Biografi Syaikh Abdurrohman bin Nashir As Sa’di (Buah pena seorang muridnya) Penerjemah: Abu Muslih Ari Wahyudi (Staf Pengajar Ma’had Ilmi) Diambil dari kitab Al Mukhtaraat Al Jaaliyah, karya Syaikh As Sa’di cetakan Mu’assasah as-Sa’diyah, disertai beberapa penambahan Beliau adalah Al ‘Allamah (seorang yang sangat dalam ilmunya) yang memiliki sifat wara’ (hati-hati), zuhud, pengingat akan generasi salaf asy-Syaikh Abdur-Rahman bin Nashir bin Abdillah Alu Sa’di Tamimi Al Hambali. Kelahirannya Beliau dilahirkan di kota ‘Unaizah di wilayah Qashim pada tahun 1307 hijriah, ibundanya telah meninggal pada saat beliau masih berumur 4 tahun, lalu ayahandanya juga meninggal pada tahun 1314 H ketika beliau menginjak umur 8 tahun, dan kemudian istri ayahnya (ibu tiri beliau) memberikan perhatian yang besar kepada beliau, sehingga beliau amat disayanginya melebihi kasih sayangnya kepada anak-anaknya sendiri, demikian pula saudaranya, Hamad dirawat olehnya, sehingga tumbuhlah Syaikh dengan baik. Beliau pun memasuki madrasah tahfizh/penghafal Quran dan sudah bisa menghafalnya dalam umur 11 tahun, dan beliau mampu menghafal Al Quran di luar kepala ketika mencapai umur 14 tahun. Guru-Guru Beliau Setelah beliau bisa menghafalkan Al Quran dengan melihat mushaf maupun di luar kepala maka beliau pun menyibukkan diri dengan menuntut ilmu syar’i, beliau membaca pelajaran Hadits kepada Ibrahim bin Hamd bin Jasir, membaca pelajaran Fikih dan Nahwu kepada Muhammad bin Abdul Karim Asy Syibl, membaca pelajaran tauhid, tafsir, fikih dan ushul fikih, dan juga nahwu kepada Syaikh Shalih bin Utsman Qadhi di ‘Unaizah beliaulah guru yang paling banyak ditimba ilmunya oleh Syaikh, beliau belajar secara terus menerus kepadanya sampai tamat hingga ia wafat. Dan beliau juga membaca pelajaran kepada Syaikh Abdullah bin ‘Aidh dan Syaikh Sha’ab bin Abdullah at-Tuwaijiri, Syaikh Ali as-Sinani, Syaikh Ali bin Nashir Abu Wadi; beliau membaca pelajaran hadits dan kitab-kitab induk hadits yang enam kepadanya, maka ia pun memberikan ijazah kepada beliau untuk meriwayatkan hadits. Beliau juga membaca pelajaran kepada Syaikh Muhammad asy-Syinqithi ketika masih tinggal di Hijaz dulu, kemudian ia pindah ke kota az-Zubair, beliau membaca pelajaran tafsir, hadits dan mushthalah hadits kepadanya sewaktu ia menetap di kota ‘Unaizah. Beliau Mulai Memberikan Pelajaran Ketika umur beliau sudah mencapai 23 tahun, beliau sudah mulai membuka pelajaran, beliau senantiasa belajar dan mengajar, dan memanfaatkan waktunya untuk itu. Beliau juga menggeluti penelitian karya-karya tulis Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan karya-karya muridnya Ibnul Qayyim dengan penuh perhatian dan pemahaman, sehingga beliau sangat banyak mengambil faedah dari karya-karya ini. Murid-Murid Beliau Banyak sekali orang yang telah mengambil ilmu dari beliau, di antara murid beliau yang terkenal adalah sebagai berikut: Pertama, Syaikh Sulaiman bin Ibrahim al-Bassam yang mengajar di Ma’had ‘Ilmi dan
1
pernah ditunjuk sebagai Qadhi tapi ia menolaknya. Kedua, Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz al-Mathu’ yang menjabat sebagai Qadhi di Majma’ah kemudian di ‘Unaizah. Ketiga, Syaikh Abdullah bin Abdur-Rahman al-Bassam salah seorang anggota Lembaga Peneliti di Propinsi bagian Barat dan juga anggota Lembaga Ulama Besar. Keempat, Syaikh Muhammad al-Manshur az-Zamil yang mengajar di Ma’had ‘Unaizah al-‘Ilmi. Kelima, Syaikh Ali bin Muhammad az-Zamil seorang pengajar di Ma’had ‘Unaizah, ia adalah warga Nejed yang paling mengerti ilmu Nahwu di masanya. Keenam, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ustadz di Jami’ah Muhammad bin Su’ud al-Islamiyah di Qashim dan menjadi pengganti gurunya sebagai imam di Masjid Jami’ di ‘Unaizah, beliau juga termasuk salah