PANGKALAN UTAMA TNI AL XI RUMKITAL MERAUKE
KEPUTUSAN KEPALA RUMKITAL MERAUKE NOMOR : KEP/KKS/21/VII/2017 tentang PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) DI RUMKITAL MERAUKE
KEPALA RUMKITAL MERAUKE
Menimbang :
a. bahwa
dalam
kegiatan
Rumah
Sakit
berpotensi
menimbulkan bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomik dan psikososial yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan baik terhadap Karyawan, pasien,pengunjung maupun masyarakat di lingkungan Rumah Sakit. b. bahwa
untuk
kesehatan
dan
mencengah
dan
Keselamatan
mengurangi Khususnya
bahaya terhadap
Karyawan, perlu dilakukan upaya-upaya kesehatan dan keselamatan kerja dengan menetapkan Peraturan Karumkit tentang Panduan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) Rumah Sakit TNI Angkatan Laut. Mengingat
: 1. Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. Undang- undang No. 36 tahun 2014 tentang kesehatan.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenaga kerjaan. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1993 tentang penyakit yang di Timbul karena Hubungan Kerja 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit 7. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Panduan Pengamanan Dampak Radiasi 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335 /Menkes /SK/X/2002 tentang Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit. 9. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1439/Menkes
/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis pada Sarana Pelayanan Kesehatan. 10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204 /Menkes /SK/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
MEMUTUSKAN
Menentapkan
:
KESATU
: PERATURAN PANDUAN
KARUMKIT
KESEHATAN
RSAL DAN
MERAUKE
TENTANG
KESELAMATAN
KERJA
RUMAH SAKI (K3RS) RSAL MERAUKE
KEDUA
: Peraturan
Karumkit
tentang
Panduan
Kesehatan
Dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) RSAL Merauke
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam lampiran ini.
KETIGA
: Peraturan
Karumkit
tentang
Panduan
Kesehatan
dan
Keselamatan Kerja Rumah sakit (K3RS) RSAL Merauke sebagaimana dimaksudkan Diktum Kedua harus dijadikan acuan dalam menyelenggarakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RSAL Merauke.
Ditetapkan di Merauke Pada tanggal, 28 Juni 2017
Karumkital Merauke
Dr. Tutut Sandy Waskito, Sp. B Mayor Laut (K) NRP 15664/P
Lampiran Keputusan Karumkital Merauke Nomor Kep /KKS/21/VII/2017 Tanggal 28 Juni 2017
PANGKALAN UTAMA TNI AL XI RUMKITAL MERAUKE
PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) RSAL MERAUKE
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165: “Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Rumah Sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Rumah Sakit. Potensi bahaya di Rumah Sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Rumah Sakit yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahanbahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para Karyawan di Rumah Sakit, pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan Rumah Sakit. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit infeksi dan lain-lain. Di Australia, diantara 813 Perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera musculoskeletal 4.62/100 Perawat per tahun. Khusus di
Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di Rumah Sakit belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak keluhankeluhan dari para Petugas di Rumah Sakit sehubungan dengan bahayabahaya yang ada. Di Indonesia, data Instalasi Bedah Sentral RSUD di Jakarta pada tahun 2006 menyebutkan bahwa gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari 20 kg. Keluhan subjektif low back pain didapat pada 83.3% pekerja dengan rata-rata usia terbanyak 30–49 tahun. Gun (1983) juga menyatakan bahwa insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada Petugas Rumah Sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori (jenis kelamin, ras, umur dan status pekerjaan). Pekerja Rumah Sakit berisiko 1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain. Probabilitas
penularan
HIV
setelah
luka
tusuk
jarum
suntik
yang
terkontaminasi HIV 4 : 1000. Risiko penularan HBV setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HBV 27 – 37 : 100. Risiko penularan HCV setelah luka tusuk jarum suntik yang mengandung HCV 3 – 10 : 100. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan upaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
(K3)
yang
dilaksanakan
secara
terintegrasi
dan
menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.Agar penyelenggaraan K3RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah Panduan manajemen K3 di Rumah Sakit, baik bagi pengelola maupun Karyawan Rumah Sakit.
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk Sumber Daya Manusia (Karyawan) Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.
2. Tujuan Khusus a. Bagi Rumah Sakit 1)
Meningkatkan mutu pelayanan.
2)
Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit.
