Bblr.docx

  • Uploaded by: Dwi Cahya
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bblr.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,993
  • Pages: 22
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN BY.NY.A DENGAN BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH) DI RUANG PERINA LANTAI 3 RSUD PASAR MINGGU

DISUSUN OLEH : LUCIA SANTIKA MAHARANI 1810721052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA T.A 2019

BAB II TINJAUAN TEORI

I.

Definisi Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010). Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, 2013). Menurut Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan). Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012).

II.

Klasifikasi Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) : a. Menurut harapan hidupnya 1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram. 2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram. 3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram. b. Menurut masa gestasinya 1) Prematuritas murni Prematuritas Murni adalah bayi dengan usia kehamilan < 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai masa gestasi/usia kehamilan atau disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK). Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah : a) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm b) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis c) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu d) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus e) Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar f) Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana g) Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil h) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu i) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lengan j) Lemak subkutan kurang

k) Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora l) Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah m)Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR) 2) Retardasi PertumbuhanJanin Intra Uterin (IUGR) / Dismaturitas IUGR adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan, serta menunjukkan bayi mengalami retardasi. Dismatur dapat terjadi preterm, term, dan post term. Dismatur Preterm disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK), Dismatur Term disebut juga Neonatus Cukup Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NCB-SMK), Dismatur Posterm disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK). Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan .Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu a) Proportionate IUGR Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue b) Disporpotionate IUGR Terjadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang III.

Etiologi Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu: 1. Faktor genetik atau kromosom 2. Infeksi 3. Bahan toksik 4. Insufisiensi atau disfungsi plasenta 5. Radiasi 6. Faktor nutrisi

7. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya. Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang berhubungan, yaitu: 1. Faktor ibu a. Paritas b. Abortus spontan sebelumnya c. Infertilitas d. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun e. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat f. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok 2. Faktor kehamilan a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini 3. 4. IV.

Faktor janin a. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim. b. Infeksi congenital (missal : rubella) Faktor yang masih belum diketahui

Patofisiologi Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok. BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal.

V. Manifestasi Klinis Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut: a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni b. Term dan posterm:

1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada 2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis 3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis 4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif 5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah : a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm h. Rambut lanugo masih banyak i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora. m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah. o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak masih kurang p. Verniks tidak ada atau kurang Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR : a. Berat kurang dari 2500 gram b. Panjang kurang dari 45 cm c. Lingkar dada kurang dari 30 cm d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu g. Kepala lebih besar h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan dan sikunya k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak kaki halus. m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah. n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

VI.

Pemeriksaan Penunjang 1 Radiologi a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white lung (Masjoer, dkk, 2000). b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka (Merenstein, 2002). 2 Laboratorium a. Darah Rutin 1) Hematokrit (HCT) a) Bayi usia 1 hari 48-69% b) Bayi usia 2 hari 48-75% c) Bayi usia 3 hari 44-72%. 2) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl. 3) Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb. 4) Hb F a) Bayi usia 1 hari 63-92% b) Bayi usia 5 hari 65-88% c) Bayi usia 3 minggu 55-85% d) Usia 6-9 minggu 31-75%. 5) Jumlah leukosit a) Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( L) b) Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( L) c) Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( L). b. Bilirubin 1) Total (serum) a) Tali pusat < 2,0 mg/dl b) 0-1 hari 8,0 mg/dl c) 1-2 hari 12,0 mg/dl d) 2-5 hari 16,0 mg/dl e) Kemudian 2,0 mg/dl. 2) Direk (terkonjugasi) a) 0,0-0,2 mg/dl c. Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi glukosa plasma < 50 mg/dl. 1) Serum a) Tali pusat 45-96 mg/dl b) Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl c) Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl. d. Analisa gas darah 1) Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg

