Panduan Ruang Isolasi.docx

  • Uploaded by: Adra
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Ruang Isolasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,933
  • Pages: 27
PANDUAN RUANG ISOLASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 2015

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat – Nya buku panduan Ruang Isolasi telah selesai disusun. Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu, terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis, dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan. Penularan penyakit dapat melalui droplet, airbone, dan kontak. Untuk mencegah terjadinya penularan dari petugas ke atau dari pasien ke petugas, maka petugas harus memahami cara memutus mata rantai penularan dan memakai alat pelindung diri dengan benar sesuai ketentuan. Buku Panduan Ruang Isolasi RSUD Ambarawa ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Ruang Isolasi di RSUD Ambarawa. Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini. Semoga upaya kita mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridho dari Allah SWT Amin.

Ambarawa, 1 Oktober 2015 Penyusun

ii

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA Jl. Kartini No 101 Telp (0298) 591022 Fax (0298) 591866 Email : [email protected] AMBARAWA - 50611

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA NOMOR : 800/2058a/2015 TENTANG PANDUAN RUANG ISOLASI

Disusun Oleh :

dr. Andriani Tri S, Sp. PK, MSc. NIP. 19800715 200801 2 016 Disetujui Oleh :

Dra. Sri Suwanti NIP. 19650818 199101 2 001

Ditetapkan Oleh :

dr. Rini Susilowati, M.Kes, MM NIP. 19610506 198910 2 001

iii

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA Jl. Kartini No 101 Telp (0298) 591022 Fax (0298) 591866 Email : [email protected] AMBARAWA - 50611

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA NOMOR : 800/2058a/2015 TENTANG PANDUAN RUANG ISOLASI DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG, Menimbang

: a. bahwa dalam upaya Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Nosokomial; b. bahwa agar buku panduan ruang isolasi digunakan sebagai panduan dalam upaya pencegahan infeksi di RSUD Ambarawa; c. bahwa untuk maksud tersebut diatas, perlu ditetapkan dan disahkan dalam surat keputusan.

Mengingat

: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 270/MENKES/SK/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;. 4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 382/MENKES/SK/III/2007 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;

MEMUTUSKAN : Menetapkan : KESATU : Mengesahkan dan menetapkan Panduan Ruang Isolasi sebagaimana terlampir dalam surat Keputusan ini, untuk digunakan sebagai panduan di Ruang Isolasi RSUD Ambarawa. KEDUA

: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai diadakan pencabutan kembali.

KETIGA

: Apabila dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal iv

yang perlu perbaikan mestinya.

disempurnakan, akan diadakan dan penyesuaian sebagaimana

Ditetapkan di : Ambarawa pada tanggal : 1 Oktober 2015 DIREKTUR RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG,

RINI SUSILOWATI

v

Daftar Isi DEFINISI ............................................................................................................................ 1 RUANG LINGKUP .............................................................................................................. 3 TATA LAKSANA ................................................................................................................. 4 A.

PENGELOLAAN PASIEN BERDASARKAN TRANSMISI............................................. 4

B.

SYARAT-SYARAT RUANG ISOLASI ......................................................................... 9

C.

TEKANAN UDARA RUANG ISOLASI ..................................................................... 10

D.

PENGATURAN DI RUANG ISOLASI ...................................................................... 11

E.

PENGELOLAAN LIMBAH DI RUANG ISOLASI ....................................................... 14

F.

UNIVERSAL PRECAUTION YANG DITERAPKAN DI RUANG ISOLASI .................... 15

G.

PERAN PERAWAT YANG DAPAT DITERAPKAN DI RUANG ISOLASI ..................... 16

H.

MEKANISME PENGGUNAAN RUANG ISOLASI .................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 21

vi

BAB I DEFINISI 1. Ruang Isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan. 2. Ruang Isolasi adalah tempat yang mampu merawat pasien yang memerlukan preawatan isolasi mulai pemeriksaan awal sampai perawatan lanjutan dan terintegrasi semua aspek pelayanan dalam satu tempat (satu pintu) serta mampu menciptakan lingkungan

yang

aman

dari

kontaminasi

bagi

seluruh

komponen 3. Ruang Isolasi adalah suatu ruangan perawatan yang mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.Pada umumnya, ruang isolasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu tekanan udara negatif (Negative Pressure) dimana tekanan