3)
Meningkatkan citra Rumah Sakit.
b. Bagi Karyawan Rumah Sakit 1) Melindungi Karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK). 2) Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK). c.
Bagi pasien dan pengunjung : 1)
Mutu layanan yang baik.
2)
Kepuasan pasien dan pengunjung.
C. Ruang Lingkup 1. Karyawan Rumah Sakit. 2. Pasien. 3. Pengunjung. 4. Masyarakat sekitar Rumah Sakit.
BAB II KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT
A. Definisi 1. Kesehatan Kerja Menurut WHO/ILO (1995) Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. 2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. 3. Manajemen K3 Rumah Sakit Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di Rumah Sakit.
4. Konsep Dasar K3 Rumah Sakit Upaya
terpadu
seluruh
Karyawan
Rumah
Sakit,
pasien,
pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi Karyawan, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit.
B. Upaya K3 di RS Upaya K3 di Rumah Sakit menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultan dari tiga komponen K3 yaitu: 1. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu. 2. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik. 3. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
C. Bahaya Potensial di Rumah Sakit potensial di Rumah Sakit dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur),
faktor kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi), faktor ergonomi
(lingkungan kerja, cara kerja dan posisi kerja yang salah), faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi), faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama Karyawan/Atasan). Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di Rumah Sakit, diantaranya adalah mikrobiologik, desain/fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko hukum/keamanan. Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus-menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestasi pada hati, faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah), faktor fisik dalam dosis kecil yang terus-menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem
produksi darah), faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan lain-lain). Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya KAK dan PAK. Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan seperti dalam tabel berikut: Bahaya Fisik
Diantaranya: radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan.
Bahaya Kimia
Diantaranya:
ethylene
glutaraldehyde,
ether,
oxide,
halothane,
formaldehyde, etrane,
mercury,
chlorine. Bahaya Biologi
Diantaranya: Virus (misal: Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza, Bacillus
HIV), sp.,
Bakteri
(misal:
Parionibacterium
S.Pneumoniae,
S.Saphrophyticus, sp.,
N.Meningitidis,
H.Influenzae,
B.Streptococcus,
Pseudomonas), Jamur (misal: Candida) dan Parasit (misal: S.Scabiei). Bahaya Ergonomi Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis, angkat-angkut
pasien,
membungkuk,
menarik,
mendorong. Bahaya
Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan
Psikososial
kerja, post traumatic.
Bahaya Mekanik
Diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat, tertusuk benda tajam.
Bahaya Listrik
Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir, listrik statis.
Kecelakaan Limbah Sakit
Diantaranya kecelakaan benda tajam.
Rumah Diantaranya limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah, darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (misal: droplet, liur, sputum).
D. Respon Kegawat daruratan di Rumah Sakit Kegawat daruratan dapat terjadi di Rumah Sakit. Kegawat daruratan merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha, mengganggu operasi, menyebabkan kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam finansial dan citra Rumah Sakit. Rumah Sakit mutlak memerlukan Sistem Tanggap Darurat sebagai bagian dari Manajemen K3 Rumah Sakit.
BAB III SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS)
A. Komitmen dan Kebijakan Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh Karyawan Rumah Sakit. Manajemen Rumah Sakit mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti pendanaan dan sarana untuk terlaksananya program K3 di Rumah Sakit. Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3RS, perlu disusun strategi antara lain: 1. Advokasi sosialisasi program K3RS. 2. Menetapkan tujuan yang jelas. 3. Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen. 4. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif. 5. Membuat program kerja K3RS yang mengutamakan upaya peningkatan dan pencegahan. 6. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.