seorang anggota Lembaga Ulama Besar. Ketujuh, Syaikh Abdullah bin Abdul-Aziz bin ‘Aqil salah seorang anggota Lembaga Fatwa dan pemimpin Lembaga Ilmiah Mandiri setelah meninggalnya pemimpin kehakiman yang sebelumnya. Kedelapan, Syaikh Abdullah al-Muhammad al-‘Auhali yang mengajar di Ma’had ‘Ilmi di Makkah al-Mukarramah. Kesembilan, Syaikh Abdullah bin Hasan Alu Buraikan yang mengajar di Ma’had ‘Ilmi di ‘Unaizah. Beliau rohimahulloh memiliki banyak murid selain mereka yang telah disebutkan, saya tidak bisa memperkenalkannya satu persatu di sini. Karya-Karya Beliau Beliau telah menulis banyak karya yang bermanfaat, kami sebutkan sebagiannya berikut ini: Tafsir Al Quran Al Karim yang bernama Taisir Karim al-Mannan fii Tafsir Al Quran (Mungkin maksudnya Taisir Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, pent.) yang berjumlah 8 jilid, beliau selesai menulisnya pada tahun 1344 H yang telah diterbitkan oleh Maktabah Salafiyah di Mesir. Hasyiyah ‘alal Fiqh sebagai koreksi atas berbagai kitab yang tersebar dan pernah ditulis di kalangan mazhab Hambali. Irsyad Ulil Basha’ir wal Albab li Ma’rifatil Fiqh bi Aqrabi Thuruq wa Aisaril Asbab yang disusun dalam bentuk tanya jawab. Buku ini dicetak di Maktabah At Taraqi di Damaskus pada tahun 1365 H dengan biaya penulis dan dibagi-bagikan secara gratis. Tanzih ad-Din wa Hamlatihi wa Rijalihi min Maftarahu Al Qashimi fi Aghlalihi. Buku ini dicetak di Dar Ihya al-Kitab al-Arabi dengan biaya seorang pejabat Hijaz Syaikh Muhammad Afandi Nashif pada tahun 1366 H. Ad Durrah Al Mukhtasharah fi Mahasinil Islam, dicetak di Percetakan Ansharus Sunnah pada tahun 1366 H. Al Khuthab Al ‘Ashriyah dicetak di Percetakan Ansharus Sunnah pada tahun 1366 H. Al Qawa’idul Hisan fi Tafsiril Quran, dicetak di Percetakan Ansharus Sunnah pada tahun 1366 H. Al Haq Al Wadhih Al Mubin fi Syarhi Tauhid Al Anbiya’ wal Mursalin, ia merupakan penjelasan Nuniyah karya Imam Ibnul Qayyim rohimahulloh, dicetak di Percetakan As Salafiyah di Mesir.
2
Taudhihul Kafiyah asy-Syafiyah, dicetak di percetakan as-Salafiyah di Mesir. Wujubut Ta’awun bainal Muslimin wa Maudhu’ul Jihad ad-Dini, dicetak di Percetakan as-Salafiyah di Mesir dengan biaya penulis. Al Qaul As Sadid fi Maqashid At Tauhid, dicetak di Percetakan Al Imam, dengan biaya dari Abdul Muhsin Aba Bathin pada tahun 1367 H. Manhaj As Salikin sebuah ringkasan dalam ilmu Ushul Fiqih. Taisir Lathif Al Mannan fi Khulashati Tafsir Al Quran, dicetak percetakan Al Imam di Mesir pada tahun 1368 H dengan biaya dari penulis dan sekelompok donatur. Dan kitab-kitab lainnya seperti: 1. Ar-Riyadh an-Nadhirah 2. Bahjatu Qulub al-Abrar 3. Al-Irsyad ila Ma’rifatil Ahkam 4. Al-Fawakih asy-Syahiyah fil Khuthab al-Minbariyah 5. Manhaj as-Salikin wa Taudhih al-Fiqh fi ad-Din 6. Thariq al-Wushul ila Ilmi al-Ma’mul bi ma’rifati qawa’id wa Dhawabith wal Ushul 7. Ad-Din ash-Shahih yahullu Jami’al Masyakil 8. Al-Furuq wa Taqasim al-Badi’ah an-Nafi’ah 9. Al-Adillah al-Qawathi’ wal barahin fi Ibthali Ushul al-Mulhidin 10. Fawa’id Mustanbithah 11. Al-Wasa’il al-Mufidah 12. Syuruh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah allati Radda biha ‘alal Qadariyah 13. Al-Fatawa as-Sa’diyah 14. At-Taudhih wal Bayan li Syajaratil Iman 15. Fathu Rabb al-Hamid fi Ushulil ‘Aqa’id wa Tauhid 16. Ad-Dala’il al-Quraniyah 17. At-Tanbihat al-Lathifah ‘ala mahtawat ‘alaihi Al-Wasithiyah fil Mabahits al-Munifah 18. Su’al wa Jawab bi Ahammil Muhimmat Beliau Jatuh Sakit Pada tahun 1371 H beliau tertimpa sakit tekanan darah dan penyempitan pembuluh darah sehingga membuat sekujur tubuh beliau menggigil apabila berbicara selama beberapa jam, maka beliau menghentikan aktivitasnya, apabila membaca Al Quran lalu berbicara maka kembalilah kondisinya seperti biasanya. Dengan kondisi seperti itu