udara

areadisekitarnya mudah

di untuk

ruang

isolasi

mencegah

mengkontaminasi

negatif

terhadap

penyakit-penyakit

seperti,tuberculosis,

cacar

yang air

(varicella), herpes zoster, dan measles (rubella), sedangkan pasienyang memiliki sistem imun yang lemah seperti pada pasien HIV dan pasien yangmendapat transplantasi sumsum tulang belakang (Bone Marrow Transplant)menggunakan ruang isolasi

dengan

tekanan

udara

positif

(Positive

Pressure)

dimanatekanan udara di ruang isolasi positif terhadap area sekitarnya untuk melindungi pasiendari kontaminasi luar. 4. Ruang Isolasi adalah adalah ruang di rumah sakit yang khusus menjaga pasien dengan kondisi medis tertentu yang terpisah

1

dari pasien lain saat mereka menerima perawatanmedis (Sabra L. Katz-Wise, 2006). 5. Ruang Isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan penyakit risiko yang dapat ditularkan pada orang

lain

seperti

penyakit-penyakit

infeksi

antara

lain

HIV/AIDS, SARS, Flu Burung, Flu Babi, dan lain-lain (Depkes RI).

2

BAB II RUANG LINGKUP Ruang lingkup Ruang Isolasi meliputi : 1.

Pasien yang penularannya melalui airborne;

2.

Pasien dengan daya tahan tubuh rendah (immunosupressed);

3.

Pasien yang penularannya melalui contact;

4.

IPCN (Perawat Pengendali Infeksi);

5.

Petugas Ruang Isolasi;

6.

Petugas PSRS;

7.

Petugas Kebersihan;

8.

Petugas Pendaftaran;

9.

Petugas IGD;

10. Petugas Poliklinik; 11. Petugas Radiologi; 12. Petugas Keamanan (Satpam); 13. Petugas Kendaraan (Driver).

3

BAB III TATA LAKSANA

A. PENGELOLAAN PASIEN BERDASARKAN TRANSMISI 1. Kewaspadaan Transmisi Kontak Merupakan cara transmisi penting dan tersering menimbulkan infeksi di rumah sakit. Ditujukan untuk menurunkan risiko transmisi mikroba secara epidemiologi yang ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak langsung. 

Kontak langsung meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang rentan/petugas dengan kulit pasien yang terinfeksi atau kolonisasi.



Kontak tidak langsung terjadi kontak antara orang yang rentan

dengan

mikroba

benda

infeksius

di

yang

terkontaminasi

lingkungan,

dengan

instrumen

yang

terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan belum cuci tangan atau sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan melalui mainan anak.Disamping itu juga kontak dengan cairan sekresi pasien terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas atau benda-benda di lingkungan pasien. Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, telinga, mulut saat masih memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan. Hindari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak berhubungan dengan peralatan perawatan pasien, misalnya : pegangan pintu, tombol lampu, telepon, dll. 2. Kewaspadaan Transmisi Droplet Merupakan kewaspadaan droplet diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien dengan infeksi

yang

sudah

diketahui

atau suspek

mengidap

mikroba yang dapat ditransmisikan melalui droplet (>5µm). 4

Droplet yang besar terlalu berat untuk melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak konjungtiva atau mucus membrane hidung/mulut, orang rentan dengan droplet partikel besar mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau carrier yang dikeluarkan saat batuk, bersin,

muntah,

bicara

selama

prosedur

suction.

Dibutuhkan jarak dekat antara sumber dan resipien < 1m, karena droplet tidak bertahan di udara maka tidak dibutuhkan penanganan khusus udara atau ventilasi, misalnya Adenovirus.Transmisi droplet, dimana droplet mencapai mukus membran atau terinhalasi. Transmisi

droplet

ke

kontak,

yaitu

droplet

mengkontaminasi permukaan tangan dan ditransmisikan ke sisi lain, misalnya mukosa membran.Transmisi jenis ini lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misalnyaCommoncold,

Respiratory

Syncitial

Virus(RSV).

Transmisi jenis ini dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi kardiopulmoner. 3. Kewaspadaan

Transmisi

Melalui

Udara

(Airborne

Precautions) Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien yang diduga atau telah diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan ditransmisikan melalui jalur udara. Seperti misalnya transmisi partikel terinhalasi (varicella zoster) langsung melalui udara. Kewaspadaan Transmisi melalui airborne ditujukan untuk

menurunkan

risiko

transmisi

udara

mikroba

penyebab infeksi baik yang ditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5µ evaporasi dari droplet yang bertahan

lama

di

udara)

atau

partikel

debu

yang

mengandung mikroba penyebab infeksi. Mikroba tersebut 5

akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber, dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor lingkungan, misalnya penanganan udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit terkontaminasi(S. aureus).