B. Perencanaan Rumah Sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan meliputi: 1. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Faktor Risiko a. Identifikasi Sumber Bahaya Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan: 1)
Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2)
Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di Rumah Sakit Khusus Mata (RSKM) Padang Eye Center, meliputi: N 1 O
BAHAYA FISIK: POTENSIAL
LOKASI Laundry, dapur,
PEKERJA YANG PALING KaryawanBERISIKO yang bekerja di
CSSD, genset
lokasi tersebut
Ruang mesin-mesin
Perawat, Cleaning Service
dan peralatan yang Genset, bengkel kerja, menghasilkan getaran
dan lain-lain. Petugas Sanitasi, Petugas
gudang Rekam Medis
UPSRS dan Rekam Medis
CSSD, dapur,
Petugas CSSD, Petugas
Laundry, genset
Dapur, Petugas Laundry,
Radiasi
Radiologi
Petugas Sanitasi dan Radiografer
KIMIA:
Semua area
UPSRS Kebersihan, Petugas
Desinfektan Cytotoxics
Farmasi, tempat
Perawat Petugas Farmasi, Perawat,
Ethylene
pembuangan limbah, Kamar Operasi
Petugas Kebersihan Dokter, Perawat
oxide Formaldehyde
bangsal Laboratorium, gudang
Petugas Laboratorium dan
Solvents
Farmasi Laboratorium, bengkel
Farmasi Teknisi, Petugas
Gas-gas
kerja,ruang semua area di OK, pemulihan
Laboratorium, Perawat, Dokter Operator,
anestesi BIOLOGIK:
Rumah Sakit Operasi, (RR) Kamar UGD,
Petugas Pembersih Dokter/Perawat Anestesi Dokter, Perawat, Petugas
AIDS,
Kamar Bersalin,
Laboratorium, Petugas
Hepatitis B Cytomegalovir dan
Ruang Rawatan, Ruang Kebidanan, Laboratorium, Laundry
Sanitasi dan Laundry Perawat, Dokter yang
us Rubella Non A- Non B
Anak Ruang Ibu dan Anak
bekerjadan di bagian Ibu dan Dokter Perawat
Tuberculosis
Bangsal,
Anak Perawat, Petugas
Bising Getaran Debu
Panas
2
3
4
Ruang ERGONOMIK: Laboratorium, Area pasien dan
Laboratorium Petugas yang menangani
Pekerjaan
Isolasi penyimpanan tempat
pasien dan barang
yang Postur yang dilakukan salah dalam
barang Semua (gudang) area
Semua Karyawan
Pekerjaan secara melakukan
Semua area
Petugas Pembersih, Sopir,
yang berulang manual pekerjaan
Operator Komputer, yang berhubungan dengan pekerjaan juru tulis
5
PSIKOSOSIA L: Sering kontak denganpasien , kerja bergilir, kerja berlebih, ancaman
secara fisik a. Penilaian Faktor Risiko Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan. b. Pengendalian Faktor Risiko Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangkan
bahaya,
menggantikan
sumber
risiko
dengan
sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).
2. Membuat Peraturan RSAL Merauke membuat, menetapkan dan melaksanakan Standar Prosedur Operasional (SPO) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SPO ini dievaluasi, diperbaharui
dan
dikomunikasikan
serta
disosialisasikan
kepada
Karyawan dan pihak yang terkait.
3. Tujuan dan Sasaran Rumah Sakit mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya potensial dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian (SMART).
4. Indikator Kinerja Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3RS.
5. Program K3 Rumah Sakit Khusus Mata (RSKM) Padang Eye Center menetapkan dan melaksanakan program K3RS. Untuk mencapai sasaran, dilakukan monitoring, evaluasi serta pencatatan dan pelaporan pencapaian program.
C. Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) Rumah Sakit Khusus Mata (RSKM) Padang Eye Center dilaksanakan secara terintegrasi ke dalam Unit masing-masing.
D. Langkah-Langkah Penyelenggaraan Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di Rumah Sakit, perlu langkahlangkah penerapannya berupa:
Kebijakan K3
Peningkatan
Tinjauan Ulang
Berkelanjutan
1. Tahap Pelaksanaan a. Penyuluhan K3 ke semua Karyawan Rumah Sakit. b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di dalam organisasi Rumah Sakit. Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan. c.
Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya: 1) Pemeriksaan kesehatan Petugas (calon Karyawan, berkala dan khusus). 2) Penyediaan Alat Pelindung Diri dan keselamatan kerja. 3) Penyiapan panduan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat. 4) Penempatan Karyawan pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan. 5) Pengobatan Karyawan yang menderita sakit. 6) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada.
2. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di Rumah Sakit adalah salah satu fungsi manajemen K3RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3RS itu berjalan dan mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3RS dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemantauan dan evaluasi meliputi: a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan Rumah Sakit 1) Pencatatan dan pelaporan K3. 2) Pencatatan semua kegiatan K3. 3) Pencatatan dan pelaporan KAK. 4) Pencatatan dan pelaporan PAK.
b. Inspeksi dan pengujian Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di Rumah Sakit dilakukan secara berkala, terutama oleh bidang terkait sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. c.
