Paper Ekskursi Fix.pdf

  • Uploaded by: Sulistiyanto Budi Susetyo
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Paper Ekskursi Fix.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 2,793
  • Pages: 8
Laporan Ekskursi Geologi Regional 2019 KELOMPOK 1

IDENTIFIKASI JEJAK GUNUNG API PURBA DAN PEMBAGIAN FASIESNYA Di Daerah Tawang sari, Sukoharjo - Jawa Tengah RAFI´I (12292),ARBINO (13084), M.RUDI (13152), BHOMAS (14090), DOLI (14106), SULIS (14120),YUSUF (14164), WINDI (15138) Departemen Teknik Geologi, ITNY, Jl. Babarsari, Sleman, Yogyakarta

SARI Berdasarkan bentuk bentang alam dan asosiasi batuan penyusun, suatu kerucut gunung api komposit dapat dibagi menjadi fasies sentral, fasies proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Secara bentang alam, pembagian tersebut dimulai dari pusat erupsi di bagian puncak, menurun ke arah lereng, kaki, serta dataran di sekelilingnya. Fasies sentral gunung api dicirikan oleh asosiasi batuan beku intrusi dangkal, kubah lava, dan batuan ubahan hidrotermal. Makalah ini membahas morfologi gunung api dan batuan gunung api yang mengindikasikan keberadaan gunung api purba bawah laut di daerah Tawangsari-Jomboran, Sukoharjo-Wonogiri, Jawa Tengah. Secara umum, batuan gunung api ini diidentifikasi sebagai breksi andesit yang dikelompokkan ke dalam Formasi Mandalika berumur Oligosen-Miosen (Surono et al., 1992). Asal mula Formasi Mandalika kaitannya dengan proses sedimentasi klastik dan proses vulkanisme masih perlu dievaluasi. Penelitian ini didasarkan pada deskripsi terperinci di lapangan. Breksi basal otoklastika yang tersingkap menunjukkan ciri-ciri komponen fragmen batuan beku tertanam dalam massa dasar berkomposisi sama, yaitu batuan beku, warna hitam hingga abu-abu gelap; tekstur porfiritik, permukaan kasar, membreksi; struktur bantal, masif, vesikuler halus, amigdaloidal kalsit, dan kekar radier; komposisi andesit. Kata kunci: gunung api, lava , fasies

ABSTRACT Based on the shape of the landscape and the association of rock composer, a cone of a composite volcano can be divided into facies, central facies of the proximal, facies medial, and facies of the distal. In landscape, the division is started from the center of eruption at the peak, declining to the direction of the slope, legs, as well as the plains around her. Facies of the central volcano is characterized by the association of igneous intrusion shallow, lava domes, and rock hydrothermal alteration. This paper discusses the morphology of the volcanic rocks and the mountain of fire that indicate the existence of an ancient volcano under the sea in the area of Tawangsari-Jomboran, Sukoharjo-Wonogiri, Central Java. In general, the rocks of this volcano are identified as breccia andesite, which are grouped into Formations Mandalika was the Oligocene-Miocene (Surono et al., 1992). The origin of the Formation Mandalika relation to the process of sedimentation of clastic and processes volcanism still need to be evaluated. This research is based on the detailed descriptions in the field. Breccia basalt otoklastika uncovered shows the characteristics of the component fragments of igneous rock embedded in the mass of the base composition is the same, namely igneous rocks, black to dark grey; the texture is porphyritic, coarse surface, membreksi; the structure of the pillow, massive, vesicular smooth, amigdaloidal calcite, and burly radier; the composition of the andesitic. Keywords: volcano, lava , facies

pada kemudahan pencapaian lokasi, serta singkapan geologi yang cukup mewakili dan

PENDAHULUAN

Di

Indonesia,

gunung

api

dan

hasil

kegiatannya yang berupa batuan gunung api tersebar melimpah baik di darat maupun di laut. Berdasarkan umur geologi, kegiatan gunung api

keberadaannya

belum

dikaji

secara

komprehensif. Selain hal tersebut, daerah ini penting untuk studi magmatisme-vulkanisme, dan implikasinya terhadap sumber daya energi.

di Indonesia paling tidak sudah dimulai sejak METODOLOGI

Zaman Kapur Atas (Martodjojo, 2003) atau sekitar 76 juta tahun yang lalu (Ngkoimani,

