PANDUAN PENGGUNAAN IMPLAN PADA PASIEN OPERASI UNIT KAMAR BEDAH RUMAH SAKIT UMUM ISLAM MADINAH KASEMBON TAHUN 2018
RUMAH SAKIT UMUM ISLAM MADINAH KASEMBON JL.RAYA SUKOSARI NO.32 KASEMBON Telp. 0354 - 326688, Fax. 0354 – 3281
LEMBAR PENGESAHAN
PANDUAN PENGGUNAAN IMPLAN PADA PASIEN OPERASI RUMAH SAKIT UMUM ISLAM MADINAH KASEMBON
Dipersiapkan dan disusun oleh: Kepala Unit Kamar Bedah
(Nonny Putri Utami,amd.kep) NIP: 19900615.201111.02.032
Disetujui oleh :
(Yusuf Aditya Rachman,SE.Ak,MM) 19860224.200905.01.016
Ditetapkan oleh : Direktur Rumah Sakit Umum Islam Madinah Kasembon
(
dr. Sayyidah Mirfat, MMRS NIP: 19870411.201110.02.052
)
Jln.Raya Sukosari no.32,
RUMAH SAKIT UMUM ISLAM
Kasembon Malang, 65393
MADINAH KASEMBON
Telp.(0354)326688 Fax.(0354)328144
[email protected]
بسم هللا الرحمن الرحيم PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM ISLAM MADINAH Nomor : 06/PAN/OK/DIR/RSUIM/VIII/2018
Tentang PANDUAN PENGGUNAAN IMPLAN PADA PASIEN OPERASI RUMAH SAKIT UMUM ISLAM MADINAH KASEMBON
Dengan Rahmat Alloh SWT Direktur Rumah Sakit Umum Islam Madinah Kasembon Malang
MENIMBANG
:
a. Bahwa
dalam
pelayanan
upaya
meningkatkan
Unit Kamar Bedah
mutu
Rumah Sakit
Madinah Kasembon, maka perlu disusun panduan penggunaan implan pada pasien operasi b. Bahwa agar pelayanan Unit kamar Bedah di Rumah Sakit Madinah Kasembon dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
kebijakan Direktur
Rumah
Sakit Madinah Kasembon sebagai landasan
bagi
pengguanaan implan. c. Bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b,perlu ditetapkan dengan Keputusan
Direktur
Rumah
Sakit
Madinah
Kasembon.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
:
PERTAMA
: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM ISLAM
MADINAH
KASEMBON
TENTANG
PANDUAN PENGGUNAAN IMPLAN PADA PASIEN OPERASI
KEDUA
: Panduan penggunaan implan pada pasien operasi Rumah Sakit Madinah Kasembon sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA
: Pembinaan pelayanan
dan
pengawasan
penyelenggaraan
kamar bedah Rumah Sakit Umum Islam
Madinah Kasembon dilaksanakan oleh Kepala Bidang Pelayanan
Rumah
Sakit
Umum
Islam
Madinah
Kasembon.
KEEMPAT
: Panduan penggunaan implan pada pasien operasi Rumah Sakit Umum Islam Madinah Kasembon harus dibahas sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali apabila diperlukan , dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada.
KELIMA
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan
ini
akan
diadakan
perbaikan
sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Malang Pada tanggal : 02 Agustus 2018
Direktur Rumah Sakit Umum Islam Madinah Kasembon Kabupaten Malang
dr. Sayyidah Mirfat, MMRS NIP: 19870411.201110.02.052
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM ISLAM MADINAH KASEMBON NO: 06/PAN/OK/DIR/RSUIM/VIII/2018 TENTANG PENGGUNAAN IMPLAN PADA PASIEN OPERASI
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan steril. Banyak tindakan bedah yang menggunakan implant prostetik antara lain panggul, lutut, pacu jantung, pompa insulin. Tindakan pembedahan seperti ini mengharuskan tindakan operasi rutin yang dimodifikasi dengan mempertimbangkan factor-faktor tertentu. Peralatan
kesehatan
merupakan
salah
satu
factor
penting
dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Guna mencapai kondisi maupun fungsi pengelolaan yang baik serta dapat mendukung pelayanan kesehatan maka perlu adanya asuhan pasien operasi yang menggunakan implan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal khusus tentang tindakan yang dimodifikasi.
