Paradigma Ilmu Islam

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Paradigma Ilmu Islam as PDF for free.

More details

  • Words: 522
  • Pages: 19
Paradigma Paradigma Ilmu Ilmu Islam Islam Oleh: Waryono Abdul Ghafur

Ilmu/’Ilm: • Secara harfiyah: Mengetahui • Ibn Hazm: Pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya. Pengetahuan yang telah diuji kebenarannya berdasarkan buktibukti yang kuat (tdk berdasarkan praduga/asumsi)

Science

• Berasal dari bhs Latin: scire: mengetahui • Keadaan atau fakta mengetahui--knowledge • Pengetahuan yang sistematis yang berasal dari observasi, kajian, dan percobaan • Pengetahuan yang sistematis berdasarkan observasi inderawi. • Pengetahuan yang sistematis tentang alam dan dunia fisik (al-mahsusat)

A. Sistematis/organized B. Observasi inderawi, langsung/tidak= ilmu harus empiris C. Empiris: Berdasar fakta 1. Berhubungan dengan benda-benda fisik, kimia, biologi, astronomi, psikologi dan sosiologi 2. Inorganik spt atom dan molekul maupun organik seperti hewan.

Sifat-sifat science • Sekuler-materialistik • Tidak memperkenankan unsur-unsur spiritual • Hukum alam bersifat independent • Reduksionis

Perbedaan dan Persamaan • 1. 2.

Persamaan: Dalam makna asal Relatif netral

Perbedaan Ruang lingkup/objek: empiris dan non empiris: teologi, angelologi, eskatologi dll. 2. Tidak semua ilmu bersifat positif dan suportif terhadap agama. • 1.

Filsafat • Mengandalkan penalaran rasional (alma’qulat) • Meneliti ide-ide, pemikiran, atau konsepkonsep. • Mengakui ada yang transenden, spiritual. Memasukkan dimensi non fisik • Cenderung tidak reduksionis

Agama • Agama bersandar kepada wahyu. Bersandar pada otoritas penerimanya. • Ilmu agama disebut naqli, bukan ‘aqli • Tujuan ilmu agama bersifat praktis, yaitu untuk menjamin pelaksanaan syari’at

World View Agama • Alam adalah jejak Ilahi (Vestigia Dei) dan ciptaan-Nya • Memberi penjelasan lebih rinci tentang berbagai hal yang tidak dijelaskan ilmu, science, dan filsafat.

Epistemologi Ilmu • Indra • Akal • Hati (instuisi)

I. Indra: Berfungsi sbg alat adaptasi dg lingkungan dan alat pertahanan hidup • Mata • Telinga • Perasa • Pencium • Peraba Manusia dpt mengetahui 5 dimensi benda yang menjadi obyek. Apakah Indra tlh cukup memasok kebutuhan akan ilmu sebagai pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya?

Panca indra batin 1. 2. 3. 4. 5.

Indra bersama (al-hiss al-musytarak/common sense); melihat obyek indrawi sbg satu kesatuan Khayal/daya imajinasi retentif: daya rekam indra sebagaimana kamera Daya estimasi (wahm): indra yang berguna untuk menilai sesuatu bermanfaat/tdk dsb-nya. Imajinasi (mutakhayyilah);ex membayangkan burung dengan manusia: Buraq Memori (al-Hafidzah): melestarikan pengetahuan

II. Akal • Menyempurnakan indra sebelumnya • Kemampuan bertanya secara kritis • Kemampuan menangkap kuiditas/esensi

Kelemahan akal • Tidak mengerti banyak ttg pengalaman eksistensial, spt cinta • Cenderung memahami sesuatu secara general/homogen, ex ada yang profan dan sakral • Tdk mampu memahami objek penelitiannya scr langsung.

III. Hati • Mampu memahami wilayah kehidupan emosional mns. • Dapat menerobos ke alam ketidaksadaran/alam gaib, sehingga mampu memahami pengalaman non indrawi, termasuk pengalaman mistik/religius • Mampu mengenal objek scr lbh akrab dan langsung • Pengetahuan intuitif: pengetahuan eksperiensial (didasarkan pada pengalaman langsung) • Pengetahuan intuitif: pengetahuan presensial: jauh di mata, dekat di hati

Ontologi Ilmu • Objek alami (materiil) • Objek imateriil

Metode Ilmiah

• Disesuaikan dengan sifat dasar objek • Bervariasi: 1. Observasi/eksperimen (tajribi):fisik 2. Logis/demonstratif (burhani):non fisik Ex. Silogisme 3. Intuitif (‘irfani):non fisik yang langsung a. Dzauq b. ‘ilmu hudhuri

Objektivitas Ilmu • Objektif: Sesuai dengan kenyataan. Apa mungkin? • Tidak dapat dicapai secara meyakinkan secara absolut.Tidak ada ilmu yang benar-benar objektif. • Objektifitas hendaknya tdk dijadikan kriteria keabsahan ilmu

Tanggungjawab Ilmuwan • Bertanggungjawab • Meminimalkan dampak negatif

Related Documents