PANDUAN RUANG ISOLASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat – Nya buku panduan Ruang Isolasi telah selesai disusun. Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu, terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis, dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan. Penularan penyakit dapat melalui droplet, airbone, dan kontak. Untuk mencegah terjadinya penularan dari petugas ke atau dari pasien ke petugas, maka petugas harus memahami cara memutus mata rantai penularan dan memakai alat pelindung diri dengan benar sesuai ketentuan. Buku Panduan Ruang Isolasi RSUD Ambarawa ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Ruang Isolasi di RSUD Ambarawa. Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini. Semoga upaya kita mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridho dari Allah SWT Amin.
Ambarawa, 1 Oktober 2015 Penyusun
ii
PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA Jl. Kartini No 101 Telp (0298) 591022 Fax (0298) 591866 Email :
[email protected] AMBARAWA - 50611
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA NOMOR : 800/2058a/2015 TENTANG PANDUAN RUANG ISOLASI
Disusun Oleh :
dr. Andriani Tri S, Sp. PK, MSc. NIP. 19800715 200801 2 016 Disetujui Oleh :
Dra. Sri Suwanti NIP. 19650818 199101 2 001
Ditetapkan Oleh :
dr. Rini Susilowati, M.Kes, MM NIP. 19610506 198910 2 001
iii
PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA Jl. Kartini No 101 Telp (0298) 591022 Fax (0298) 591866 Email :
[email protected] AMBARAWA - 50611
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA NOMOR : 800/2058a/2015 TENTANG PANDUAN RUANG ISOLASI DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG, Menimbang
: a. bahwa dalam upaya Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Nosokomial; b. bahwa agar buku panduan ruang isolasi digunakan sebagai panduan dalam upaya pencegahan infeksi di RSUD Ambarawa; c. bahwa untuk maksud tersebut diatas, perlu ditetapkan dan disahkan dalam surat keputusan.
Mengingat
: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 270/MENKES/SK/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;. 4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 382/MENKES/SK/III/2007 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;
MEMUTUSKAN : Menetapkan : KESATU : Mengesahkan dan menetapkan Panduan Ruang Isolasi sebagaimana terlampir dalam surat Keputusan ini, untuk digunakan sebagai panduan di Ruang Isolasi RSUD Ambarawa. KEDUA
: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai diadakan pencabutan kembali.
KETIGA
: Apabila dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal iv
yang perlu perbaikan mestinya.
disempurnakan, akan diadakan dan penyesuaian sebagaimana
Ditetapkan di : Ambarawa pada tanggal : 1 Oktober 2015 DIREKTUR RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG,
RINI SUSILOWATI
v
Daftar Isi DEFINISI ............................................................................................................................ 1 RUANG LINGKUP .............................................................................................................. 3 TATA LAKSANA ................................................................................................................. 4 A.
PENGELOLAAN PASIEN BERDASARKAN TRANSMISI............................................. 4
B.
SYARAT-SYARAT RUANG ISOLASI ......................................................................... 9
C.
TEKANAN UDARA RUANG ISOLASI ..................................................................... 10
D.
PENGATURAN DI RUANG ISOLASI ...................................................................... 11
E.
PENGELOLAAN LIMBAH DI RUANG ISOLASI ....................................................... 14
F.
UNIVERSAL PRECAUTION YANG DITERAPKAN DI RUANG ISOLASI .................... 15
G.
PERAN PERAWAT YANG DAPAT DITERAPKAN DI RUANG ISOLASI ..................... 16
H.
