Pedoman Belajar Mengajar

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pedoman Belajar Mengajar as PDF for free.

More details

  • Words: 5,864
  • Pages: 16
BAB I ILMU

Artinya:Tidak sepatutnya bagi orang– orang mu-min itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap–tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS Attaubah : 122 ) Pedoman Belajar dan Mengajar

1

2. Keutamaan-keutamaaan orang berilmu Begitu agungnya orang yang memiliki ilmu, Muadz bin Jabal mengatakan pelajarilah ilmu karena mempelajarinya adalah kebaikan, mencarinya adalah ibadah dan mengingat-ingatnya adalah tasbih, mendalaminya adalah jihad, mengingatkannya kepada orang yang belum mengerti adalah sedekah mengingatkannya kepada orang yang sudah mengerti adalah taqarrub, ingatlah, bahwa ilmu adalah sarana untuk mencapai tempat disurga ilmu adalah teman diwaktu sepi, kawan dalam pengasingan, petunjuk jalan kesenangan, penolong dalam kesedihan, hiasan di tengah-tengah kawan, dan senjata dalam menghadapi musuh. Allah SWT mengangkat derajat suatu bangsa karena ilmu, sehingga mereka menjadi pemuka yang dipatuhi dan diikuti jejak langkahnya, malaikat Pedoman Belajar dan Mengajar

3

1. Pengertian tentang ilmu menurut Utsman Alkhaibawi Pengertian tentang ilmu menurut Utsman Alkhaibawi bahwa hukama (orang-orang bijaksana) mengartikan ilmu dengan pengertian sebagai berikut : Kata ilmu terdiri dari tiga huruf ‘ain, laam dan miim, ‘ain singkatan dari ‘illiyin (derajat yang tinggi), huruf laam singkatan dari lathif (halus, pemurah, tenang) dan huruf miim singkatan dari kata mulkun (kerajaan) maka huruf ‘ain menyampaikan pemiliknya kepada derajat yang tinggi, huruf laam menyampaikan kepada pemilknya halus / pemurah / tenang dan huruf miim menyampaikan kepada pemiliknya menjadi raja dari rakyatnya atau orang yang dipimpinnya.

Pedoman Belajar dan Mengajar

2

suka berkawan dengan mereka, mengusap–usap mereka dengan sayapnya dan dido’akan oleh semua benda yang basah dan kering, ikan-ikan dilaut serangga serta binatang buas di darat maupun di laut, ilmu dapat menghidupkan hati dari kebodohan, pelita dari kegelapan, kekuatan dari segala kelemahan, sarana untuk mencapai derajat orang-orang yang baik sewaktu hidup di dunia maupun di akhirat memikirkan ilmu sebanding dengan puasa, mengkajinya sebanding dengan ibadah di waktu malam, dengan ilmu dapat diketahui halal haram, ilmu merupakan pemimpin dan amal adalah pengikutnya ilmu itu hanya diberikan kepada orang-orang yang beruntung dan tidak akan diberikan kepada orang–orang celaka . Alfaqih menuturkan dari Abul Qasim Abdurrahman bin Muhammmad, dengan sanad dari Al-Hasan Bashri, ia Pedoman Belajar dan Mengajar

4

berkata saya tidak mengetahui sesuatu yang lebih utama daripada jihad di jalan Allah, kecuali menuntut ilmu, barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam rangka mencari suatu bab ilmu, maka ia dinaungi oleh para malaikat dengan sayapnya dan dido’akan oleh burung-burung di langit, binatang buas di daratan, ikan-ikan di laut dan diberi pahala oleh Allah 72 orang yang benar, oleh karena itu tuntutlah ilmu dan untuk ilmu itu carilah ketenangan, kesabaran dan kesopanan, merendahkan dirimu terhadap guru juga terhadap muridmu, jangan saling bersaing diantara para ulama dan jangan mendebat orang bodoh, jangan menjilat para penguasa dan jangan sombong di tengah-tengah hamba Allah, jangan menjadi ulama yang dimurkai Allah, sehingga dimasukkan kedalam neraka, carilah ilmu yang tidak membahayakan ibadahmu, dan beribadahlah sekiranya Pedoman Belajar dan Mengajar

5

AlMusayyab meriwayatkan dari Abu Bakar dari Aun bin Abdullah, bahwa ada seorang datang kepada Abu Dzar Al Ghiffari RA dan berkata “saya ingin mempelajari ilmu, akan tetapi saya khawatir akan menyia-nyiakannya dan tidak bisa mengamalkannya“, Abu Dzar Alghiffari berkata “bersandar pada ilmu itu lebih baik dari pada bersandar pada kebodohan kemudian orang itu mendatangi Abu Darda RA dan berkata seperti itu lalu Abu Darda berkata “sesungguhya manusia nanti akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya sewaktu ia mati, orang yang pandai akan dibangkitkan sebagai orang pandai dan orang bodoh akan dibangkitkan sebagai orang bodoh kemudian orang itu mendatangi Abu Hurairah RA dan berkata seperti itu, lalu Abu Hurairah berkata “sesungguhnya kamu lebih baik menyia-nyiakan dari Pedoman Belajar dan Mengajar

7

tidak mengganggu dalam mencari ilmu, karena tidak ada gunanya ilmu tanpa ibadah jangan seperti kelompok orang yang meninggalkan thalabul ‘ilmi (penuntut ilmu) dan hanya beribadah terus menerus hingga badannya kurus, lalu mereka menghunus pedang untuk memerangi orang-orang yang berada disekelilingnya seandainya mereka mencari ilmu, niscaya ilmu itu dapat mencegah mereka dari berbuat seperti itu, orang yang beramal tanpa ilmu seperti orang yang tersesat jalan dan kerusakannya lebih banyak dari kebaikannya. Ketika Abu Sa’id ditanya dari siapakah keterangan di atas itu kamu peroleh ? Abu Sa’id menjawab : “saya telah bertemu 70 orang yang mengikuti perang badar dan saya telah mengembara selama 40 tahun untuk mencari ilmu”. Pedoman Belajar dan Mengajar