Metode penelitian yang digunakan adalah

2005) hingga masa kini. Namun demikian,

pengkajian data sekunder yang berhubungan

sejauh ini para ahli kebumian masih sangat

dengan lokasi dan tema yang dibahas dari hasil

sedikit yang tertarik untuk mempelajari ilmu

pendeskripsian dilapangan dan mengenai data

vulkanologi. Makalah ini ditujukan untuk

penelitian geologi terdahulu serta beberapa dari

menunjukkan betapa pentingnya pemahaman

studi pustaka berupa data sekunder dari

terhadap geologi gunung api, khususnya fasies

beberapa literatur yang berkaitan gunung api

gunung api dan berbagai aplikasinya, baik

purba. DASAR TEORI

untuk kepentingan praktis di bidang sumber daya dan mitigasi bencana, maupun dalam pengembangan

konsep-konsep

geologi

Fisiografi

daerah

penelitian

termasuk

di

kedalam wilayah zona Pegunungan Selatan

Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar penelitian

yang tersusun oleh batuan gunung api produk

geologi gunung api semakin berkembang pada

erupsi letusan maupun erupsi lelehan, selain

masa mendatang.

batuan

sedimen

klastika

dan

karbonat.

Pegunungan Selatan, Jawa Tengah, merupakan MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penelitian adalah mendapatkan

wilayah

yang

vulkanisme,

terpengaruh yang

oleh

ditunjukkan

kegiatan oleh

suatu gambaran dari data-data geologi berupa,

keterdapatan banyak batuan hasil kegiatan

petrologi dan geomorfologi serta struktur

gunung

geologi terutama yang berkaitan vulkanisme.

melakukan penelitian batuan gunung api Tersier

Tujuan penelitian untuk mengetahui fasies

di Pulau Jawa dan menyimpulkan keberadaan

gunungapi masa lampau (tersier) yang ada

dua buah busur magma berumur Eosen-Miosen

didaerah Tawangsari-Jomboran-Sukoharjo dan

Awal dan Miosen Akhir-Pliosen. Sementara itu,

daerah ini termasuk kedalam Zona Fisiografi

kegiatan vulkanisme secara jelas dapat diamati

Pegunungan Selatan. Penelitian ini menekankan

sejak Kala Oligosen, yaitu saat pembentukan

pada deskripsi terperinci di lapangan dan

Formasi Kebo-Butak hingga Kala Miosen dan

sedangkan pemilihan daerah studi didasarkan

pembentukan Formasi Oyo. Di pihak lain,

api.

Soeria-Atmadja

drr.

(1994)

Surono drr. (1992) menyatakan stratigrafi

Surono drr. (1992) yang telah melakukan

Pegunungan Selatan diawali dari pengendapan

pemetaan geologi, mengelompokkan batuan

Batuan Malihan (KTm), Formasi Gamping-

gunung

Wungkal (Tew) yang secara tidak selaras

Mandalika, Formasi Semilir, Formasi Wuni,

ditindih Formasi Kebo-Butak (Tomk), dan

dan Formasi Nglanggran (Gambar 3). Formasi

Formasi Mandalika (Tomm). Selaras di atasnya

Mandalika umumnya tersusun oleh material

berkembang Formasi Semilir (Tms), Formasi

masif berupa lava Dasit – Andesit, Tuf dasit,

Nglanggran (Tmng), dan Formasi Sambipitu

dan batuan intrusi Diorit. Formasi Semilir

(Tmss). Ketiga formasi tersebut berhubungan

tersusun oleh material fragmental berupa tuf

secara menjemari. Selanjutnya, secara tidak

berukuran pasir dan lempung, dan breksi pumis

selaras diendapkan Formasi Oyo (Tmo) yang

dasit. Hubungan stratigrafi antara formasi

menjemari dengan Formasi Wonosari (Tmwl).

batuan yang ada

Kemudian formasi-formasi tersebut diterobos

selaras, menjemari, dan hubungan tidak selaras.

batuan beku Diorit (Tpdi).