MEKANISME PENGGUNAAN RUANG ISOLASI .................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 21
vi
BAB I DEFINISI 1. Ruang Isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan. 2. Ruang Isolasi adalah tempat yang mampu merawat pasien yang memerlukan preawatan isolasi mulai pemeriksaan awal sampai perawatan lanjutan dan terintegrasi semua aspek pelayanan dalam satu tempat (satu pintu) serta mampu menciptakan lingkungan
yang
aman
dari
kontaminasi
bagi
seluruh
komponen 3. Ruang Isolasi adalah suatu ruangan perawatan yang mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.Pada umumnya, ruang isolasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu tekanan udara negatif (Negative Pressure) dimana tekanan
udara
areadisekitarnya mudah
di untuk
ruang
isolasi
mencegah
mengkontaminasi
negatif
terhadap
penyakit-penyakit
seperti,tuberculosis,
cacar
yang air
(varicella), herpes zoster, dan measles (rubella), sedangkan pasienyang memiliki sistem imun yang lemah seperti pada pasien HIV dan pasien yangmendapat transplantasi sumsum tulang belakang (Bone Marrow Transplant)menggunakan ruang isolasi
dengan
tekanan
udara
positif
(Positive
Pressure)
dimanatekanan udara di ruang isolasi positif terhadap area sekitarnya untuk melindungi pasiendari kontaminasi luar. 4. Ruang Isolasi adalah adalah ruang di rumah sakit yang khusus menjaga pasien dengan kondisi medis tertentu yang terpisah
1
dari pasien lain saat mereka menerima perawatanmedis (Sabra L. Katz-Wise, 2006). 5. Ruang Isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan penyakit risiko yang dapat ditularkan pada orang
lain
seperti
penyakit-penyakit
infeksi
antara
lain
HIV/AIDS, SARS, Flu Burung, Flu Babi, dan lain-lain (Depkes RI).
2
BAB II RUANG LINGKUP Ruang lingkup Ruang Isolasi meliputi : 1.
Pasien yang penularannya melalui airborne;
2.
Pasien dengan daya tahan tubuh rendah (immunosupressed);
3.
Pasien yang penularannya melalui contact;
4.
IPCN (Perawat Pengendali Infeksi);
5.
Petugas Ruang Isolasi;
6.
Petugas PSRS;
7.
Petugas Kebersihan;
8.
Petugas Pendaftaran;
9.
Petugas IGD;
10. Petugas Poliklinik; 11. Petugas Radiologi; 12. Petugas Keamanan (Satpam); 13. Petugas Kendaraan (Driver).
3
BAB III TATA LAKSANA
A. PENGELOLAAN PASIEN BERDASARKAN TRANSMISI 1. Kewaspadaan Transmisi Kontak Merupakan cara transmisi penting dan tersering menimbulkan infeksi di rumah sakit. Ditujukan untuk menurunkan risiko transmisi mikroba secara epidemiologi yang ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak langsung.
Kontak langsung meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang rentan/petugas dengan kulit pasien yang terinfeksi atau kolonisasi.
Kontak tidak langsung terjadi kontak antara orang yang rentan
dengan
mikroba
benda
infeksius
di
yang
terkontaminasi
lingkungan,
dengan
instrumen
yang
terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan belum cuci tangan atau sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan melalui mainan anak.Disamping itu juga kontak dengan cairan sekresi pasien terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas atau benda-benda di lingkungan pasien. Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, telinga, mulut saat masih memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan. Hindari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak berhubungan dengan peralatan perawatan pasien, misalnya : pegangan pintu, tombol lampu, telepon, dll. 2. Kewaspadaan Transmisi Droplet Merupakan kewaspadaan droplet diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien dengan infeksi
yang
sudah
diketahui
atau suspek
mengidap
mikroba yang dapat ditransmisikan melalui droplet (>5µm). 4
Droplet yang besar terlalu berat untuk melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak konjungtiva atau mucus membrane hidung/mulut, orang rentan dengan droplet partikel besar mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau carrier yang dikeluarkan saat batuk, bersin,
muntah,
bicara
selama
prosedur
suction.
Dibutuhkan jarak dekat antara sumber dan resipien < 1m, karena droplet tidak bertahan di udara maka tidak dibutuhkan penanganan khusus udara atau ventilasi, misalnya Adenovirus.Transmisi droplet, dimana droplet mencapai mukus membran atau terinhalasi. Transmisi
droplet
ke
kontak,
yaitu
droplet
mengkontaminasi permukaan tangan dan ditransmisikan ke sisi lain, misalnya mukosa membran.Transmisi jenis ini lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misalnyaCommoncold,
Respiratory
Syncitial
Virus(RSV).
Transmisi jenis ini dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi kardiopulmoner. 3. Kewaspadaan
Transmisi
Melalui
Udara
(Airborne
Precautions) Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien yang diduga atau telah diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan ditransmisikan melalui jalur udara. Seperti misalnya transmisi partikel terinhalasi (varicella zoster) langsung melalui udara. Kewaspadaan Transmisi melalui airborne ditujukan untuk
menurunkan
risiko
transmisi
udara
mikroba
penyebab infeksi baik yang ditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5µ evaporasi dari droplet yang bertahan
lama
di
udara)
atau
partikel
debu
yang
mengandung mikroba penyebab infeksi. Mikroba tersebut 5
akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber, dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor lingkungan, misalnya penanganan udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit terkontaminasi(S. aureus).