6

pada kamu tidak pernah mendapatkan sama sekali”. Orang berilmu mengarungi hidup ini lebih mudah karena mengetahui kuncikunci rahasia sebagai tamsil yaitu ketika Rasulullah SAW menerangkan bahwa membaca surat Al-ikhlas 3x sama dengan mengkhatamkan Al-Qur-an 30 juz (Qul huwallahu ahad tsulutsul Qur-an), artinya membaca Qul huwallahu ahad atau surat Al-Ikhlas satu kali sama dengan membaca 1/3 Al-Qur-an tapi memang membaca Al-Qur-an 30 Juz secara tartil lebih utama pahalanya dibanding membaca 3x surat Al-ikhlas, keterangan ini memberikan tamsil bahwa faktor ilmu dapat mempermudah dalam mengarungi kehidupan dan sekaligus membuat musuh kita syetan menjadi gentar dan takut kepada orang berilmu, suatu saat Nabi Muhammmad SAW masuk ke pintu masjid dan beliau Pedoman Belajar dan Mengajar

8

melihat syetan di tepi pintu (maju mundur), kata Nabi SAW : “Hai iblis, apakah yang kamu perbuat disini? Kata syetan saya ingin masuk ke dalam masjid dan mengganggu orang yang sedang shalat ini, tetapi saya takut kepada orang yang tidur di dekatnya, kata Nabi SAW : “Hai iblis, mengapa engkau tidak takut kepada dia sedangkan dia dalam waktu beribadah dan munajat kepada Allah dan engkau takut kepada orang yang tidur sedang dia dalam keadaan lalai” lalu syetan menjawab: “orang yang ibadah itu bodoh dan mudah diganggu, tapi yang tidur itu orang ‘alim, sehingga kalaupun saya berhasil mengganggu dan menjadikan shalatnya rusak atau batal, maka saya khawatir bilamana orang ‘alim itu terbangun dan segera membetulkan orang yang sedang shalat itu” Pedoman Belajar dan Mengajar

9

3.1 Cara Ilham Imam Al-Ghozali menerangkan ilmu yang di berikan kepada Nabi adalah tanpa proses belajar dan usaha dan mencari jalan dalil disebut dengan wahyu sedangkan kepada para wali dan orang pilihan adalah ilham. Apabila Allah SWT mengusai urusan hati kepada manusia pilihannya niscaya rahmat Allah SWT melimpah atas orang–orang pilihannya, cahaya cemerlang di dalam hati, dada terbuka, rahasia alam malakut tersingkap baginya, hijab kelengahan hilang dari muka hati dengan kehalusan rahmatnya dan hakekat-hakekat ilahiyah bersinar di dalamnya. Para Nabi dan para wali itu urusan mereka tersingkap dan cahaya melimpah atas dada mereka bukan dengan belajar mempelajari dan menulis kitab-kitab, tetapi dengan zuhud dunia, melepaskan diri dari segala Pedoman Belajar dan Mengajar

11

3. Cara mendapatkan ilmu

Artinya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (bendabenda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar (QS Al-Baqarah 31)

Pedoman Belajar dan Mengajar

10

hubungannya, mengosongkan hati dari kesibukan-kesibukan dan menghadapkan diri dengan penuh cita-cita kepada Allah SWT, untuk mendapatkan ilmu secara ilham memang sukar penuh dengan pengorbanan dan segala aktifitas hanya tertuju pada Allah Azza Wajalla. Di dalam Al-Qur-an Allah Azza Wajalla mengarahkan perhatian kita apabila ingin mendapatkan ilmu yang diajarkan oleh Allah (secara ilham) maka bertakwalah.

Artinya

:

“Bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarimu dan Allah mengetahui segala sesuatu (QS. Al-Baqarah 282).

Pedoman Belajar dan Mengajar

12

Bertakwa adalah jalan untuk mendapatkan ilmu secara ilham, jika Allah berkehendak memberikan sebuah ilham kepada orang pilihannya sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Ghozali mula-mula Allah menggerakkan hati untuk melakukan sesuatu kemudian hati itu meneruskan kepada otak setelah di proses didalam otak diteruskan melalui saraf-saraf sehingga manusia tadi melakukan sesuatu perbuatan. Termasuk dalam hal ini mengetahui sesuatu yang akan terjadi di masa datang. ( pen) 3.2 Cara iktisab atau usaha atau belajar Ilmu cara iktisab lebih mudah dijangkau oleh orang belajar, karena ilmu ini diberikan kepada seluruh manusia yang ingin belajar tentang suatu ilmu. Ilmu secara iktisab lebih dapat disaksikan secara mata dzohir, tapi memang ilmu secara iktisab ini derajatnya dibawah Pedoman Belajar dan Mengajar

13

4. Mengamalkan ilmu

Artinya :Sesungguhya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Alkitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati oleh semua makhluk yang bisa melaknati. (Al-Baqarah : 159) Mengamalkan ilmu yang telah kita miliki adalah suatu kebaikan sekaligus ibadah serta suatu pertanda ilmu yang kita miliki bermanfaat untuk orang lain dan apabila kita memperhatikan penjelasan Pedoman Belajar dan Mengajar

15

ilmu secara ilham. Karena apabila ilmu secara ilham dapat mengetahui sesuatu yang akan terjadi sebelum waktunya tanpa meleset sedikitpun sedangkan Ilmu cara iktisab tidak bisa mengetahui sesuatu yang akan datang dan kalaupun mengetahui sesuatu yang akan datang berdasarkan perkiraan dan kadangkadang perkiraaan itu meleset dari dugaan (salah). Idealnya ilmu secara iktisab harus dibarengi dengan pendekatan diri kepada Allah Azza Wajalla. Agar apa yang kita dapatkan dari ilmu iktisab dapat mendekatkan diri kepada Allah Azza Wajalla. Karena idealnya bertambah ilmu berarti bertambah dekat kepada Allah Azza Wajalla.