Penempatan Pasien

Kontak

Droplet

Udara/Airborne

Tempatkan di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi pasien. Bicarakan dengan petugas PPI. (kategori I B) Tempatkan dengan jarak > 1 meter antar TT. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain (kategori I B)

Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting. Bila keduanya tidak mungkin, buat pemisah dengan jarak > 1 meter antar TT dan jarak dengan pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi. (kategori I B)

Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai : 1.Tekanan negatif 2.Pertahankan udara 6 – 12 x / jam. 3.Pengeluaran udara terfiltrasi sebelum udara mengalir ke ruang atau tempat lain di RS. Usahakan pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting) dengan jarak > 1 meter. Konsultasikan dengan petugas PPIRS sebelum menempatkan pasien bila tidak ada ruang

6

Kontak

Droplet

Udara/Airborne isolasi dan kohorting tidak memungkinkan (kategori I B).

Transport Pasien

Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal transmisi ke pasien lain atau lingkungan. (kategori I B)

Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker pada pasien (kategori I B) dan menerapkan hygiene respisari/etika batuk.

Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah menyebarnya droplet nuklei. (kategori I B)

APD Petugas

Sarung Tangan dan Cuci Tangan Memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk ke ruang pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain), lepaskan sarung tangansebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan dengan antiseptik. (kategori I B)

Masker Pakailah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien (kategori I B), saat kontak erat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut, dipakai saat memasuk ruang rawat pasien dengan infeksi saluran napas.

Perlindungan Saluran Napas Kenakan masker respirator (N95/Kategori N pada efisiensi 95%) saat masuk ruang pasien atau suspek TB paru. Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacar air, kecuali petugas yang telah imun. Bila terpaksa harus masuk, maka harus mengenakan masker respirator untuk pencegahan. Orang yang

7

Kontak Droplet Gaun Pakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan diare pasien, ileostomy, colostomy, luka terbakar. Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain. (kategori I B)

Udara/Airborne telah pernah sakit campak atau cacar air tidak perlu memakai masker. (kategori I B) Masker Bedah/ Prosedur (min) Sarung Tangan Gaun Goggle Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol.

Apron Bila gaun permeable, untuk mengurangi penetrasi cairan, tidak dipakai sendiri. Peralatan untuk Perawatan Pasien

Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1 (satu) pasien atau pasien dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan dan desinfeksi sebelum dipakai untuk pasien 8

Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak bergerak jarak jauh.

Transmisi pada TB Sesuai pedoman TB CDC “Guideline for Preventing of Tuberculosis in Healthcare Facilities”

Kontak Droplet lain. (kategori I B) B.pertussis, SARS, RSV MDRO, MRSA, influenza, VRSA, VISA, Adenovirus, VRE, MDRSP Rhinovirus, (Strep N.meningitis, Pneumoniae) Streptococ group A, Virus Herpes Mycoplasma simplex, SARS, pneumoniae. RSV (indirek mel mainan), S. aureus, MDRO, VRE, C. difficile, P. aeruginosa, Influenza, Norovirus (juga makanan dan air).

Udara/Airborne MTB (obligat airborne) campak, cacar air (kombinasi transmisi) Norovirus (partikel feses, vornitus), Rotavirus melalui partikel kecil aerosol.

Tabel 1 : Tabel Kewaspadaan Berbasis Transmisi

B. SYARAT-SYARAT RUANG ISOLASI 1. Pencahayaan Sesuai

Kepmenkes

Nomor

1204/Menkes/SK/X/2004,

intensitas cahaya untuk ruang isolasi adalah 0,1 ± 0,5 lux dengan warna cahaya biru. Selain itu ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup. 2. Pengaturan Sirkulasi Udara Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip tekanan, yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

9

Gambar 1 : Isolation Rooms & Pressurization Control C. TEKANAN UDARA RUANG ISOLASI 1. Ruang Isolasi Bertekanan Negatif Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi lebih rendahdibandingkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar dari ruangan isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dariruang isolasi. Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit- penyakit menular khususnya yang menular melalui udara sehingga kumankuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar. Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasidengan HEPA

Gambar 2 : Negative Pressure Isolation Room 2. Ruang Isolasi Bertekanan Positif Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggidibandingkan udara luar sehingga 10

mennyebabkan terjadi perpindahan udara daridalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yangmasuk ke ruangan isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak terkontaminasi olehudara luar. Ruang isolasi bertekanan positif ini digunakan untuk penyakitpenyakitimmunodeficiency seperti HIV AIDS atau pasienpasien

transplantasi

sumsumtulang.Untuk

memperoleh

udara di ruang isolasi sehingga menghasilkan tekanan positif di

ruang

isolasi

digunakan

udara

luar

yang

sebelumnya telah disterilisasi terlebihdahulu.

