Paper.docx

  • Uploaded by: Muhammad Rinaldi
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Paper.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 455
  • Pages: 2
PENGARUH BENTUK LAHAN KARST TERHADAP KARAKTERISTIK AKUIFER DAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN DI KABUPATEN WONOGIRI MUHAMAD RINALDI (111160082) MATAKULIAH: TEKNIK KOMUNIKASI GEOLOGI (KELAS A)

ABSTRAK Kabupaten Wonogiri terletak disebelah barat Kecamatan Wonosari,Kabupaten Gunungkidul,dan termasuk kedalam wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Pada bagian barat perbatasan dengan Gunungkidul daerah Wonogiri tersebut berada diatas Formasi Wonosari yang dimana memiliki litologi Batugamping dan kawasan karst.Pada kawasan karst ini aliran permukaan sangat minim sedangkan aliran bawah permukaan sangat melimpah akibat proses pelarutan (Disolution). Ford dan Williams (1989) turut menjabarkan bahwa bentanglahan karst tersusun oleh kombinasi batuan yang mudah larut dan perkembangan porositas sekunder yang tinggi, sehingga sistem hidrologi karst memiliki keistimewaan berupa dominasi proses pembentukan aliran bawah permukaan.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bentuk lahan karst terhadap perkembangan akuifer dan aliran bawah permukaan yang berkembang.Metode yang digunakan yaitu analisis studi literatur dari penelitian terdahulu. Kata Kunci : Akuifer,aliran bawah permukaan,karst

A.Pendahuluan Air merupakan unsur yang sangat penting dimuka bumi ini,karena air sangat dibutuhkan bagi setiap makhluk hidup agar dapat bertahan hidup.Air dibumi sangat melimpah yaitu sekitar 97% berada dilautan,sedangkan 3% nya merupakan air tawar. Sementara itu, ketersediaan sumberdaya air di bumi tidak merata baik secara spasial maupun temporal sehingga ketersediaan air berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya (ada daerah yang melimpah air

namun ada pula yang sangat minim air) dan dinamis dari waktu ke waktu (di musim penghujan air melimpah sedangkan di musim kemarau air sangat terbatas). Sistem hidrologi karst memiliki karakter tersendiri dengan adanya dominasi proses pembentukan nonpermukaan atau dengan kata lain hasil proses pelarutan mengakibatkan minimnya aliran permukaan dan lebih berkembangnya sistem aliran bawah permukaan dengan sifat tidak seragam

(heterogen) dan anisotropis yang kemudian diklasifikasikan oleh White (1988) menjadi sistem aliran rembesan (diffuse), sistem aliran rekahan (fissure), dan sistem aliran lorong (conduit). Ford dan Williams (1989) turut menjabarkan bahwa bentanglahan karst tersusun oleh kombinasi batuan yang mudah larut dan perkembangan porositas sekunder yang tinggi, sehingga sistem hidrologi karst memiliki keistimewaan berupa dominasi proses pembentukan aliran bawah permukaan. Seperti dijelaskan oleh Ford and Williams (1992) dalam Sudarmadji dkk (2012), secara umum komponen aliran karst dibedakan menjadi 2 tipe aliran, yaitu: aliran conduit dan aliran diffuse. Aliran diffuse mengisi sungai bawah tanah secara seragam dan perlahan-lahan melalui retakan-retakan yang berukuran 10-3 - 10 mm sebagai aliran infiltrasi dari zone simpanannya di permukaan bukit karst. Sebagai ilustrasi, aliran tipe ini menetes atau merembes pada ornamen goa. Kemudian, aliran conduit bergerak dengan cepat dari permukaan menuju sungai bawah tanah melalui lorong-lorong yang besar berukuran 102-104 mm atau lebih, atau sering disebut sebagai saluran terbuka. Akibatnya, jika ada masukan aliran yang besar melalui pelorongan ini, maka air di sungai bawah tanah akan cepat naik dan semua pencemar dapat ikut masuk ke sungai bawah tanah. Gambar 2 berikut ini mengilustrasikan dua jenis aliran ini

More Documents from "Muhammad Rinaldi"