Pedoman Belajar dan Mengajar

14

Nabi Isa AS betapa banyak pohon akan tetapi tidak semuanya berbuah betapa banyak ulama akan tetapi tidak semuanya membimbing (kepada kebenaran), betapa banyak buahbuahan akan tetapi tidak semuanya enak dan betapa banyak ilmu akan tetapi tidak semuanya bermanfaat. Diriwayatkan oleh Al-Auza’i ia berkata “barang siapa mengamalkan apa yang telah diketahuinya maka ia akan diberi pertolongan untuk mengetahui apa yang belum diketahuinya” Sahl bin Abdullah berkata “semua manusia mati, kecuali ulama, semua ulama mabuk, kecuali yang mengamalkan ilmunya, semua orang yang mengamalkan ilmunya tertipu kecuali orang-orang yang ikhlas dan orang-orang ikhlas itu selalu merasa khawatir dan pernyataan ini juga dikuatkan oleh Imam Al-Ghozali manusia itu mati kecuali orang yang berilmu, orang berilmu itu tertidur kecuali Pedoman Belajar dan Mengajar

16

orang yang beramal dan orang yang beramal itu tertipu kecuali orang yang ikhlas Jelaslah keterangan di atas memberikan gambaran kepada kita agar senantiasa kita mengamalkan ilmu yang kita miliki, Imam Ali KW menjelaskan “apabila orang ‘alim tidak mengamalkan ilmunya, maka orang bodoh enggan belajar kepadanya”, oleh karena itu orang ‘alim yang tidak mengamalkan ilmunya maka ilmunya tidak akan bermanfaat bagi orang lain, menurut Imam Ali KW ilmu tetap berguna meskipun tidak diamalkan kepada orang lain, apabila melakukan 3 hal sebagai berikut :

3.Tidak menggangu orang-orang beriman karena mengganggu orangorang beriman bukan perilaku orangorang beriman.

1.Tidak mencintai dunia, karena dunia bukanlah tempat orang-orang beriman. 2.Tidak bersahabat dengan syetan, karena syetan itu bukan teman orangorang beriman. Pedoman Belajar dan Mengajar

17

BAB II

Pedoman Belajar dan Mengajar

18

kotoran dan Allah Azza Wajalla sangat menyenangi terhadap orang–orang yang mensucikan diri sebagaimana firmannya dalam surat Albaqarah 222.

Kesopanan Dan Tugas–Tugas Murid Imam Al-Ghozali mengelompokkan kesopanan dan tugas–tugas murid ada 10 macam. 1.Mendahulukan kesucian jiwa dari akhlak yang hina dan sifat–sifat tercela Ilmu adalah pemimpin manusia yang menunjukkan manusia mana yang baik dan yang tidak baik, ilmu sifatnya suci dan bersumber dari hati yang suci oleh karena itu untuk mendapatkan ilmu seseorang harus memulainya dari kesucian karena diibaratkan kolam yang jernih akan mudah cahaya matahari masuk kedasarnya dan ikan–ikannya dapat dilihat namun sebaliknya jika kolam itu kotor penuh sampah cahaya matahari sukar masuk bahkan ikan–ikannya tidak dapat terlihat karena terhalang sampah atau Pedoman Belajar dan Mengajar

19

Artinya:Sesungguhnya Allah menyenangi terhadap orang– orang yang bertaubat dan orang–orang yang mencucikan diri (QS Albaqarah 222 ) 2.Menempatkan diri pada tempatnya dalam kesibukan dunia Manusia harus bisa menempatkan diri pada tempatnya dalam arti tidak terlalu cinta pada dunia, dunia dijadikan sebagai jalan menuju Allah Azza Wajalla serta kita diberikan pilihan untuk memilih kecenderungan sebagaima firmanNya di dalam Al-Qur–an Pedoman Belajar dan Mengajar

20

Artinya :Allah sekali–kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati rongganya. ( QS Al- Ahzab 4 ). Imam Ali KW mengatakan apabila kita memanah anak busur panah ketimur maka secara otomatis busur panah akan menjauhi barat dan sebaliknya apabila kita memanah anak busur panah kebarat maka anak panah akan semakin menjauhi timur maka ini tamsil apabila kita terlalu cenderung menyibukkan terhadap urusan dunia maka kita akan menjauhi akhirat dan sebaliknya apabila kita menyibukkan terhadap urusan akhirat maka kita akan menjauhi dunia oleh karena itu sikap kita sebagai seorang mu-min menjadikan dunia sebagai alat menuju akhirat dan orang yang baik tidak berarti harus meninggalkan kehidupan dunia karena di Pedoman Belajar dan Mengajar

21

melebihi tiga hari setiap bulannya, beliau menjawab (Rasulullah) puasalah satu hari dan berbukalah satu hari, saya berkata saya mampu untuk puasa lebih dari itu, beliau menjawab (Rasulullah) puasalah satu hari berbuka satu hari, itulah cara puasa Nabi Daud, dan itulah puasa paling utama, saya berkata lagi, sesungguhnya saya mampu puasa lebih utama lagi, beliau bersabda (Rasulullah) sesungguhnya tidak ada cara puasa yang lebih utama dari puasa Nabi Daud kemudian Abu Muhammad berkata, seandainya saya dulu menerima anjuran Rasulullah SAW, yaitu puasa tiga hari setiap bulannya maka itu lebih saya sukai dari pada keluarga dan harta kekayaan. dari hadits di atas kita dapat mengambil pelajaran seutama–utamanya bagi seseorang dalam beramal dalam agama yaitu pertengahan jadi bagi orang yang belum ikhlas dan tidak ada kemampuan sebaiknya melakukan sesuatu Pedoman Belajar dan Mengajar

23

dalam kitab Riyadhus Shalihin pernah diceritakan dalam hadits Abu Muhammad, Abdullah bin Amr bin Ash RA berkata Nabi SAW diberitahu tentang apa yang saya ucapkan, dimana saya mengucapkan, Demi Allah, selama hidup saya akan selalu berpuasa pada siang hari dan bangun sepanjang malam untuk mengerjakan shalat sunnah, Rasulullah bertanya kamukah yang mengucapakan kata–kata seperti itu? kemudian saya berkata benar, saya telah mengatakan kata–kata itu wahai Rasulullah, beliau bersabda, sesungguhnya kamu tidak akan mampu untuk berbuat seperti itu, maka berpuasalah dan berbukalah, tidur dan bangunlah untuk shalat, serta berpuasalah tiga hari setiap bulan karena sesungguhnya kebaikan itu pahalanya dilipat gandakan sepuluh kali, jadi kalau setiap bulan kamu tiga hari maka itu sudah seperti sepanjang masa, sesungguhnya saya mampu untuk puasa Pedoman Belajar dan Mengajar