2. TUJUAN a. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang aman bagi pasien operasi dengan pemasangan implan b. Terciptanya pengendalian infeksi yang khusus bagi pasien operasi yang terpasang implant c. Memudahkan dalam hal penelusuran pasien jika terjadi penarikan kembali alat implant d. Terciptanya alur pelaporan terkait penggunaan implan pada pasien operasi
3. PENGERTIAN Implan adalah bahan atau materi yang secara buatan di pasang pada tubuh. Banyak tindakan bedah di rumah sakit yang menggunakan implan prostetik antara lain panggul, lutut, jantung, dan pompa insulin. Tindakan Operasi seperti ini mengharuskan tindakan yang di modifikasi dengan mempertimbangkan beberapa factor. Penilaian kebutuhan implan pada dasarnya dimaksudkan untuk pemenuhan implan sesuai kemampuan rumah sakit, kebutuhan implan dan pengembangan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat atau perkembangan teknologi. Perencanaan kebutuhan implan dilakukan karena faktor: 1.
Perkembangan teknologi
2.
Kesesuaian terhadap standard keselamatan/regulasi
3.
Ketersediaan jumlah dan jenis implan
4.
Anggaran Pembelian Barang
BAB II RUANG LINGKUP 2.1 Ruang lingkup asuhan pasien operasi yang menggunakan implan mencakup 1. Pemilihan implan berdasarkan peraturan perundang-undangan 2. Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implan di kamar operasi dan pertimbangan khusus untuk untuk penandaan lokasi operasi 3. Kulaifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yang dibutuhkan untuk pemasangan implan 4. Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implan 5. Proses pelaporan malfungsi implan sesuai dengan standart 6. Pertimbangan pengendalian infeksi yang khusus 7. Instruksi khusus pada pasien setelah operasi 8. Kemampuan penelusuran alat jika terjadi penarikan kembali alat
BAB III
TATA LAKSANA
3.1
Pemilihan dan penyelenggaraan implan Rumah Sakit Umum Islam Madinah Kasembon 1. Rumah Sakit Umum Islam Madinah Kasembon menyediakan pelayanan tindakan operasi yang meyangkut pemasangan implan. Implan dalam hal ini adalah implant yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. 2. Penilaian kebutuhan implan harus dilakukan secara teliti dan melalui proses anamnesa serta perencanaan yang tepat 3. Berkaitan dengan implan tersebut Rumah Sakit Umum Islam Madinah Kasembon tidak menyediakan pengadaan implan tersebut secara langsung 4. Penyelenggaraan implan yang digunakan dalam tindakan operasi tersebut dibawa dan dikelola sendiri oleh DPJP/ operator yang bersangkutan 5. Adapun beberapa implan yang digunakan di Rumah Sakit Umum Islam Madinah Kasembon antara lain: 6. Peralatan mata : implan lensa mata 7. Peralatan bedah : hernia mess 8. Peralatan orthopedic : implant plate, wire dll
3.2
Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implan di kamar operasi dan pertimbangan khusus untuk untuk penandaan lokasi operasi
1. Setiap tindakan operasi yang memerlukan pemasangan implan harus dilakukan pencatatan 2. Untuk memeastikan ketersediaan implan yang akan dipasang pada tubuh pasien, petugas kesehatan harus melakukan pengecekan alat/implan dan menulisnya dalam form checklist keselamatan pasien (surgical safety checklist). 3. Penandaan letak operasi menjadi bagian penting dalam pemilihan implan yang akan dipasang , apabila implan tersebut memiliki bentuk/model yang berbeda untuk sisi yang berbeda
4. Untuk itu pada operasi yang memiliki unsur lateralisasi dan diperlukan pemasangan implan, petugas kesehatan wajib melaporkan terlebih dahulu mengenai lokasi yang akan dipasang implan kepada DPJP. 3.3
Kualifikasi dan pelatihan staf 1. Pelayanan pmebedahan dilakukan oleh dokter bedah dibantu dengan asisten bedah dan perawat instrument 2. Semua petugas yang memberikan pelayanan bedah harus memiliki keterampilan khusus sesuai dengan bidangnya. 3. Terkait produk implan diperlukan pelatihan pemasangan implan bagi setiap staf yang terkait dari pihak produsen. 4. Kalibrasi implan dilakukan oleh pihak produsen/ staf pabrik
3.4
Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implan 1. Jika terdapat kejadian yang tidak diharapkan terkait implan yang dipasang , harus ada bukti pelaporan terkait hal ini. 2. Laporan yang diterima dicatat dalam formulir pelaporan yang nantinya akan dilakukan investigasi oleh pihak Rumah Sakit 3. Apabila dalam investigasi ditemukan grading yang tinggi terkait implan maka pihak Rumah Sakit akan menyerahkan bukti pelaporan kepada DPJP selaku penyelenggara peralatan (implan) agar bisa melakukan tindak lanjut terhadap implan tersebut.
