Panduan Pemberian Informasi Blue Code.docx

  • Uploaded by: Dian Pebri
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Pemberian Informasi Blue Code.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,826
  • Pages: 10
BAB I DEFINISI

A.

DEFINISI 1. DEFINISI INFORMASI Secara Etimologi, kata informasi ini berasal dari kata bahasa Perancis kuno informacion (tahun 1387) mengambil istilah dari bahasa Latin yaitu informationem yang berarti “konsep, ide atau garis besar,”. Informasi ini merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas

Aktifitas

dalam

“pengetahuan

yang

dikomunikasikan”.

Informasi bisa menjadi fungsi penting dalam membantu mengurangi rasa cemas pada seseorang. Menurut pendapat Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak memiliki informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap seseorang dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Sumber informasi adalah data. Data itu berupa fakta kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Yang kemudian data tersebut diolah melalui suatu metode untuk menghasilkan informasi, kemudian penerima menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang kemudian

menghasilkan

suatu

tindakan

yang

lain

yang

akan

menimbulkan sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sabagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Informasi pelayanan kesehatan berarti sekumpulan data/ fakta yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh penyedia/ penyelenggara pelayanan kesehatan kepada masyarakat. 2. DEFINISI CODE BLUE Code blue merupakan salah satu kode prosedur emergensi yang harus

segera

diaktifkan

jika

ditemukan

seseorang

dalam

kondisi cardiaerespiratory arrest di dalam area rumah sakit. Code blue response team atau tim code blue adalah suatu tim yang dibentuk

oleh

rumah

sakit

yang

bertugas

merespon

kondisi code

1

blue didalam area rumah sakit. Tim ini terdiri dari dokter dan perawat yang sudah terlatih dalam penanganan kondisi cardiac respiratory arrest. Resusitasi jantung paru merupakan serangkaian tindakan untuk meningkatkan daya tahan hidup setelah terjadinya henti jantung. Meskipun pencapaian optimal dari resusitasi jantung paru ini dapat bervariasi, tergantung kepada kemampuan penolong, kondisi korban, dan sumber daya yang tersedia, tantangan mendasar tetap pada bagaimana melakukan resusitasi jantung paru sedini mungkin dan efektif. Bantuan hidup dasar menekankan pada pentingnya mempertahankan sirkulasi dengan segera melakukan kompresi sebelum membuka jalan napas dan memberikan napas bantuan. Perubahan pada siklus bantuan hidup dasar menjadi C-A-B (compression — airway — breathing) ini dengan pertimbangan segera mengembalikan sirkulasi jantung sehingga perfusi jaringan dapat terjaga. Rantai

pertama

survival) adalah

pada

mendeteksi

rantai segera

kelangsungan kondisi

hidup (the

korban

dan

chain of meminta

pertolongan (early access), rantai kedua adalah resusitasi jantung paru (RJP) segera (early cardiopulmonary resuscitation), rantai ketiga adalah defibrilasi segera (early defibrillation), rantai keempat adalah tindakan bantuan hidup lanjut segera (early advanced cardiovascular life support) dan rantai kelima adalah perawatan paska henti jantung (post cardiac-arrest care). 3. DEFINISI CODE RED Code

Red adalah

code

yang

mengumumkan

adanya

ancaman

kebakaran di lingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang masingmasing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat bencana rumah sakit. TUJUAN 1. Untuk memberikan panduan baku bagi tim code blue dan code red dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai tim reaksi cepat jika code blue/code red diaktifkan.

2

2. Membangun respon seluruh petugas di RSUD Al-Mulk pada pelayanan kesehatan dalam keadaan gawat darurat dan siaga bencana. 3. Mempercepat respon time kegawatdaruratan

dan

siaga

bencana

di

rumah sakit untuk menghindari kematian dan kecacatan dan juga kerugian yang seharusnya tidak perlu terjadi.

3

BAB II RUANG LINGKUP

A.