Struktur geologi yang berkembang pada formasi

Penarikhan umur radiometri (K-Ar) dari be-

batuan gunung api ditunjukkan oleh sesar

berapa penelitian (Soeria-Atmadja, drr., 1994;

normal berarah tenggara – barat laut. Pada

Hartono, 2000; Bronto, drr., 2005; Ngkoimani,

formasi

2005; Priadi & Mubandi, 2005; Akmaluddin,

berkembang struktur geologi berupa sinklin

drr., 2005) menunjukkan umur absolut batuan

yang terletak di sebelah selatan formasi batuan

gunung api yang dikelompokkan ke dalam

gunung api (Gambar 1).

api

tersebut

batuan

ke

dalam

Formasi

menunjukkan hubungan

bukan

asal

gunung

api

Formasi Andesit Tua berkisar antara 59,00 ± 1,94 jtl. hingga 11,88 ± 0,71 jtl. Hal ini menunjukkan adanya vulkanisme yang terjadi secara menerus dan berulang kali. Hartono (2000)

dan

Hartono

dan

Syafri

(2007)

menyatakan bahwa batuan gunung api yang menyusun Zona Pegunungan Selatan Yogyakarta dan sekitarnya paling sedikit dihasilkan oleh lima pusat erupsi purba. Di pihak lain, Bronto (2007) membagi keberadaan fosil gunung api menjadi empat kelompok, yaitu (1) Kelompok

Gambar 1. Peta geologi daerah Wonogiri dan

Gunung Api purba Parangtritis - Sudimoro, (2)

sekitarnya (disederhanakan dari Surono drr.,

Kelompok Gunung Api purba Baturagung –

1992).

Bayat, (3) Kelompok Gunung Api purba Wonogiri – Wediombo, dan (4) Kelompok Gunung Api purba Karangtengah – Pacitan.

Umumnya, batuan gunung api adalah batuan

kubah lava. Aglomerat merupakan batuan

yang terbentuk sebagai hasil kegiatan gunung

piroklastika (Fisher & Schmincke, 1984; Cas &

api, baik secara langsung maupun tidak

Wright, 1987; Lorenz & Haneke, 2004), se-

langsung. Secara langsung di sini mempunyai

dangkan Breksi gunung api dan Tuf sebagai

arti sebagai hasil erupsi gunung api yang

batuan

membatu secara in situ, sedangkan secara tidak

sedimen

langsung berarti telah mengalami perombakan

petrologis

atau

batuan

(subvolcanic intrusions) mempunyai banyak

klastika gunung api menyangkut bentuk butir,

persamaan dengan batuan beku luar dan batuan

ukuran butir, dan kemas. Karena efek abrasi

klastika gunung api di sekitarnya, antara lain

selama proses transportasi, bentuk butir berubah

bertekstur kaca, afanit dan hipokristalin porfiri,

mulai dari sangat meruncing-meruncing sampai

mengandung kaca gunung api, serta dalam

dengan membundar-sangat membundar. Ukuran

banyak hal mempunyai afinitas dan komposisi

butir juga berubah dari fraksi sangat kasar -

yang sama. Dengan demikian pengertian batuan

kasar, sedang sampai dengan halus - sangat

gunung api meliputi batuan beku intrusi

halus. Hubungan antara butir fraksi kasar di

dangkal, batuan beku luar (aliran lava dan

daerah

umumnya

kubah lava), Breksi gunung api, Aglomerat, dan

membentuk kemas tertutup, tetapi kemudian

Tuf. Pembangunan suatu kerucut gunung api

berubah menjadi kemas terbuka sejalan dengan

melibatkan fase konstruktif dan fase destruktif

menjauhnya dari daerah sumber. Di samping itu

atau

juga membentuk struktur sedimen, seperti

Pembentukan

struktur imbrikasi, silang-siur, antidunes, dan

berselingan dengan Breksi, Andesit piroklastika

gores-garis sebagai akibat terlanda hembusan

dan Tuf andesit mengindikasikan tahap kegiatan

piroklastika.

vulkanisme

yang

(konstruktif)

kerucut

deformasi.

dekat

Simkin

Pemerian

sumber

drr.

tekstur

pada

(1981)

dan

Gill

(1981)

piroklastika

(primer)

epiklastika batuan

dikenal

atau

batuan

(sekunder).

beku,

Secara

intrusi

dangkal

sebagai

siklus

vulkanisme.