Penempatan Pasien
Kontak
Droplet
Udara/Airborne
Tempatkan di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi pasien. Bicarakan dengan petugas PPI. (kategori I B) Tempatkan dengan jarak > 1 meter antar TT. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain (kategori I B)
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting. Bila keduanya tidak mungkin, buat pemisah dengan jarak > 1 meter antar TT dan jarak dengan pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi. (kategori I B)
Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai : 1.Tekanan negatif 2.Pertahankan udara 6 – 12 x / jam. 3.Pengeluaran udara terfiltrasi sebelum udara mengalir ke ruang atau tempat lain di RS. Usahakan pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting) dengan jarak > 1 meter. Konsultasikan dengan petugas PPIRS sebelum menempatkan pasien bila tidak ada ruang
6
Kontak
Droplet
Udara/Airborne isolasi dan kohorting tidak memungkinkan (kategori I B).
Transport Pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal transmisi ke pasien lain atau lingkungan. (kategori I B)
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker pada pasien (kategori I B) dan menerapkan hygiene respisari/etika batuk.
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah menyebarnya droplet nuklei. (kategori I B)
APD Petugas
Sarung Tangan dan Cuci Tangan Memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk ke ruang pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain), lepaskan sarung tangansebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan dengan antiseptik. (kategori I B)
Masker Pakailah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien (kategori I B), saat kontak erat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut, dipakai saat memasuk ruang rawat pasien dengan infeksi saluran napas.
Perlindungan Saluran Napas Kenakan masker respirator (N95/Kategori N pada efisiensi 95%) saat masuk ruang pasien atau suspek TB paru. Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacar air, kecuali petugas yang telah imun. Bila terpaksa harus masuk, maka harus mengenakan masker respirator untuk pencegahan. Orang yang
7
Kontak Droplet Gaun Pakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan diare pasien, ileostomy, colostomy, luka terbakar. Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain. (kategori I B)
Udara/Airborne telah pernah sakit campak atau cacar air tidak perlu memakai masker. (kategori I B) Masker Bedah/ Prosedur (min) Sarung Tangan Gaun Goggle Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol.
Apron Bila gaun permeable, untuk mengurangi penetrasi cairan, tidak dipakai sendiri. Peralatan untuk Perawatan Pasien
Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1 (satu) pasien atau pasien dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan dan desinfeksi sebelum dipakai untuk pasien 8
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak bergerak jarak jauh.
Transmisi pada TB Sesuai pedoman TB CDC “Guideline for Preventing of Tuberculosis in Healthcare Facilities”
Kontak Droplet lain. (kategori I B) B.pertussis, SARS, RSV MDRO, MRSA, influenza, VRSA, VISA, Adenovirus, VRE, MDRSP Rhinovirus, (Strep N.meningitis, Pneumoniae) Streptococ group A, Virus Herpes Mycoplasma simplex, SARS, pneumoniae. RSV (indirek mel mainan), S. aureus, MDRO, VRE, C. difficile, P. aeruginosa, Influenza, Norovirus (juga makanan dan air).
Udara/Airborne MTB (obligat airborne) campak, cacar air (kombinasi transmisi) Norovirus (partikel feses, vornitus), Rotavirus melalui partikel kecil aerosol.
Tabel 1 : Tabel Kewaspadaan Berbasis Transmisi
B. SYARAT-SYARAT RUANG ISOLASI 1. Pencahayaan Sesuai
Kepmenkes
Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004,
intensitas cahaya untuk ruang isolasi adalah 0,1 ± 0,5 lux dengan warna cahaya biru. Selain itu ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup. 2. Pengaturan Sirkulasi Udara Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip tekanan, yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
9
Gambar 1 : Isolation Rooms & Pressurization Control C. TEKANAN UDARA RUANG ISOLASI 1. Ruang Isolasi Bertekanan Negatif Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi lebih rendahdibandingkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar dari ruangan isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dariruang isolasi. Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit- penyakit menular khususnya yang menular melalui udara sehingga kumankuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar. Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasidengan HEPA
Gambar 2 : Negative Pressure Isolation Room 2. Ruang Isolasi Bertekanan Positif Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggidibandingkan udara luar sehingga 10
mennyebabkan terjadi perpindahan udara daridalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yangmasuk ke ruangan isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak terkontaminasi olehudara luar. Ruang isolasi bertekanan positif ini digunakan untuk penyakitpenyakitimmunodeficiency seperti HIV AIDS atau pasienpasien
transplantasi
sumsumtulang.Untuk
memperoleh
udara di ruang isolasi sehingga menghasilkan tekanan positif di
ruang
isolasi
digunakan
udara
luar
yang
sebelumnya telah disterilisasi terlebihdahulu.
