perapihan/Pelicinan
Perapihan dan Pelicinan Penyetrikaan
adalah
kegiatan
melicinkan
linen
yang
sudah
dikeringkan sebelum didistribusikan, disimpan atau disterilkan Hasil baik apabila linen tidak terlalu kering Mesin pelicin (ironing) Mesin Penyeterika press Suhu yang digunakan untuk penyetrikaan 70-80 derajat
Pelipatan dan Penyetrikaan Pelipatan dan Pengemasan linen yang akan disterilkan adalah kegiatan membungkus linen dengan menggunakan pouches maupun linen, untuk mempertahankan sterilitaslinen, sampai waktu digunakan
Indikator internal / strip digunakan pada linen yang akan disterilkan
4. Pendistribusian Pendistribusian/penyerahan linen bersih adalah penyerahan linen yang sudah dicuci dan siap pakai ke Satuan Kerja di RS ISLAM METRO menggunakan Formulir Serah Terima Linen Linen
bersih
adalah
linen yang telah melewati
proses pencucian,
pengeringan, penyeterikaan dan pelipatan dan siap untuk didistribusikan, disimpan atau disterilkan.
5. Penyimpanan
Suhu
Kelembaban
Lembar Pemantauan Suhu - tiap hari
Rak penyimpanan harus tertutup
Susun linen dengan tehnik tersendiri dengan prinsip linen bersih yang
: 220C - 270C : 45% - 75%
lama harus lebih dahulu dipakai (FIFO).
Untuk linen steril perlu dilakukan pemisahan dengan linen bersih. Linen steril harus disimpan di lemari khusus dan digunakan sebelum kadaluarsa
Monitoring dan Evaluasi Ukuran evaluasi kinerja laundry Mengikuti SOP yang disediakan dari RS ISLAM METRO Hasil pencucian bersih Tidak berbau Tidak bernoda Pengepakan licin Cara melipat rapi Pendistribusian linen tepat waktu
6. Kewaspadaan berdasarkan transmisi/isolasi/kohorting
Isolation precaution/kewaspadaan berbasis transmisi merupakan bagian integral dari program pengendalian infeksi nosokomial Tujuan Isolation Precaution bertujuan untuk mencegah transmisi mikroorganisme pathogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya. Karena agen dan host lebih sulit dikontrol maka pemutusan mata rantai infeksi dengan cara Isolation Precaution sangat diperlukan. 1. Airborne Precaution a. Penempatan pasien Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan sebagai berikut: Tekanan udara kamar negative dibandingkan dengan area skitarnya. Pertukaran udara 6 – 12 kali/jam. Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan udara yang efisien sebelum udara dialirkan ke area lain di rumah sakit. Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar Bila kamar tersendiri tidak ada, tempatkan pasien dalam satu kamar dengan pasien lain dengan infeksi mikroorganisme yang sama atau ditempatkan secara kohort. Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi berbeda.
b. Respiratory Protection Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika memasuki rungan pasien yang diketahui infeksi pulmonary tuberculosis Orang yang rentan tidak diberarkan memasuki ruang pasien yang diketahui atau diduga mempunyai measles (rubeola) atau varicella, mereka harus memakai respiratory protection (N 95) respirator. Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella tidak perlu memakai perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport
Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya tujuan yang penting saja. Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada pasien
2. Droplet Precaution a. Penempatan Pasien Tempatkan pasien di kamar tersendiri Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3 ft dengan pasien lainya
b. Masker Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk ruangan
c. Pemindahan pasien Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar pasien, kecuali untuk tujuan yang perlu Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama transportasi, pasien dianjurkan pakai masker
3. Contact Precaution a. Penempatan pasien Tempatkan pasien di kamar tersendiri Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan. Gunakan sarung tangan sesuai prosedur Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan terkontaminasi dengan mikroorganisme Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
yang
Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial atau handscrub Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan yakinkan bahwa tangan tidak menyentuh peralatan atau lingkungan yang mungkin terkontaminasi, untuk mencegah berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain.
c. Gaun Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien bial diantisipasi bahwa pakaian akan kontak dengan pasien, permukaan lingkungan atau peratalan pasien di dalam kamar atau jika pasien menderita inkontaneia, diare, fleostomy, colonostomy, luka terbuka Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan. Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak
mungkin kontak dengan
permukaan lingkungan untuk menghindari berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain
d. Transportasi pasien Batasi pemindahan pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya untuk tujuan yang penting saja. Jika pasien harus pindah atau keluar dari kamarnya, pastikan bahwa tindakan pencegahan dipelihara untuk mencegah dan meminimalkan resiko transmisi mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan dan peralatan.