CODE BLUE Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi cardiacrespiratory arrest tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon terbagi dalam 2 tahap, yaitu: 1. Respon awal (responder pertama) berasal dari petugas rumah sakit baik medis ataupun non medis yang berada di sekitar korban. 2. Respon kedua (responder kedua) berasal dari tim code blue. Adapun area penanganan cardiac respiratory arrest dan area code red di Rumah Sakit terbagi atas: 1. Area instalasi Gawat Darurat (IGD) 2. Area Ruang rawat inap dewasa 3. Area Ruang rawat inap Anak 4. Area Ruang rawat inap kebidanan 5. Area Ruang rawat jalan 6. Area Ruang rawat jalan 7. Area perkantoran manajemen 8. Gudang Obat 9. Ruang Farmasi 10. Ruang laboratorium 11. Ruang dan area Radiologi 12. Ruang Logistik ( IPSRS) dan area sekitarnya 13. Gizi/pantry dan area sekitarnya 14. Unit K3 dan area sekitarnya 15. Ruang poli Arafah 16. Ruang Poli DOT’S 17. Ruang HCU 18. Ruang CSSD

B.

CODE RED Respon code red adalah respon cepat tim siaga bencana yang harus dilakukan ketika terjadi ancaman kebakaran di lingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah

4

sakit, yang masing-masing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat bencana rumah sakit. Adapun area yang memungkinkan terjadinya ancaman kebakaran adalah semua area dirumah sakit terutama area – area yang didalamnya terdapat bahan- bahan yang bertekanan tinggi, mudah terbakar, dan area yang memang ada gas.

5

BAB III TATALAKSANA 1. CODE BLUE A. PROSEDUR CODE BLUE 1. Jika didapatkan seseorang atau pasien dalam kondisi cardiac respiratory arrest maka perawat ruangan (I) atau first responder berperan dalam tahap pertolongan, yaitu: 2. Segera melakukan penilaian dini kesadaran korban. 3. Pastikan lingkungan penderita aman untuk dilakukan pertolongan. 4. Lakukan cek respon penderita dengan memanggil nama atau menepuk bahu. 5. Meminta bantuan pertolongan perawat lain (II) atau petugas yang ditemui di lokasi untuk mengaktifkan code blue. 6. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan tim code blue datang 7. Perawat

ruangan

yang

lain

(II)

atau

penolong

kedua,

segera

menghubungi operator telepon “120” untuk mengaktifkan code blue, dengan prosedur sebagai berikut: 8. Perkenalkan diri. 9. Sampaikan informasi untuk mengaktifkan code blue. 10. Sebutkan

nama

lokasi

terjadinya cardiac respiratory

arrest dengan

lengkap dan jelas, yaitu: area ….. , nama lokasi atau ruangan. 11. Jika lokasi kejadian di ruangan rawat inap maka informasikan : “ nama ruangan ….. nomor …. “. 12. Waktu respon operator menerima telepon “120” adalah harus secepatnya diterima, kurang dari 3 kali deringan telepon. 13. Jika lokasi kejadian berada di area ruang rawat inap ataupun rawat jalan. 14. setelah menghubungi operator, perawat ruangan II segera membawa troli emergensi (emergency trolley) ke lokasi dan membantu perawat ruangan I melakukan resusitasi sampai dengan tim Code Blue datang. atau pengeras suara mengatakan code blue dengan prosedur sebagai berikut: 15. “Code Blue, Code Blue, Code Blue, di area …..), nama lokasi atau ruangan…..”. 16. Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap maka informasikan: “Code Blue, Code Blue, Code Blue, nama ruangan ….. nomor kamar …..”. 17. Setelah tim code blue menerima informasi tentang aktivasi code blue, mereka segera menghentikan tugasnya masing-masing, mengambil

6

resusitasi

kit

dan

menuju

lokasi

terjadinya cardiac respiratory

arrest. Waktu respon dari aktivasi code blue sampai dengan kedatangan tim code blue di lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest adalah 5 menit. 18. Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi tim code blue untuk memastikan

bahwa

tim code

blue sudah

menuju

lokasi

terjadinya cardiac respiratory arrest 19. Jika lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest adalah lokasi yang padat manusia (public area) maka petugas keamanan (security) segera menuju lokasi terjadinya untuk mengamankan lokasi tersebut sehingga tim code blue dapat melaksanakan tugasnya dengan aman dan sesuai prosedur. 20. Tim code blue melakukan tugasnya sampai dengan diputuskannya bahwa resusitasi dihentikan oleh ketua tim code blue. 21. Untuk pelaksanaan code blue di area empat, Tim code blue memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien kemudian segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat. 22. Ketua tim code blue memutuskan tindak lanjut pasca resusitasi, yaitu: 23. Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan secepatnya ke Instalasi Perawatan Intensif untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut jika keluarga pasien setuju. 24. Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika Instalasi Perawatan Intensif penuh maka pasien di rujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas 25. Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan meminta dirawat di ruang perawatan