Gambar 3 : Positive Pressure Isolation Room
Gambar 4 : Pressurization Control in Buildings 3. Ruang Isolasi Standar Ruang isolasi yang digunakan untuk pasien yang penularannya melalui kontak atau droplet.
11
D. PENGATURAN DI RUANG ISOLASI 1. Ruang Isolasi a. Ruangan Syarat-syarat ruang steril :
Luas ruangan minimal 4x5 m2, terdiri dari 2 ruangan yang dipisahkan denganpintu penghubung.Ruang I untuk tidur pasien, sedangkan ruang ke II untuk ruang persiapan tenaga medis sebelum memasuki ruang pertama ( anteroom);
Maksimal angka hitung kuman/m3 adalah 1;
Pada masing-masing ruang tersedia air bersih yang mengalir ;
Tenaga medis yang bertugas wajib menggunakan topi, masker, gaun, sarung tangan, sepatu tertutup;
b. Pembersihan Ruangan
Dilakukan setelah pasien pulang/pindah
Bed
dan
perlengkapan
dibersihkan
dengan
menggunakan larutan chlorin 0,5%. c. Kultur Ruangan
Kultur ruangan dilakukan tiap 6 bulan sekali dan diukur partikel udaranya;
Sampel kultur yang diperlukan : Kultur Udara ; Kultur Dinding ; Kultur Lantai ; Kultur Air ; Kultur Alat-alat Kesehatan.
2. Petugas a. Jumlah Petugas Kebutuhan
tenaga
perawat
disesuaikan
dengan
kapasitas tempat tidur. b. Kriteria Petugas
Mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam merawat pasien dengan imunitas menurun; 12
Harus melaksanakan prinsip-prinsip kesterilan dan displin;
Perhatian dan mau mendengarkan keluhan pasien;
c. Syarat-syarat Petugas
Petugas kamar steril harus melakukan prinsip-prinsip kesterilan;
Tidak diperbolehkan memakai perhiasan (cincin);
Cuci tangan dengan antiseptik;
Setiap keluar masuk ruangan penderita harus cuci tangan dengan antiseptik pada air yang mengalir;
Bila masuk koridor steril, gunakan penutup kaki dan jas drill;
Dilarang keluar masuk ke dalam kamar pasien yang lain, kecuali dalam keadaan darurat;
Petugas
yang
sedang
sakit
tidak
boleh
masuk
ruangan pasien;
Alat- alat tulis seperti pulpen, dokumen medik, surat konsul, dan lain-lain tidak diperkenankan keluar masuk koridor;
Setiap
petugas
yang
menolong
pasien
harus
menggunakan sarung tangan steril ( apabila ada kontak dengan cairan tubuh pasien,atau mukosa yang terbuka).
Setiap masuk ke kamar pasien pakai jubah (jas drill) steril yang telah disediakan bila diperlukan.
3. Pasien a. Indikasi pasien masuk ruang isolasi imunitas menurun adalah :
Pasien yang akan dilakukan kemoterapi agresif;
Pasien leukimia
Pasien HIV/AIDS.
b. Hal-hal yang perlu dijelaskan pada pasien dan keluarga :
Tujuan, lamanya pengobatan, efek samping;
Kondisi dan situasi ruangan;
Kegiatan rutin; 13
Kebersihan ruangan;
Biaya;
Surat Ijin Tindakan.