3.5
Proses pelaporan malfungsi implant 1. Jika didapati malfungsi terkait implan yang dipasang dalam tubuh pasien maka Rumah Sakit akan melakukan pelaporan terkait hal ini kepada penyelenggara peralatan (implan) 2. Pelaporan tersebut akan dijadikan pertimbangan bagi penyelenggara implan dengan produsen terkait 3. Jika ditemukan kesepakan untuk melakukan penarikan kembali (recall) implan maka Rumah Sakit harus melakukan penelusuran kembali (traceability) terhadap pasien – pasien yang telah terpasang implan tersebut.
3.6
Pengendalian infeksi 1. Semua pasien yang menjalani operasi dengan pemasangan implan dilakukan surveilens sebelum tindakan operasi, meliputi perawatan pra operasi, intra operasi, post operasi dan perawatan luka operasi. 2. Antibiotic profilaksis diberikan secara sistemik dan harus memenuhi syarat dan diberikan tidak lebih dari 24 jam 3. Bila ditemukan pus pada waktu dilakukan operasi harus dilakukan kultur 4. Surveilens pada pasien operasi dengan implan dilakukan sampai batas waktu satu tahun pasca operasi
3.7
Instruksi khusus kepada pasien setelah operasi: 1. Setiap pasien operasi dengan pemasangan implan diberikan informasi/ penyuluhan mengenai manajemen pasca operasi 2. Evaluasi perlu dilakukan pada pasien pasca operasi yang terpasang implant, dalam hal ini pasien disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara rutin dan berkala . 3. Menyarankan kepada pasien untuk segera memeriksakan ke diri ke Rumah Sakit jika didapati tanda-tanda demam, muncul kemerahan, bengkak, atau nanah dari luka operasi, sert a terjadi peningkatan rasa nyeri pada area operasi. Kondisi ini menjadi tanda-tanda terjadinya infeksi atau penolakan tubuh terhadap implant 4. Pasien dengan pemasangan implant pasca operasi harus memiliki kedisiplinan dalam mengkonsumsi obat-obatan immunosupresan untuk mencegah kerusakan implant akibat proses penolakan yang terjadi 5. Memiliki gaya hidup sehat pasca operasi penting untuk meminimalkan terjadinya resiko komplikasi
3.8
Kemampuan penelusuran (traceability) terhadap recall alat /implan 1. Pasien operasi dengan pemasangan implant dicatat identitas pribadinya dalam rekam medis secara lengkap 2. Identitas/barcode implant ditempelkan pada rekam medic pasien dan juga pada data pasien yang ada di unit kamar bedah
BAB III DOKUMENTASI
1. Identitas dan pengumpulan data pasien operasi yang terpasang implan tersedia di unit kamar bedah . 2. Untuk memastikan ketersediaan implan dan prosedur keselamatan pasien , pada lembar surgical safety checklist juga disertakan modifikasi asuhan tentang implan yang akan digunakan.
BAB IV PENUTUP
Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan. Untuk menjamin keselamatan pasien, Rumah Sakit dituntut dalam Proses perencanaan dan pengadaan peralatan medis/ Implant yang komprehensif dan berkesinambungan, untuk mendapatkan perencanaan dan
pengadaan Yang
berkesinabungan dibutuhkan komitmen dalam menerapkan perencanaan. Panduan
ini
dibuat
bertujuan
pengelolaan implan pada pasien operasi.
untuk
memberikan
acuan
dalam