Panduan Ruang Isolasi.edit Fik.docx

  • Uploaded by: Purwo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Ruang Isolasi.edit Fik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,562
  • Pages: 15
Lampiran Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Pindad Nomor : Skep Tanggal :

PANDUAN KAMAR ISOLASI RUMAH SAKIT UMUM PINDAD

BAB I DEFINISI

Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di Rumah Sakituntuk merawat pasien dengan kondisi medis tertentu yaitu penyakit infeksi

yang

ditularkan

yangmenyebabkan

melalui

penurunan

daya

udara,

dan

penyakit-penyakit

tahan

tubuh

secara

ekstrim.

Pasienditempatkan secara terpisah dari pasien lain dengan tujuan mencegahpenyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien lain dan pemberi layanan kesehatan, serta untuk melindungi pasien dengan immunosupresi dari risiko tertular penyakit infeksi dari pasien lain, petugas dan lingkungan. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui udara adalah penyakit yangdisebabkan oleh mikroorganisme yang mempunyai partikel kurang dari 5 mikron dan melayang, dapat bertahan lama di udara hingga 24 jam.Penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit TB paru yang disebabkan oleh micobacterium tuberculosis, Flu burung yang disebabkan oleh virus H1N1,H7N9, MERS Cov (Middle East Respiratory Corona Virus), penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus Varicella Zoosterdan Campak yang disebabkan virus measles (rubella) yang sering kali dipicu karena system udara di fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak baik. Pasien imunosupresi adalah pasien-pasien yang mempunyai defisiensi mekanisme imun yang disebabkan gangguan imunologi antara lain Infeksi Human Immunodefisiensi Virus (HIV), Sindroma defisiensi imunkongenital, penyakit-penyakit kronik (diabetes melitus, kanker, emfisema,gagal jantung) atau terapi imunosupresi (antara lain radiasi, kemoterapi sitotoksik, medikasi anti rejeksi, pengobatan steroid). Pasien

1

imunosupresi yang dimasukan sebagai pasien risiko tinggi harus mempunyai risiko infeksi paling tinggi, untuk mendapat infeksi yang ditularkan mikroorganisme melalui udara atau air. Pasien yang termasuk dalam kriteria ini adalah pasien dengan netropenia berat (sel polimofonuklear kurang dari 1000 sel/lselama 2 minggu atau kurang dari 100 sel/l selama 1 minggu),pasien dengan alogenik HSCT (Hematopoietic Stem Cell Transplantation) dan pasienpasien yang telah menerima kemoterapi fase intensif (Leukimiaamieloid pada anak). Pasien Imunosupresi dengan hasil pemeriksaan laboratorium neutrophil <500 sel/l ditempatkan terpisah dengan pasien yang lain atau dilakukan secara kohort untuk melindungi dari risiko infeksi.

2

BAB II RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan ruang isolasi terdiri dari : 1.

Standar Ruang Isolasi penularan melalui udara

2.

Pencegahan kontaminasi silang

3.

Penggunaan Alat Pelindung Diri di ruang isolasi

4.

Pemprosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen

5.

Pembersihan lingkungan ruang isolasi selama ditempati dan sesudah pasien pindah atau pulang

6.

Edukasi bagi pengunjung dan pasien ruang isolasi

7.

Penanganan pasien dengan penularan melalui udara bila tidak memiliki ruangan tekanan negative

8.

Edukasi staf tentang penanganan pasien infeksi

9.

Penempatan pasien berdasarkan penularan melalui udara,melalui droplet dan Kontak bersama pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama (Kohort)

10. Penanganan pasien menular sementara ruang isolasi belum tersedia 11. Pemindahan pasien dari ruang isolasi 12. Penanganan specimen 13. Kesehatan profesi

3

BAB III TATA LAKSANA

Pasien-pasien dengan infeksi penularan melalui udara harus dirawat di ruangan khusus tersendiri dengan tekanan negatif atau secara kohort pada ruang isolasi penularan melalui udara (airborne), karena pasien tersebut merupakan sumber penyakit yang dapat menyebarkan mikroba ke lingkungan sekitar dan bertahan lama di udara. Sementara pasien yang mempunyai penyakit yang menyebabkan imunitas yang rendah atau dengan keadaan imunitas rendah atau imunosupresi harus ditempatkan di ruang isolasi dengan tekanan positif karena pasien tersebut sangat berisiko tertular infeksi dari pasien lain, petugas, pengunjung, maupun lingkungan dengan berbagai macam jalur trasmisi. Skrining pasien dilakukan mulai pasien datang ke Instalasi RawatJalan (IRJ), Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Pelayanan Khusus (Poliklinik DOTS). Semua pasien dengan gejala-gejala batuk kronik lebih dari 2 minggu atau batuk darah langsung diberikan masker bedah.