E. PENGELOLAAN LIMBAH DI RUANG ISOLASI Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan pengelolaanlimbah infeksius yang umumnya terdiri
dari
penimbunan,
penampungan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan. 1. Penimbunan (Pemisahan dan Pengurangan) Proses pemilahan sama dengan pengelolaan sampah infeksius di ruang perawatan umum. Sampah dipisahkan sejak dari sumber penghasil sampah. 2. Penampungan Penampungan
sampah
ini
dalam
wadah
yang
memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak boleh lebih dari ¾ bagian.Penampungan dalam pengelolaan
sampah
infeksius
standarisasi
kantong
dan
dilakukan
kontainer
perlakuan
seperti
dengan
menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 dimana
kantong
berwarna
kuning
dengan
lambang
biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, dan kantong berwarna hitamuntuk sampah non infeksius. 3. Pengangkutan Pengangkutan
dibedakan
menjadi
dua
yaitu
pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal
dari
titik
tempat penampungan
penampungan
sementara.
Dalam
awal
ke
pengangkutan
internal biasanya digunakan kereta dorong tertutup dan dibersihkan
secara
berkala 14
serta
petugas
pengambil
sampah.
Dalam
pengangkutan
sampah
petugas
menggunakan APD yang lengkap .Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah ( terutama infeksius ) dari tempat penampungan sementara ke incenerator pihak ke tiga ( PT. Medivest ).Pengangkutan sampah infeksius diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor. 4. Pengolahan dan Pembuangan Metoda
yang
digunakan
untuk
mengolah
dan
membuang sampah infeksius tergantung pada faktor-faktor khusus
yang
sesuai
dengan
pihak
yang
berkaitan
dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Di RSUD Ambarawa pengolahan dan pembuangan sampah infekius dikerjakan oleh pihak ke 3.
F. UNIVERSAL PRECAUTION YANG DITERAPKAN DI RUANG ISOLASI Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi
risiko
penyebaran
infeksi
dan
didasarkan
pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasaldari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Secara garis besar, standar kewaspadaan universal di ruang isolasi antara lain: Cuci tangan; Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membranmukosa; Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkinmemercik; Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air; Tangani jarum dan benda tajam dengan aman; 15
Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air; Proses instrumen dengan benar; Lakukan pengelolaan limbah dengan benar; Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama; Buang sampah terkontaminasi dengan aman; Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam kondisi steril dan siap pakai dengan cara dekontaminasi,
pencucian
alat,
dan
desinfeksi
dansterilisasi. Penerapan Universal Precaution meliputi : Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) Penggunaan APD berfungsi untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas maupun pengunjung dari risiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta kulityang tidak utuh dan selaput lendir pasien. Penatalaksanaan Ruang Rawat
Lakukan pembersihan dengan menggunakan cairan detergen dan dilanjutkan dengan larutan chlorin 0,5 % seluruh permukaan ruangan sebelum pergantian pasien;
Pembersihan
dilakukan
dengan
menggunakan
APD
lengkap;. Penatalaksanaan Ambulan
Ambulan
pembawa
pasien
dilakukan
pembersihan
dengan semprotan larutan chlorin 0,5 %;
G. PERAN PERAWAT YANG DAPAT DITERAPKAN DI RUANG ISOLASI Perawat di ruang isolasi berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial (baik dari pasienke petugas maupun dari pasien
ke
pasien
lainnya)
precaution melalui :
16
dengan
penerapan
universal
a. Administrative Controls
Pendidikan Mengembangkan tindakan
pencegahan
sistem
pendidikan
tentang
kepada
pasien, petugas,
dan
pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam menjalankannya.
Adherence to Precaution (Ketaatan terhadap tindakan pencegahan) Secara periodik menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya perbaikan langsung.
b. Standard Precautions Standard Precaution yang diterapkan meliputi :
Cuci tangan dengan menggunakan antiseptik setelah berhubungan
dengan
pasienatau
setelah
membuka
sarung tangan;
Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh;
Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan tubuh atau peralatan yang terkontaminasi dan saat menangani peralatan habis pakai;
Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh;
Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman;
Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok;
Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis;
Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai prosedur;
Buang limbah sesuai prosedur. Pemisahan limbah sesuai jenisnya diawali sejak limbah tersebut dihasilkan;
17
Limbah padat terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dibuang ketempat sampah kantong plastik kuning; Limbah padat tidak terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuhdibuangke tempat sampah kantong plastik hitam; Limbah benda tajam atau jarum dibuang ke kontainer yang tahan tusuk dan tahan air .