Melaksanakan audit K3 Tujuan audit K3 1) Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan. 2) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan. 3) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi, penilaian risiko yang direkomendasikan kepada manajemen puncak. Tinjauan
ulang
dan
peningkatan
oleh
pihak
manajemen
secara
berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.
E. Program K3RS RSAL Merauke Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan produktivitas Sumber Daya Manusia (Karyawan) Rumah Sakit, melindungi pasien, pengunjung/pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Program Kerja K3RS RSAL Merauke sebagai berikut: NO
PROGRAM/KEGIATAN
PELAKSANA (UNIT/BIDANG)
1
Pembudayaan Perilaku K3RS a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah Sakit, baik bagi Karyawan Rumah
Sakit,
pasien
maupun
BAGIAN SDM DAN UMUM
pengunjung/pengantar pasien. b. Penyebaran media komunikasi, informasi, edukasi (KIE) melalui leaflet, poster dan lain-lain. c. Promosi K3 pada setiap Karyawan yang bekerja di setiap Unit Kerja dan kepada pasien
serta
pengunjung/pengantar
pasien. 2
Pengembangan Karyawan K3 a. Pelatihan internal Rumah Sakit. b. Pengiriman Karyawan untuk mengikuti pendidikan
formal/pelatihan
/seminar/workshop
lanjutan
yang
BAGIAN SDM DAN UMUM
berkaitan
dengan K3RS. 3
Pengembangan
Standar
Prosedur
Operasional a. Penyusunan
Panduan
Pelaksanaan
Tanggap Darurat di Rumah Sakit. b. Penyusunan
Petunjuk
Pencegahan
Teknis
Kecelakaan
dan
Penanggulangan Bencana. c. Penyusunan
Petunjuk
BAGIAN SDM DAN
Teknis
Kontrol
UMUM
terhadap Penyakit Infeksi. d. Penyusunan SPO Angkat Angkut Pasien di Rumah Sakit. e. Penyusunan SPO Penanganan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). f. Penyusunan SPO Kerja dan Peralatan di masing-masing Unit Kerja Rumah Sakit. 4
Pemantauan
dan
Evaluasi
Lingkungan Tempat Kerja
Kesehatan
BAGIAN SDM DAN
a. Mapping lingkungan tempat kerja yang
UMUM
dianggap berisiko dan berbahaya, tempat kerja yang belum melaksanakan program K3RS,
tempat
kerja
yang
sudah
melaksanakan program K3RS, tempat kerja yang sudah melaksanakan dan mendokumentasikan
pelaksanaan
program K3RS. b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through
dan
observasi,
wawancara
Karyawan, survei dan kuesioner, checklist dan evaluasi lingkungan tempat kerja secara rinci). 5
Pelayanan Kesehatan Kerja a. Melakukan
pemeriksaan
kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala
dan
pemeriksaan
kesehatan
khusus bagi seluruh Karyawan Rumah Sakit. b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi Karyawan yang BAGIAN SDM DAN
menderita sakit. c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik Karyawan. d. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada Karyawan yang bekerja pada area yang berisiko dan berbahaya. e. Melaksanakan kesehatan kerja.
kegiatan
surveilans
UMUM
6
Pelayanan Keselamatan Kerja a. Pembinaan
dan
keselamatan
dan
pengawasan
keamanan
sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan di Rumah Sakit. b. Pembinaan
dan
perlengkapan
pengawasan
keselamatan
kerja
di
BAGIAN SDM DAN UMUM
Rumah Sakit. c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana,
prasarana
dan
peralatan
di
Rumah Sakit. d. Pengadaan peralatan K3RS. 7
Pengembangan
program
pemeliharaan,
pengelolaan limbah padat, cair dan gas a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat, cair dan
BAGIAN SDM DAN UMUM
gas. b. Pengelolaan
limbah
medis
dan
non
medis.
8
Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya a. Membuat pengadaan,
kebijakan
dan
prosedur
penyimpanan
dan
penanggulangan bila terjadi kontaminasi
BAGIAN SDM DAN UMUM
dengan acuan Lembar Data Keselamatan Bahan
(MSDS–Material
Safety
Data
Sheet). 9
Pengembangan
Manajemen
Tanggap
Darurat a. Menyusun rencana tanggap darurat.
