Review Dke Jörn Dosch, The Impact Of Eu-enlargement On Relations Between Europe And East Asia

  • Uploaded by: Tangguh Chairil
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Review Dke Jörn Dosch, The Impact Of Eu-enlargement On Relations Between Europe And East Asia as PDF for free.

More details

  • Words: 2,196
  • Pages: 5
Tangguh 0706291426 Dept. Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia

Pembesaran Uni Eropa: Pengaruh terhadap Hubungan Eropa-Asia Timur Review Mata Kuliah Dinamika Kawasan Eropa Jörn Dosch, “The impact of EU-Enlargement on relations between Europe and East Asia”, dalam AEJ (2007) 5:33–50, DOI 10.1007/s10308-006-0095-x © Springer-Verlag 2007

Review ini akan membahas tentang artikel Jörn Dosch (2007) yang berjudul “The impact of EUEnlargement on relations between Europe and East Asia”. Dalam review ini, penulis akan mengedepankan terlebih dahulu pandangan dan gagasan para cendekia terhadap isu pembesaran Uni Eropa, kemudian membahas gagasan Dosch dalam artikelnya dengan analisis kritis terhadap substansi pandangan Dosch. Sebagai penutup, penulis akan menyimpulkan perbedaan yang tegas antara gagasan penulis dengan gagasan Dosch. Pembesaran Uni Eropa: Suatu Ulasan Pandangan Ahli

Sejak 1989, suatu proses integrasi yang berlangsung sangat cepat melalui pasar terjadi antara Uni Eropa dan negara-negara Eropa Tengah dan Timur (Central and Eastern Europe countries/CEEC). Proses ini terjadi melalui tiga kendaraan integrasi, yaitu perdagangan, foreign direct investment (FDI), dan perdagangan ke luar, serta telah didorong oleh konsesi-konsesi dagang dan proses penaksiran legal. Ketika negara-negara CEEC bergabung dengan Uni Eropa, mereka akan bergerak dari asosiasi perdagangan bebas menuju Pasar Tunggal. Dari sudut pandang perdagangan barang dan jasa, hal ini mengimplikasikan akhir dari perlunya peraturan proteksi, namun pada praktiknya, berbagai hal yang diajukan sebelum pembesaran Uni Eropa mereduksi perbedaan antara area perdagangan bebas dan Pasar Tunggal, dan hal ini adalah salah satu alasan mengapa integrasi melalui Pasar Tunggal berjalan sangat cepat. Reorientasi perdagangan negaranegara CEEC kepada Uni Eropa melampaui prediksi, sementara FDI dan outward processing trade (OPT)1 berkembang secara cepat.2 Hubungan Ekonomi Uni Eropa-Asia Timur dan Asia-Europe Meeting (ASEM)

Uni Eropa dan Asia Timur telah membentuk basis ekonomi politik Triadik di mana kawasan-kawasan paling makmur di dunia (Eropa, Asia Timur, dan Amerika) mendominasi sistem ekonomi global kontemporer. Dalam hubungan Uni Eropa-Asia Timur, terdapat hubungan bersama yang lemah dalam sifat 1

Outward processing trade (OPT) adalah fragmentasi produksi internasional yang memerlukan aktivitas-

aktivitas produksi terintegrasi sebelumnya disegmentasi dan disebar ke jaringan situs produksi internasional 2 Susan Senior Nello, “Preparing for Enlargement in the European Union: The Tensions between Economic and Political Integration”, International Political Science Review / Revue internationale de science politique, Vol. 23, No. 3, Enlarging the European Union: Challenges to and from Central and Eastern Europe. L'élargissement de l'Union européenne (Jul., 2002), h. 291-317