A. Standar Ruang Isolasi 1.

Ruang Isolasi penularan melalui udara a.

Desain ruang isolasi penularan melalui udara dilengkapi dengan ruang antara (anteroom)

b.

Kamar isolasi penularan melalui udara bertekanan negatif, menggunakan ventilasi alamiah dengan cara jendela dibuka ke arah luar gedung, dipasang kipas angin dinding, angin diarahkan ke jendela

c.

Standar pintu kamar isolasi harus kedap terhadap pertukaran udara dan pintu kearah dalam (2 buah) di ruang antara harus selalu tertutup dan dipasang door closer.

d.

Harus dilakukan evaluasi aliran udara secara berkala dalam ruang isolasi dengan tes asap/Tissu/pita

4

e.

Pasien dengan penyakit yang sama ditempatkan dalam satu kamar (kohorting).

2. Standar pintu kamar isolasi harus kedap terhadap pertukaran udara dan pintu kearah dalam (2 buah) di ruang antara harus selalu tertutup dan dipasang door closer. 3.

Harus dilakukan evaluasi aliran udara secara berkala.

B. Kriteria pasien masuk dan keluar kamar lsolasl Airbone/penularan melalui udara. 1. Kriteria masuk : -

Penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus varicella zoster

-

Penyakit campak yang disebabkan oleh virus measles (rubella)

-

Diagnosa tersebut ditegakkan di IGD/IRJ oleh dokter yang bertugas dan atau telah dikonfirmasikan ke dokter konsulen penanggung jawab pasien dan berkolaborasi dengan Tim TB di RSU Pindad.

-

Pasien dengan TB paru masuk kamar isolasi tekanan negatif apabila hasil BTA positif dan negative karena tidak ada fasilitas dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan.

2. Kriteria keluar : Kasus cacar air dan campak dapat keluar dari kamar isolasi setelah kondisi umum mengalami perbaikan, sesuai advis DPJP.

3. Petugas yang berwenang Petugas berwenang menentukan pasien dirawat di kamar isolasi atau keluar kamar isolasi adalah dokter penanggung jawab pasien (DPJP).

5

4. Tatalaksana kamar isolasi a.

Pencegahan kontaminasi silang a. Lakukan kebersihan tangan sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, sesudah kontak dengan pasien, sesudah terkena cairan tubuh pasien, sesudah meninggalkan lingkungan pasien, segera setelah melepas Alat Pelindung Diri (APD). b. Tanda

peringatan

kewaspadaan

standar

berdasarkan

transmisi harus terpasang di pintu masuk ruang isolasi. b.

Penggunaan APD di ruang isolasi APD yang digunakan adalah sesuai dengan APD untuk mencegah penularan infeksi melalui udara, yaitu: a. Petugas dan pengunjung menggunakan masker N95 b. Bila pasien keluar kamar isolasi menggunakan masker bedah

c.

APD yang lain digunakan sesuai dengan risiko pajanan.

d.

Perlengkapan APD diletakkan di ruang antara (anteroom)

e.

APD harus digunakan dalam konteks strategi dan rekomendasi pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan kewaspadaan standar, kontak, droplet dan udara.

f.

Penggunaan kembali perlengkapan APD sekali pakai harus dihindari.

g.

Pemilihan APD harus sesuai dengan perkiraan risiko terjadi pajanan. Perkirakan risiko terpajan cairan tubuh atau area terkontaminasi

sebelum

melakukan

kegiatan

perawatan

kesehatan. h.

Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, yaitu sebelum memasuki

ruangan.

Gunakan

dengan

hati-hati

,jangan

menyebarkan kontaminasi. i.

Tangan harus selalu dibersihkan meskipun menggunakan APD. Lepas dan ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang dapat digunakan kembali, APD yang sudah rusak atau sobek segera

6

buang setelah anda mengetahui APD tersebut tidak berfungsi optimal. j.

Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai memberikan pelayanan dan hindari kontaminasi : a. Lingkungan di luar ruang isolasi b. Para pasien atau pekerja lain. c. Diri anda sendiri

k.

Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera lakukan hand hygiene.

l.

Penggunaan sarung tangan Pencegahan kontaminasi tangan personil kesehatan ketika : a. Mengantisipasi kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh, selaput lendir. b. Lepas sarung tangan dengan benar untuk mencegah kontaminasi tangan. c. Lakukan kebersihan tangan segera setelah melepaskan sarung tangan.

m.

Penggunaan Masker a. Masker

efisiensi

tinggi

(N

95)

direkomendasikan

bila

penyaringan udara dianggap penting (misalnya kasus Flu Burungatau SARS) dan TB Paru. Lakukan fit test setiap saat sebelum memakai masker efisiensi tinggi b. Masker bedah harus terpasang erat di wajah menutupi hidung dan mulut pemakai,dan harus segera dilepas setelah dipakai. c. Bila masker basah atau kotor terkena secret harus segera di ganti. n.

Gaun Pelindung a.

Penggunaan

gaun

pelindung

harus

diutamakan

untuk

pelaksanaan prosedur yang menimbulkan aerosol yang berkaitan dengan risiko penularan patogen dan untuk kegiatan yang berdekatan dengan pasien atau bila ada kemungkinan seringnya kontak langsung dengan pasien.

7

b.

Bila gaun pelindung tidak mencukupi, gaun pelindung petugas kesehatan bisa di pakai untuk pelayanan lebih dari satu pasien diruang rawat gabungan saja, dan bila gaun pelindung tidak bersentuhan langsung dengan pasien.

o.

Pelindung mata a.

Kacamata biasa tidak dirancang untuk perlindungan percikan terhadap mukosa mata dan tidak boleh digunakan sebagai pelindung mata.

b.

Alat pelindung mata yang dapat dipakai ulang bisa digunakan (google faceshield), dan harus dibersihkan dan didekontaminasi dengan benar setelah digunakan sesuai dengan petunjuk.

c.

Pembersihan harus dilakukan sebelum desinfeksi.

5. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen. a.

Bila peralatan digunakan kembali, ikuti prosedur umum desinfeksi dan sterilisasi sesuai dengan jenis penggunaannya (kritikal, semi kritikal, dan non kritikal).

b.

Peralatan makan dan minum pasien dicuci menggunakan air panas, larutan desinfektan dan detergen.

c.

Perlengkapan sekali pakai harus dibuang sebagai limbah.

d.

Semua linen bekas pakai dari ruang isolasi yang tidak terpapar cairan tubuh pasien dikelola sebagai linen noninfeksius dan linen yang terpapar cairan tubuh dikelola sebagai linen infeksius.

e.

Jangan melakukan pemilahan linen di tempat perawatan pasien, manipulasi

minimal

dan

jangan

mengibas-ibaskan

untuk

menghindari kontaminasi udara dan orang. f.

Semua

petugas

digunakan

dan

kewaspadaan

yang

menangani

linen

bekas

standar

dan

peralatan

pakai

harus

membersihkan

yang

sudah

menerapkan

tangan

setelah

memakai APD.

8

6. Pembersihan lingkungan kamar isolasi selama ditempati pasien dan sesudah pasien pindah atau pulang. a.

Bersihkan terlebih dahulu cairan tubuh pasien (ekskresi, sekresi pasien, kotoran, noda,dll) dengan menggunakan deterjen dan air sebelum dilakukan desinfeksi.

b.

Setelah dibersihkan dengan deterjen dan air dilap dengan larutan sodium hipochlorit /klorin 0,5 % atau alcohol95 %

c.

Permukaan horizontal di ruang isolasi, terutama tempat tidur dan barang yang sering disentuh oleh pasien harus dibersihkan setiap hari dan setelah pasien meninggalkan rumah sakit.

d.

Hindari pembersihan aerosolisasi patogen, harus dilakukan pembersihan lembab, jangan menggunakan pembersihan kering atau menyapu.

e.

Peralatan yang digunakan untuk pembersihan dan desinfeksi harus dibersihkan dan dikeringkan setelah digunakan.

f.

Untuk

mempermudah

pembersihan

setiap

hari,

singkirkan

persediaan dan peralatan yang tidak perlu dari lokasi disekitar pasien. g.

Petugas yang membersihkan kamar isolasi pasien menular melalui udara harus menggunakan sarung tangan rumah tangga dan masker N 95.