22

pertengahan tapi bila dirasa keihklasan dan kemampuan dimiliki dapat melakukan lebih dari itu sebagai tamsil dapat kita ambil dari keikhlasan dan kemampuan yang dimiliki oleh Imam Abu Hanifah beliau puasa selama 30 tahun berturut– turut kecuali hari yang dilarang puasa serta Imam Abu Hanifah pun shalat malam selama 30 tahun dan sering shalat shubuh menggunakan wudhu shalat maghrib serta sepanjang malam membahas ilmu. Penunt.ut ilmu sebaiknya tidak menyibukkan diri dalam keduniaan yang tidak bermanfaat karena matinya ilmu itu disebabkan syahwat dan godaan dunia, suatu hari Imam Syafe’i lupa akan hapalannya dikarenakan melakukan dosa kecil yaitu secara tidak sengaja melihat kaki bagian bawah seorang wanita sehingga hapalannya lupa. Jadi jelaslah sebagaimana tamsil Imam Ali KW tentang anak busur panah dan tamsil Pedoman Belajar dan Mengajar

24

Imam Syafe’i tentang cerita melihat kaki bagian bawah seorang wanita dua hal tersebut di atas dapat mematikan ilmu. 3. Jangan sombong karena ilmu Tidak sombong karena ilmu dan tidak menentang guru namun ia serahkan kendali urusannya kepada guru itu secara keseluruhan dalam setiap rincian dan mendengarkan nasihat guru seperti orang yang sakit mendengarkan perkataan dokter. Seyogyanya orang yang menuntut ilmu agar tidak sombong karena Allah SWT tidak senang kepada orang yang berbuat sombong sebagaimana firmannya .

Pedoman Belajar dan Mengajar

25

berbuat baik terhadap para ulama dan para pembesar lalu Zaid bin Tsabit mencium tangannya, Ibnu Abbas berkata demikianlah kami diperintah untuk berbuat baik kepada keluarga Nabi SAW. Seorang pencari ilmu sebaiknya tidak banyak bertanya sampai guru menjelaskan secara tuntas dan bertanya untuk menyusahkan guru dengan pertanyaan–pertanyaan yang tidak ada kemaslahatan bagi pencari ilmu di dalam Al-Qur-an Allah SWT telah memberikan tamsil pada kisah cerita Nabi Musa dengan Nabi Khidir

Artinya : Jika Kamu mengikutiku maka janganlah kamu bertanya kepadaku tentang sesuatu sehingga aku menerangkannya kepadamu (QS Alkahfi 70 ) Pedoman Belajar dan Mengajar

27

Artinya

:Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri .( QS Luqman 18 ).

Maka seyogyanya ia merendahkan diri kepada gurunya dan mencari pahala dan kemuliaan sebagaimana riwayat Athabrani, Alhakim dan Baihaqi, adapun riwayatnya Asy Sya’bi berkata “ Zaid bin Tsabit men-shalati jenazah lalu saya mendekati kendaraan untuk menjadi kendaraannya yaitu keledai mirip kuda, maka tiba–tiba datang Ibnu Abbas memegang kendaraannya, maka Zaid bin Tsabit berkata biarlah kendaraan itu saya yang mengurusinya, Ibnu Abbas berkata demikianlah kami diperintah untuk Pedoman Belajar dan Mengajar

26

Jadi seyogyanya bagi pencari ilmu hendaknya sabar dalam mencari hakekat ilmu sampai waktu yang tepat, hal ini juga dikuatkan dengan cerita Imam Syafe’i yang tidak mau menjawab sebuah pertanyaan seorang laki–laki tentang bab fiqih, kemudian laki–laki itupun mendebat Imam Syafe’i mengapa Imam Syafe’i tidak menjawab pertanyaannya maka Imam Syafe’i menjelaskan alasannya tidak menjawab karena jawabannya tidak akan membawa kemaslahatan kepada laki–laki itu. Hendaklah penuntut ilmu menghormati gurunya baik perkataan dan perbuatan serta tidak banyak bertanya, Imam Ali KW berkata sesungguhnya sebagian hak orang ‘alim adalah kamu tidak memperbanyak pertanyaan kepadanya kamu tidak menyalahkannya dalam menjawab, kamu tidak mendesaknya apabila dia sedang malas, kamu tidak memegangi kainnya apabila dia bangkit, Pedoman Belajar dan Mengajar

28

kamu tidak menyiarkan rahasianya tidak mengumpat seseorang di sisinya, tidak mencari ketergelincirannya dan jika dia tergelincir maka terimalah alasannya wajiblah kamu menghormati dan membesarkannya karena Allah SWT, kamu tidak duduk di depannya jika ia mempunyai kebutuhan maka kamu dorong agar orang banyak melayaninya .

sesuatu pada ahli dzikir sebagaimana Allah telah berfirman di dalam Al-Qur-an

Artinya 4.Menjaga dari mendengarkan pendapat manusia yang berbeda–beda. Sebaiknya bagi penuntut ilmu yang baru belajar pada tahap awal agar menjaga dari mendengarkan pendapat manusia yang berbeda–beda karena dikhawatirkan penuntut ilmu mendengarkan pendapat manusia yang bukan ahlinya yang akhirnya membimbangkan bagi penuntut ilmu maka hendaklah penuntut ilmu merapikan satu jalan terpuji dari gurunya karena Allah SWT memerintahkan agar manusia belajar dan menanyakan Pedoman Belajar dan Mengajar