BAGIAN SDM DAN UMUM
b. Pembentukan Tim Tanggap Darurat. c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan Petugas tanggap darurat. d. Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko dan berbahaya serta membuat denahnya. e. Menyiapkan
sarana
dan
prasarana
tanggap darurat. f. Membuat
kebijakan
dan
prosedur
kewaspadaan, upaya pencegahan dan pengendalian
bencana
pada
tempat-
rambu-rambu/tanda
khusus
tempat yang berisiko. g. Membuat
jalan keluar untuk evakuasi apabila terjadi bencana. h. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) pada Karyawan di tempat-tempat yang berisiko. i. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh Karyawan. j. Pembentukan sistem komunikasi internal dan eksternal tanggap darurat. k. Evaluasi sistem tanggap darurat. 10
Pengumpulan,
Pengolahan,
Dokumentasi
Data dan Pelaporan Kegiatan K3 a. Menyusun pelaporan
prosedur
pencatatan
serta
dan
penanggulangan
kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana. b. Pembuatan sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya. c. Pendokumentasian data:
BAGIAN SDM DAN UMUM
- Data seluruh SDM Rumah Sakit. - Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang dilayani. - Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah Sakit : Sebelum bekerja (Calon Karyawan) Berkala Khusus - Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit. - Angka absensi SDM Rumah Sakit. - Kasus penyakit umum pada SDM Rumah Sakit. - Jenis
penyakit
yang
terbanyak
di
kalangan pekerja Rumah Sakit. - Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit). - Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit). - Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM Rumah Sakit). - Kasus
kebakaran/peledakaan
akibat
bahan kimia. - Data kejadian nyaris cedera (near miss) dan celaka. - Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja. - Data perizinan. - Data
kegiatan
pemantauan
keselamatan kerja. - Data pelatihan dan sertifikasi. - Data
pembinaan
dan
pengawasan
terhadap
kantin
dan
pengelolaan
makanan di Rumah Sakit (dapur). - Data
promosi
kesehatan
dan
keselamatan kerja bagi SDM di Rumah Sakit,
pasien
dan
pengunjung/
pengantar pasien. - Data Karyawan Rumah Sakit yang berpendidikan formal kesehatan kerja dan
sudah
dilatih
Kesehatan
dan
Keselamatan Kerja dan sudah dilatih tentang Diagnosis PAK. - Data kegiatan pemantauan APD (jenis, jumlah, kondisi dan penggunaannya). - Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja dan pengendalian bahaya di tempat kerja. 11
Review Program Tahunan a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan instrumen self assessment akreditasi Rumah Sakit. b. Umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara langsung, observasi singkat,
BAGIAN SDM DAN
survei tertulis dan kuesioner, dan evaluasi
UMUM
ulang. c. Analisis biaya terhadap SDM Rumah Sakit
atas
kejadian
penyakit
kecelakaan akibat kerja. d. Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit.
dan
F. Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan dan Pelaporan a. Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan K3RS di Rumah Sakit Khusus RSAL
Merauke
dilakukan melalui sistem
berjenjang.
Pembinaan
dan
pengawasan tertinggi dilakukan oleh Direktur. Pembinaan dapat dilaksanakan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis dan lain-lain. Pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan internal oleh Kepala Bidang masing-masing. b. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3 secara tertulis dari masing-masing Unit Kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh Bidang, dikumpulkan dan dilaporkan oleh Kepala Bidang kepada Direktur. Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah menghimpun dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3, mendokumentasikan hasilhasil
pelaksanaan
kegiatan
K3,
mencatat
dan
melaporkan
setiap
kejadian/kasus K3 dan menyusun dan melaksanakan pelaporan kegiatan K3. Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3 yang tercakup di dalam : a. Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. b. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya penanggulangan dan tindak lanjutnya. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek K3 dilaksanakan dengan membuat atau menggunakan formulir-formulir yang telah ada atau yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan yang berlaku. Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap waktu, sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap waktu, sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dan atau pada saat terjadi kejadian/kasus (tidak terjadwal).
Pelaporan terdiri dari: a. Pelaporan berkala (bulanan, semester, tahunan). b. Pelaporan sesaat/insidentil yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu pada saat kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3. Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun yang berkaitan dengan K3, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada Kepala Bidang terkait untuk diteruskan kepada Direktur Rumah Sakit.
BAB IV PENUTUP Demikian Panduan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) di RSAL Merauke ini disusun untuk dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Merauke, 28 Juni 2017 Karumkital Merauke
dr. Tutut Sandy Waskito, Sp.B Mayor Laut (K) NRP 15664/P