Paijo Si Gorila.docx

  • Uploaded by: David Cahya
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Paijo Si Gorila.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 686
  • Pages: 3
Paijo Si Gorila Oleh Devita Nurcahyani(7c)

Menjadi sarjana memang tidak ada jaminan akan mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan .Sudah sekian lama sejak bergelar sarjanah, Paijo belum juga diterima diberbagai perusahaan yang ia lamar .Semakin lama, semakin panas juga telinganya ketika rasa- rasanya semua orang mengejeknya. Padahal teman-temanya hanya bertanya,sudah diterima kerja dimana? Namun baginya, pernyataan itu seakan mengejeknya, mencabik-cabik harga diri. Pertanyaan itu akan memaksanya untuk menjawab apa adanya, padahal jawaban jujurnya itu merupakan aib baginya. Sementara mau berbohong, lebih membuatnya berlipat celaka. Karena kalaupun berbohong mengaku sudah ketrimaan di perusahan X,pertanyaan akan masih berlanjut : Di posisi apa? Kerjanya ngapain? Gajinya berapa? Kepo banget, batin Paijo. Ia sudah tidak lagi betah bergelar sarjana pengangguran. Betapa tidak menggelikan, mau jadi pengangguran saja musti sarjana segal. Ia bertekad, harus sesegera mungkin mencoret gelar pengangguran yang mengikuti kata sarjana itu. Apapun pekerjaannya akan ia terima, asal halal dan tidak hina.

Ada lowongan bekerja di kebun binatang, Paijo mencoba memasukan surat lamaran. Ia sudah bertekad, apapun pekerjaannya akan ia terima. “Lumayan, bisa gratis masuk kebun binatang setiap hari!” kata Paijo. Dia mencari-cari alasan untuk menghibur diri. “Merawat binatang merupakan pekerjaan mulia, apalagi menghibur mereka yang ingin berwisata.” “Jadi, apa pekerjaan saya di sini, Pak?” Tanya Paijo dengan begitu antusias kepada kepala Kebun Binatang. “Begini saudara Paijo, kedua kebun binatang kami akan mendatangkan gorila dari Afrika. Tetapi ternyata ketika belum sampai di kebun binatang ini, gorilla itu meninggal dalam perjalanan. Singkatnya, kami menawarakan saudara untuk menggatikannya.” “Maksudnya?” Paijo tidak paham sekaligus penasaran.

1

“Jadi, nanti saudara Paijo akan berperan menjadi Gorila, dipakai kostum Gorila yang

mirip dengan alisnya. Ada petugas yang akan melatih saudara untuk melakukan gerakan dan gaya yang biasanya dilakukan Gorila.”

Badan Paijo memang besar dan kekar, tapi gerakanya lentur. Dia pernah menjadi atlet senam lantai waktu SMP. Batinnya menolak gorila palsu. Namun di sisi lain, dia sangat membutuhkan pekerjaan. Lagian, ia dijanjikan gaji yang lumayan besar. Ini tantangan, batinnya. “Oke, pak. Saya terima pekerjaan ini” Kata Paijo

Paijo tidak butuh waktu lama untuk belajar menirukan gerakan gorilla. Petugas yang melatihnya kala jauh, bahkan mungkin si gorilla juga kalah hebat dengan gerakan Paijo. Tidak sampai seminggu, ia sudah siap. Tak seorang pun mengira bahwa di dalam tubuh gorila itu sebenarnya ada manusia.

Hari yang mendebarkan tiba. Mendebarkan bagi Paijo tentang pekerjaannya yang menentang ini, mendebarkan bagi kepala kebun binatang karena menyangkut reputasi kebun binatangnya, mendebarkan bagi pengunjung karena penasaran dengan goril baru dari Afrika itu.

Dengan sempurna Paijo bisa melakukan pekerjaannya. Meloncat kesana kemari, menepuk dada, sesekali bergelantungan. Ia bangga dengan penampilanya. Kepala kebun bintang puas dengan pegawai barunya itu. Pengunjung takjub dengan gorila Afrika di depanya itu.

Paijo sangat menikmati pekerjaannya. Terlebih ketika ia melihat para pengunjung memberi tepuk tangan padanya. Terlalu menikmati sesuatu seringkali membuat lupa diri. Begitu juga Paijo, saking begitu asyiknya meloncat-loncat, ia baru tersadar kalau ia melewati pembatas anatara kandangnya dengan kandang singa.

Melihat “gorila” memasuki kandangnya, singapun kaget. Ia segera mendekati “gorilla”. Paijo lebih kaget lagi. Singa itu pasti bisa membaui manusia di dalam kostum gorilanya. Dalam hitungan detik, pasti dia akan mati diterkam oleh singa. 2

Di sisi lain, pengunjung bergeser ke kandang singa. Mereka semakin penasaran apa yang akan terjadi Antara gorilla dengan singa di depannya itu. Ini pertunjukan yang langka, tidak boleh ketinggalan. Sebagia sudah mengeluarkan kamera, ataupun hapenya umtuk mengabadikannya.

Paijo semakin takut, singa kian mendekat dan mulai mengendus-endus. Konflik bantinya makin hebat. Ia akan ingin berlari dan berteriak minta tolong, tetapi pengunjung pasti akan kecewa. Tidak hanya pengunjung, kepala kebun binatang pasti akan hancur reputasinya. Dipecat sudah pasti. Tanpa pikir panjang, demi keselamatan dirinya dan masa depan, ia bertekad akan berteriak minta tolong.

Di sudut lain, singa rupanya memperhatikan gerak-geri “gorilla” di depanya yang tampak panik. Alangkah kagetnya ketika “gorila” di depanya mulai menjerit. Dengan sigap, sang raja hutan langsung menubruk Paijo. Tubuh Paijo bisa dikuasai penuh oleh singa, tak berdaya. Dalam kondisi itulah, mulut singa mendekati telinga gorilla. Dan sehingga manusia di dalam kostum gorilla tersebut meringis kesakitan, singa tidak menyerang dibagian telinga saja tetapi di seluruh badan manusia berkostum gorilla tersebut. Dan akhirnya manusia dalam kostum gorilla tersebut meninggal, dan dibawa ke rumah sakit terdekat.

3

Related Documents

Paijo Si Gorila.docx
November 2019 20
Kelompok 1 (satu)paijo
July 2020 17
Si
November 2019 57
Si
November 2019 70
Si
October 2019 56
Si
June 2020 36

More Documents from ""