1

Tangguh 0706291426 Dept. Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia

strukturalnya, sehingga menciptakan suatu “Cinderella Complex” dalam Triad. “Cinderella Complex” mencakup kelemahan relatif poros ekonomi Eurasia dibandingkan dengan transpasifisme dan transatlantisme serta keberadaan komersial strategis perusahaan-perusahaan Uni Eropa di Asia Timur yang terus tertinggal di belakang perusahaan-perusahaan Amerika dan Jepang, sementara kebanyakan perusahaan Asia Timur lebih suka berinvestasi di AS daripada Eropa. Asia-Europe Meeting (ASEM)3 telah menjadi framework antarkawasan yang bertujuan memperdekat hubungan antarkawasan Asia Timur dan Eropa. 4 Pandangan Jörn Dosch tentang pengaruh pembesaran Uni Eropa terhadap hubungan antara Eropa dan Asia Timur5

Artikel Dosch (2007) berusaha melihat implikasi pembesaran Uni Eropa pada 1 Mei 2004; ketika sepuluh negara (Cyprus, Republik Ceko, Estonia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Malta, Polandia, Republik Slovakia, dan Slovenia) yang disebut EU10, bergabung dengan Uni Eropa, yang sebelumnya hanya terdiri dari 15 negara, yang disebut EU15; terhadap hubungan antara Eropa dan Asia Timur dalam area-area hubungan antarkawasan umum (politik), perdagangan, dan investasi. Analisis Dosch didasarkan pada, dan terstruktur atas, pertanyaan-pertanyaan kunci berikut ini. 1. Apakah negara-negara anggota baru Uni Eropa telah mengembangkan kepentingan dan strategi kebijakan spesifik terhadap Asia Timur? 2. Apakah pembesaran Uni Eropa telah berimplikasi terhadap struktur keanggotaan dan dinamika interaksi dalam forum-forum dan organisasi antarkawasan, seperti ASEM? 3. Apakah hubungan Eropa-Asia diuntungkan oleh hubungan politik dan ekonomi yang secara historis baik antara negara-negara Eropa Timur ekskomunis, khususnya Republik Ceko, Hungaria, dan Polandia, dan rezim-rezim komunis yang masih ada di Asia Timur, khususnya Vietnam dan Korea Utara? 4. Apakah Uni Eropa telah menjadi lebih proteksionis sebagai akibat pembesaran, dengan mengorbankan negaranegara Asia Timur? 5. Apakah gangguan perdagangan dan pengalihan perdagangan mungkin terjadi dengan negara-negara Asia dalam ASEM? 6. Apakah aliran FDI telah dialihkan menuju negara-negara anggota baru Uni Eropa, dengan merugikan negaranegara Asia Timur?

Asia-Europe Meeting (ASEM) adalah suatu forum antarkawasan yang terdiri atas Komisi Eropa, 27 anggota Uni Eropa, 13 anggota ASEAN Plus Three, dan, pada 2008, India, Mongolia, dan Pakistan. Komponen-komponen utama proses ASEM, yang terorganisasi secara longgar, mencakup 1) dialog politik, 2) keamanan dan ekonomi, serta 3) pendidikan dan kebudayaan, yang disebut tiga pilar. Secara umum, proses ASEM dianggap oleh para pihak yang terlibat sebagai cara memperdalam hubungan antara Asia dan Eropa pada segala level, yang dianggap penting untuk mencapai tata politik dan ekonomi dunia yang lebih seimbang. Proses tersebut ditingkatkan dengan pertemuan-pertemuan para kepala negara dua tahun sekali, baik di Eropa dan Asia, serta pertemuan-pertemuan dan event-event politik, ekonomi, dan budaya pada seluruh level. 4 Christopher M. Dent, “ASEM and the "Cinderella Complex" of EU-East Asia Economic Relations”, Pacific Affairs, Vol. 74, No. 1 (Spring, 2001), h. 25-52 5 Jörn Dosch, “The impact of EU-Enlargement on relations between Europe and East Asia”, dalam AEJ (2007) 5:33–50, DOI 10.1007/s10308-006-0095-x © Springer-Verlag 2007 3

2

Tangguh 0706291426 Dept. Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia

Dosch memulai analisisnya dengan mengkaji pengaruh pembesaran Uni Eropa terhadap hubungan antarkawasan. Ada indikasi pembesaran Uni Eropa mengubah keseimbangan antara negara-negara anggota