2) Tekanan parsial O2 (PO2) a) Lahir 8-24 mmHg b) 5-10 menit 33-75 mmHg c) 30 menit 31-85 mmHg d) > 1 jam 55-80 mmHg e) 1 hari 54-95 mmHg f) Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg. 3) Saturasi oksigen (SaO2) a) Bayi baru lahir 85-90% b) Kemudian 95-99%. 4) pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50. e. Elektrolit darah (k/p) 1) Natrium a) Serum atau plasma 1.1) Bayi baru lahir 136-146 mEq/L 1.2) Bayi 139-146 mEq/L. b) Urine 24 jam 40-220 mEq/L. 2) Kalium a) Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L b) Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L c) Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit). 3) Klorida a) Serum/plasma 1.1) Tali pusat 96-104 mEq/L 1.2) Bayi baru lahir 97-110 mEq/L. f. Tes kocok/shake test Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap berdiri. Interpretasi hasil: 1).(+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup. 2).(-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan. 3).Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. 4).Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang. VII.

Penatalaksanaan Medis Setelah bayi lahir dilakukan: 1 Tindakan Umum a. Membersihkan jalan nafas. b. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya. c. Perawatan tali pusat dan mata. 2 Tindakan Khusus a. Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila (tambah 0,5 o C pada pengukuran rektal)), pada bayi baru lahir dengan umur

kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat, bayi dengan BBL 2000 gram dirawat dalam inkubator atau dengan boks kaca menggunakan lampu. b. Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui sindroma aspirasi mekonium. c. Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila  60x/mnt lakukan foto thoraks. d. Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat. e. Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan darah). f. Awasi keseimbangan cairan. g. Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan keadaan umum baik 3 Tindakan pencegahan infeksi: 1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. 2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan. 3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat. 4) Pemberian antibiotik 5) Membatasi tindakan seminimal mungkin. h. Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian. i. Berikan dukungan psikologis dengan perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care) bagi BBLR yang memungkinkan (tidak terpasang infus maupun mengalami masalah pernafasan), atau dengan sentuhan terapeutik dari pemberi perawatan termasuk orang tua bayi. VIII.

Komplikasi Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut Mitayanti, 2009 yaitu : 1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi). 2. Hipoglikemia simtomatik. 3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya. 4. Asfiksia neonetorom. 5. Hiperbulirubinemia

IX.

Konsep Dasar Tumbuh-Kembang 1. Teori Tumbuh Kembang Sidmund Freud Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori alam bawah sadar dan pakar psikoanalisis. Tapi kita sering lupa bahwa Freud lah yang menekankan pentingnya arti perkembangan psikososial pada anak. Freud menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami perkembangan psikososialnya. Dasar psikaonalisis yang dilakukannya adalah untuk menelusuri akar gangguan jiwa yang dialami penderita jauh kemasa anak, bahkan kemasa bayi. Freud

membagi perkembangan menjadi 5 tahap, yang secara berurut dapat dilalui oleh setiap individu dalam perkembangan menuju kedewasaan. 1) Fase Oral Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat kenikmatan dan kepuasan berbagai pengalaman sekitar mulutnya. Fase oral mencakup tahun pertama kehidupan ketika anak sangat tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu dilindungi agar mendapat rasa aman. Dasar perkembangan mental sangat tergangtung dari hubungan ibu – anak pada fase ini. Bila terdapat gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan terjadi fiksasi oral, artinya pengalaman buruk, tentang masalah makan dan menyapih akan menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini, sehingga perilakunya diperoleh pada fase oral. Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka persoalan ini akan terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini meskipun belum berhasil dituupi biasanya kelak akan muncul kembali berupa berbagai gangguan tingkah laku. 2) Fase Anal Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoistic. Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengalaman. Suatu tugas penting dalam yang lain dalam fase ini adalah perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula hanya mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya untuk merasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini hubungan interpersonal anak masih sangat terbatas. Ia melihat benda-benda hanya untuk kebutuhan dan kesenangan dirinya. Pada umur ini seorang anak masi bermain sendiri, ia belum bias berbagi atau main bersama dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik. 3) Fase Falik Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal denagn pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3 tahun. Disini anak mulai belajar menyesuaiakan diri dengan hukum masyarakat. Perasaan seksual yang negative ini kemudia menyebabkania menjauhi orang tua dengan jenisn kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak pada fase praoediopal biasanya senang bermain denagn anak yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih suka berkelompok dengan anak sejenis. 4) Fase Laten Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase laten yang terentang 7-12 tahun, untuk kemudian anak masuk ke permulaan masa pubertas. Periode ini merupakan integrasi, yang bercirikan anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan dan hubungan denagn dunia dewasa. Anak belajar untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengalaman baru ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan sosial akan dirasakan lebih berat oleh karena terbaur dengan keadaan transisi yang sedang dialami si anak.