batuan

beku

luar

bersifat gunung

yang

membangun api

strato,

menyatakan bahwa gunung api masa kini yang

sedangkan tahap kegiatan vulkanisme bersifat

berkembang

merusak (destruktif) ditandai oleh melimpahnya

di

daerah

tumbukan

pada

umumnya berkomposisi Andesit, mempunyai

Breksi

bentuk kerucut komposit atau strato, tersusun

berkomposisi Andesit (Gambar 2).

oleh perlapisan batuan beku luar, Aglomerat, Breksi gunung api dan Tuf, kadang-kadang diintrusi oleh batuan beku terobosan berbentuk retas,

sill,

kubah

bawah

permukaan

(cryptodome), dan leher gunung api. Batuan beku luar merupakan magma yang keluar ke permukaan bumi membentuk aliran lava atau

pumis,

Lapili

pumis

dan

Tuf

dikembangkan oleh Williams dan McBirney (1979) untuk membagi sebuah kerucut gunung api komposit menjadi 3 zone, yakni Central Zone, Proximal Zone, dan Distal Zone. Central Zone disetarakan dengan daerah puncak kerucut gunung api, Proximal Zone sebanding dengan daerah lereng gunung api, dan Distal Zone sama Gambar 2. Diagram pembentukan batuan

gunung api. Namun dalam uraiannya, kedua

gunungapi. Secara umum, lokasi daerah penelitian disusun oleh material batuan beku, yaitu berupa lava dan menjadi batuan Breksi autoklastika dan

beberapa

tempat

disusun

baruan

piroklastika. Hal ini karena secara vulkanologis Formasi Mandalika menunjukkan ciri-ciri fase pembangunan

suatu

tubuh

gunung

api

komposit, adanya perulangan pengendapan produk erupsi lelehan dan erupsi letusan. Di sisi lain, formasi yang lebih muda (Formasi Semilir) yang kaya pumis dan berkomposisi andesit – dasit menunjukkan ciri-ciri fase perusakan suatu tubuh

dengan daerah kaki serta dataran di sekeliling

gunung

api.

menggambarkan

adanya

Pemikiran

tersebut,

perubahan

sistem

sedimentasi dari lingkungan arus tenang yang

penulis tersebut sering me-nyebut zone dengan facies, sehingga menjadi Cen-tral Facies, Proximal Facies, dan Distal Facies. Pembagian fasies gunung api tersebut dikem-bangkan oleh Vessel dan Davies (1981) serta Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi empat kelompok, Yaitu Central/Vent Facies, Proximal Facies, Medial Facies, dan Distal Facies (Gambar 3). Sesuai de-ngan batasan fasies gunung api, yakni sejumlah ciri litologi (fisika dan kimia) batuan gunung api pada suatu lokasi tertentu, maka masing-masing fasies gunung api tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan data: 1. inderaja dan geomorfologi,

ditunjukkan oleh pengendapan fraksi halus dan

2. petrologi,

terbentuknya batugamping, menjadi sistem

3. vulkanologi fisik,

sedimentasi yang dihasilkan oleh mekanisme letusan gunung api yang ditunjukkan oleh pengendapan material gunung api fraksi halus – kasar, dan aliran lava. PEMBAGIAN FASIES GUNUNG API

Secara bentang alam, gunung api yang berbentuk kerucut dapat dibagi menjadi daerah puncak,

lereng,

sekelilingnya.

kaki,

dan

Pemahaman

ini

dataran

di

kemudian

4. struktur geologi.

afanitik dan mempunyai tingkat keseragaman butir mineral

inequigranular, piroksen,

memiliki

komposisi

hornblenda,

plagioklas,

felsdfar dan kuarsa.

Gambar 3. Pembagian fasies gunung api menjadi fasies sentral, fasies proksimal, fasies medial, dan fasies distal beserta komposisi batuan penyusunnya (Bogie & Mackenzie, 1998). Gambar 4. Sketsa dari lokasi pengamatan

PEMBAHASAN

Lokasi ini merupakan singkapan lava andesit Formasi Mandalika yang ekuivalen dengan

Kenampakan singkapan batuan beku berupa lava andesit-basal yang mempunyai perubahan

Formasi Kebobutak di Pegunungan Baturagung,

bentuk ke breksi autoklastik.