Peralatan Perawatan Pasien Jika memungkinkan gunakan peralatan non kritikal kepada pasien sendiri, atau secara kohort Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort, lakukan pembersihan atau desinfeksi sebelum dipakai kepada pasien lain
7. Penanganan Limbah RS ISLAM METRO dalam penanganan limbah padat bekerja sama dengan pihak luar dengan MOU yang sudah ditandatangani kedua belah pihak.
Limbah dibagi menjadi secara garis besar yaitu a. Limbah Padat Infeksius Adalah sampah yang terkontaminasi oleh cairan tubuh seperti kapas, kassa, perban, sarung tangan, masker selang infus, selang kateter, kantong darah potongan organ tubuh, jaringan tubuh, darah obat/vaksin/serum kadaluarsa, kantong urin, specimen laborat jarum suntik, skalpel, pisau bedah, pecahan kaca, ampul obat pampers, diapers.
Non infeksius Sampah yang tidak terkontaminasi oleh cairan tubuh seperti sampah rumah tangga, sampah perkantoran/administrasi : kertas, kardus,karton ,toples, kaleng, botol/gelas minuman,sisa-sisa makanan, sampah tanaman :daun, rumput, kayu, ranting, batang pohon, kemasan/plastik pembungkus : makanan/minuman,pasta gigi, sabun, shampoo, pembungkus obat
b. Limbah Cair c. Limbah Benda Tajam Semua benda yang mempunyai permukaan tajam yang dapat melukai / merobek permukaan tubuh
Pemrosesan Limbah Identifikasi Termasuk limbah padat,cair atau benda tajam, dan infeksius atau tidak infeksius Pemisahan Limbah Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, limbah padat infeksius di kantong kuning, limbah padat non infeksius dikantong hitam, dan limbah benda tajam di kotak tahan tusukan
Limbah cair segera dibuang ke wastafel di spoelhoek Packing/penenpatan limbah Tempatkan dalam wadah tertutup, mudah dibuka (dengan pedal/pijakan kaki) Kontainer dalam keadaan bersih, terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat Tempatkan setiap kontainer limbah pada jarak 10 – 20 meter Ikat limbah jika sudah terisi 3/4 penuh Kontainer limbah harus dicuci setiap hari Penyimpanan Limbah sebaiknya segera dimusnahkan, bila tidak memungkinkan dapat disimpan 2 – 3 hari ditempat khusus untuk menyimpan Kemasan/ kantong tetap tidak boleh dibuka Dibuang 2 x sehari atau 2/3 kantong terisi dengan mengikat leher kantong dengan tali Transportasi Menggunakan troli/kereta dorong khusus dan dibersihkan dan didesinfeksi setiap selesai pengangkutan Dilakukan sehari 2x
Prosedur Penanganan Limbah Siapkan kantong beserta trolly dan peralatan lainya sesuai standar. Lakukan kebersihan tangan Gunakan APD (sarung tangan rumah tangga dan sepatu pelindung tertutup,apron, masker dan helm sesuai kebutuhan) Kumpulkan limbah sesuai jenis Ganti kantong
& bersihkan tempat sampah bila perlu gunakan cairan
disinfektan (chlorin 0,5%) Pengangkutan limbah dengan trolly khusus Pastikan kantong terikat rapat tanpa kebocoran Bersihkan tempat penampungan akhir 1 X seminggu
Lakukan kebersihan tangan setelah selesai
Pengumpulan Limbah Tertutup & bersih Terbuat dari bahan kuat, ringan,tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus Mempunyai tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan Jarak setiap radius 10- 20 meter Tempat sampah infeksius dicuci dan di disinfeksi jika akan dipergunakan kembali Fasilitas pencucian & saluran limbah yang baik Pest kontrol Suhu 2 - 7° jika > 72 jam
Tempat penampungan sementara ( TPS )
Tempat penampungan tidak permanen
Terletak pada lokasi mudah dijangkau
Dikosongka sekurang-kurangnya 24-72 jam
Dibersihkan 1x dalam seminggu Penanganan Limbah Cair Cairan tubuh Secreta, Sisa Cairan Infus ,sisa obat cair ke dalam wastafel atau spoelhoek Feces dan urine ke dalam closet lalu disiram dengan banyak air/ air yang mengalir, hindari cipratan dengan menggunakan jarak yang aman
Penanganan Benda Tajam Sekali pakai, tidak boleh didaur ulang Tidak menyarungkan kembali, mematahkan atau menekukan jarum suntik bekas pakai Jangan mematahkan jarum yg telah dipakai
Segera buang jarum/ needle ke dalam wadah yg telah ditentukan dan dibuang oleh sipemakai