beliau berangkat ke Libanon pada tahun 1372 H berkat pembiayaan dari Pemerintah Saudi Arabia, semoga Alloh memperkuatnya, beliau tinggal di Libanon selama sebulan demi menjalani terapi sehingga Alloh mengaruniakan kesembuhan kepadanya. Sesudah kembali ke kota ‘Unaizah beliau langsung meneruskan aktivitas-aktivitasnya yang dahulu ditekuninya sebelum jatuh sakit yaitu memberikan pelajaran, berfatwa, menulis, berkhutbah Jum’at, menjadi imam sholat. Maka sakitnya kembali kambuh. Pada bulan Jumadil Akhirah tahun 1376 H beliau merasakan kembali penyakit yang dulu pernah menimpanya dengan ditambah suhu tubuh yang mendingin dan badannya menggigil pada malam Rabu tanggal 22 di bulan tersebut pada tahun 1376 H itu terjadi sesudah beliau selesai mengajar yang biasa dilakukannya, seperti pengajian-pengajian beliau yang lainnya. Beliau menyampaikan pelajaran di hadapan jamaah di mesjid, dan sesudah memberikan pelajaran tiba-tiba beliau merasakan berat dan tubuhnya tidak bisa digerakkan. Sesudah sholat selesai beliau mengisyaratkan kepada sebagian muridnya untuk menyangga tangannya dan pergi
3
menuntun beliau kembali ke rumahnya. Maka hal itu dilakukan sehingga bangkitlah beberapa orang dari hadirin untuk memapah beliau, dalam perjalanan ke rumah beliau sudah pingsan di tengah jalan. Sesudah itu beliau rohimahulloh kembali siuman dan beliau memuji dan bersyukur kepada Alloh dan bercakap-cakap bersama para hadirin dengan pembicaraan baik dan menyenangkan lalu beliau kembali jatuh pingsan sehingga tidak berbicara lagi sesudah itu, tatkala tiba hari Rabu pagi mereka pun memanggil dokter. Dokter itu mendiagnosa penyakit beliau dan berkesimpulan bahwa beliau menderita pendarahan di otak, apabila hal itu tidak segera ditangani maka beliau terancam maut, maka dengan segera mereka menelegram kepada Raja Saudi. Perawatan kepada beliau segera dilakukan dengan berbagai cara yang bisa ditempuh, sampai-sampai sebuah pesawat dengan membawa para dokter dan perawat sudah akan diberangkatkan menuju kota ‘Unaizah, akan tetapi ketika itu cuaca sangat buruk, langit dipenuhi mendung, petir dan kilat menyambar-nyambar, angin bertiup sangat kencang sehingga menyebabkan pesawat tidak bisa lepas landas dari bandara, maka beliau rohimahulloh wafat di saat fajar hari Kamis yang bertepatan dengan 23 Jumadil Akhirah tahun 1376 H. Orang-orang pun tertimpa musibah dengan wafatnya beliau, air mata pun mengalir, hati-hati manusia tergetar karenanya, banyak sekali orang yang turut mensholati jenazahnya sesudah sholat Zhuhur di hari Kamis dalam sebuah perkumpulan manusia yang sangat besar yang belum pernah disaksikan semisalnya di ‘Unaizah. Sehingga Masjid Jami’ penuh dengan orang-orang yang sholat jenazah dan para pelayat, mata-mata mereka berlinang air mata dan lisan-lisan pun ikut serta mendoakan rahmat baginya, mereka memohonkan ampunan dan keridhoan baginya. Setelah selesai sholat, jenazahnya dipanggul di atas pundak-pundak dengan berdesak-desakan menuju pekuburan Asy Syahwaniyah sebuah pekuburan yang cukup dikenal di kota ‘Unaizah. Sesudah itu berbagai telepon dan telegram ta’ziah datang dari berbagai penjuru negeri. Beliau telah mewariskan peninggalan (ilmu) yang sangat banyak sulit untuk dihitung. Beliau meninggalkan tiga orang putra, mereka adalah: Abdullah, Muhammad dan Ahmad. Semoga Alloh mengampuni Syaikh yang sedang ditulis biografinya ini Abdur-Rahman bin Nashir as-Sa’di, semoga Alloh merahmati dan memaafkan beliau, sesungguhnya beliau termasuk ulama yang memiliki sifat wara’/hati-hati, salawat dan keselamatan sebanyak-banyaknya semoga senantiasa tercurah kepada Muhammad, pengikut dan seluruh sahabatnya, tercurah hingga hari kiamat. Diterjemahkan dari Taisir Lathifil Mannaan, hal. 5-12 Penerbit Maktabah Ar Rusyd, Riyadh Saudi Arabia.
4