29

serta ahli dibidangnya agar penuntut ilmu tidak dibuat bimbang terhadap apa yang telah dipelajarinya karena guru orang yang dekat kepada Allah SWT dengan demikian jauh dari ketergelinciran karena senantiasa guru dibimbing oleh Allah SWT. 5.Orang yang menuntut ilmu hendaknya mempelajari semua bidang ilmu yang terpuji Penuntut ilmu hendaknya mempelajari semua bidang ilmu terpuji dan setelah semua dipelajari memilih mana yang lebih penting dan menyempurnakannya tetapi apabila terbentur oleh faktor umur untuk mempelajari semua bidang ilmu yang terpuji maka hendaklah memilih mana yang lebih penting dan menyempurnakan ilmu itu yang terpenting hakekatnya ilmu itu bisa bantu membantu satu sama lain dan memang sebaik–baik mu-min adalah yang memiliki pengetahuan secara kaffah Pedoman Belajar dan Mengajar

31

:Dan kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka Bertanyalah kamu kepada ahli dzikir jika kamu tidak mengetahui (QS Annahl 43 )

Maka hendaknya penuntut ilmu mencari guru yang ahli dzikir yaitu orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab dan menjalani segala perintahnya dan menjauhi larangannya Pedoman Belajar dan Mengajar

30

dan di dalam Al-Qur-an kita diperintahkan untuk memasuki sekaligus mempelajari Islam secara kaffah

Artinya : Masuklah kamu kedalam Islam secara Kaffah(Menyeluruh) (QS Albaqarah 208) Maka sudah sepantasnya apabila kita belajar secara menyeluruh dimulai dari buaian sampai ke liang lahad agar kita menjadi muslim yang sejati. Idealnya muslim sejati di dalam belajar harus di tanamkan dalam hati apa yang dia pelajari sebagai bekal salah satunya untuk amar ma’ruf nahi mungkar sebagaimana surat Attaubah ayat 122 dan Ibnu Abbas menjelaskan makna kaffah adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Pedoman Belajar dan Mengajar

32

6.Tidak Menuntut ilmu secara sekaligus yaitu dengan mengikuti tertib dan urutannya serta memulai dengan yang paling penting. Faktor umur sangat berperan sekali di dalam proses pencarian ilmu oleh karena itu penuntut ilmu hendaknya mempelajari yang paling penting dan mudah dan yang terbaik serta ilmu itu bertujuan untuk muamalah (hubungan sesama manusia) yaitu untuk mukasyafah sedangkan mukasyafah untuk mengenal Allah SWT dan ilmu mengenal Allah SWT adalah sebaik–baiknya ilmu. Sebagai seorang mu-min sebaiknya kita mengerti walaupun hanya sedikit pengetahuan sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Ghozali di dalam kitab ihya ulumiddin tapi jika terbentur oleh faktor umur maka pilih mana yang paling penting sebagaimana berikut :

Pedoman Belajar dan Mengajar

33

9. Kitab amar ma’ruf nahi mungkar. 10. Kitab kesopanan penghidupan dan akhlak kenabian . C. Ilmu mengetahui hal–hal yang dapat membinasakan atau merugikan 1. Kitab keajaiban hati. 2. Kitab rialat (latihan) jiwa. 3. Kitab bahaya syahwat perut dan kemaluan . 4. Kitab bahaya lidah. 5. Kitab bahaya marah, dendam dan dengki. 6. Kitab tercelanya dunia. 7. Kitab tercelanya pangkat dan riya. 8. Kitab tercelanya harta dan kikir . 9. Kitab tercelanya sombong dan ujub. 10. Kitab tercelanya tertipu.

Pedoman Belajar dan Mengajar

35

A. Kitab ibadah 1. Kitab ilmu 2. Kitab aqidah. 3. Kitab bersuci. 4. Kitab rahasia shalat. 5. Kitab rahasia zakat 6. Kitab rahasia puasa. 7. Kitab rahasia haji. 8. Kitab kesopanan membaca Al-Qur-an. 9. Kitab dzikir dan do’a–do’a. 10. Kitab urutan wirid pada waktu– waktunya. B. Ilmu adat kebiasaaan. 1. Kitab kesopanan makan 2. Kitab kesopanan nikah. 3. Kitab hukum usaha. 4. Kitab halal dan haram. 5. Kitab pergaulan sesama muslim. 6. Kitab uzlah mengasingkan diri. 7. Kitab kesopanan berpergian . 8. Kitab pendengaran dan perasaan. Pedoman Belajar dan Mengajar

34

D. Ilmu mengetahui hal–hal yang menyelamatkan 1. Kitab taubat. 2. Kitab sabar dan syukur . 3. Kitab takut dan harap. 4. Kitab fakir dan zuhud. 5. Kitab tauhid dan tawakal . 6. Kitab cinta, rindu dan terhibur serta ridha. 7. Kitab niat, jujur dan ikhlas. 8. Kitab muraqabah (merasa diawasi oleh Allah SWT serta menghitung-hitung amal sendiri. 9. Kitab tafakur. 10. Kitab ingat mati Itulah kitab–kitab seyogyanya dipelajari oleh seorang mu’min setelah itu dipelajari barulah beralih kepengetahuan yang lain baik itu ilmu pengetahuan umum maupun agama, bagi orang yang belajar dibidang umum temukan hikmah islam dibalik ilmu tersebut sebagai contoh orang yang Pedoman Belajar dan Mengajar

36

belajar kedokteran harus bisa menemukan hikmah ilmu kedokteran dibidang keislaman pada akhirnya akan mengkristal bahwa pencipta segala sesuatu adalah Allah Azza Wajalla. Albert Einstein pernah mengatakan “Science without religion is lame, religion without science is blind” (Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang, agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta). Setelah kita kuasai ilmu pengetahuan yang dapat mengenal Allah, barulah disandingkan dengan latihan (beribadah) kepada Allah SWT, karena seorang mu-min akan menemukan kebahagian baik hidup di dunia maupun diakherat dengan ilmu dan ibadah, serta seyogyanya kita beribadah kepada Allah SWT harus disertai dengan ilmu. 7.Penuntut ilmu menguasai secara baik urutan ilmu sebelum memasuki ilmu baru. Pedoman Belajar dan Mengajar