Secara Fisiografi termasuk kedalam zona Pegunungan tektonik

Selatan,

dan

merupakan

secara

tatanan

merupakan

busur

kepulauan gunung api yang berumur OligosenMiosen.

Lava

secara

umum

mempunyai

kenampakan struktur autoklastik dan beberapa menunjukkan Sheeting Joint, Terdapat juga struktur lubang-lubang gas (Vesikuler) yang menunjukkan jenis batuan beku luar (Ekstrusi).

Gambar 5. Foto singkapan batuan beku (Lava) berstruktur Sheeting Joint.

Warna yang teramati abu-abu dan sebagian

Berdasarkan penelitian dilapangan bahwa

kehijauan, memiliki viskositas lava menengah

dari lokasi penelitian yang berupa singkapan

genesa dari daerah pengamatan lava terbentuk

batuan beku berupa lava yang memungkinkan

akibat lelehan magmatisme yang tidak jauh dari

bahwa pada fase erupsi dan letusan mengalami

kawah gunung api. Interpretasi merupakan

tipe erupsi lelehan yang berdasarkan karateristik

bagian dari gunung api Gajahmungkur yang

komposisi batuan, struktur batuan dan zona

termasuk pada area zona proksimal, Derajat

jangkauan lelehan yang terbentuk tidak jauh

kristalisasi

hipokristalin,

struktur

porfiro-

dari pusat erupsinya yang dapat di bedakan ke

makalah ini bermanfaat dan dapat membatu

daerah zona sentral ke zona proksimal.

dalam acuan belajar bagi semuanya.

DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian termasuk daerah jalur Magmatisme busur gunung api tersier yang berumur oligosenmiosen yang termasuk kedalam wilayah daerah fisiografi

zona

pegunungan

selatan

yang

memiliki karakteristik dan litologinya tersusun oleh batuan gunung api produk lelehan dan letusan serta beberapa produk dari batuan sedimen klastika. Dari lokasi penelitian yang terletak disekitar daerah Tawangsari, Jomboran, Sukoharjo, Wonogiri yang memiliki batuan yang dominan berupa batuan beku yang termasuk ke formasi mandalika yang memiliki genesa

terbentuknya

wilayah

penelitian

dicirikan adanya singkapan batuan beku berupa lava andesit basal yang menyusun dan dari hasil peninjauan dari klasifikasi fasies dan ciri-ciri yang didapat dari data lapangan dan jejak yang ditemui dapat di tentukan bahwa lokasi penelitian

termasuk

kedalam

area

gunung api. Ucapan Terima Kasih- Penulis mengucapkan

terima kasih kepada beberapa pihak yang telah sehingga

makalah

ini

Hartono, G., 2000. Studi Gunung api Tersier: Sebaran Pusat erupsi dan Petrologi di Pegunungan Selatan Yogyakarta. Tesis S2, ITB, 168 p, tidak diterbitkan. Surono, Sudarno, I. dan Toha, B., 1992. Peta Geologi Lembar Surakarta – Giritontro, Jawa, skala 1:100.000. Puslitbang Geologi, Bandung. Van Bemmelen, RW., 1949. The Geology of Indonesia, Vol IA. Government Printing Office, The Hague, 732 h. Walker, G.P.L., 1993. Basaltic-Volcano Systems, Magmatic Processes and Plate Tectonic. Dalam: Prichard, H.M., Alabaster, T., Harris, N.B.W. dan Neary, C.R. (Eds), Geol. Society Sp ecial Publication, 76, h. 3-38. Wilson, M., 1989. Igneous Petrogenesis: A Global Tectonic Approach. Unwin Hyman, London, 1st. pub., 465 h.

zona

proksimal dari hasil penentuan klasifikasi fasies

membantu,

Bronto, S., Misdiyanta, P., Hartono, G., dan Sayudi, S., 1994. Penyelidikan Awal Lava Bantal Watuadeg, Bayat dan Karangsambung, Jawa Tengah, Kumpulan Makalah Seminar: Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa, Sejak Akhir Mesozoik Hingga Kuarter. Jur. Tek. Geologi, F. Teknik, UGM, Yogyakarta, h. 123-130.