Pengelolaan Benda Tajam Wadah tahan tusuk, tidak bocor ( jerigen bekas, kardus yang tahan benda tajam) dan tertutup berlabel biohazard yang kuning Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan Mempunyai penutup yang tidak bisa dibuka kembali Ditutup dan diganti setelah terisi2/3 bagian limbah
Penanganan Pecahan Benda Tajam
Gunakan sarung tangan tebal
Gunakan kertas koran /tebal untuk mengumpulkan pecahan tersebut kemudian bungkus dengan kertas
Masukan dalam kotak tahan tusukan kemudian beri label
Jika pecahan kaca tersebut terkontaminasi cairan tubuh lakukan dekontaminasi
Pelaporan Tertusuk Benda Tajam LANGKAH – LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH TERJADI PAJANAN (PASCA PAJANAN) :
1. Lakukan penanganan / pertolongan pertama segera di lokasi pajanan dengan cara sebagai berikut : a. Luka tusuk jarum atau luka iris segera dicuci dengan sabun antiseptik dan air mengalir selama 5 menit, tidak diperkenankan menghisap dengan mulut karena beresiko darah yang terkontaminasi tertelan. b. Percikan pada mukosa hidung, mulut atau kulit segera dibilas dengan guyuran air selama 3-5 menit. c. Percikan pada mata segera diirigasi dengan air bersih, larutan garam fisiologis atau air steril selama 15 menit. d. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) saat memberi pertolongan pertama pasca pajanan.
2. Tentukan risiko yang berhubungan dengan pajanan 3. Evaluasi sumber pajanan 4. Evaluasi petugas terpajan 5. Laporkan pada tim komite PPIRS untuk penanganan lebih lanjut
8. Penangaan Alat single Use Reuse Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak berubah keutuhan, fungsional, baik perubahan fisik, kimia biologis. b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan semua jenis kotoran biologis dari setiap pemakaian yang sebelumnya dan peralatan bebas dari zat Pyrogenis, Tes Pyrogenisitas dari pabrik c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat reaksi kimia dengan pelarut atau zat pembersih d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus peralatan bersertifikat yang merupakan cara-cara yang telah ditentukan dan diabsahkan untuk pemastian kesterilan, uji-uji untuk keutuhan kemasan, pemeriksaan dan pengendalian prosedur dengan pencatatan pemakaian alat tersebut
Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan disposible/Re-use atau sekali pakai saja harus tercatat, diketahui dan disetujui oleh PPI(ICN) RS ISLAM METRO untuk memungkinkan pengembangan protokol langkah demi langkah untuk proses ulang
Batas penggunaan alat medis
Alat medis
Frekuensi penggunaan
Proses kontrol
ulang&proses Laringeal
40x
mask
Steam
Catat jumlah re-use pada kartu pemeliharaan .
Setelah 40x alat langsung
dibuang.
Bila alat rusak sebelum waktunya segera dibuang
Endotracea
40x
tube non
Steam
kartu pemeliharaan .
kinkin
Catat jumlah re-use pada
Setelah 40x alat langsung dibuang.
Bila alat rusak sebelum waktunya segera dibuang
Respiratory
30x
valve
Steam
Catat jumlah re-use pada kartu pemeliharaan .
Setelah 30x alat langsung dibuang.
Bila alat rusak sebelum waktunya segera dibuang
9. Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit yang meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja, dan permukaan lain. Maksud pengelolaan rumah tangga adalah : Mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari pasien, tamu, staf, dan masyarakat sekitar, Mengurangi risiko kecelakaan, dan Mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan untuk pasien dan staf Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit
seperti ruang tunggu dan kantor
administrasi, tergolong risiko rendah sehingga cukup dibersihkan dengan sabun dan air atau dengan chlorin 0,05%. Sedangkan beberapa ruangan seperti toilet/WC, pembuangan darah atau duh tubuh lain, tergolong risiko tinggi memerlukan disinfektan seperti klorin 0.5% yang ditambahkan pada larutan pembersih. Penggunaan disinfektan chlorin 0,5% dianjurkan pula di ruanganruangan seperti ruangan operasi, kamar pulih, dan ruang perawatan intensif.
Selain itu dilakukan juga pengukuran kualitas udara dan air bersih bekerja sama dengan instansi terkait. Pengukuran suhu dan kelembaban ruangan, pembatasan penunggu pasien dan pemberlakuan jam kunjung.
10. Renovasi
f. jj VII.