Artinya

37

:Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan ). ( Alinsyiqaq 19 )

Maksud ayat di atas adalah kehidupan kita dimulai dari setetes air suci kemudian beranjak anak–anak, remaja dan dewasa hingga meninggal dunia, sama halnya dalam pencarian ilmu sebagai contoh ilmu tentang tasawuf tidak mungkin diajarkan pada tingkat anak–anak karena apabila diajarkan pada anak–anak akan berakibat tidak baik pada kondisi jasmani dan rohaninya oleh karena itu sudah semestinya kita mengetahui urutan dalam mencari ilmu karena apabila sampai kita salah urutannya akan berakibat ilmu yang tidak bermanfat yaitu bertambah ilmu tapi tidak bertambah dekat kepada Allah Azza Wajalla seyogyanya orang yang bertambah ilmu bertambah dekat kepada Allah Azza Wajalla Pedoman Belajar dan Mengajar

39

Sebaiknya bagi penuntut ilmu mengetahui urutan ilmu sebelum memasuki ilmu baru yang akan dipelajari di dalam Al-Qur-an Allah SWT mengarahkan perhatian kita agar secara detil mempelajari suatu ilmu

Artinya : Orang – orang yang telah kami berikan Alkitab kepada mereka, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya ( QS Albaqarah 121 ). Setiap muslim harus benar–benar mengetahui urutan ilmu, apabila satu ilmu belum dipelajari secara sempurna hendaknya jangan terburu mempelajari yang lain karena segala sesuatu tercipta berdasarkan urutannya sebagai contoh kita lihat penjelasan Allah di dalam Al-Qur-an surat Al-Insyiqaq ayat 19

38

Pedoman Belajar dan Mengajar

8.Penuntut ilmu mengetahui sebab yang dapat mengetahui semulia–mulia ilmu. Penjelasan ini terdiri dari 2 hal : a. Kemuliaan buah ilmu b.Kepercayaan dalil dan kekuatannya. Keterangan dua hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini N Nama ilmu o 1 Agama

Buah

2 Kedokteran

Kehidupan abadi

Tidak kuat (sebagian berdasarkan perkiraaan )

3 Hitung (Matematika)

Penunjang kehidupan

Tidak kuat ( sebagian berdasarkan logika )

Kehidupan abadi sampai akhirat

Pedoman Belajar dan Mengajar

Dalil dan kekuatannya Kuat dalilnya kepercayaan nya

40

Ilmu agama sama buahnya dengan ilmu kedokteran namun kedokteran hanya di dunia dan tidak didukung oleh dalil yang kuat sedangkan ilmu kedokteran buahnya lebih penting dari ilmu matematika, jadi jelaslah ilmu agama lebih penting dari ilmu kedokteran dan matematika karena buahnya lebih penting serta di dukung oleh dalil yang kuat sedangkan ilmu kedokteran lebih penting dari ilmu matematika karena buah ilmu kedokteran lebih penting dari ilmu matematika .

berdebat dengan orang bodoh dan berbangga dengan teman–teman tetapi untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan dimudahkan jalan menuju syurga serta diberi derajat disisi Allah SWT . sebagaimana firman Allah Azza Wajalla di dalam surat Almujadalah ayat 11

9.Tujuan murid sekarang menghiasi dan mengindahkan batinnya dan besok mendekatkan diri kepada Allah Azza Wajalla. Tujuan murid sekarang adalah menghiasi dan mengindahkan batinnya dengan keutamaan dan besok mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan ilmu sekarang murid tidak bermaksud untuk memperoleh kepemimpinan, harta dan pangkat

Artinya : Allah akan meninggikan orang– orang yang beriman dari kamu dan orang–orang yang diberi ilmu beberapa derajat (QS Almujadalah 11 )

Pedoman Belajar dan Mengajar

41

paling taat kepada Allah, hamba yang mulia dan tidak melakukan ma’siyat kepada Allah dan apabila diperintah taat adapun firman Allah surat Ali Imran ayat 18 adalah sebagai berikut

Apabila kita perhatikan di ayat yang lain surat Ali imran ayat 18 bahwa orang berilmu itu disandingkan dengan malaikat, malaikat merupakan makhluk Allah yang 42

Pedoman Belajar dan Mengajar

Allah menempatkan orang yang berilmu itu disandingkan dengan malaikat karena begitu mulianya orang yang mempunyai ilmu terutama ilmu agama. 10.Mengetahui kaitan ilmu dengan tujuannya Tujuan yang tinggi dan dekat sangat berpengaruh terhadap tujuan yang jauh dan penting lihatlah tabel di bawah ini.

Artinya : Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan, melainkan dia, yang menegakkan keadilan, para malaikat dan orang–orang yang berilmu (juga yang menyatakan demikian) tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( QS Ali Imran 18 ). Pedoman Belajar dan Mengajar

43

No

Ilmu

Tujuan

1

Fiqih

Ilmu yang berhubungan dengan kemaslahatan badan Ilmu sampai akhirat

2

Kedokteran

3.

Muamalah

berhubungan dengan kemaslahatan badan hanya di dunia Hubungan sesama manusia

4

Mukasyafah

Ilmu mengenal Allah.

Pedoman Belajar dan Mengajar

44

Kemenangan dan kebahagiaan orang ditentukan dengan seberapa jauh seseorang dalam mengenal Allah SWT dan dalam Al-Qur-an Allah Azza Wajalla menjanjikan kebahagiaan bagi orang– orang yang dekat denganNya.

adapun jika golongan kanan maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan ( QS Alwaqi’ah 88 – 91 ) . Dalam ayat di atas Allah SWT memberi ganjaran kepada orang yang dekat dan golongan kanan untuk mencapai hal ini tentunya dibutuhkan pemahaman yang dalam tentang Allah dan barang siapa berbuat baik dia akan melihatnya begitu pula apabila dia melakukan kejahatan maka dia akan melihatnya .