Uni Eropa yang menginginkan

isolasi internasional terhadap rezim Burma dan negara-negara yang

mendukung dialog kritis dengan Burma, menuju sudut pendirian yang terakhir. Pelaksanaan kebijakan luar negeri negara-negara anggota baru Uni Eropa terlalu kompleks sehingga sulit untuk mengatakan bahwa hubungan Eropa-Asia memperoleh manfaat dari hubungan politik dan ekonomi antara negara-negara Eropa Timur eks-komunis dan rezim-rezim komunis yang tersisa di Asia Timur. Asia tak termasuk prioritas utama urusan-urusan luar negeri negara-negara anggota baru Uni Eropa; negara-negara tersebut juga belum merumuskan tujuan-tujuan dan strategi-strategi kebijakan luar negeri yang eksplisit terhadap Asia Timur. Terkait hal ini, Uwe Wissenbach (2007) telah merekomendasikan agar Uni Eropa mulai mengadopsi multilateralisme fungsional yang efektif dengan China, karena China telah menjadi suatu isu strategis kunci bagi Uni Eropa.6 Wissenbach mengungkapkan bahwa kebijakan-kebijakan yang kooperatif sebagai respon terhadap tantangan-tantangan global kunci adalah penting bagi Uni Eropa dan China, sehingga Uni Eropa harus menolak kebiijakan-kebijakan containment dan menghadirkan alternatif yang berdasarkan multilateralisme fungsional serta berusaha mengamankan dukungan China untuk mencapai hasil-hasil kebijakan yang diinginkan dan membuat multilateralisme efektif. 7 Dosch melanjutkan analisisnya dengan mengkaji pengaruh pembesaran Uni Eropa terhadap hubungan perdagangan. Efek pembesaran Uni Eropa terhadap hubungan perdagangan adalah terputusnya

perjanjian-perjanjian perdagangan bilateral yang ada di antara negara-negara Asia Timur dan negara-negara EU10 sebelum bergabung dengan Uni Eropa. Sebagai akibatnya, batas-batas tarif baru pun dibuat dalam kebanyakan kasus. Pada saat yang sama, para eksportir dari negara-negara EU10 harus menghadapi pelaksanaan hukum dan regulasi yang lebih keras dan lebih sedikit loophole daripada sebelumnya. Bagi para stakeholder Asia, terutama di Asia Tenggara, standar-standar produk Uni Eropa yang tinggi adalah rintangan utama bagi akses terhadap Pasar Tunggal tersebut. Namun, figur perdagangan Uni Eropa dengan negaranegara Asia dalam ASEM 1980-2005 menunjukkan bahwa pembesaran Uni Eropa tak menghalangi, namun meningkatkan, akses para eksportir Asia Timur terhadap Pasar Tunggal. Namun, secara relatif dalam persentasi total perdagangan eksternal Uni Eropa, share impor dan ekspor negara-negara Asia ASEM hanya berubah tipis sejak 2001. Padahal, menurut Economic Survey of Europe, 2005, No. 1, jatuhnya dolar pada paruh pertama 2004 mengurangi harga barang-barang langsung dari China dan negara-negara Asia lainnya yang terkait dengan dolar, menaikkan marjin laba para eksportir EU88.9 Yang pasti, ancaman proteksionisme China menjadi isu strategis kunci karena memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB, memiliki pengaruh dan daya tarik perdagangan dan ekonomi masa kini dan proyeksi masa depan sebagai tujuan investasi dan bisnis yang signifikan, dapat bersaing dengan cukup sukses dengan negara-negara Eropa dan AS atas sumber-sumber dan pengaruh politik di Afrika dan benua-benua lainnya, memiliki peran desisif dalam kebijakan-kebijakan global dalam wilayah seperti lingkungan, eneergi, dan sumber-sumber daya, telah sukses menjadi negara berkembang paling potensial, serta memiliki soft power yang semakin meningkat 7 Uwe Wissenbach, “The EU's effective multilateralism – but with whom? Functional Multilateralism and the rise of China”, Berlin: Herausgeber: Internationale Politikanalyse, Friedrich-Ebert-Stiftung, Mai 2007 8 EU8 terdiri atas tiga negara Baltik (Latvia, Lithuania, Estonia), Republik Ceko, Hungaria, Cyprus, 6