biasa,

maka

keluarga

pasien

menandatangani

surat

penolakan. 26. Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal, maka lakukan koordinasi dengan bagian bina rohani, kemudian pasien dipindahkan ke kamar jenazah. 27. Ketua tim code blue melakukan koordinasi dengan DPJP. 28. Ketua tim code blue memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga pasien. 29. Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan dalam rekam medis pasien dan melakukan koordinasi dengan ruangan pasca resusitasi. B. PENGORGANISASIAN TIM CODE BLUE 1. Tim code blue di Rumah Sakit terbagi atas: 1) Ketua tim code blue yaitu satu orang dokter umum.

7

2) Anggota tim code blue yang terdiri dari satu orang perawat senior (supervisi) dan satu orang perawat. Struktur tim code blue di Rumah Sakit adalah sebagai berikut: 1. Ketua Tim Code Blue 2. Ketua tim code blue adalah dokter umum ( jaga ruangan / jaga IGD ) 3. Kualifikasi:  Memiliki SIP yang masih berlaku.  Memiliki ATLS atau ACLS.  Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis.

2. Anggota Tim Code Blue Anggota tim code blue terdiri dari: 

Memiliki SIP yang masih berlaku.



Memiliki sertifikat PPGD.



Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis.

C. ALGORITME CODE BLUE Bila ada kondisi “ code blue ” pasien dengan henti nafas / henti jantung First resporder / penemu pertama memanggil bantuan First resporder melakukan BHD awal Penolong kedua mengaktifkan Code Blue melalui nomer telepon darurat dengan ext.00 Operator menerima telepon “00” ( << 3 dering harus segera diangkat, kemudian: 1.

Operator mengumumkan melalui handy talky atau pengeras suara

2.

Selang 5 menit operator menghubungi tim Code Blue memastikan tim

sudah berada di tempat kejadian Tim Code Blue segera menuju lokasi yang ditentukan untuk melanjutkan resusitasi yang telah dilakukan oleh First Responder Rawat IPI, Transfer IGD, Rujuk ke RS lain, DNR Meninggal

Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan

8

2. CODE RED Prosedur Code Red 1. Tetap tenang jangan panic 2. Tenangkan pasien, pengunjung, kemudian berikan informasi keadaan kebakaran, orang yang berada di area kebakaran meneriakkan code red 3. Bagi petugas dalam 3 kelompok untuk melakukan penanganan 4. Kelompok 1 (petugas yang sudah terlatih pemadaman kebakaran) bertugas memadamkan api menggunakan alat pemadam yang tersedia (APAR dan / atau hydrant). Bila api tida padam segera hubungi petugas keamanan dengan menelepon ke ‘120’ kemudian meminta agar mengumumkan code red di area…../tempat….. melaui audio, atau langsung ke tempat audi yang bias tersebar ke seluruh gedung RS di pendaftaran rawat jalan, pendaftaran rawat inap anak dan pendaftaran IGD langsung lakukan pengumuman 5. Kelompok 2 bertugas mengamankan dan menyelamatkan asset di lokasi kebakaran 6. Kelompok 3 bertugas menenangkan pasien, mengendalikan kepanikan dan mempersiapkan untuk evakuasi 7. Pelaksanaan evakuasi sesuai alur dan perintah dari pimpinan disaster. Kemudian mengikuti petunjuk keadaan darurat 8. Bila terjebak kepulan asap, tetaplah berjalan menuju tangga darurat dengan mengambil napas pendek – pendek, upayakan merayap atau merangkak untuk menghindari asap, jangan berbalik arah karena akan bertabrakan dengan orang dibelakang anda 9. Bila terpaksa harus menerobos kepulan asap maka tahanlah napas anda dan menuju pintu darurat 10. Jangan kembali keruangan sebelum ada instruksi bahwa situasi telah aman dari petugas keamanan 11. Setelah keadaan terkendali, pimpinan disaster melakukan koordinasi investigasi bersama kepala unit kerja terkait maksimal 2x24 jam untuk dilaporkan kepada kepala RS.

9

BAB IV DOKUMENTASI

1. Kondisi code blue pada pasien dan selain pasien didokumentasikan dalam rekam medis pasien 2. Petugas disaster mendokumentasikan semua kejadian

10

Related Documents


More Documents from "Rani Zafira"