Artinya : Adapun orang yang di dekatkan pada Allah SWT maka ia akan memperoleh ketentraman rizki dan syurga keni’matan dan Pedoman Belajar dan Mengajar

45

BAB III Tugas–Tugas Pembimbing Menjadi Guru. Orang yang mengetahui ilmu, mengamalkan dan mengajarkan dialah orang besar di kerajaan langit, ia seperti matahari yang menerangi pada dirinya dan kepada selain dirinya serta laksana minyak kasturi yang mengharumkan dirinya dan mengharumkan orang lainnya. Maka betapun ia sibuk mengajar dan telah menyandang urusan besar dan juga ada bahaya besar maka tetaplah peliharalah kesopanan dan tugas– tugasnya. Kesopanan dan tugas–tugas guru sebenarnya lebih dari 8 macam namun diringkas kedalam 8 macam sebagaimana berikut :

Pedoman Belajar dan Mengajar

47

46

Pedoman Belajar dan Mengajar

1.Belas kasih kepada orang–orang yang belajar dan memperlakukan mereka seperti kepada anak sendiri. Belas kasih merupakan salah satu sifat manusia yang diciptakan Allah Azza Wajalla kepada manusia, sudah seyogyanya orang yang belajar dianggap sebagai anak sendiri sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

‫أ‬ ‫ﮦ‬

‫ا د  د ﮦ‬

  ‫ر‬J ‫ه‬ Artinya

‫د‬

:Sesungguhnya saya bagimu adalah seperti orang tua kepada anaknya ( HR Abu Daud Annasai dan Ibnu Majah dan Ibnu Hibban ‫إ‬dari hadits Abu Hurairah ).

Pedoman Belajar dan Mengajar

48

Seorang hendaknya menjadikan anak didiknya seperti anaknya sendiri serta secara terus menerus memberikan faidah untuk kehidupan dunia dan akhirat kepada anak didiknya. 2.Mengikuti petunjuk Nabi SAW serta guru tidak meminta bayaran Bagi seorang yang memberikan ilmu sebaiknya mengikuti petunjuk Nabi SAW dan tidak meminta bayaran, apabila dia meminta bayaran maka dibolehkan dalam batas–batas kewajaran karena sudah sepantasnya bagi seorang guru hanya mengharapkan balasan dari Allah SWT, hendaklah guru mengerti bahwa pahala di sisi Allah SWT lebih besar balasannya dari bayaran penuntut ilmu maka hendaknya apabila guru menghendaki bayaran benar–benar mengharapkan bayaran dari Allah SWT sebagaimana firmannya . Pedoman Belajar dan Mengajar

49

(pengalamannya banyak) serta dia mengetahui kelebihan dan kekurangan pengajar karena dia telah menjadi muridnya, karena tujuan memberikan ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT oleh karena manusia tidak terlepas dari dosa dan kesalahan maka diperlukannya pengontrol dan orang yang tepat adalah gurunya. 4.Hendaknya guru memiliki perangai yang halus dalam mengajar. Seorang guru hendaknya memiliki perangai yang halus dalam mengajar kalaupun keras karena terpaksa dan ini jalan terakhir setelah tidak ada jalan yang lain serta mengarahkan murid dengan jalan sindiran agar tidak melakukan hal yang buruk sedapat mungkin tidak dengan terang–terangan dengan jalan kasih sayang tidak dengan jalan membuka rahasia, karena terang– terangan itu merusak tirai kewibawaan Pedoman Belajar dan Mengajar

51

Artinya ;Dan (dia berkata) Wahai kaumku, saya tidak meminta harta benda kepadamu (sebagai upah) bagi seruanku, upahku hanyalah dari Allah . ( Hud 29 ). Sesungguhnya harta dan apa yang di dunia adalah pelayan badan, sedangkan badan adalah kendaraan jiwa, sedangkan yang dilayani adalah ilmu karena dengan ilmulah kemulyaan jiwa . 3. Hendaknya guru jangan meninggalkan nasihat–nasihat gurunya Seorang guru sudah sepantasnya meminta nasihat gurunya dan mendiskusikan kegiatannya kepada gurunya karena dia telah banyak memakan asam garamnya Pedoman Belajar dan Mengajar

50

dan menyebabkan berani menyerang, seorang murid apabila diajari kasih sayang maka dia akan menjadi pribadi yang penyayang, begitupula apabila diajari tenggang rasa maka akan menjadi pribadi yang memiliki tenggang rasa (menghormati), seorang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik kepada pengajarnya apabila diajarkan tentang kebaikan kepadanya, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur-an

Artinya : Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu. ( Al-isra : 7 )

Pedoman Belajar dan Mengajar

52

5.Bertanggungjawab terhadap ilmu yang diajarkan dan tidak memburukkan ilmu lain. Seorang pengajar sebaiknya tidak menjelekkan ilmu lain yang tidak dikuasai dan diajarkannya kepada muridnya sebagaimana contoh guru ilmu kalam tidak boleh menjelekkan ilmu fiqih dan sebaliknya serta seyogyanya pengajar harus memelihara akhlak yang baik terhadap muridnya dan meningkatkan kemampuan muridnya setahap demi setahap kearah yang lebih baik yaitu kemampuan psikomotorik , kognitif dan affektifnya yang berujung pada ridha Allah Azza Wajalla

6.Seorang pengajar hendaknya memberikan pengajaran sesuai dengan kadar kemampuan muridnya serta tidak menyampaikan kepada muridnya hal–hal yang tidak terjangkau. Seorang guru hendaknya menyesuaikan pengajaran dengan melihat kemampuan muridnya sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari hadits Abu Bakr bin Syakhir dari hadits Umar dan pada Abu Daud dari hadits Aisyah“ tempatkan manusia pada tempatnya”

LMNNO‫ا‬QNRS‫أ‬TQ‫ﯦ‬VNW‫ا‬RXQYSOZN [\]cb‫ر‬dcaQb [\]^N_ [\]MQNS`QN]‫ا‬ Artinya

Pedoman Belajar dan Mengajar

53

Imam Ali KW berkata sambil menunjuk kedadanya, sesungguhnya disini terdapat ilmu–ilmu yang banyak, seandainya saya mendapatkan orang–orang yang sanggup membawanya, benarlah dia, karena hati orang–orang bajik kuburan– kuburan rahasia. Maka tidak seyogyanya bagi orang ‘alim untuk menyiarkan seluruh apa yang diketahuinya kepada seluruh orang, ini jika orang yang belajar itu memahaminya tapi bukan orang yang ahli untuk mengambil manfaatnya maka bagaimanakah jika ia tidak memahaminya., tentunya lebih tidak bermanfaat lagi malah cenderung membahayakan.