5) Fase Genital Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir dalam perkembangannya. Dalam fase ini si anak menghadapi persoalan yang kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase ini disebabkan karena si anak belum dapat menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas. 2. Teori tumbuh Kembang Erik Erikson Erikson melihat anak sebagai makhluk psisososial penuh energy. Ia mengungkapakan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan fisis dan psikologis. Ia melihat adanya suatu keteraturan yang sama antara perkembangan psikologis dan pertumbuhan fisis. Erikson membagi perkembangan manusi dari awal hingga akhir hayatnya menjadi 8 fase dengan brbagai tugas yang harus diselesaikan pada setiap fase. Lima fase pertama adalah saat anak tumbuh dan berkembang. 1) Masa Bayi Kepercayaan dasar vs ketidak percayaan. Dalam masa ini terjadi interaksi sosial yang erat antara ibu dan anak yang menimbulkan rasa aman dalam diri si anak. Dari rasa aman tumbuh rasa kepercayaan dasar terhadap dunia luar. 2) Masa Balita Kemandirian vs ragu dan malu. Masa balita dari Erikson ini kira-kira sejajar dengan fase anal. Pada masa ini anak sedang belajar untuk menegakkan kemandiriannya namun ia belum dapat berfikir, oleh karena itu masih perlu mebdapat bimbingan yang tegas. Psikopatologi yang banyak ditemukan sebagai akibat kekurangan fase ini adalah sifat obsesif-kompulsif dan yang lebih berat lagi adalah sifat atau keadaan paranoid. 3) Masa Bermain Inisiatif vs bersalah. Masa ini berkisar antara umur 4-6 tahun. Anak pada umur ini sangat aktif dan banyak bergerak. Ai mulai belajar mengembangkan kemampuannya untuk bermasyarakat. Inisiatifnya mulai berkembang pula dan bersama temannya mulai belajar merencanakan suatu permainan dan melakukannya dengan gembira. 4) Masa Sekolah Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Ia belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia mulai senang untuk belajar bersama. 5) Masa Remaja Identitas diri vs kebingungan akan peran diri. Pada sekitar umur 13 tahun masa kanak-kanak berakhir dan masa remaja dimulai. Pertumbuhan fisis menjadi sangat pesat dan mencapai taraf dewasa. Peran orang tua sebagai figure identifikasi lain. Nilai-nilai dianutnya mulai diaragukan lagi satu per satu.