dapat

Yuwono, Y.S., 1994. Gunungapi Bawah Laut “Dakah” di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, Abstrak. Kumpulan Makalah Seminar: Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa, Sejak Akhir Mesozoik hingga Kuarter. Jur. Tek. Geologi, F. Teknik, UGM, Yogyakarta, h. 121. Soeria-Atmadja, R., Maury, R. C., Bellon, H.,

terselesaikan. Kepada para Bapak/Ibu Dosen

Pringgoprawiro, H., Polve, M., dan Priadi, B.,

Pendamping Ekskursi Geologi Regional 2019

1994. The Tertiary Magmatic Belts in Java.

atas diskusinya yang menarik, dan para teman-

Journal of SE-Asian Earth Sciences, 9, (1/2), h

teman kelompok (1) atas kerjasama dan diskusi

13-27.

dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga

Hartono, G., Sudradjat, A., dan Syafri, I., 2008. Gumuk Gunung Api Purba Bawah Laut Di

Tawangsari – Jomboran, Sukoharjo – Wonogiri,

Kecamatan Bayat, Klaten Jawa Tengah. Majalah

Jawa Tengah. Jurnal Geologi Indonesia, 3 (1), h.

Geologi Indonesia, 19, h.147-163.

37-48.

Bronto, S., 2003c. Gunungapi Tersier Jawa Barat:

Bronto, S., 2007. Fosil gunung api di Pegunungan Selatan Jawa Tengah. Seminar dan Workshop

Identifikasi dan Implikasinya. Majalah Geologi Indonesia, 18, h.111-135.

“Potensi Geologi Pegunungan Selatan dalam

Akmaluddin, D.L. Setijadji, Watanabe, K., dan Itaya,

Pengembangan Wilayah”, Kerja sama PSG,

T., 2005. New interpretation on magmatic belts

UGM, UPN “Veteran”, STTNAS dan ISTA,

evolution

Yogyakarta, 27-29 Nov.

periods as revealed from newly collected K-Ar

during

the

Neogene-Quaternary

Bronto, S., Bijaksana, S., Sanyoto, P., Ngkoimani,

ages from Central-East Java – Indonesia. Joint

L.O., Hartono, G., dan Mulyaningsih, S., 2005.

Convention IAGI-HAGI-PERHAPI, Nov. 28-30,

Tinjauan Vulkanisme Paleogen Jawa. Majalah

2005, Surabaya.

Geologi Indonesia, 20, (4), h.195-204.

Bogie, I. dan Mackenzie, K.M., 1998. The

Cas, R.A.F. dan Wright, J.V., 1987. Volcanic

application of a volcanic facies models to an

Successions, Modern and Ancient, Allen &

andesitic stratovolcano hosted geothermal system

Unwin, London, 528 h.

at Wayang Windu, Java, Indonesia. Proceedings

Fisher, R. V. dan Schmincke, H. M., 1984. Pyroclastic Rocks. Springer-Verlag, Berlin, 472 h. Fisher, R. V. dan Smith, G. A., 1991. Volcanism, Tectonics and Sedimentation; Sedimentation In Volcanic Settings. Dalam: Fisher, R. V. dan Smith, G. A., (Eds.), SEPM Special Edition, (45), Tusla, Oklahoma, USA, h.1-5. Gill, J.B., 1981. Orogenic Andesites and Plate Tectonics, Springer – Verlag, 390 h. Hartono, G. dan Syafri, I., 2007. Peranan Merapi Untuk Mengidentifikasi Fosil Gunung Api Pada “Formasi Andesit Tua”: Studi Kasus Di Daerah Wonogiri. Geologi Indonesia: Dinamika dan Produknya, Publikasi Khusus, 2 (33), Pusat Survei Geologi, Bandung, h. 63-80. Hartono, G., 2000. Studi Gunung api Tersier: Sebaran

Pusat

Erupsi

dan

Petrologi

di

Pegunungan Selatan Yogyakarta. Tesis S2, ITB, 168 h. Tidak diterbitkan. Bronto, S., Hartono, G., dan Astuti, B., 2004b. Hubungan genesa antara batuan beku intrusi dan batuan

beku

ekstrusi

di

Perbukitan

Jiwo,

of 20th NZ Geothermal Workshop, h.265-276.

Related Documents


More Documents from "Alireza"

Pengantar.docx
December 2019 27
Rab Gpura.docx
December 2019 24
Cover.docx
December 2019 19