3

Tangguh 0706291426 Dept. Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia

Eropa tak terlalu tinggi, sebagaimana diungkapkan Jan Orbie (2003), yang melakukan peninjauan atas debat “multilateralisme vs. regionalisme” dan “liberalisme vs. proteksionisme”, bahwa kekhawatiran akan Eropa yang lebih proteksionis dan inward-looking sebagai hasil pembesaran Uni Eropa tak perlu dibesar-besarkan. Selama dekade sebelumnya, Negara-negara CEEC telah menunjukkan gerakan menuju liberalisasi dan integrasi dalam sistem perdagangan dunia. Apabila hingga suatu tingkat Eropa menjadi blok regional proteksionis, hal ini akan disebabkan faktor-faktor lainnya, seperti resesi ekonomi, proteksionisme AS, “antiglobalisme”, dan berkembangnya politisasi kebijakan perdagangan, bukan disebabkan pembesaran Uni Eropa.10

Dosch melanjutkan analisisnya dengan mengkaji pengaruh pembesaran Uni Eropa terhadap hubungan investasi. Ia berusaha menjawab dua pertanyaan yang sentral terhadap skenario-skenario utama hubungan investasi di masa depan antara Eropa dan Asia Timur, yaitu sebagai berikut. 1. Apakah negara-negara EU15 mungkin meningkatkan hubungan investasi mereka kepada negara-negara anggota baru? Dan apabila tren tersebut terjadi, apakah hal tersebut akan mengorbankan Asia Timur dan Tenggara, di mana aliran FDI Eropa telah merosot sejak puncaknya pada 2000? Dosch menjawabnya dengan mengungkapkan bahwa, sebelum bergabung dengan Uni Eropa, aliran FDI ke negara-negara CEEC sebagian besar berasal dari negara-negara awal Uni Eropa, dan setelah bergabung dengan Uni Eropa, muncul persepsi positif terhadap negara-negara EU10 yang menstimulus aliran FDI. Negara-negara tersebut, yang berada di sekitar Uni Eropa, juga tercakup dalam Neighbourhood Treaties, yang menjadi penting sebagai tujuan FDI. Sejak 2004, aliran FDI intra-EU25 meningkat kuat, sementara aliran FDI kepada ekstra-Uni Eropa meningkat tipis disebabkan aliran FDI dengan Amerika Serikat dan Kanada. Peningkatan drastis investasi intra-Uni Eropa pada 2005 juga sebagian besar bukan hasil aliran dari EU15 kepada EU10 namun karena aktivitas investasi di Inggris, Jerman, dan Luxemburg. Namun, terdapat ekspektasi besar atas keanggotaan negara-negara EU10 akan menjadi tenaga pendorong baru menuju pertumbuhan ekonomi melalui perdagangan yang lebih intensif dan FDI ke dalam dari negara-negara Uni Eropa. Seperti di Hungaria, struktur stock FDI paling tinggi didominasi negara-negara EU15. Aliran FDI dari Hungaria pun sebagian besar menuju ke negara-negara anggota baru Uni Eropa dan negara-negara Eropa lainnya.11 2. Dengan asumsi bahwa aliran FDI kepada EU10 akan tergantung kepada harga buruh yang rendah di antara tenaga kerja terlatih, tingkat pajak korporat yang lebih rendah daripada di EU15, dan akses kepada seluruh Pasar Tunggal, apakah para investor Asia akan menggunakan kesempatan ini dan meningkatkan volume investasi mereka di Uni Eropa? Dosch menjawabnya dengan mengungkapkan bahwa figur aliran FDI Asia ke Uni Eropa, terutama dari Jepang dan China, tidak seperti yang diharapkan banyak pengamat, namun banyak keputusan investasi oleh para investor ekstra-EU10 diambil sebagai antisipasi terhadap pembesaran Uni Eropa. Keputusan investasi Asia Timur di EU10 dikarakterisasi situasi kompetisi dua level: 1) kompetisi Jepang dan Korea Selatan terhadap akses terbaik kepada sektor manufaktur di negara-negara CEEC; 2) kompetisi Republik Ceko, Hungaria, Malta, dan Slovakia 9 “Foreign Trade and Payments in the EU-10, South-East Europe and the CIS”, http://www.unece.org/ead/pub/051/051c6.pdf 10 Jan Orbie, “European Enlargement and External Trade: Towards a Protectionist Regional Bloc? ”, Alternatives, Turkish Journal Of International Relations, ISSN 1303-5525 Vol. 1 Issue 4 2002, h. 67-77 11 Éva Palócz, “The impact of EU membership versus domestic economic policy”, AIECE 4th October 2009, KOPINT-TÁRKI Zrt. http://sites.uclouvain.be/aiece/publications/regular/medium/PRESENTATIONKOPINT-10-2009.pdf