3. Teori Tumbuh Kembang Menurut Piaget Piaget adalah pakar terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif. Seperti juga Freud, Piaget melihat bahwa perkembangan itu mulai dari suatu orientasi yang egosentrik, kemudian makin meluas dan akhirnya memasuki dunia sosial. Piaget membagi perkembangan menjadi empat fase: 1) Fase Sensori-motor (0-2 tahun) Seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sangat terpusat pada diri sendiri. Oleh karena itu kebutuhan pada fase ini bersifat fisik, fungsi ini menyebabkan si anak cepat menguasainya dan dibekali dengan keterampilan tersebut melangkah ke fase berikutnya. 2) Fase Pra-operasional (2-7 tahun) Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase intuitif. Fase pra konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai mengembangkan kemampuan bahasa yang memungkinkan untuk berkomunikasi dan bermasyarakat dengan dunia kecilnya. Fase intuitif (4-7 tahun) anak makin mampu bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir secara timbal balik. Ia banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang dewasa. 3) Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun) Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase sebelumnya menjadi mantap. Ia mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan temantemannyadan belajar menerima pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri. 4) Fase Operasional Formal (11-16 tahun) Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai taraf kemampuan berfikir orang dewasa. Tercapainya kemampuan ini memungkinkan remaja untuk masuk ke dalam dunia pendidikan yang lebih kompleks, yaitu dunia pendidikan tinggi. Dari tiga teori berkembang tersebut diatas, yaitu teori Freud, Erikson, dan Piaget, maka kita dapat melihat bagaimana para pakar tersebut mempelajari perkembangan anak dari sudut yang berbeda namun semuanya sepeandapat bahwa:  Perkembanagn suatu proses yang diatur dan berurutan, yang dimulai dari beberapa hal sederhana, dan terus berkembang menjadi semakin kompleks.  Timbulnya gangguan jiwa disebabkan oleh adanya kegagalan disalah satu fase untuk menyelesaikan suatu tugas perkembangan tertentu.  Adanya kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dari pihak anak sendiri.

.

ASUHAN KEPERAWATAN A. Diagnosa Keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan lendir, reflek batuk 3. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas. 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan ingest/digest/absorb 5. Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas 6. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin 7. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh 8. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya

B. Intervensi Keperawatan No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil 1 Pola nafas tidak efektif b/d NOC imaturitas organ pernafasan  Respiratory status : Ventilation Definisi : Pertukaran udara  Respiratory status : inspirasi dan/atau ekspirasi Airway patency tidak adekuat  Vital sign Status Batasan karakteristik: Kriteria Hasil : - Penurunan tekanan o Mendemonstrasikan inspirasi/ekspirasi batuk efektif dan - Penurunan pertukaran suara nafas yang udara per menit bersih, tidak ada - Menggunakan otot sianosis dan dyspneu pernafasan tambahan (mampu - Nasal flaring mengeluarkan - Dyspnea sputum, mampu - Orthopnea bernafas dengan - Perubahan mudah, tidak ada penyimpangan dada pursed lips) - Nafas pendek o Menunjukkan jalan - Assumption of 3-point nafas yang paten position (klien tidak merasa - Pernafasan pursed-lip tercekik, irama nafas, - Tahap frekuensi pernafasan ekspirasiberlangsung dalam rentang sangat lama normal, tidak ada - Peningkatan diameter suara nafas anterior-posterior abnormal) - Pernafasan rata-

Intervensi NIC : Airway Management  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan  Pasang mayo bila perlu  Lakukan fisioterapi dada jika perlu  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

rata/minimal: Bayi : < 25 atau > 60 Usia 1-4 : < 20 atau > 30 Usia 5-14 : < 14 atau > 25 Usia > 14 : < 11 atau > 24 - Kedalaman pernafasan - Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat - Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg - Timing rasio - Penurunan kapasitas vital Faktor yang berhubungan : - Hiperventilasi - Deformitas tulang - Kelainan bentuk dinding dada - Penurunan energi/kelelahan - Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal - Obesitas - Posisi tubuh - Kelelahan otot pernafasan - Hipoventilasi sindrom - Nyeri - Kecemasan - Disfungsi - Neuromuskuler - Kerusakan persepsi/kognitif - Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang - Imaturitas Neurologis

o Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

tambahan  Lakukan suction pada mayo  Berikan bronkodilator bila perlu  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.  Monitor respirasi dan status O2 Oxygen Therapy  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea  Pertahankan jalan nafas yang paten  Atur peralatan oksigenasi  Monitor aliran oksigen  Pertahankan posisi pasien  Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Vital sign Monitoring  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah  Monitor VS saat pasien berbaring,