7. Edukasi bagi pengunjung dan pasien ruang isolasi. a.

Pengunjung harus menggunkan APD sesuai standar difasilitas pelayanan

dan

harus

diberi

petunjuk

mengenai

cara

penggunaannya serta mengenai praktek kebersihan tangan sebelum memasuki ruang isolasi. b.

Pemberian informasi tentang kewaspadaan standar, kebersihan tangan, etika batuk, dan strategi pencegah infeksi rutin lainnya disediakan pada saat pasien masuk RS.

9

c.

Penyediaan informasi dalam bentuk pamflet, dan materi cetakan lainnya yang mencakup informasi tentang dasar pemikiran pencegahan infeksi.

d.

Pendidikan kesehatan rumah sakit terhadap pengunjung dan pasien ruang isolasi secara rutin dan terjadwal.

8. Penanganan pasien dengan penularan airborne bila tidak tersedia ruang tekanan negatif. a.

Tempatkan pasien di ruang terpisah yang berventilasi baik.

b.

Tempat ataua Kamar harus terletak di tempat yang jelas terpisah dari tempat perawatan pasien lainnya.

c.

Prosedur yang menimbulkan aerosol yang berkaitan dengan penularan patogen harus dilakukan menggunakan APD yang sesuai pencegahan patogen yang ditularkan melalui udara.

d.

Bila ada pasien di IGD petugas menggunakan APD dan pasien diberikan masker bedah.

9. Edukasi staf tentang penanganan pasien infeksi. a.

Pelatihan tentang penanganan infeksi diberikan kepada semua petugas yang memiliki kesempatan untuk kontak dengan pasien ataupun peralatan medis.

b.

Petugas harus mendapatkan pelatihan yang sesuai mengenai penggunaan APD.

c.

Edukasi secara in house training dapat berupa aspek klinis maupun aspek manajemen program. a.

Pelatihan dasar 1) Pelatihan penuh, seluruh materi diberikan. 2) Pelatihan ulangan (refresing), pelatihan formal yang dilakukanterhadap

peserta

yang

telah

mengikuti

pelatihan sebelumnya tetapi masih ditemukan banyak masalah dalam kinerjanya, dan tidak cukup hanya dilakukan melalui supervisi. Materi yang diberikan

10

disesuaikan dengan kompetensi yang ditemukan, tidak seluruh materi diberikan seperti pada pelatihan penuh. 3) Pelatihan penyegaran, pelatihan formal yang dilakukan terhadap

peserta

yang

telah

mengikuti

pelatihan

sebelumnya minimal 5 tahun atau ada update materi. b.

Pelatihan

lanjutan

pelatihan

untuk

(continued

training/advancedtraining)

mendapatkan

pengetahuan

dan

keterampilan program yang lebih tinggi. d.

Materi Pelatihan dan metode pembelajaran. Materi yang akan dipelajari dalam pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan program dan tugas peserta

e.

Evaluasi Pelatihan Evaluasi harus dilakukan

secara sistematis dalam

setiap

pelatihan dengan tujuan untuk: a.

Mengetahui apakah tujuan pelatihan telah tercapai atau tidak

b.

Mengetahui

mutu

pelatihan

yang

dilaksanakan

dan

meningkatkan mutu pelatihan yang akan datang. f.

Evaluasi Paska Pelatihan. Kegiatan yang sistematis untuk meningkatkan kinerja petugas yang mengetahui tingkat pengetahuan,keterampilan, sikap dan motivasi petugas dalam bekerja.

10. Penempatan pasien. a.

Air borne precautions. Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang memiliki syarat sebagai berikut: a.

Bertekanan

udara

negatif

dibanding

dengan

ruangan

sekitarnya. b.

Minimal 12 kali pergantian udara perjam.

c.

Memiliki saluran pengeluaran udara kelingkungan yang memandai.

d.

Pintu kearah dalam harus selalu tertutup.

11

e.

Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien bersama

pasien

lain

yang

terinfeksi

aktif

dengan

mikroorganisme yang sama (Kohort). b.

Droplet precautions : a.

Tempatkan pasien dikamar sendiri

b.

Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama tetapi tidak boleh dengan infeksi yang berbeda.

c.

Bila

tidak tersedia kamar tersendiri dan tidak

ingin

menggabungkan dengan pasien lain,maka pisahkan dengan jarak sedikitnya 1meter dengan pasien lainnya. d.

Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi khusus dan pintu boleh tetap terbuka.

c.