Gambar 3 : Positive Pressure Isolation Room

Gambar 4 : Pressurization Control in Buildings 3. Ruang Isolasi Standar Ruang isolasi yang digunakan untuk pasien yang penularannya melalui kontak atau droplet.

11

D. PENGATURAN DI RUANG ISOLASI 1. Ruang Isolasi a. Ruangan Syarat-syarat ruang steril : 

Luas ruangan minimal 4x5 m2, terdiri dari 2 ruangan yang dipisahkan denganpintu penghubung.Ruang I untuk tidur pasien, sedangkan ruang ke II untuk ruang persiapan tenaga medis sebelum memasuki ruang pertama ( anteroom);



Maksimal angka hitung kuman/m3 adalah 1;



Pada masing-masing ruang tersedia air bersih yang mengalir ;



Tenaga medis yang bertugas wajib menggunakan topi, masker, gaun, sarung tangan, sepatu tertutup;

b. Pembersihan Ruangan 

Dilakukan setelah pasien pulang/pindah



Bed

dan

perlengkapan

dibersihkan

dengan

menggunakan larutan chlorin 0,5%. c. Kultur Ruangan 

Kultur ruangan dilakukan tiap 6 bulan sekali dan diukur partikel udaranya;



Sampel kultur yang diperlukan :  Kultur Udara ;  Kultur Dinding ;  Kultur Lantai ;  Kultur Air ;  Kultur Alat-alat Kesehatan.

2. Petugas a. Jumlah Petugas Kebutuhan

tenaga

perawat

disesuaikan

dengan

kapasitas tempat tidur. b. Kriteria Petugas 

Mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam merawat pasien dengan imunitas menurun; 12



Harus melaksanakan prinsip-prinsip kesterilan dan displin;



Perhatian dan mau mendengarkan keluhan pasien;

c. Syarat-syarat Petugas 

Petugas kamar steril harus melakukan prinsip-prinsip kesterilan;



Tidak diperbolehkan memakai perhiasan (cincin);



Cuci tangan dengan antiseptik;



Setiap keluar masuk ruangan penderita harus cuci tangan dengan antiseptik pada air yang mengalir;



Bila masuk koridor steril, gunakan penutup kaki dan jas drill;



Dilarang keluar masuk ke dalam kamar pasien yang lain, kecuali dalam keadaan darurat;



Petugas

yang

sedang

sakit

tidak

boleh

masuk

ruangan pasien; 

Alat- alat tulis seperti pulpen, dokumen medik, surat konsul, dan lain-lain tidak diperkenankan keluar masuk koridor;



Setiap

petugas

yang

menolong

pasien

harus

menggunakan sarung tangan steril ( apabila ada kontak dengan cairan tubuh pasien,atau mukosa yang terbuka). 

Setiap masuk ke kamar pasien pakai jubah (jas drill) steril yang telah disediakan bila diperlukan.

3. Pasien a. Indikasi pasien masuk ruang isolasi imunitas menurun adalah : 

Pasien yang akan dilakukan kemoterapi agresif;



Pasien leukimia



Pasien HIV/AIDS.

b. Hal-hal yang perlu dijelaskan pada pasien dan keluarga : 

Tujuan, lamanya pengobatan, efek samping;



Kondisi dan situasi ruangan;



Kegiatan rutin; 13



Kebersihan ruangan;



Biaya;



Surat Ijin Tindakan.

E. PENGELOLAAN LIMBAH DI RUANG ISOLASI Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan pengelolaanlimbah infeksius yang umumnya terdiri

dari

penimbunan,

penampungan, pengangkutan,

pengolahan dan pembuangan. 1. Penimbunan (Pemisahan dan Pengurangan) Proses pemilahan sama dengan pengelolaan sampah infeksius di ruang perawatan umum. Sampah dipisahkan sejak dari sumber penghasil sampah. 2. Penampungan Penampungan

sampah

ini

dalam

wadah

yang

memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak boleh lebih dari ¾ bagian.Penampungan dalam pengelolaan

sampah

infeksius

standarisasi

kantong

dan

dilakukan

kontainer

perlakuan

seperti

dengan

menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 dimana

kantong

berwarna

kuning

dengan

lambang

biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, dan kantong berwarna hitamuntuk sampah non infeksius. 3. Pengangkutan Pengangkutan

dibedakan

menjadi

dua

yaitu

pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal

dari

titik

tempat penampungan

penampungan

sementara.