2

Bersihan jalan nafas tidak NOC: efektif b/d obstruksi jalan nafas  Respiratory status : oleh penumpukan lendir, reflek Ventilation batuk.  Respiratory status : Definisi : Ketidakmampuan Airway patency untuk membersihkan sekresi  Aspiration Control atau obstruksi dari saluran Kriteria Hasil : pernafasan untuk - Mendemonstrasikan mempertahankan kebersihan batuk efektif dan jalan nafas. suara nafas yang

duduk, atau berdiri  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas  Monitor kualitas dari nadi  Monitor frekuensi dan irama pernapasan  Monitor suara paru  Monitor pola pernapasan abnormal  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit  Monitor sianosis perifer  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign NIC : Airway Suction  Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.  Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

Batasan Karakteristik: o Dispneu, Penurunan suara nafas o Orthopneu o Cyanosis o Kelainan suara nafas (rales, wheezing) o Kesulitan berbicara o Batuk, tidak efekotif atau tidak ada o Mata melebar o Produksi sputum o Gelisah o Perubahan frekuensi dan irama nafas Faktor-faktor yang berhubungan: o Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi o Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma. o Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing dijalan nafas.

bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) - Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) - Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas

 Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.  Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal  Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan  Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal  Monitor status oksigen pasien  Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion  Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll. Airway Management  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi  Identifikasi pasien perlunya

3

Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas Definisi : Risiko kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal Faktor factor resiko:  Perubahan metabolisme dasar  Penyakit atau trauma yang mempengaruhi pengaturan suhu  Pengobatan pengobatan yang menyebabkan vasokonstriksi dan

NOC:  Hydration  Adherence Behavior  Immune Status  Infection status  Risk control  Risk detection

pemasangan alat jalan nafas buatan  Pasang mayo bila perlu  Lakukan fisioterapi dada jika perlu  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan  Lakukan suction pada mayo  Kolaborasikan pemberian bronkodilator bila perlu  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.  Monitor respirasi dan status O2 NIC : Temperature Regulation (pengaturan suhu) o Monitor suhu minimal tiap 2 jam o Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu o Monitor TD, nadi, dan RR o Monitor warna dan suhu kulit o Monitor tandatanda hipertermi

vasodilatasi  Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan  Ketidakaktifan atau aktivitas berat  Dehidrasi  Pemberian obat penenang  Paparan dingin atau hangat/lingkungan yang panas

4

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan ingest/digest/absorb Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh. Batasan karakteristik :  Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal  Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari

NOC:  Nutritional Status :  Nutritional Status : food and Fluid Intake  Nutritional Status : nutrient Intake  Weight control Kriteria Hasil : - Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan - Berat badan ideal

dan hipotermi o Tingkatkan intake cairan dan nutrisi o Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh o Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas o Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan o Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan o Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan o Berikan anti piretik jika perlu NIC : Nutrition Management  Kaji adanya alergi makanan  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien  Anjurkan pasien

                   

RDA (Recomended Daily Allowance) Membran mukosa dan konjungtiva pucat Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah Luka, inflamasi pada rongga mulut Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan Miskonsepsi Kehilangan BB dengan makanan cukup Keengganan untuk makan Kram pada abdomen Tonus otot jelek Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi Kurang berminat terhadap makanan Pembuluh darah kapiler mulai rapuh Diare dan atau steatorrhea Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok) Suara usus hiperaktif Kurangnya informasi, misinformasi Faktor-faktor yg berhubungan: Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

-

-

sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda tanda malnutrisi Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

untuk meningkatkan intake Fe  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C  Berikan substansi gula  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi  Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring  BB pasien dalam batas normal  Monitor adanya penurunan berat badan  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan



 



 

 

  

 

Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah Monitor mual dan muntah Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht Monitor makanan kesukaan Monitor pertumbuhan dan perkembangan Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor kalori dan intake nuntrisi Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas



oral. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

DAFTAR PUSTAKA Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20. Jakarta:EGC. Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 20122014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC. Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action. Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan. Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran

More Documents from "Dwi Cahya"

Bblr.docx
August 2019 25
Sistem Koordinat Kutub.pdf
December 2019 44
Pendidikan+karakter.pkn.docx
December 2019 10
Bab I.docx
April 2020 11
2001fk523.pdf
June 2020 4