Kesehatan karyawan dan darah yang terinfeksi bakteri patogen Untuk mencegah luka tusuk benda tajam: Berhati-hati saat menangani alat kesehatan dengan permukaan tajam; Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai atau mernanipulasinyadengan kedua tangan; Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan jarum; Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakai ke dalam
wadah
yang
tahantusuk
dan
air,
dan
tempatkan pada area yang mudah dijangkau; Gunakan
mouthpieces,
ressucitation
bags
atau
peralatan ventilasi lainsebagai alternatif mulut ke mulut
H. MEKANISME PENGGUNAAN RUANG ISOLASI 1. Ruang
Isolasi
diperuntukkan
Bertekanan bagi
pasien
Positif
dengan
(dimodifikasi)
kekebalan
tubuh
menurun agar kuman dari orang atau pasien lain tidak menular ke pasien yang diisolasi dalam ruangan tersebut.
Penatalaksanaan
Ruang
Isolasi
Bertekanan
Positif
sebagai berikut : a. Apabila menurun
ada
pasien
dengan
daya
(immunocompromised) 18
tahan
tubuh
dan
kasus
hematologi/leukemia, maka pasien dimasukkan di ruang isolasi bertekanan positif; b. APD yang digunakan masker, sarung tangan apabila menangani darah dan cairan tubuh pasien, sepatu tertutup, dan gaun; c. Pembatasan pengunjung; d. Setelah pasien pulang maka bersihkan ruangan dan perabot dengan menggunakan klorin 0,5 %. 2. Ruang Isolasi Bertekanan Negatif diperuntukkan untuk pasien-pasien dengan infeksi tertentu agar kuman dari pasien tidak menular ke orang lain. Ruangan tersebut dilengkapi dengan Exhouse Fan.
Penatalaksanaan
Ruang
Isolasi
Bertekanan
Negatif
sebagai berikut: a. Digunakan untuk pasien TB Paru Aktif, diphteri, dan penyakit
lainnya
dengan
transmisi
droplet
dan
airborne; b. Pasien diberi masker bedah sejak pasien datang di IGD sampai ditransfer ke Ruang Isolasi; c. Petugas
yang
mentransfer
pasien
tersebut
juga
memakai masker bedah; d. APD yang digunakan di ruang isolasi bertekanan negatif meliputi: Tidak perlu menggunakan sarung tangan, kecuali kontak dengan darah; Sepatu tertutup Memakai Masker Bedah; Perlu memakai gaun jika pakaian terkontaminasi;
Apabila pasien sudah pulang, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Bersihkan Exhouse Fan,dilakukan apabila kamar sudah kosong; b. Bersihkan dan dekontaminasi ruangan dengan menggunakan klorin 0,5%;
19
c. Buang
semua
sampah
(selang
Oksigen,
dll)
kedalam tempat sampah infeksius; d. Buang air sisa humidifier, dan cuci tempatnya kemudian pasang kembali dalam keadaan kosong dan sudah bersih dan steril; 3. Ruang Isolasi Kontak diperuntukkan bagi pasien-pasien dengan infeksi tertentu agar kuman dari pasien tidak menular ke oranglain melalui kontak.
Penatalaksanaan Ruang Isolasi Kontak sebagai berikut: a. Digunakan untuk pasien dengan transmisi kontak seperti Varisela Zoster; b. Petugas
yang
mentransfer
pasien
tersebut
juga
memakai sarung tangan; c. APD yang digunakan di ruang isolasi kontak meliputi: Menggunakan sarung tangan Sepatu tertutup Memakai Masker Bedah jika perlu Gaun Hindari menyentuh bagian tubuh kita sebelum cuci tangan d. Apabila
pasien
sudah
pulang,
maka
harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Bersihkan bed dan perabot apabila kamar sudah kosong;
Bersihkan dan dekontaminasi ruangan dengan menggunakan klorin 0,5%;
Buang semua sampah infeksius;
20
kedalam tempat sampah
DAFTAR PUSTAKA
1.
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
2.
Pelayanan Kesehatan Lainnya, Depkes RI – Perdalin Pusat, Jakarta, 2011
3.
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosisi di Fasilitas
4.
Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, Jakarta, 2012
5.
Pedoman
Teknis
Bangunan
dan
Prasarana
Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat 6.
Pertama untuk mencegah infeksi yang ditransmisikan melalui udara ( Airbone
7.
Infection ), Depkes RI – KNCV, Jakarta, 2014
8.
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Depkes RI Direktorat Jenderal
9.
Pemberantasan
Penyakit
Menular
Lingkungan, Jakarta, 2004
21
dan
Penyehatan