Kontak precautions : a.

Tempatkan pasien di kamar tersendiri

b.

Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama tetapi tidak boleh dengan infeksi yang berbeda.

c.

Bila tidak tersedia tersendiri dan penggabungan dengan pasien

lain

tidak

diinginkan,

pertimbangkan

sifat

epidemiologi mikroorganisme dan populasi pasien saat menempatkan pasein.

11. Penanganan sementara pada pasien dengan penyakit menular sementara ruang isolasi kontak

yang tersedia (isolasi droplet dan

isolasi airbone belum tersedia di RSU Pindad). a.

Tempatkan pasien diruang untuk satu pasien dengan ventilasi yang memadai.

b.

Bila memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak terpisah minimal 1 meter dari pasien lainnya.

12

c.

Gabungkan (kohorting) pasien-pasien yang didiagnosis penyebab penyakitnya sama.

d.

Lakukan pengendalian sumber infeksi pada pasien saat batuk dan

pembersihan

tangan

setelah

kontak

dengan

sekresi

pemafasan.

12. Pemindahan Pasien Petugas yang memindahkan

pasien dengan penyakit

menular

melalui udara menggunakan masker N95, sedangkan pasiennya menggunakan masker bedah. Sedangkan APD yang digunakan untuk memindahkan pasien dengan penyakit menular melalui droplet, baik pasien maupun petugas menggunakan masker bedah. Tempat penerimaan harus diberitahu sesegera mungkin sebelum kedatangan pasien mengenai diagnosis pasien tersebut serta kewaspadaan yang diperlukan. a.

Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar khusus yang tersedia hanya untuk hal yang sangat penting saja.

b.

Bila

dibutuhkan

pemindahan

dan

transportasi,

perkecil

penyebaran droplet dengan memakai makser bedah pada pasien. c.

Gunakan jalur transport yang mengurangi pajanan staf, pasein lain dan pengunjung.

d.

Bila

dibutuhkan

pemindahan

dan

transportasi,

pastikan

kewaspadaan tetap terjaga.

13. Penanganan spesimen a.

Petugas kesehatan yang mengambil spesimen dari pasien harus mengenakan APD sesuai kewaspadaan standar.

b.

Spesimen yang akan dibawa harus dimasukan kantong spesimen anti bocor (kantong plastik specimen biohazard)

13

c.

Formulir permintaan harus menyatakan dengan jelas"Suspek Infeksi airbone" yang dapat menimbulkan kekhawatiran dan laboratorium harus diinformasikan bahwa spesimen tersebut sedang dalam perjalanan.

14. Kesehatan Profesi a.

Petugas kesehatan yang berisiko tinggi mengalami komplikasi (wanita hamil, daya tahan tubuh rendah dan orang yang mengalami penyakit jantung, paru, atau pernafasan) sebaiknya diberikan informasi medisdan dibebastugaskan/ dipindahkan ke tempat yang resiko rendah.

b.

Pemantauan kesehatan petugas khususnya yangmemberikan pelayanan kepada pasien penularan airbone yang menimbulkan kekhawatiran dengan pelaporan diri oleh petugas kesehatan yang memperlihatkan gejala.

c.

Berikan akses segera untuk mendapatkan diagnosis, konsultasi dan perawatan.

14

BAB IV DOKUMENTASI

a.

Diagnosa pasien yang masuk ke kamar isolasi tercantum dalam rekam medis pasien.

b.

Kondisi pasien keluar Kamar Isolasi/pasien ditransfer ke ruang lain didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

c.

Informasi dan edukasi bagi pengunjung dan pasien kamar isolasi dalam bentuk leaflet, banner dan lain-lain.

d.

Kegiatan PPI dalam penatalaksanaan Kamar Isolasi, meliputi : -

Edukasi hand hygiene

-

Penggunaan APD

-

Penatalaksanaan Limbah

-

Perawatan Peralatan Pasien

-

Manajemen Linen

Dipantau setiap bulan dan didokumentasikan dalam bentuk laporan kegiatan PPI.

Ditetapkan di : Malang Pada tanggal : ……… 2019 RUMAH SAKIT UMUM PINDAD DIREKTUR

dr Saji Purboretno

15

Related Documents

Panduan Ruang Isolasi.docx
December 2019 15
Panduan
June 2020 44
Panduan
October 2019 76

More Documents from "Nana Andriana Atmojoe"