Dalam

awal

ke

pengangkutan

internal biasanya digunakan kereta dorong tertutup dan dibersihkan

secara

berkala 14

serta

petugas

pengambil

sampah.

Dalam

pengangkutan

sampah

petugas

menggunakan APD yang lengkap .Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah ( terutama infeksius ) dari tempat penampungan sementara ke incenerator pihak ke tiga ( PT. Medivest ).Pengangkutan sampah infeksius diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor. 4. Pengolahan dan Pembuangan Metoda

yang

digunakan

untuk

mengolah

dan

membuang sampah infeksius tergantung pada faktor-faktor khusus

yang

sesuai

dengan

pihak

yang

berkaitan

dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Di RSUD Ambarawa pengolahan dan pembuangan sampah infekius dikerjakan oleh pihak ke 3.

F. UNIVERSAL PRECAUTION YANG DITERAPKAN DI RUANG ISOLASI Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi

risiko

penyebaran

infeksi

dan

didasarkan

pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasaldari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Secara garis besar, standar kewaspadaan universal di ruang isolasi antara lain:  Cuci tangan;  Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membranmukosa;  Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkinmemercik;  Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air;  Tangani jarum dan benda tajam dengan aman; 15

 Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air;  Proses instrumen dengan benar;  Lakukan pengelolaan limbah dengan benar;  Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama;  Buang sampah terkontaminasi dengan aman;  Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam kondisi steril dan siap pakai dengan cara dekontaminasi,

pencucian

alat,

dan

desinfeksi

dansterilisasi. Penerapan Universal Precaution meliputi :  Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) Penggunaan APD berfungsi untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas maupun pengunjung dari risiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta kulityang tidak utuh dan selaput lendir pasien.  Penatalaksanaan Ruang Rawat 

Lakukan pembersihan dengan menggunakan cairan detergen dan dilanjutkan dengan larutan chlorin 0,5 % seluruh permukaan ruangan sebelum pergantian pasien;



Pembersihan

dilakukan

dengan

menggunakan

APD

lengkap;.  Penatalaksanaan Ambulan 

Ambulan

pembawa

pasien

dilakukan

pembersihan

dengan semprotan larutan chlorin 0,5 %;

G. PERAN PERAWAT YANG DAPAT DITERAPKAN DI RUANG ISOLASI Perawat di ruang isolasi berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial (baik dari pasienke petugas maupun dari pasien

ke

pasien

lainnya)

precaution melalui :

16

dengan

penerapan

universal

a. Administrative Controls 

Pendidikan Mengembangkan tindakan

pencegahan

sistem

pendidikan

tentang

kepada

pasien, petugas,

dan

pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam menjalankannya. 

Adherence to Precaution (Ketaatan terhadap tindakan pencegahan) Secara periodik menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya perbaikan langsung.

b. Standard Precautions Standard Precaution yang diterapkan meliputi : 

Cuci tangan dengan menggunakan antiseptik setelah berhubungan

dengan

pasienatau

setelah

membuka

sarung tangan; 

Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh;



Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan tubuh atau peralatan yang terkontaminasi dan saat menangani peralatan habis pakai;



Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh;



Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman;



Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok;



Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis;



Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai prosedur;



Buang limbah sesuai prosedur. Pemisahan limbah sesuai jenisnya diawali sejak limbah tersebut dihasilkan;

17

 Limbah padat terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dibuang ketempat sampah kantong plastik kuning;  Limbah padat tidak terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuhdibuangke tempat sampah kantong plastik hitam;  Limbah benda tajam atau jarum dibuang ke kontainer yang tahan tusuk dan tahan air .