Pedoman Belajar dan Mengajar

55

:Kami golongan para Nabi diperintah untuk menempatkan mereka pada kedudukan mereka dan berbicaralah kepada mereka menurut kadar akal mereka .

Pedoman Belajar dan Mengajar

54

7.Seyogyanya menyampaikan kepada murid yang pendek akal akan sesuatu yang jelas dan patut baginya. Seyogyanya bagi seorang guru menyampaikan kepada murid yang pendek akal akan sesuatu yang patut baginya dan tidak menyebutkan kepadanya bahwa dibalik ini ada sesuatu yang detil dimana ia menyimpannya dari padanya, karena hal itu menghilangkan kesenangannya dalam ilmu yang jelas itu serta mengacaukan hatinya dalam ilmu itu dan ia menduga bahwasanya gurunya kikir kepadanya akan ilmu itu, tiga cara dalam memberikan pengarahan dan pengetahuan

Pedoman Belajar dan Mengajar

56

Artinya : Suruhlah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk ( Annahl 125 ). Jelaslah sebagaimana diterangkan ayat di atas bagi orang–orang yang akalnya pendek termasuk anak–anak dengan hikmah dan bagi orang–orang yang dapat menerima pelajaran dengan baik yaitu dengan nasehat atau pelajaran yang baik serta untuk orang yang mempunyai pengetahuan lebih maka dengan diskusi inilah tiga metode yang diajarkan oleh surat Annahl 125.

Pedoman Belajar dan Mengajar

57

Allah Azza Wajalla berfirman di dalam Al-Qur-an.

Artinya :Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedangkan kamu melupakan diri (kewajibanmu)mu sendiri.. (QS Albaqarah 44 ). Dosa orang ‘alim di dalam kemaksiatan lebih besar dari orang bodoh dan Imam Ali KW mengatakan dua orang mendatangkan bala apabila 1.Orang ‘alim yang melalaikan dirinya sehingga jatuh dalam kemaksiatan, karena orang ‘alim itu membuat orang bodoh ikut lalai karena orang ‘alim itu pegangan atau pencerahan dari orangorang bodoh. 2.Orang bodoh ahli ibadah karena menipu manusia dengan ibadahnya dan terkadang mencontoh yang salah baik perkataan maupun perbuatannya. Pedoman Belajar dan Mengajar

59

8.Pengajar atau guru mengamalkan ilmunya dan jangan ia mendustakan perkataannya karena ilmu itu diperoleh dengan pandangan hati. Seyogyanya bagi seorang guru atau pengajar mengamalkan apa yang disampaikannya kepada orang lain dan seorang guru sebelum mengajarkan kepada orang lain sudah harus mengamalkannya terlebih dahulu dan seorang pengajar tidak boleh berdusta terhadap perkataannya karena ilmu itu bersifat suci dan diperolehnya melalui pandangan mata baik zhohir maupun batin. Perumpaan guru yang membimbing terhadap muridnya itu seperti ukiran dari tanah dan bayangan dari kayu maka bagaimanakah tanah itu akan terukir oleh sesuatu yang tidak ada ukirannya dan kapankah bayangan itu lurus sedangkan kayu itu sendiri bengkok? Pedoman Belajar dan Mengajar

58

PENUTUP Alhamdullillahirabbil ‘Alamin... Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Azza Wajalla atas taufik dan hidayah serta rahmatNya yang terlimpahkan kepada diri saya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan menurut kadar kemampuan yang ada pada diri saya. Betapa besar saya ingin menuliskan buku Pedoman Belajar Dan Mengajar sesempurna mungkin, tapi apalah daya yang dapat saya lakukan hanya seperti ini, sudah tentu tiada gading yang tak retak tidak mustahil kalau di dalam buku ini masih terdapat berbagai kekurangan atau kekeliruan. Karena itu dari hati yang paling dalam saya minta maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Akhirnya saya bermunajat kepada Allah Azza Wajalla mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua dan diampuni segala kesalahankesalahan dalam penulisan buku ini. Amiin...

Pedoman Belajar dan Mengajar

60

DAFTAR PUSTAKA 1. Al-Ghozali, Ihya Ulumuddin - Alih Bahasa: Drs. Moh. Juhri, Dkk .Semarang: CV. Assyifa, 1990. 2. Alkhaibawi, Utsman, Durratun Nasihin Alih Bahasa Abu H.F Ramadlan BA. Surabaya: Mahkota,1987. 3. Arraniri, Nuruddin, Shiratul mustaqim, Mesir. 4. As-Samarqandi, Alfaqih Abul laits, Tanbihul Ghaffillin - Alih Bahasa Abu Juhaidah. Jakarta: Pustaka Amani,1999. 5. Al-Husaini,M.H. Alhamid, Imamul Muhtadin.Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989. 6. Arrifa’i, Muhammad Nasib, Taisiru AlAliyyul Qadishi. Riyadh: Maktabah Ma’arif,1989. 7. Depag RI, Al-Qur-an dan Terjemah. Jakarta :CV mandala, 2004. Pedoman Belajar dan Mengajar

61

8. Gynanjar, Ary, Rahasia Sukses Membangun Kecedasan Emosi dan Spritual (ESQ) Berdasarkan Rukun Iman Dan Rukun Islam. Jakarta :Arga, 2001. 9. Syafe’i, Al–uum Alih bahasa Prof.Dr.H.Ismail Yakub, SH.MA. Kuala Lumpur: Victory Agencie, 1981. 10. Zakariya, Abu Yahya Bin Syaraf Annawawy, Rhiyadhus Shalihin - Alih Bahasa Drs.Muslich Shabir, MA. Semarang:PT Karya Toha putra, 2004

Pedoman Belajar dan Mengajar

62

Related Documents