Islam Dan Paradigma Kehidupan

  • Uploaded by: Prof. DR. H. Imam Suprayogo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Islam Dan Paradigma Kehidupan as PDF for free.

More details

  • Words: 1,079
  • Pages: 4
Islam dan Paradigma Kehidupan Bagikan 25 Mei 2009 jam 10:11 Diunggah melalui Facebook Seluler Islam dibawa oleh Nabi Muhammad ke muka bumi sejak 14 abad lalu adalah untuk memperkenalkan sebuah paradigma kehidupan yang berorientasi menjaga harkat dan martabat kemanusian, menyelamatkan, dan membahagiakan. Paradigma kehidupan dimaksudkan itu bersifat komprehensif atau menyeluruh, menyangkut keyakinan tentang ketuhanan, kemanusiaan, alam, serta bagaimana mendapatkan keselamatanhidup secara sempurna itu.Paradigma itu, diimplementasikan secara langsung oleh Rasulullah sebagai pembawanya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sejarahnya tidak mudah memperkenalkan paradigma itu ke tengah-tengah masyarakat. Resistensi sedemikian kuat, yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki cara pandang lama yang sudah hidup secara mengakar. Paradigma lama tentu saja sudah menguntungkan kelompok-kelompok tertentu, sekalipun menyengsarakan pihak lainnya. Kehadiran paradigma baru, tentu akan bersentuhan dan bahkan ada pihak-pihak tertentu yang dirugikan. Untuk menyampaikan paradigma baru itu, Rasulullah dibekali dengan sifatsifat yang luhur, yaitu siddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Sifat siddiq, artinya benar. Apa saja yang diucapkan dan dilakukan oleh Nabi selalu benar. Nabi tidak pernah berbohong. Sehingga ia disebut sebagai al amien, yang artinya selalu bisa dipercaya. Gelar itu dikenal oleh seluruh masyarakat, karena memangperilaku rasulullah itu sehari-hari menampakkan yang demikian.Sifat lainnya adalah amanah, yaitu selalu menunaikan apa saja yang dikatakan dan apalagi yang sudah menjadi janjinya. Rasulullahjuga selalu menyampaikan informasi, pikiran dan pandangannya tentang semua hal yang baik, kepada siapapun. Oleh karena itulah ia disebut memiliki sifat tabligh. Nabi sekalipun ummi, artinya tidak bisa membaca dan menulis, namun memiliki sifat fathonah, artinya cerdas. Nabi yang dalam riwayatnya itu berpenampilan gagah dan tampan menjadi komplit, karena sifat-sifatnya itu. Umat Islam, lebih-lebih pata tokohnya memiliki keyakinan bahwa konsep atau paradigma kehidupan yang dibawa oleh nabi Muhammad itu bisa diimplementasikan bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini. Konsep yang disebut bersifat menyeluruh itu meliputi petunjuk tentang ketuhanan, penciptaan, memperkenalkan tentang manusia, alam atau jagad raya ini, dan

konsep tentang keselamatan secara menyeluruh, yakni alam dan manusia. Semua hal itu dibicarakan dalam konsep Islam. Terkait dengan ketuhanan, sejak lama dan bahkan Nabi Muhammad pun telah melihat bahwa, masyarakat sesungguhnya sudah mengakui adanya tuhan. Hanya tuhan yang diakui oleh masyarakat itu, menurut risalah yang dibawa oleh Nabi terakhir ini, dipandang tidak tepat. Masyarakat ketika itu menuhankan benda-benda yang dibuatnya sendiri, yaitu berupa patungpatung. Patung-patung itu adalah buatan manusia, sehingga tidak selayaknya diimani sebagai tuhannya. Patung-patung, atau berhala itu jumlahnya sedemikian banyak, karena semua orang bisa membuatnya. Manusia ketika itu sebagaimana wataknya ------disadari atau tidak, telah memiliki kepercayaanterhadap tuhan. Rasulullah membawa misi siapa sesungguhnya yang benar dianggap sebagai tuhan itu, yaitu Allah swt. Yang kemudian, dikenal sebagai ajaran tentang tauhid. Konsep tauhid ini sesungguhnya bukan hal baru. Para Rasul sejak pertama, Nabi Adam danditeruskan oleh ajaran rasul-rasul berikutnya selalu memperkenalkan konsep tauhid ini.Al Qur’an sebagai sumber ajaran Islam mengajarkan tentang penciptaan. Baik penciptaan jagad raya maupun penciptaan manusia diperkenalkan melalui kitab suci ini. Bagaimana jagad raya dan demikkian pula manusia diciptakan dijelaskan melalui kitab suci ini. Bahkan fase-fase kehidupan manusia, sejak di dalam kandungan sang ibu hingga tatkala nanti meninggal dunia sampai kehidupan akherat digambarkan oleh al Qur’an. Ilmu pengetahuan dalam bentuk yang paling mutakhir pun belum mampu menjelaskan tentang ini. Konsep adanya langit lapis tujuh, perputaran bintang dan planit-planit lainnya diperkenalkan oleh Islam.Hanya sayangnya, konsep-konsep tersebut belum mendapatkan perhatian secara cukup, termasuk oleh ilmuwan muslim sendiri. Perhatian umat Islam terhadap ilmu pengetahuan, masih sebatas pada halhal yang bersifat spiritual. Akhirnya, yang muncul dalam keilmuanIslam baru memperbincangkan tentang tauhid, fiqh, tasawwuf, akhlak dan sejarah. Elaborasi lebih dalam dari ayat-ayat al Qur’an tentang jagad raya ini, lambat dan bahkan masih gagal dilakukan oleh ilmuwan muslim di muka bumi ini. Sebagai akibatnya, umat Islam dalam hal ilmu pengetahuan mengalami ketertinggalan yang jauh. Mestinya berbekalkan al Qur’an, umat Islam kehadiran manusia dari berbagai penjuru untuk belajar, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Anehnya, sampai-sampai keterlaluan, umat Islam belajar tentang Islam pun ke berbagai negeri bukan muslim.Selain itu al Qur’an berbicara tentang manusia dan juga alam. Di perkenalkan dalam al Qur’an perilaku manusia yang sesungguhnya. Perilaku manusia ini selama ini dikaji lewat observasi, eksperimen dan