Kesehatan karyawan dan darah yang terinfeksi bakteri patogen Untuk mencegah luka tusuk benda tajam:  Berhati-hati saat menangani alat kesehatan dengan permukaan tajam;  Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai atau mernanipulasinyadengan kedua tangan;  Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan jarum;  Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakai ke dalam

wadah

yang

tahantusuk

dan

air,

dan

tempatkan pada area yang mudah dijangkau;  Gunakan

mouthpieces,

ressucitation

bags

atau

peralatan ventilasi lainsebagai alternatif mulut ke mulut

H. MEKANISME PENGGUNAAN RUANG ISOLASI 1. Ruang

Isolasi

diperuntukkan

Bertekanan bagi

pasien

Positif

dengan

(dimodifikasi)

kekebalan

tubuh

menurun agar kuman dari orang atau pasien lain tidak menular ke pasien yang diisolasi dalam ruangan tersebut. 

Penatalaksanaan

Ruang

Isolasi

Bertekanan

Positif

sebagai berikut : a. Apabila menurun

ada

pasien

dengan

daya

(immunocompromised) 18

tahan

tubuh

dan

kasus

hematologi/leukemia, maka pasien dimasukkan di ruang isolasi bertekanan positif; b. APD yang digunakan masker, sarung tangan apabila menangani darah dan cairan tubuh pasien, sepatu tertutup, dan gaun; c. Pembatasan pengunjung; d. Setelah pasien pulang maka bersihkan ruangan dan perabot dengan menggunakan klorin 0,5 %. 2. Ruang Isolasi Bertekanan Negatif diperuntukkan untuk pasien-pasien dengan infeksi tertentu agar kuman dari pasien tidak menular ke orang lain. Ruangan tersebut dilengkapi dengan Exhouse Fan. 

Penatalaksanaan

Ruang

Isolasi

Bertekanan

Negatif

sebagai berikut: a. Digunakan untuk pasien TB Paru Aktif, diphteri, dan penyakit

lainnya

dengan

transmisi

droplet

dan

airborne; b. Pasien diberi masker bedah sejak pasien datang di IGD sampai ditransfer ke Ruang Isolasi; c. Petugas

yang

mentransfer

pasien

tersebut

juga

memakai masker bedah; d. APD yang digunakan di ruang isolasi bertekanan negatif meliputi:  Tidak perlu menggunakan sarung tangan, kecuali kontak dengan darah;  Sepatu tertutup  Memakai Masker Bedah;  Perlu memakai gaun jika pakaian terkontaminasi; 

Apabila pasien sudah pulang, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Bersihkan Exhouse Fan,dilakukan apabila kamar sudah kosong; b. Bersihkan dan dekontaminasi ruangan dengan menggunakan klorin 0,5%;

19

c. Buang

semua

sampah

(selang

Oksigen,

dll)

kedalam tempat sampah infeksius; d. Buang air sisa humidifier, dan cuci tempatnya kemudian pasang kembali dalam keadaan kosong dan sudah bersih dan steril; 3. Ruang Isolasi Kontak diperuntukkan bagi pasien-pasien dengan infeksi tertentu agar kuman dari pasien tidak menular ke oranglain melalui kontak. 

Penatalaksanaan Ruang Isolasi Kontak sebagai berikut: a. Digunakan untuk pasien dengan transmisi kontak seperti Varisela Zoster; b. Petugas

yang

mentransfer

pasien

tersebut

juga

memakai sarung tangan; c. APD yang digunakan di ruang isolasi kontak meliputi:  Menggunakan sarung tangan  Sepatu tertutup  Memakai Masker Bedah jika perlu  Gaun  Hindari menyentuh bagian tubuh kita sebelum cuci tangan d. Apabila

pasien

sudah

pulang,

maka

harus

diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 

Bersihkan bed dan perabot apabila kamar sudah kosong;



Bersihkan dan dekontaminasi ruangan dengan menggunakan klorin 0,5%;



Buang semua sampah infeksius;

20

kedalam tempat sampah

DAFTAR PUSTAKA

1.

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

2.

Pelayanan Kesehatan Lainnya, Depkes RI – Perdalin Pusat, Jakarta, 2011

3.

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosisi di Fasilitas

4.

Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, Jakarta, 2012

5.

Pedoman

Teknis

Bangunan

dan

Prasarana

Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Tingkat 6.

Pertama untuk mencegah infeksi yang ditransmisikan melalui udara ( Airbone

7.

Infection ), Depkes RI – KNCV, Jakarta, 2014

8.

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Depkes RI Direktorat Jenderal

9.

Pemberantasan

Penyakit

Menular

Lingkungan, Jakarta, 2004

21

dan

Penyehatan

Related Documents

Panduan Ruang Isolasi.docx
December 2019 15
Panduan
June 2020 44
Panduan
October 2019 76

More Documents from "Nana Andriana Atmojoe"