4

Tangguh 0706291426 Dept. Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia

Polandia, dan Slovakia kepada FDI Asia Timur. Aliran FDI Uni Eropa ke Asia tidak stabil selama periode enam tahun terakhir, dan para investor Uni Eropa makin melihat lingkungan geografis terdekat: negara-negara kandidat Uni Eropa dan negara-negara “tetangga”. Secara keseluruhan, beberapa negara Asia akan menguasai keuntungan komparatif atas negara-negara anggota baru Uni Eropa, khususnya pada biaya buruh yang murah. Aliran FDI dari EU10 ke Asia Timur dan khususnya ASEAN sejauh ini tetap marjinal.

Penutup

Dalam kesimpulannya, Dosch, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan sebagai berikut. 1. Negara-negara anggota baru Uni Eropa belum mengekspresikan dan mendefinisikan kontribusi mereka kepada kebijakan Uni Eropa terhadap Asia. Namun, dinamika hubungan Uni Eropa-Asia telah berubah dalam berbagai cara. 2. ASEM dengan segera dipengaruhi pembesaran Uni Eropa, seperti isu kontroversial partisipasi Myanmar dalam ASEM. 3. Tidak selalu. Di antara EU10 Republik Ceko tampak telah mengembangkan kebijakan Asia yang paling terartikulasi dan aktif, sementara Polandia tak dapat memainkan hubungan baiknya dengan negara-negara komunis di Asia karena perpecahan ideologis dalam pelaksanaan kebijakan luar negerinya yang sangat antikomunis. 4. Perjanjian perdagangan bilateral antara negara-negara Asia Timur dan EU10 yang ada sebelum mereka bergabung dengan Uni Eropa terhenti, batas-batas tarif baru pun berlaku. Level keseluruhan proteksi tarif berkurang karena pembesaran Uni Eropa, dan meningkatkan akses negara-negara Asia Timur kepada Pasar Tunggal. 5. Gangguan perdagangan dan pengalihan perdagangan mungkin tak akan terjadi bagi negara-negara Asia Timur, karena terjadi peningkatan impor dari negara-negara Asia Timur kepada negara-negara anggota baru Uni Eropa dan kenaikan ekspor dari EU10 kepada Asia Timur. 6. Peran para investor Asia di Uni Eropa terus-menerus merosot, namun, apabila melihat aliran FDI, negara-negara anggota baru Uni Eropa memperoleh keuntungan dari pembesaran Uni Eropa. Dinamika FDI Uni Eropa kepada Asia Timur tak jelas. Para investor Uni Eropa makin melihat lingkungan geografis terdekat, namun negara-negara Asia dalam ASEM menjadi kompetitor kuat bagi investasi EU15 dalam sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Intinya, pembesaran Uni Eropa mendatangkan dampak positif bagi EU10 dari sisi hubungan perdagangan dan investasi dengan negara-negara Asia Timur.

5

Related Documents


More Documents from ""