penalaran logis, hingga melahirkan berbagai disiplin ilmu sosial seperti ilmu sosiologi, psikologi, sejarah, dan antropologi. Berdasar ilmu sosial itu berkembang ilmu yang bersifat terapan seperti ilmu hukum, pendidikan, ekonomi, administrasi, manajemen, organisasi dan seterusnya. Akan tetapi, sayangnya tatkalamengkaji perilaku manusia tidak mengikutkan sumber dari kitab suci. Padahal siapapun yang mengkaji manusia tidak akan mendapatkan hasil sempurna jika mengabaikan informasi dari kitab suci. Namun juga sayangnya, para ilmuwan muslim pun ikut-ikutan mengabaikan sumber yang seharusnya justru dijadikan pegangan itu. Al Qur’an hanya dibiarkan begitu saja, tatkala mengkaji perilaku manusia ini.Sebagaimana dikemukakan di muka, bahwa al Qur’an juga berbicara tentang jagad raya dan seisinya, sekalipun bersifat pokok-pokoknya saja. Secara detail Al Qur’an justru memerintahkan mengkajinya lebih lanjut. Selain al Qur’an berbicara tentang penciptaan jagad raya, kitab suci ini juga berbicara tentang bumi, langit, matahari, bulan dan bintang. Al Qur;an juga berbicara tentang binatang, tumbuh-tumbuhan, udara, api, gunung, air, sampai persoalan agar manusia mempelajari bagaimana unta dijadikan, bumi dihamparkan langit ditinggikan dan seterusnya. Dalam ilmu modern hal yang terkait dengan alam ini, hingga muncul ilmu biologi, kimia, fisika. Berangkat dari ilmu dasar itu, akhirnya berkembang ilmu yang lebih psesifik, seperti ilmu bioteknologi, kultur jaringan, nano teknologi dan seterusnya. Lagi-lagi, petunjuk al Qur’an masih dibaikan oleh ilmuwan muslim, sehingga menyebabkan ketertinggalan yang semakin jauh. Semestinya dengan perintah al Qur’an di kalangan dunia muslim, dibangun pusat-pusat riset canggih, sehingga dari sana dilahirkan ilmu-ilmu mlodern. Hanya sayangnya, ilmuwan muslim masih disibukkan oleh persoalan kapan hari jatuhnya hari raya pada setiap tahun, jumlah rokaat sholat sunnat, perbedaan doa dalam ritual dan sejenisnya. Bukan hal itu tidak penting. Saya sendiri menganggapnya perlu. Tetapi perdebatan tentang itu semestinya sudah lama harus disudahi. Tidak akan mungkin sampai kapan pun, dihasilkan dari riset, alternatif doa mana yang benar-benar diterima oleh Allah swt. Hal mendasar lainnya, al Qur’an berbicara tentang keselamatan, baik keselamatan manusia maupun keselamatan jagad raya ini. Tatkala al Qur’an berbicara tentang keselamatan, ternyata menjangkau perspektif yang jauh luas, yakni keselamatan di dunia dan juga keselamatan di akherat. Agar selamat, maka siapapun harus berpegang pada konsep Iman, Islam dan ikhsan. Selain itu, maka untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan, manusia harus beramal sholeh dan berakhlakul karimah. Berpegang pada konsep itu secara sempurna, maka dijanjikan oleh Allah mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan yang sejati. Hal seperti itulah sesungguhnya, yang dalam tulisan ini saya sebut sebagai paradigma kehidupan menurut Islam. Konsep ini sesungguhnya terbuka untuk diuji oleh siapapun, dan

selanjutnya bisa diimplementasikan, termasuk misalnya untuk membangun bangsa ini, yang kebetulan disebut sebagai mayoritas penganut Islam terbesar di muka bumi ini. Wallahu a’lam.

Related Documents


More Documents from "Ibn Mahassan"